Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. W
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :
Tanggal masuk : Jumat, 30 Agustus 2017 (09.30 WITA)
No. Rekam Medik :
B. Anamnesis
Autoanamnesis pada hari Jumat, 11 Agustus 2017 pukul 21.00 WITA
Keluhan utama : Luka bakar
Anamnesis terpimpin
Pasien rujukan dari RS dengan luka bakar pada bagian wajah, tangan dan
kaki yang dialami 14 jam yang lalu akibat api. Pasien mengeluh nyeri (+), mual
(-), muntah (-), sesak (-), suara serak (+).
Mekanisme Trauma
Pasien menyalakan kompor gas yang terhubung dengan gas 3 kg,
kemudian api langsung menyembur dan mengenai wajah dan tangan pasien.
Pasien lupa bagaimana api menjalar ke kakinya.
Riwayat penyakit terdahulu : HT (-), DM (-)
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
Riwayat pengobatan sebelumnya : oksigen nasal 4 lpm dan Nacl 500cc
1
1. Primary survey
Airway Clear
Breathing 20 x /menit
Bernafas spontan, simetris kiri dan kanan
Circulation BP : 140/90 mmHg
HR : 64 x / menit
Regular, kuat angkat
CRT <2 detik
Disability GCS : 15 ( E4 M6 V5 )
Pupil Bulat, Isokor, diameter 2,5 mm / 2,5 mm, refleks
cahaya langsung / tak langsung +/+
Exposure T : 36,8 oc (Aksila)
2. Status Generalis
Keadaan umum : Composmentis, Tampak sakit sedang.
Kulit Kulit extremitas superior dan extremitas inferior dextra
dan sinistra tampak bulla, eritem (-)
Kepala Bentuk normocephal
Wajah Eritem (+), udem (+)
Mata Udem (+) orbita dextra dan sinistra
Telinga Perdarahan (-), sekret (-)
Hidung Perdarahan (-), sekret (-)
Mulut Bibir kering (+), pucat (-), suara serak (+)
Leher Eritem (+), bulla (+), udem (+)
Thorax Inspeksi : Pergerakan dinding dada spontan, simetris
kiri dengan kanan
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : Vesikuler
Abdomen Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas
2
Auskultasi : Peristaltik kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas Superior : Udem (+), Bulla (+)
Inferior : Udem (+), Bulla (+)
3. Status Lokalis
Regio facialis
Inspeksi : Combustio grade IIA-IIB 7%, eritema (+), bulla (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Regio scapularis
Inspeksi : Combustio grade IIA 2%, eritema (+ ), bulla (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Regio extremitas superior
Dextra
Inpeksi : combustio grade IIA 6%, edema (+), eritema (+),
bulla (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Sinistra
Inpeksi : combustio grade IIA 6%, edema (+), eritema (+),
bulla (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Regio extremitas inferior
Dextra
Inspeksi : combustio grade IIA 5% eritema (+), bulla (+)
Palpasi : nyeri tekan (+)
Sinistra
Inspeksi : combustio grade IIA 4% eritema (+), bulla (+)
Palpasi : nyeri tekan (+)
4. Foto Klinis
3
Gambar 1. Tampak luka bakar pada bagian wajah dan leher
4
Gambar 3 dan 4. Tampak luka bakar pada tangan kanan
5
Gambar 7 dan 8. Tampak luka bakar pada kaki kanan dan kiri
D. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
WBC : 9.65 x 103 /ul
RBC : 4.55 x 106 /ul
HGB : 12.9 g/dl
HCT : 41.6 %
MCV : 91.4 fL
MCH :28.4 pg
MCHC :31.0g/dl
PLT : 163 x 103 /ul
RDW-SD :41.5 fL
RDW-CV :12.7 %
PDW : 12.9 fL
MPV :11.4 fL
P-LCR :33.7 %
PCT :0.18%
Neut :6.99 x 103 /ul
Lymph : 1.68 x 103 /ul
Mono :0.80 x 103 /ul
Eo : 0.16 x 103 /ul
Baso : 0.02 x 103 /ul
Kimia Darah
GDS : 96 g/dl
Ureum : 14 g/dl
Creatinin : 0.5 g/dl
SGOT : 18 u/L
SGPT : 13 g/dl
Status homeostasis
Bleeding time : 2’10”
6
Clothing time : 7’44”
F. Resume
Perempuan usia 44 tahun dengan luka bakar setelah mengalami
semburan api yang dialami 14 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri (+),
sesak (-), suara serak (+). Riwayat penyakit HT (-), DM (-). Riwayat
pengobatan oksigen dan NaCl 0,9% 500cc.
Primary Survey : Airway : clear, Breathing 20 x / menit, spontan,
simetris kiri dan kanan, Circulation BP : 140/90 mmHg, HR : 64 x / menit,
Regula , Disability GCS : 15 , Pupil Bulat, Isokor, diameter 2,5 mm / 2,5 mm,
refleks cahaya langsung / tak langsung +/+, Enviroment T : 36,8 oc (Aksila).).
Pemeriksaan Fisik didapatkan regio facialis combustio grade IIA-IIB
7%, eritema (+), bulla (+) dan nyeri tekan, regio scapularis combustio grade
IIA 2%, eritema (+ ), bulla (+) dan nyeri tekan. Regio extremitas superior
dextra combustio grade IIA 6%, edema (+), eritema (+), bulla (+) dan nyeri
tekan,ekstremitas superior sinistra combustio grade IIA 6%, edema (+), eritema
(+), bulla (+)dan nyeri tekan. Regio extremitas inferior dextra combustio grade
IIA 5% dan extremitas inferior sinistra combustio grade IIA 4% eritema (+),
bulla (+), nyeri tekan
G. Diagnosa Kerja
1. Combustio grade IIA-IIB 30% ec Api
2. Trauma Inhalasi
H. Rencana Terapi
a. Terapi Non Farmakologi
1. Pasang Oksigen 2-3 lpm
2. Pasang Kateter
3. Konsul Bedah Plastik
b. Terapi Farmakologis
7
1. Resusitasi Baxter
Luas luka bakar = #30 %, BB= 65 Kg
4cc x Luas luka bakar (%) x Berat badan (kg) = 4 x 30 x 65 =
7.800cc/ 24 jam (3900cc untuk 8 jam I, dan 3900 cc untuk 16 jam II)
IVFD RL 65 tetes per menit (2 jalur) selama 10 jam
2. Analgetik
Injeksi ketorolac 1 ampul/ 8 jam
3. H2R antagonis
Injeksi Ranitidin 1 ampul / 12 jam
4. Antitetanus
I. Foto Operasi
Operasi tanggal 13 Agustus 2017
8
Pasien posisi supine dalam
pengaruh general anestesi
9
Luka bakar didisinfeksi dengan
betadine
Luka dicuci
menggunakan NaCl
10
Dilakukan eksisi
tangensial
Dipasangkankasa
antibiotik ( tulle) pada
bagian luka
Dioleskan silver
sulfadiazine pada
bagian luka bakar
11
Luka ditutup dengan
kasa, lika pada jari
dirawat terpisah
12
Operasi tanggal 18 Agustus 2017
Bagian luka
dibersihkan dengan
menggunakan sabun
Disinfeksi bagian
luka dengan
betadine dan
dipasang duk
13
Dilakukan eksisi
tangensial
Dioleskan silver
sulfadiazine pada
bagian luka bakar
14
Diagnosis pre operasi : Combustio grade IIA-IIB 30%
Trauma Inhalasi
J. Follow Up
15
Jika sadar baik, bising usus (+), minum
sedikit
Diet lunak TKTP (ekstra putih telur)
Air putih/ susu 8x250cc
14/8/2017 Nyeri (+) O2 2-3 lpm
Kaki kram (+) IVFD RL: Aminofluid = 2:1, 24tpm
Batuk (+) Inj. Ceftriaxone 1g/12 j/IV
RR: 18x/m Inj. Ketorolac 1 A/ 8j/IV
T : 37, 5 C Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Urin : Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP (ekstra putih telur)
Air putih/ susu 8x250cc
15/8/2017 Nyeri (+) O2 2-3 lpm
Batuk (+) IVFD RL: Aminofluid = 2:1, 24tpm
T : 37.0 C Inj. Ceftriaxone 1g/12 j/IV
Urin 2550cc Inj. Ketorolac 1 A/ 8j/IV
Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP (ekstra putih telur)
Air putih/ susu 8x250cc
16/8/2017 Nyeri (+) IVFD RL: Aminofluid = 2:1, 24tpm
RR : 20x/m Inj. Ceftriaxone 1g/12 j/IV
T : 36.9 C Inj. Ketorolac 1 A/ 8j/IV
Urin : Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP
Air putih/ susu 8x250cc
Pro debridemen luka bakar tanggal
18/8/2017
16
17/8/2017 Susah BAB IVFD RL: Aminofluid = 2:1, 24tpm
RR : 20x/m Inj. Ceftriaxone 1g/12 j/IV
T : 36.8 C Inj. Ketorolac 1 A/ 8j/IV
Urin 2500cc Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP
Air putih/ susu 8x250cc
Pro debridemen luka bakar tanggal
18/8/2017
18/8/2017 Susah BAB IVFD RL: Aminofluid = 2:1, 24tpm
RR : 18x/m Inj. Ceftraxone 1g/12 j/IV
T : 36.5 C Inj. Teranol 1 A/ 8j/IV
Urin 3000cc Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP
Air putih/ susu 8x250cc
19/8/2017 Nyeri (-) IVFD RL: Aminofluid = 2:1, 24tpm
Menggigil (+) Inj. Ceftriaxone 1g/12 j/IV
RR : 20x/m Inj. Teranol 1 A/ 8j/IV
T : 37,0 C Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Urin 3000cc Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP
20/8/2017 Nyeri (-) IVFD RL: Aminofluid = 2:1, 24tpm
RR : 20x/m Inj. Ceftriaxone 1g/12 j/IV
T : 37,2C Inj. Teranol 1 A/ 8j/IV
Urin 2500cc Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP
17
21/8/2017 Demam (+) IVFD RL: D5 = 1:1, 24tpm
RR : 18x/m Inj. Ceftriaxone 1g/12 j/IV
T : 37,9 C Inj. Teranol 1 A/ 8j/IV
Urin 3000cc Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP
Air putih/ susu 8x250cc
22/8/2017 Demam (+) IVFD RL: Aminofluid = 2:1, 24tpm
Inj. Ceftriaxone 1g/12 j/IV
Inj. Teranol 1 A/ 8j/IV
Inj. Ranitidin 1A/ 12j/ IV
Vipalbumin 3xII kapsul
Diet lunak TKTP
Air putih/ susu 8x250cc
23/8/2017 Demam (+) Cefixime 2x 1
Batuk (+) Paracetamol 3x1
BAK (+) lancar Vipalbumin 3x2
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks
vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering
pada anak-anak maupun dewasa. Appendicitis akut merupakan kasus
bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan
remaja. Apendisitis merupakan peradangan apendiks yang mengenai
semua lapisan dinding organ tersebut.
.
B. Insiden Dan Epidemiologi
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi. Luka
bakar berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Di Amerika serikat,
kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari
angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan
emergenci, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal.4 Sekitar 80%
luka bakar terjadi di rumah. Penyebab luka bakar di RSCM adalah api
56%, air mendidih 40%, listrik 3 dan kimia 1 %.1
C. Etiologi
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung
yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah
terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung
pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau
sebagian tebal kulit. Pada anak kurang lebih 60% luka bakar disebabkan
oleh air panas yang terjadi dalam kecelakaan rumah tangga dan umumnya
19
merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh
ketebalan kulit (derajat tiga). 4
Penyebab luka bakar lainnnya adalah pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam
atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi
protein,dan rasa nyeri hebat. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat
dalam rumah tangga antara lain cairan pemutih pakaian dan berbagai ciran
pembersih akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair.
4
D. Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2pada
anak baru lahir sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau
terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di bawahnya, area sekitarnya dan
area yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan permeabiltasnya
meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga
terjadi udem dan bulla yang mengandung elektrolit. Rusaknya kulit akibat
luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan
penahan penguapan. 4
Kedua penyebab tersebut tersebut dengan cepat akan menyebabkan
berkurangnya cairan intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang
dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila
kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik
disertai gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi
kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam. 4
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada didalamnya pun ikut rusak sehingga terjadi
anemia. 4
20
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi serta penyerapan kembali ciran dari ruang interstisial ke
pembuluh darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis. 4
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman., akan
mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak
tercapai oleh pembukuh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal
pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. 4
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah
terelpas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan
keropeng yang kering dengan perubahan jaringa di tepi keropeng yang
mula-mula sehat menjadi nekrotik, akibatnya luka bakar derajat dua dapat
menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh
kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis. 4
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik, pada fase akut
peristaltik usus menurun atau berhenti karena syok dan dapat juga akibat
kekurangan ion kalsium. Stres atau beban faali serta hipoperfusi daerah
splanikus pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya
tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan
tukak peptik. Luka tersebut disebut tukak Curling atau stress ulcer. 4
Trauma inhalasi
Korban kebakaran terpapar asap nyang banyak mengandung
bahan kimia berbahaya, termasuk sulfur dioksida, nitrogen dioksida,
asam hidroklorida, hidrosianida, karbon monoksida dan karbon
dioksida. Inhalasi jenis ini menyebabkan kerusakan paru yang parah,
dari semua pasien luka bakar yang dibawa ke rumah sakit, sekitar 30%
mengalami trauma inhalasi.3 Pada kebakaran ruang tertutup atau bila
luka terdapat di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa saluran napas
karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan
21
gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna
gelap akibat jelaga. Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan
hemoglobin sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda keracunan ringan yaitu lemas, bingung, pusing, mual, muntah. 4
Untuk menyingkirkan penyakit paru yang telah ada, dapat dilakukan
foto toraks. Pemeriksaan yang digunakan untuk memastikan trauma
inhalasi adalah bronkoskopi fiberoptik, dimana akan ditemukan edema
mukosa serta eritema, erosi dan penimbunan bahan karbon dalam
saluran pernapasan.3
22
mengeluarkan serum. Dengan pecahnya bulla, ujung saraf yang
terpajan membuat luka tersebut terasa sangat nyeri. 3,5
Luka bakar derajat II profunda meluas ke lapisan paling dalam
dermis , mungkin disertai bulla , tetapi setelah bulla pecah, luka
tampak putih dan kering. Sensasi raba atau tusuk pada luka
mungkin berkurang. 3,5
3. Luka bakar derajat III
Luka bakar derajat III atau full-thickness meluas melalui
epidermis dan dermis ke jaringan subkutan dengan kerusakan pada
tulang, otot dan jaringan interstisial, tampak retak-retak atau kulit
nampak terkoagulasi, sering dengan bayangan trombosis vena melalui
kulit. Luka dengan seluruh ketebalan kulit tidak nyeri bila disentuh
atau ditusuk jarum.3,5
Gambar 9 dan 10. Luka bakar derajat I dan luka bakar derajat II
(diambil dari kepustakaan 5)
23
Gambar 11. Luka bakar derajat III
(diambil dari kepustakaan 5)
Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Pada orang dewasa digunakan “rule of nine yaitu luas kepala dan leher,
punggung, perut pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan,
ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta
tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, dan sisanya 1% adalah daerah
genitalia.1
24
Kriteria berat ringannya luka bakar. 2
Luka Bakar Ringan
- luka bakar derajat II < 15%
- luka bakar derajat II< 10% pada anak-anak
- luka bakar derajat III < 1%
Luka Bakar Sedang
- Luka Bakar Derajat II 15-25% Pada Orang Dewasa
- Luka Bakar Derajat II 10-20% Pada Anak-Anak
- Luka Bakar Derajat III < 10%
Luka Bakar Berat
- Luka bakar derajat II 25% Atau Lebih Pada Orang Dewasa
- Luka bakar derajat II 20% Atau Lebih Pada Anak-Anak
- Luka bakar derajat III 10% Atau Lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genetalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma
lain
F. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam
daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir. Pada
luka bakar ringan, prinsip penanganan utama asalah mendinginkan daerah
yang terbakar demngan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-
sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat
dirawat tertutup maupun terbuka. Pada luka bakar yang sedang sampai berat,
pasien harus dibawa ke rumah sakit.4
Pemberian cairan intravena
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus
ditentukan. Terdapat beberapa cara menghitung kebutuhan cairan, salah
satunya adalah Rumus Baxter, yaitu luas luka bakar (%)x berat badan
(kg) x 4cc. Cairan diberikan dua kali, yaitu pada 8 jam pertama kemudia
16 jam berikutnya. Status hidrasi pasien dengan luka bakar luas harus
dipantau. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis
25
normal yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500ml/24 jam atau
1ml/kgBB/jam pada dewasa dan 3ml/kgBB/jam pada anak.4
Obat-obatan
Antibiotik sistemik perlu diberikan untuk mencegah infeksi. Yang
banyak digunakan adalah golongan aminoglikosida untuk pseudomonas.
4
26
luka bakar dermis superfisial, jaringan dibuang sampai terdapat
permukaan dermal putih berkilau dengan titik-titik perdarahan,
sedangkan pada luka bakar dalam, eksisi dilanjutkan lapis demi lapis
sampai tercapai jaringan subkutan sehat dengan penampakan kuning
berkilau. 7
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar
derajat tiga yang melingkar ekstremitas atau tubuh. Debridemen
diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial.4
27
BAB III
DISKUSI KASUS
28
karena memenuhi indikasi luka bakar derajat II > 10%, luka bakar mengenai
daerah wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, persendian utama, terdapat
cedera inhalasi, adapun indikasi lain yaitu luka bakar deraajat III pada usia
berapa pun, luka bakar listrik, luka bakar zat kimia, dan terdapat masalah medis
sebelumnya (pre-existing medical conditions)/ kondisi morbiditas
Terapi awal yang diberikan pada pasien ini adalah terapi non farmakologi
: pasang oksigen 2-3 lpm, pasang kateter dan konsul bedah plastik. Sedangkan
terapi farmakologis : resusitasi baxter, analgetik (injeksi ketorolac 1 ampul/ 8
jam), H2R antagonis (injeksi Ranitidin 1 ampul / 12 jam), antitetanus. Oksigen
diberikan pada pasien karena adanya cedera inhalasi, dan berdasarkan teori
bahwa jika ditemukan edema laring maka perlu dilakukan pemasangan pipa
endotrakeal atau dibuat trakeostomi.
Pemberian cairan pada pasien luka bakar harus diperhatikan, pada kasus
ini pasien datang setelah 14 jam dari kejadian dan telah diberikan cairan
intravena sebanyak 500cc. Hal tersebut menunjukkan bahwa resusitasi cairan
pada pasien ini tidak adekuat, sehingga perlu resusitasi secepatnya, resusuitasi
cairan dihitung mengunakan rumus baxter dan pasien diberikan cairan 50%
untuk 16 jam kedua dalam 10 jam. Pemasangan kateter dilakukan agar dapat
menilai keseimbangan cairan.
Obat-obatan yang diberikan berupa analgetik untuk mengatasi nyeri yang
dirasakan pasien. H2R antagonis diberikan untuk mencegah efek samping dari
pemberian antinyeri. Pasien diberikan antibiotik setelah perawatan hari kedua,
diberikan antibiotik spektrum luas yaitu ceftriaxone 1 gram/ 12 jam untuk
mencegah terjadinya infeksi. Pasien tetap diberikan pencegahan tetanus dengan
tetanus toxoid 0,5cc secara intramuskular. Pada kasus ini dilakukan juga
tindakan bedah untuk membuang jaringan mati, tindakan berupa debridemen
dengan eksisi tangensial yang dilakukan pada perwatan hari ke 3 dan perawatan
hari ke 8, sesuai dengan teorinya bahwa eksisi dilakukan pada hari ke 3 sampai
hari ke 7, dan pasti boleh pada hari ke 10. Perawatan dilakukan dengan menilai
keseimbangan cairan, dan juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi infeksi,
29
pada pasien kasus ini pada perawatan hari ke 11 pasien mengalami demam,
yang menunjukkan kemungkinan terjadi infeksi. Dalam perawatan luka pada
pasien ini digunakan tulle sebagai antibiotik topikal dalam bentuk kasa. Obat
topikal lain yang digunakan berupa silver sulfadiazine yang bersifat
bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua
kuman, dan tidak menimbulkan resistensi.
30