Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat
mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam
tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-patogen penginvasi
dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem imun bawaan
(innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem nonspesifik serta sistem imun
adaptif (adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung pada derajat
selektivitas mekanisme pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas humoral,
yang merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas selular,
yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau
kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem
pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe
pertahanan yang mempunyai spektrum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen
yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang
didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkitkan karena paparan antigen yang spesifik.
Inilah yang merupakan dasar dari pemeriksaan serologi yaitu dengan melihat antibodi yang ada
pada tubuh host sebagai respon adanya penyakit melalui kompleks antigen antibodi yang
terbentuk untuk membantu menegakkan diagnosa.
BAB 2
ISI
Gambar
3. Widal
test
d.
Aglutinasi pasif (Indirect agglutination)
Antigen dilekatkan pada suatu pembawa (carrier) berupa partikel (partikel inert)
agar hasil reaksi dapat terlihat dengan mata.
Jenis carrier yang digunakan adalah:
1. Komponen bakteri (koaglutinasi)
Contohnya dengan menggunakan protein A pada Staphylococcus aureus ,
aplikasi teknik ini digunakan pada identifikasi Salmonella.3
Gambar 4. Koaglutinasi
2. Latex
Contoh aplikasi latex agglutination
adalah Lancefield grouping
Streptococcus β hemolitik dan deteksi
Cryptococcus neoformans dalam serum atau CSF.3
3. Hemagglutinasi
Gambar 6.
Hemagglutinasi
4. Hemagglutinasi inhibition
Asam nukleat terbungkus mantel protein yang dikelilingi oleh
membranedari lipid. Asam nukleat virus mengandung informasi penting untuk
dapat menghasilkan keturunannya yaitu dengan cara memprogram sel inang
yang diinfeksinya agar mensintesis makromolekul virus spesifik. Pemeriksaan
hemaglutinasi inhibisi bertujuan ntuk mengetahui titer HI yang masih dapat
menghambataktivitas hemaglutinasi virus secara sempurna.Prinsip dari
hemaglutinasi inhibition adalah antigen virus antibodiserum dan eritrosit
ditambahkan dengan perbandingan yang sama sehingga terjadi ikatanantigen
dan antibodi saja, tidak terjadi ikatan antara antigen dengan eritrosit. Sehingga
tidak terbentuk hemaglutinasi, hal ini menunjukkan tes hemaglutinasi inhibisi
positif .Hemaglutinasi inhibisi merupakan yang diinduksikan oleh virus
sebagai prosedur untuk mengidentifikasi hemaglutinasi oleh virus atau metode
untuk mengukur kensentrasi dari antigen terlarut dalam specimen biologis
dimana spesimen diinduksi dengan antibodi spesifik dan kemudian dengan
eritrosit.
Aplikasi HI yaitu pada diagnosis infeksi virus contohnya avian inflluenza.4
Gambar 7. Hemagglutinasi inhibition
2.7.2 Flokulasi
Reaksi flokulasi merupakan variasi dan reaksi presipitasi reaksi yang
menunjukkan adanya presipitat dan adanya endapan. Test ini lazim digunakan
untuk mendeteksi kekuatan toksin dan antitoksin.
Ada dua jenis tes berdasarkan flokulasi:
1. VDRL (Veneral Disease Research Laboratory test)
Merupakan metode yang menggunakan prinsip presipitasi dengan bentuk
produk akhir presipitin berkumpul terlihat secara makroskopis dan
mikroskopis. Pasien yang terinfeksi treponema, pada umumnya Treponema.
pallidum, penyebab shypilis membentuk antibodi seperti protein dinamakan
reagin yang akan berikatan dengan antigen cardiolipin-lecithin-coated
cholesterol partikel, menyebabkan partikel berflokulasi. Karena reagin bukan
merupakan antibodi langsung yang spesifik terhadap antigen T. pallidum, tes
ini kurang spesifik tetapi baik digunakan untuk skrining tes. VDRL merupakan
satu-satunya tes yang paling berguna untuk mendeteksi cairan LCS pasien
tersangka Neuroshypilis, meskipun kemungkinan terjadi positif palsu.
Pelaksanaan tes VDRL memerlukan ketelitian, alat gelas yang bersih, dan
harus memperhatikan rincian secara tepat, termasuk kontrol kualitas rutin.
Sebagai tambahan, reagen yang akan digunakan harus disiapkan baru setiap
pelaksanaan tes, serum pasien harus diinaktivasi dengan pemanasan selama 30
menit pada 56⁰C sebelum tes, dan hasilnya dibaca menggunakan mikroskop.
Untuk semua alasan tersebut banyak laboratorium klinik menggunakan tes
kualitatif tandingan Rapid Plasma Reagin (RPRtest)
2.7.3 Presipitasi
Presipitasi terjadi antara molekul pada proporsi antigen dan antibodi pada
campuran. Terdapat beberapa cara Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada pengujian
ini antigen berbentuk koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung pengujian pada
metode presipitasi, yaitu:
A. Uji tabung
Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi
dengan jumlah tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung
pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada
tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional.
B. Presipitasi Cincin
Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah mencapai
ikatan proporsional dengan antibodi akan menghasilkan presipitasi berbentuk
cincin.
C. Difusi Gel
Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi perlahan dari
arah tertentu melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari
berbagai antigen dapat diuji. Pita presipitasi terbentuk pada setiap antigen dapat
saling bertemu, atau bersilangan menunjukkan:
Bersambungan, antigen identik secara imunologik
(terhadap serum uji)
Bercabang, antigen berhubungan sebagian
Bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan
2.7.4 Immunoelectrophoresis
Jenis tes lain yang menggunakan prinsip presipitasi dan penggunaannya
secara luas digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam jumlah sedikit. Kelebihan
tes ini menggunakan muatan listrik yang dialirkan pada antigen-antibodi yang dites
pada sistem buffer tertentu. Karena antigen dan antibodi dipertemukan satu sama
lainnya dengan bantuan arus listrik pada suatu matriks semisolid untuk bermigrasi
sehingga metode ini disebut Counterimmunoelectrophoresis (CIE). CIE merupakan
modifikasi metode Ouchterlony yang dipercepat migrasi antigen antibodinya oleh
adanya aliran listrik. Dengan pengecualian bakteri Streptococcus pneumonia
serotype 7 dan 14, antigen bakteri akan bermuatan negatif pada suasana sedikit
basa, sedangkan antibodi bersifat netral. Sifat antigen bakteri inilah yang digunakan
pada prinsip metode CIE, dimana larutan yang mengandung antibodi dan larutan
sampel diletakkan pada lubang sumur agarosa yang diletakkan pada permukaan
kaca.
Kertas atau fiber bersumbu digunakan untuk menjembatani dua agarosa
yang bersebrangan untuk dilalui buffer yang sedikit alkali. Ketika dialiri arus listrik
maka akan terjadi migrasi dari Antigen yang bermuatan negatif akan bermigrasi ke
elektoda positif. Antibodi yang bermuatan netral akan terbawa oleh elektroda
negatif . pada perbatasan antara sumur akan terbentuk zona ekuivalen, dan komplek
antigen-antibodi membentuk garis presipitasi yang nampak, proses migrasi ini
memerlukan waktu satu jam. Banyak antigen yang dapat diperiksa oleh metode
CIE, mendeteksi hampir 0,01 sampai 0,05 mg/ml antigen yang setara dengan 103
organisme/ml larutan. Perlu disertai control pada setiap pengerjaan, CIE merupakan
metode yang berdasarkan reaksi presipitasi yang cukup mahal, sehingga tidak
banyak digunakan lagi dalam imunodiagnostik.
2.7.6 Immunoassay