You are on page 1of 3

Studi Kasus Farmakoterapi Minggu ke-1

Topik Infeksi Saluran Pernafasan dan Pencernaan

Ayu Trinita Sihombing 11615011


Acep Hendra Punja Ungga 11615012
Ria Ade Rahmawati 11615017
Jessica Nathania 11615024

Studi Kasus 1 – Infeksi Saluran Pencernaan

An. AB (4 tahun) masuk UGD karena sudah dua hari mengalami diare berdarah yang disertai mual dan
muntah, suhu tubuh 39.2 C, skin turgor menurun, peningkatan heart rate, mata yang cekung, dan merasa
lemas. Sehari yang lalu, ibu pasien sempat memberikan susu UHT untuk An. AB karena kondisi pasien yang
lemas dan terus muntah jika diberi makan. Ibu pasien juga sempat memberikan pasien loperamid yang
sebelumnya digunakan untuk mengatasi diare suaminya. Dokter memerintahkan untuk mengkultur feses
pasien, namun hasil kultur baru dapat keluar dua hari lagi.

a. Kondisi apa yang mungkin terjadi pada An. AB? Jelaskan dengan menggunakan algoritma
berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
b. Susun linimasa terapi lengkap (termasuk terapi pendukung) untuk An. AB untuk durasi 3 x 24 jam
beserta dosis, regimen, dan rute administrasi yang sesuai.
c. Apakah tindakan ibu pasien untuk memberikan susu UHT dan loperamide sudah tepat? Jelaskan.

Studi Kasus 2 – Infeksi Saluran Pernafasan

Nn. CD (19 tahun) didiagnosis oleh dokter menderita faringitis dan mendapatkan obat amoksisilin-asam
klavulanat 500/125 mg x 3 selama 7 hari. Pada hari ke-4 setelah diresepkan antibiotik, Nn. CD
mengeluhkan tenggorokan yang masih terasa tidak nyaman, namun kali ini disertai batuk dengan sputum
berwarna kuning kehijauan dan sesak nafas. Dokter memerintahkan pemeriksaan foto thorax dan
menegakkan diagnosis bronkitis setelah melihat hasilnya. Pasien memiliki riwayat asma yang terkontrol
dengan menggunakan salbutamol inhaler, namun sesak nafas pasien meningkat beberapa hari
belakangan dan terkadang tidak membaik dengan pemberian salbutamol. Berdasarkan keterangan
pasien, obat-obatan golongan derivate xantin seperti teofilin dan salbutamol dosis tinggi menghasilkan
efek samping berupa tremor berlebihan untuk pasien.
a. Kondisi apa yang terjadi pada Nn. CD? Apakah mungkin infeksi saluran nafas bagian atas dan
bawah terjadi bersama-sama?
b. Susun linimasa terapi lengkap (termasuk terapi pendukung) untuk An. AB untuk durasi 7 x 24 jam
beserta dosis, regimen, dan rute administrasi yang sesuai.
c. Apakah saran yang tepat untuk peningkatan sesak nafas yang dialami pasien dari sisi farmakologi
dan non-farmakologi?

1
Studi Kasus Farmakoterapi Minggu ke-1
Topik Infeksi Saluran Pernafasan dan Pencernaan

Jawaban :

1. Subject
An. AB (4 tahun), diare berdarah yang disertai mual dan muntah, skin turgor menurun, peningkatan
heart rate, mata yang cekung (dehidrasi), dan merasa lemas.

Objective
Suhu tubuh 39.2 C (demam)

Assesment

a. Pasien tersebut mengalami diare berdarah, dehidrasi (sedang) disertai dengan demam
kemungkinan infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri (terlihat dari gejala pasien
yang ditandai dengan demam, dan diare berdarah yang disebut sebagai dysentri like diarrhea),
yang diduga berdasarkan penularan dari ayah anak (sebelumnya diare dan sempat mengonsumsi
loperamide). Selain itu penggunaan obat loperamide juga memperparah kondisi diare anak
tersebut.
b. Diare diduga oleh Campilobacter jejuni
c. Pertama perlu ditangani terlebih dahulu dehidrasi pada pasien dengan pemberian oralit atau
dengan larutan gula-garam (1 sachet oralit dalam 100 ml air) dengan rute administrasinya
memakai sendok sedikit demi sedikit jika anak tersebut tidak mampu untuk menelan sekaligus
sebanyak 100 ml (diberikan setiapp setelah BAB). Tidak lupa pasien diberikan Zinc sebagai
peningkat daya tahan tubuh anak dengan dosis 10 mg/hari selama 10-15 hari.

2
Studi Kasus Farmakoterapi Minggu ke-1
Topik Infeksi Saluran Pernafasan dan Pencernaan

Tidak lupa diagnosis tetap ditegakan dengan melakukan kultur feces anak, bila kultur feces anak
didapatkan positif infeksi bakteri, terapi selanjutnya digunakan antibiotik azithromycin dengan
dosis 10 mg/kgBB perhari dengan waktu penggunaan 3-4 hari.

Terapi pendukung (non farmakologi) tambahan yaitu dengan menjaga makanan, lingkungan dan
sanitasi yang bersih. Makanan dibersihkan dan dimasak hingga matang. Cuci tangan sebelum
makan. Konsumsi makanan yang bergizi dan mudah ditelan

d. Pemberian susu UHT dan loperamide kurang tepat. Sebaiknya anak-anak diberikan rehidrasi
terlebih dahulu menggunakan oralit karena ditakutkan pasien menjadi lemas dan terus muntah
karena kondisi dehidrasinya. Loperamide seharusnya tidak diberikan karena bila hasil kultur yang
keluar adalah positif bakteri, maka pemberian loperamide justru akan memperparah kondisi
diare anak, jika dilihat mekanisme loperamide sebagai antimotilitas, hal tersebut hanya akan
memperparah kondisi dengan menahan bakteri disaluran pencernaan dan tidak dikeluarkan
bersama feces.

2. Pasien : Nn. CD (19 tahun) didiagnosis oleh dokter menderita faringitis dan mendapatkan obat
amoksisilin-asam klavulanat 500/125 mg x 3 selama 7 hari. Pada hari ke-4 setelah diresepkan
antibiotik, Nn. CD mengeluhkan tenggorokan yang masih terasa tidak nyaman, namun kali ini disertai
batuk dengan sputum berwarna kuning kehijauan dan sesak nafas.
a. Berdasarkan foto thorax pasien tersebut kemungkinan mengalami Pneumonia (termasuk dalam
Pneumonia CAP  pneumonia yang tidak terjadi di RS), hal tersebut terlihat dari riwayat pasien
yang memiliki riwayat sesak nafas (dyspnea), batuk, sputum warna kuning kehujauan, serta pada
hari ke empat setelah pemberian antibiotik pasien tersebut tidak mengalami perbaikan.

b. Untuk batuk bisa diberikan antitusif : dextromethorphan 10-30 mg oral setiap 8-10 jam

Untuk sesak nafas diberikan bronkodilator (ipratropium bromide + salbutamol sulfat) dengan
dosis 1-2 semprot

Untuk mengobati pneumonia bisa digunakan golongan beta laktam dan makrolida (penisilin dan
azitromisin).

e. Untuk terapi nonfarmolnya dilakukan untuk memperhatikan ventilasi udara ruangan agar
sanitasi udaranya tetap terjaga

You might also like