You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:
Selly Hadyan (NIM: 1608828)
Tingkat : III-C

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SUMEDANG
Jalan Margamukti No. 93 Ds. Licin Cimalaka Sumedang Telp. (0261) 203084
2018
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PRODI DIII KEPERAWATAN
Jl. Margamukti Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp/Fax. 02612030384

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KASUS (Masalah Utama)


Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang,
dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi
pendengaran (Auditory hearing voice or sounds), penglihatan ( Visual-seeing persons
or things), penciuman (Olfactory smelling odors), pengecapan (Gustatory-experiencing
tastes). (Varcarolis dalam Yosep, 2014)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan dan penghidupan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-
betulnya tidak ada. (Damaiyanti, 2012)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebahai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang nyang
berbicara. (Direja, 2011)
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikotik ataupun histerik. (Trimelia, 2011)
b. Jenis - jenis halusinasi
Menurut (Stuart & Sundeen, 2007) jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70%
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi Penghidu (olvactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikan
seperti : darah, urin, feses. Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan stroke, tumor, kejang, dan demensia
4) Halusinasi peraba (tactil)
Karakteristik ditandai dnegan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensai listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5) Halusinasi Pengecap (gustatory)
Karakteritik ditandai dengan dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin dan feses.
6) Halusinasi Sinestik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urin.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
c. Rentang respon

Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran Logis 1. Kadang proses 1. Gangguan Proses


2. Persepsi Akurat pikir terganggu Pikir (waham)
3. Emosi Konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
dengan 3. Emosi 3. Sulit Merespon
Pengalaman Berlebihan/kurang Emosi
4. Perilaku Sesuai 4. Perilaku tidak 4. Perilaku tidak
5. Hubungan Sesuai biasa terorganisir
Harmonis 5. Menarik Diri 5. Isolasi Sosial

(Stuart & Sundeen, 2007)


d. Faktor predisposisi
Menurut (Yosep, 2014) faktor penyebab terjadinya halusinasi, yaitu :
1) Faktor Pengembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendah nya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
prustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stres.
2) Faktor Sosiokultular
Seseorang yang merasa tidak di terima lingkunganya sejak bayi (unwanted child)
akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang
berlebihan di alami seseorang maka di dalam tubuh akan di hasilkan suatu jat yang
dapat bersifat halusinogemik neurokimia seperti buffofenon dan Dimetytranferase
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmiter
otak. Misalnya terjadi ketidak seimbangan acetylcholin dan dopamin
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adictiv. Hal ini berpengaruh pada ketidak mampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi massa depan nya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bawha anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizfrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
Menurut (Stuart & Sundeen, 2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dnegan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditujukan oleh penelitian-
penelitian yang berikut :
a) Penelitian pencitraan itak sesudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia: Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan artopi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-moterm).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress
e. Faktor Presifitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat
mengindikasi kemungkinan kekambuhan. (Keliat, 2006)
Menurut (Stuart & Sundeen, 2007), faktor preesifitasiterjadinya gangguan
halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkurangan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
f. Tanda dan gejala
1) Halusinasi Pendengaran
DO : - Bicara atau ketawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Mengarahkan telinga ke arah tertentu
- Menutup telinga
DS : - Klien mengatakan mendengar suara atau kegaduhan
- Klien mengatakan mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
- Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya
2) Halusinasi Penglihatan
DO : - Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
- Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
DS : - Klien mengatakan melihat bayangan, sinar bentuk geometrik, bentuk
kartun,
- Melihat hantu atau monster
3) Halusinasi Penghidu
DO : - Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup hidung.
DS : - Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang mau
itu menyenangkan.
4) Halusinasi Pengecapan
DO : - Sering meludah, muntah.
DS : - Merasakan seperti darah, urine, feses.
5) Halusinasi Perabaan
DO : - Menggaruk-garuk permukaan kulit.
DS : - Mengatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa tersengat listrik.
3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DI KAJI

DS : - Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri saat dikaji


- Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
- Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
- Konsentrasi rendah
- Pikiran cepat berubah-ubah
- Kekacauan alur pikiran
DO : - Klien mengatakan mendengar sesuatu
- Klien mengatakan melihat bayangan putih
- Klien mencieum bau-bauan yang tidak sedap seperti darah, feses atau urine
- Klien mengatakan kepalanya melayang diudara
- Klien merasakan dirinya ada sesuatu yang berbeda pada dirinya
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepdi : Halusinasi
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN
TGL
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
Gangguan Sensori Tujuan Umum : Setelah dilakukan Pasien
Persepsi : Halusinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan SP 1
(Pendengaran, pertemuan selama selama ..... x pertemuan
Penglihatan, ..... pasien mampu pasien mampu :
Pengecapan, atau mengontrol 1. Mengidentifikasi
Perabaan) halusinasi yang halusinasi : isi, 1. Identifikasi halusinasi 1. Identifikasi membantu
dialaminya. frekuensi, waktu : isi, frekuensi, waktu pasien mengenal
Tujuan Khusus : terjadi, situasi terjadi, situasi halusinasinya sehingga
Setelah dilakukan pencetus, perasaan, pencetus, perasaan, memumgkinkan pasien
pertemuan selama .... dan respon. dan respon. menghindari faktor
pasien mampu timbulnya halusinasi.
mengontrol 2. Menjelaskan cara 2. Jelaskan cara 2. Cara mengontrol
halusinasi yang mengontrol halusinasi mengontrol halusinasi halusinasi akan
dialaminya. : menghardik, obat, : menghardik, obat, memberi alternative
Kriteria hasil : bercakap – cakap, dan bercakap – cakap, dan pilihan untuk
1. Pasien dapat melakukan kegiatan. melakukan kegiatan. mencegah halusinasi.
mengenal 3. Melatih mengontrol 3. Latih mengontrol 3. Cara menghardik akan
halusinasinya. halusiansi dengan halusiansi dengan meyakinkan pasien
2. Pasien dapat menghardik. menghardik. bahwa halusinasi
mengontrol adalah hal yang tidak
halusinasinya nyata.
dnegan cara 4. Pasien dapat 4. Masukkan pada 4. Memasukkan kegiatan
menghardik. memasukkan pada jadwal kegiatan untuk pada jadwal akan
3. Pasien dapat jadwal kegiatan untuk latihan menghardik. meningkatkan disiplin
mengontrol latihan menghardik. pasien dalam berlatih
halusinasi dengan dan melakukan
cara minum obat kegiatan.
teratur.
4. Pasien dapat
mengontrol
halusinasi dengan
cara bercakap –
cakap.
Setelah dilakukan SP 2
tindakan keperawatan
selama ..... x pertemuan
pasien mampu :
1. Mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evalusi kegiatan sangat
kegiatan menghardik, menghardik, beri penting untuk
Memberi pujian. pujian. mengetahui tingkat
keberhasilan dalam
latihan selanjutnya.
2. Melatih cara 2. Latih cara mengintrol 2. Pemberian obat dengan
mengintrol halusinasi halusinasi dengan aturan yang tepat akan
dengan obat (Jelaskan obat (Jelaskan dengan meningkatkan
dengan benar : jenis, benar : jenis, guna, keefektivitasan obat
guna, dosis, frekuensi, dosis, frekuensi, cara dalam bekerja.
cara kontinuitas kontinuitas minum
minum obat). obat).
3. Memasukkan pada 3. Masukkan pada 3. Memasukkan kegiatan
jadwal kefgiatan jadwal kefgiatan pada jadwal akan
untuk latihan untuk latihan meningkatkan displin
menghardik dan menghardik dan pasien dalam berlatih
minum obat. minum obat. melakukan kegiatan.
Setelah dilakukan SP 3
tindakan keperawatan
selama ..... x pertemuan
pasien mampu :
1. Mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
kegiatan menghardik menghardik dan obat. sangat penting untuk
dan obat. Memberi Beri pujian. mengetahui tingkat
pujian. keberhasilan dalam
latihan selanjutnya.
2. Melatih cara 2. Latih cara mengontrol 2. Bercakap-cakap dapat
mengontrol halusinasi halusinasi dengan melatih halusinasi.
dengan bercakap- bercakap-cakap saat
cakap saat terjadi terjadi halusinasi.
halusinasi.
3. Memasukkan pada 3. Masukkan pada 3. Memasukkan kegiatan
jadwal kegiatan untuk jadwal kegiatan untuk pada jadwal akan
latihan menghardik, latihan menghardik, meningkatkan disiplin
minum obat dan minum obat dan pasien dalam berlatih
bercakap-cakap. bercakap-cakap. melakukan kegiatan.
Setelah dilakukan SP 4
tindakan keperawatan
selama ..... x pertemuan
pasien mampu :
1. Mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
kegiatan latihan latihan menghardik, sangat penting untuk
menghardik, obat, obat, bercakap-cakap. mengetahui tingkat
bercakap-cakap. Beri pujian. keberhasilan dalam
Memberi pujian. latihan selanjutnya.
2. Melatih cara 2. Latih cara mengontrol 2. Melakukan kegiatan
mengontrol halusinasi halusinasi dengan akan mengalihkan
dengan melakukan melakukan kegiatan halusinasi.
kegiatan harian (mulai harian (mulai 2
2 kegiatan). kegiatan).
3. Memasukkan pada 3. Masukkan pada 3. Memasukkan kegiatan
jadwal kegiatan untuk jadwal kegiatan untuk pada jadwal akan
latihan menghardik, latihan menghardik, meningkatkan disiplin
minum obat, minum obat, pasien dalam berlatih
bercakap-cakap dan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan.
kegiatan harian. kegiatan harian.
Tujuan Umum : Setelah dilakukan Keluarga
Setelah dilakukan tindakan keperawatan SP 1
pertemuan selama selama .... x pertemuan
..... pasien mampu keluarga mampu :
mengontrol 1. Mendiskusikan 1. Diskusikan masalah 1. Dengan mengetahui
halusinasi yang masalah yang yang dirasakan dalam permasalahan pasien
dialaminya. dirasakan dalam merawat pasien. dalam merawat
Tujuan Khusus : merawat pasien. keluarga akan diketahui
Setelah dilakukan seberapa besar
pertemuan selama .... pengetahuan keluarga
keluarga mampu dalam merawat pasien.
merawat pasien 2. Menjelaskan 2. Jelaskan pengertian, 2. Dengan mengenal
dengan gangguan pengertian, tanda tanda gejala, dan tanda dan gejala pasien
sensori persepsi : gejala, dan proses proses halusinasi. akan teridentifikasi
Halusinasi. halusinasi. perubahan perilaku
Kriteria hasil : pasien.
1. Keluarga 3. Menjelaskan cara 3. Jelaskan cara merawat 3. Dengan mengetahui
mengetahui merawat pasien pasien halusinasi. cara merawat pasien
pengertian, tanda halusinasi. halusinasi, keluarga
gejala dan proses dapat merawat pasien
halusinasi. secara mandiri.
2. Keluarga 4. Melatih cara merawat 4. Latih cara merawat 4. Dengan berlatih cara
mengetahui cara halusinasi : hardik. halusinasi : hardik. merawat pasien
mengontrol halusinasi, keluarga
halusinasi. dapat merawat pasien
3. Keluarga mampu secara mandiri.
menjelaskan 5. Menganjurkan 5. Anjurkan membantu 5. Memasukkan kegiatan
follow up ke RSJ, membantu pasien pasien sesuai jadwal. pada jadwal akan
tanda kambuh, sesuai jadwal. Beri pujian. meningkatkan disiplin
rujukan. Memberi pujian. pasien dalam berlatih
melakukan kegiatan.

Setelah dilakukan SP 2
tindakan keperawatan
selama .... x petemuan
keluarga mampu :
1. Mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
kegiatan keluarga keluarga dalam sangat penting untuk
dalam merawat/melatih mengetahui tingkat
merawat/melatih pasien menghardik. keberhasilan dalam
pasien menghardik. Beri pujian latihan sebelumnya.
Memberi pujian.
2. Menjelaskan dengan 2. Jelaskan dengan benar 2. Pemberian obat dengan
benar cara cara memberikan aturan yang tepat akan
memberikan obat. obat. meningkatkan
keefektivitasan obat
dalam bekerja.
3. Melatih cara 3. Latih cara 3. Melatih pemberian obat
memberikan/ memberikan/ yang tepat akan
membimbing minum membimbing minum menjaga
obat. obat. keberlangsungan
minum obat.
4. Menganjurkan 4. Anjurkan membantu 4. Memasukkan kegiatan
membantu pasien pasien sesuai jadwal pada jadwal akan
sesuai jadwal dan dan memberi pujian. meningkatkan disiplin
memberi pujian. pasien dalam berlatih
melakukan kegiatan.
Setelah dilakukan SP 3
tindakan keperawatan
selama .... x petemuan
keluarga mampu :
1. Mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
kegiatan keluarga keluarga dalam sangat penting untuk
dalam merawat/melatih mengetahui : tingkat
merawat/melatih pasien menghardik keberhasilan dalam
pasien menghardik dan memberi obat. latihan sebelumnya.
dan memberi obat. Beri pujian.
Memberi pujian.
2. Menjelaskan cara 2. Jelaskan cara 2. Bercakap-cakap akan
bercakap-cakap dan bercakap-cakap dan mengalihkan halusinasi
melakukan kegiatan melakukan kegiatan yang dirasakan pasien.
untuk mengontrol untuk mengontrol
halusinasi . halusinasi .
3. Melatih dan sediakan 3. Latih dan sediakan 3. Melatih bercakap-
waktu untuk waktu untuk cakap akan memberi
bercakap-cakap bercakap-cakap kesempatan pasien
dengan pasien dengan pasien untuk menghindari
terutama saat terutama saat halusinasi yang
halusinasi. halusinasi. menguasainya.
4. Menganjurkan 4. Anjurkan membantu 4. Memasukkan kegiatan
membantu pasien pasien sesuai jadwal pada jadwal akan
sesuai jadwal dan dan memberikan meningkatkan disiplin
memberikan pujian. pujian. pasien dalam berlatih
melakukan kegiatan.
Setelah dilakukan SP 4
tindakan keperawatan
selama .... x petemuan
keluarga mampu :
1. Mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
kegiatan keluarga keluarga dalam sangat penting untuk
dalam merawat/melatih mengetahui tingkat
merawat/melatih pasien menghardik, keberhasilan dalam
pasien menghardik, memberi obat dan latihan sebelumnya.
memberi obat dan bercakap-cakap. Beri
bercakap-cakap. pujian.
Memberi pujian.
2. Menjelaskan follow 2. Jelaskan follow up ke 2. Rujukan sangat
up ke RSJ/PKM, RSJ/PKM, tanda diperlukan jika kondidi
tanda kambuh, kambuh, rujukan. pasien menunjukkan
rujukan. kekambuhan.
3. Menganjurkan 3. Anjurkan membantu 3. Memasukkan kegiatan
membantu pasien pasien sesuai jadwal pada jadwal akan
sesuai jadwal dan dan memberi pujian meningkatkan disiplin
memberi pujian. pasien dalam berlatih
melakukan kegiatan.

6. REFERENSI
a. Damaiyanti, M. I. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refrika Aditama.
b. Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta: Nuha Medika.
c. Keliat, B. A. (2006). Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
d. Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC.
e. Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info Medika.

You might also like