You are on page 1of 1

Hambatan pada Internet Service Provider ( ISP )

Hambatan-hambatan yang terjadi pada ISP

Dalam bidang ISP (Internet Service Provider), ada beberapa model kompetisi di kalangan ISP.
Pertama, masalah-masalah dan hambatan dalam hal ada pemain baru yang ingin masuk ke pasar.
Faktor yang penting adalah masalah economic scale (EOS) yang sangat berkaitan dengan
masalah production cost. Untuk ISP di Indonesia, EOS ini cukup rendah karena didominasi oleh
varibel biaya.
Masalah lainnya adalah rival bisnis. Struktur bisnis ISP di Indonesia saat ini sifatnya oligopoli
karena empat ISP besar saling berbagi 72% pasar. Namun, kondisi oligopoli ini sebenarnya
dapat berubah karena kemampuan untuk meningkatkan kekuatan pasar dibatasi oleh kemudahan
bagi pemain baru masuk ke bisnis ISP di samping faktor bargain power dari kalangan
pengguna/pelanggan sendiri.
Namun yang sering menjadi persoalan, sikap pemilik utama jaringan telekomunikasi di
Indonesia, yakni PT Telkom dan kalangan mitranya. Pasalnya, tidak ada kesatuan pandangan
mengenai posisi ISP. Ada sebagian kalangan pihak Telkom yang menganggap ISP sebagai mitra
bisnis dan ada juga yang menganggap ISP ini sebagai rival bisnis.Hal ini terbukti dari berbagai
perkembangan terakhir atas layanan Telkom kepada pelaku bisnis ISP sebagai pengguna layanan
saluran akses, baik analog, digital ISDN dan E1, layanan leased circuit, dan penggunaan
bandwith internasional.
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pernah mengemukakan bahwa hampir
setiap staf ISP mengunjungi Sentra Layanan Telekomunikasi Telkom, layanan petugas berubah
ketika mengetahui bahwa yang menghadap merupakan wakil perusahaan ISP. Selain itu,
permohonan untuk memperoleh leased circuit (LC) hampir selalu menghadapi hambatan,
khususnya di daerah.
Jika pun mendapatkan LC ini, sebagian besar ISP disyaratkan untuk membuat surat pernyataan
bahwa saluran tidak akan digunakan untuk VoIP (Voice over IP-Internet Telephony). Padahal
ada bank yang jelas-jelas hendak menggunakan VoIP untuk layanan phone-banking justru tidak
disyaratkan untuk membuat surat pernyataan tadi.
Perlakuan lainnya adalah abonemen saluran telepon sejak pertengahan 2000 di Divisi Regional
VI Telkom di Kalimantan mulai dikenakan Commitment Fee sebesar Rp274.000/bulan/saluran
dengan pertimbangan bahwa saluran akses ISP merupakan saluran telepon yang tidur.
Perlakuan lainnya, saluran E1 di Divisi Regional II Telkom saat ini dikenakan Minimum
Guaranteed Traffic (MGT) sebesar 400 ribu menit. Selain itu, disertai syarat harus berada di
lokasi tandem, sehingga akan menambah biaya lagi untuk keperluan co-location.

You might also like