You are on page 1of 12

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM


HEMATOLOGI PADA ANEMIA

Oleh Kelompok 5:

Handini Indah R. (131611133122) Desti Nayunda L. (131611133137)

Happy Puspita Risna (131611133127) Siti Nur Aisa (131611133138)

Esti Ristanti (131611133129) Shintia Ekawati (131611133141)

Adji Yudho P. (131611133133) Indah Azhari (131611133146)

Dosen Pembimbing:

Ika Nur Pratiwi, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM

HEMATOLOGI PADA ANEMIA

1. Deskripsi

Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah,


organ pembentuk darah, dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi sel-
sel darah, serta sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang berbeda
dengan organ lain, karena berbentuk cairan. Jumlah darah dalam tubuh adalah 6-
8% berat tubuh total. Empat puluh lima sampai 60% darah terdiri dari sel-sel,
terutama eritrosit, leukosit, dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai
media transportasi, serta memelihara suhu tubuh dan keseimbangan cairan (Atul
& Victor, 2008).

Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah (yang berfungsi
membawa oksigen) mengalami penurunan untuk memenuhi lebutuhan fisiologis
tubuh. Kebutuhan fisiologis spesifik bervariasi pada manusia dan bergantung pada
usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan tahap kehamilan (WHO, 2011).

Anemia adalah kondisi klinis yang terjadi akibat insufiensi kebutuhan sel
darah merah (SDM), baik volume total SDM maupun kuantitas hemoglobin.
Hipoksia terjadi karena jaringan tubuh tidak adekuat dalam mendapatkan oksigen.
Anemia bukan merupakan penyakit tersediri, melainkan merupakan dampak dari
berbagai proses patologis yang menyebabkan abnormalitas jumlah SDM dan
struktur atau fugsi SDM (Black & Hawks, 2009).

Kadar hemoglobin (Hb) digunakan untuk membagi derajat anemia. Klien


dengan anemia ringan (Hb 10-14 g/Dl) umumnya tidak menunjukkan gejala
apapun, gejala timbul seiring dengan peningkatan keparahannya. Klien dengan
anemia sedang (Hb 6-10 9/Dl) dapat menunjukkan dispnea, palpitasi, diaforesis
saat aktivitas, dan kelemahan kronis. Anemia berat (Hb <6 g/dL) dapat
asimtomatik karena anemia berkembang secara bertahap, sementara yang lain
dapat menunjukkan manifestasi klinis yang signifikan di berbagai organ tubuh.

1
2. Patofisiologi

Patofisiologi anemia dapat dilihat pada Gambar 6.1. Anemia menyebabkan


transpor oksigen mengalami gangguan. Hemoglobin yang berkurang atau jumlah
SDM yang sangat menurun menyebabkan oksigen yang tidak adekuat dibawa ke
seluruh jaringan dan berkembang menjadi hipoksia. Tubuh mengompensasi
keadaan tersebut dengan meningkatkan produksi SDM., meningkatkan curah
jantung dengan meningkatkan isi sekuncup atau irama jantung, meredistribusi
darah dari jaringan yang kebutuhan oksigennya rendah ke jaringan yang
kebutuhan oksigennya tinggi.

3. Etiologi

Secara umum, definisi zat besi merupakan penyebab anemia global, tetapi
defisiensi nutrisi lainnya (meliputi kekurangan asam folat , vitamin B 12, dan
vitamin A), masalah infeksi akut dan kronis, infeksi parasit, kelainan yang
berkaitan dengan sintesis hemoglobin, produksi sel darah merah, rapat
menyebabkan anemia (WHO, 2011).
Anemia dapat berkembang dari masalah hematologi primer atau
merupakan perkembangan akibat kerusakan atau kelainan sistem tubuh. Anemia
juga diklasifikasikan berdasarkan etiologi atau morfologinya. Anemia dapat
disebabkan oleh salah satu dari tiga cara berikut ini.
1. Penurunan produksi sel darah merah (SDM).
a. Sintesis DNA defektif: Defisiensi kobalamin atau vitamin B12,
defisiensi asam folat.
b. Penurunan sintesis hemoglobin: Definisi zat besi, talasemia,
anemia skleroblastik.
c. Penurunan jumlah eritrosit prekursor: Anemia aplastik, anemia dari
leukimia, penyakit kronis.
2. Penignkatan destruksi sel darah merah (SDM).

a. Intrinsik: Sickle cell anemia, defisiensi enzim, membran abnormal.


b. Ekstrinsik: Trauma fisik, antibodi (autoimun dan isoimun)
c. Agens infeksi
d. Toksin.
3. Kehilangan darah.

2
a. Akut : Trauma, ruptur pembuluh darah

b. Kronis : Gastritis, hemoroid.

4. Rencana Asuhan Keperawatan

Pengkajian

riwayat

- Dapat menetap selama beberapa tahun tanpa tanda dan gejala ;

- Keletihan ;

- Ketidakmampuan berkonsentrasi ;

- Sakit kepala, sesak nafas (terutama saat aktivitas berat)

- Peningkatan frekuensi infeksi

- Pika, hasrat yang tidak terkontrol untuk memakan sesuatu yang aneh, seperti
tanah liat, tepung, es, dan pada anak, timbal ;

- Menoragia ;

- Disfragia ;

- Gangguan vasomotor ;

- Baal dan kesemutan ekstremitas ;

- Nyeri neuralgik.

5. Temuan pemeriksaaan fisik

- Lidah merah, bengkak, licin, terang, dan nyeri tekan (glositis) ;

3
- Sudut bibir mengalami erosi, nyeri tekan, dan bengkak (stomatitis angular)

- Kuku berbentuk sendok dan rapuh

- Takikardia.

Gambar 6.1 Patofisiologi Anemia

4
6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium

- Kadar hemoglobin serum menurun (normal : pria 13,5-18 g/dL; wanita 12-16
g/dL)2 atau pada anemia berat, penurunan kadar MCH (normal : 27-31 pg)2 ;

- Hematokrit serum menurun (normal : pria 40-50% ; wanita 36-46%)2 ;

- Kadar besi serum menurun (normal : 50-150 µg/dL)2 dengan kapasitas


pengikatan yang tinggi (normal : 250-450 µg/dL)2 ;

- Kadar feritin serum menurun ;

- Hitung sel darah merah (SDM) serum menurun (normal : pria 4,6-6,0
juta/µL ; wanita 4,0-5,0 juta/µL)2 dengan sel mikrositik dan hipokromik (pada
tahap awal , hitung SDM normal, kecuali pada bayi dan anak).

b. Prosedur Diagnostik

- Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan penururnan atau tidak ditemukan


cadangan besi (dilakukan dengan pewarnaan) dan hiperplasia normoblastik ;

- Pemerikasaan salauran cerna, seperti uji guaiak peses, uji telan barium dan
enema, endoskopi, dan sigmoidoskopi meniadakan atau memperkuat diagnosis
perdarahan yang menyebabkan defisiensi besi.

5
Diagnosis, Hasil, dan Intervemsi Keperawatan Gangguan Sistem Hematologi :

1. Diagnosa Keperawatan (NANDA) : Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan


Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (anemia)
Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus tau yang ingin dilakukan.
Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
Ketahanan : Manajemen Energi :
 Melaporkan peningkatan toleransi Independen
aktivitas, termasuk aktivitas kehidupan  Kaji kemampuan klien untuk melakukan
sehari-hari tugas dan aktivitas kehidupan sehari-hari
 Menunjukkan penurunan tanda fisiologis
yang normal, dengan memperhatikan
intoleran-denyut nadi, pernafasan, dan
laporan tentang kelemahan, keletihan, dan
tekanan darah tetap berada dalam rentang
kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
normal klien
 Menunjukkan nilai laboratorium (Hb/Ht)
dalam rentang yang dapat diterima

6
2. Diagnosa keperawatan : Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan : Kurang paparan,
mengingat, salah pengertian terhadap informasi, tidak mengetahui sumber informasi
Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)


Pengetahuan: Manajemen Penyakit Kronis Penyuluhan: Proses Penyakit
 Menyatakan pemahaman tentang sifat  Diskusikan makanan yang harus dihindari,
proses penyakit, prosedur diagnostik, seperti kopi, teh, kuning telur, susu, serat dan
dan komplikasi potensial. protein kedelai, ketika klien sedang
 Mengidentifikasi faktor penyebab. mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi.
 Menyatakan pemahaman tentang
kebutuhan terapeutik.
 Memulai perilaku atau perubahan
gaya hidup yang diperlukan.

3. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)


Status Nutrisi Terapi Nutrisi
 Menunjukkan kenaikan berat badan yang Independen
 Tinjau riwayat nutrisi, termasuk pilihan
progresif atau berat badan yang stabil,
makanan.
dengan nilai laboratorium yang normal
 Tidak mengalami tanda malnutrisi
 Menunjukkan perilaku atau perubahan gaya
hidup untuk memperoleh kembali dan
mempertahankan berat badan yang tepat

7
4. Diagnosa keperawatan : Konstipasi/Diare yang berhubungan dengan : Efek samping medikasi,
kebiasaan makan buruk, perubahan motilitas gastrointestinal
Definisi : Konstipasi : Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau
pengeluaran feses tidak tuntas dan/ atau feses yang keras, kering, dan banyak. Diare : Pengeluaran
feses yang lunak dan tidak berbentuk
Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
Status Nutrisi Manajemen Defekasi
 Mencapai kembali pola normal funsi usus Independen
 Menunjukkan perubahan perilaku atau gaya  Auskultasi bising usus.
hidup, seperti yang diharuskan oleh faktor
penyebab atau pendukung
 Menunjukkan perilaku atau perubahan gaya
hidup untuk memperoleh kembali dan
mempertahankan berat badan yang tepat

5. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)


Kontrol Risiko : Perlindungan Infeksi
 Mengidentifikasi perilaku untuk Independen
 Lakukan dan dukung mencuci tangan
mencegah dan mengurangi risiko infeksi.
Keparahan Infeksi : secara cermat oleh pemberi asuhan dan
 Bebas dari tanda infeksi; mencapai
klien.
penyembuhan luka tepat waktu jika
terdapat luka.

PEMBAHASAN JURNAL

8
Intervensi Manajemen Energi

Berdasarkan studi tentang 'Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan


Protein Dengan IMT dan Hemoglobin Pada Pasien Pengguna Napza’, dijelaskan
bahwa energi dan protein dibutuhkan untuk mempertahankan ataupun
meningkatkan status gizi. Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO adalah
konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi
pengeluaran energi seseorang. Kekurangan konsumsi energi dapat menyebabkan
anemia, hal ini terjadi karena pemecahan protein tidak lagi ditujukan untuk
pembentukan sel darah merah dengan sendirinya menjadi kurang, melainkan
untuk menghasilkan energi atau membentuk glukosa. Pemecahan protein untuk
energi dan glukosa dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh dan
melemahnya otot - otot (Nursari, 2010).

Intervensi Penyuluhan: Proses Penyakit

Dalam penelitiam tentang ‘Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Anemia Pada Remaja Putri Siswa Smk An Nuroniyah Kemadu Kec. Sulang Kab.
Rembang’ dijelaskan bahwa faktor penghambat penyerapan zat besi antara lain
seperti fitat (di dalam kacang-kacangan, biji-bijian, kedelai dan produknya),
oksalat dalam sayuran, tannin dalam teh, serta posfitin dalam kuning telur.

Intervensi Terapi Nutrisi

Berdasarkan penelitian tentang Effectiveness of Complementary Food


Supplements and Diertary, ditunjukkan bahwa pada anak usia 6-23 bulan
diberikan zat besi yang kaya, pengenalan makanan padat atau setengah padat pada
usia 6-8 bulan dengan memberikan penambahan 4,0 g protein dan lemak dari
kedelai ke suplemen makanan pelengkap di setiap sachetnya dalam menerapkan
intervensi terapi nutrisi.

Intervensi Manajemen Defekasi

9
Dalam penelitian tentang A Critical Review of Auscultating Bowel dan
How Useful are Bowel Sounds in Assessing The Abdomen dibahas bahwa
Intervensi Manajemen Defekasi terkait Auskultasi bising usus yang mana
Auskultasi (mendengarkan bising usus) merupakan bagian dari penilaian fisik
perut dan dilakukan untuk menentukan apakah suara usus normal, serta dalam
melakukan Auskultasi bising usus jelas bahwa analisis bunyi usus yang memiliki
beberapa kegunaan dapat berguna dalam mencari seperti penyakit pencernaan
tertentu.

Intervensi Perlindungan Infeksi

Dalam penelitian tentang Efektifitas Mencuci Tangan Menggunakan


Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka
Kuman dijelaskan bahwa Cuci tangan yang baik adalah mencuci tangan dengan
menggunakan sabun plain (tidak mengandung anti mikroba) atau sabun anti septik
yang mengandung anti mikroba, menggosok-gosok kedua tangan meliputi seluruh
permukaan tangan dan mencucinya dengan air mengalir dan mengeringkannya
secara keseluruhan dengan menggunakan handuk sekali pakai. Hal ini dilakukan
dalam rangka melakukan perlindungan infeksi untuk mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

10
Baid, H 2009, ‘A critical review of auscultating bowel review’, British Journal of
Nursing, Vol. 18. No. 18, pp. 1125-1129.

Desiyanto, F & Djannah, S 2013, ‘Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan


Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah
Angka Kuman’, KESMAS, vol. 7, no. 2, pp. 75-81.

Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia, 2017, Rencanan Asuhan


Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gu, Y, Lim, H & Moser, M 2010, ‘How Useful Are Bowel Sounds in Assessing
the Abdomen?’, Department of Surgery University of Saskatchewan,27:
pp. 422-426.

Penoyer, D & Sole, M 2005, ‘Out Comes of an Infection Prevention Project


Focusing on Hand Hygiene and Isolation Practices’, AACN Clinical Issues
Advanced Practice in Acute and Critical Care, vol. 16, no. 2, pp. 121-132.

Sinaga,Tiurma, et al. 2016. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein


Dengan IMT dan Hemoglobin Pada Pasien Penggunaan NAPZA. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol 4. No 3.

Wijayanti, Y, 2011, ‘Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada


Remaja Putri Siswa Smk An Nuroniyah Kemadu Kec. Sulang Kab.
Rembang’, FIK UNNES: Semarang.

Zhang Yanfeng, et al 2016, ‘Effectiveness of Complementary Food Supplements


and Dietary Counselling on Anemia and Stuntin in Children Aged 6-23
Months in Poor Areas og Qinghai Province, China: a Controlled
Interventional Study, BMJ OPEN.

11

You might also like