You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Menurut (Hidayati, 2005) bencana adalah keadaan yang mengangu
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam atau
perbuatan manusia. Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang
atau situasi tertentu dalam waktu yang sangat cepat tanpa adanya tanda-tanda.
Dampak dari bencana dapat bervariasi, tergantung pada kondisi dan kerentaan
lingkungan dan masyarakat.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab bencana dapat dibagi
menjadi dua, yakni : alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu
terjadi di muka bumi, misal tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya
benda-benda dari langit ke bumi (misalkan meteor), tidak adanya hujan pada
suatu lokasi dalam waktu yang relatif lama sehingga menimbulkan bencana
kekeringan, atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi
menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor (Sjarief, 2010).
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah
Banjir. Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran
sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan
menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Menurut
data statistik yang diambil dari situs (http://dibi.bnpb.go.id/), mengenai
distribusi tipe bencana dan korban jiwa pada tahun 1815 hingga tahun 2015,
banjir menempati urutan pertama dengan 5.600 peristiwa dan jumlah korban
jiwa dibawah 34.000 orang. Selain itu, banjir juga merupakan bencana alam
yang mempunyai tingkat frekuensi terjadinya bencana sebesar 34 % disusul
oleh bencana angin kencang.
Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda
Indonesia, maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan dan

1
mitigasi bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk menngurangi resiko dan
dampak dari bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa saja
jenis banjir, bagaimana penanggulangan bencana banjir, dan bagaimana
mitigasi yang harus dilakukan ketika terjadi banjir.

1.2. Tujuan Makalah


Makalah yang kami susun dengan judul Banjir bertujuan untuk
mengetahui tentang :
a. Bagaimana proses terjadinya banjir
b. Untuk mengetahui penyebab banjir
c. Untuk mengetahui apa tindakan yang di lakukan saat banjir
d. Untuk mengetahui tentang apa yang harus di lakukan agar tidak ada jatuh
korban ketika banjir

1.3. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Penulisan makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca terutama
mengenai Banjir.
2. Penulisan makalah ini juga dapat menambah pengetahuan bagi penulis
sendiri mengenai proses terjadinya banjir, penyebab banjir dan tindakan
yang dilakukan saat banjir.
3. Penulisan makalah ini dapat dijadikan sumber referensi untuk penulisan
makalah dengan topik yang sama.
4. Makalah ini juga dapat menjadi syarat pemenuhan tugas mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.

2
BAB II
PERMASALAHAN

Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka masalah-masalah yang di


bahas dapat di rumuskan sebagai berikut :
2.1 Bagaimana proses terjadinya banjir ?
2.2 Apa penyebab banjir ?
2.3 Bagaimana cara menanggulangi banjir ?

BAB III
PEMBAHASAN

3
3.1 Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir
timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada
umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya
sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak
rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga membawa lumpur berbau
yang dapat menutup segalanya setelah air surut.
Banjir adalah hal yang rutin.Setiap tahun pasti datang. Banjir,
sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam "biasa" yang sering terjadi
dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena
meminta korban besar.

3.2 Jenis-jenis Banjir

Sebenarnya, UU Nomor 24 tahun 2007 selain mendefinisikan


pengertian dari bencana, juga menyebutkan beberapa pengertian dari
bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Dari lingkup
bencana alam, terdapat definisi dari dua buah jenis banjir, yakni banjir dan
banjir bandang. Banjir adalah terendamnya suatu daerah karena volume air
yang meningkat. Sementara, banjir bandang adalah banjir yang datang
secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

(Paripurno, 2013) dalam Modul Pengenalan Banjir, menyebutkan


terdapat tiga jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya
banjir tersebut. Jenis banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat, Banjir
luapan sungai, dan banjir pantai.

a. Banjir Kilat
4
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu
delapan jam setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir
ini sering dihubungkan dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan
petir yang keras, badai tropis atau cuaca dingin.Umumnya banjir
kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat deras.
Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain,
seperti: bendungan yang gagal menahan debit air yang meningkat,
es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian
hulu sungai.
b. Banjir Luapan Sungai

Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan


proses yang cukup lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak
diperhatikan, sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan
mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman atau
tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya
adalah kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan
kelebihan debit air.
c. Banjir Pantai

Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai


tropis. Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering
bertambah parah karena badai yang dipicu angin kencang di
sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan
membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah satu
banjir yang sering terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang. Banjir
bandang (flash flood) adakah penggenangan akibat limpasan keluar alur
sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas
aliran, terjadi dengan cepat melanda daeraah-daerah rendah permukaan
bumi, di lembah sungai-sungai dan cekungan- cekungan dan biasanya

5
membawa material sampah (debris) dalam alirannya. Banjir bandang bisa
berlangsung cepat (biasanya kurag dari enam jam) dan mempunyai tinggi
permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter dengan
membawa material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang lajurnya
(Mulyanto, 2012).

Apabila dihubungkan dengan klasifikasi banjir menurut (Paripurno,


2013), banjir bandang dapat dikategorikan sebagai jenis banjir tipe kilat.
Karena dapat terjadi dengan waktu yang singkat dan juga disertai
membawa material-material sampah atau debris.

Secara umum, faktor terjadinya bencana banjir sama seperti


terjadinya bencana pada umumnya. Bencana dapat dibagi menjadi dua
buah faktor, yakni bencana akibat faktor alam sendiri, dan bencana akibat
ulah manusia. Bencana akibat alam disebabkan oleh adanya fenomena
alam yang dikenal sebagai bencana alam. Akan tetapi, pada faktanya,
manusia tetap berkontribusi paling besar dengan terjadinya bencana alam
yang sering terjadi saat ini.

Sementara itu, bencana akibat ulah tangan manusia diakibatkan


oleh adanya ulah manusia yang membuat perubahan situasi alam yang
ada saat ini. Salah satu contohnya adalah pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. Pemenuhan kebutuhan hidup manusia ini bermacam-macam
bentuknya, mulai dari melakukan penebangan hutan secara liar,
mendirikan pemukiman di daerah bantaran sungai, perusakan kawasan
hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan menjadikan aliran sungai
sebagai tempat pembuangan sampah (Sundar, 2007).

3.3 Penyebab Terjadinya Banjir


Sering sekali terjadinya banjir, dan hampir setiap kali hujan, maka pasti
ada saja daerah yang terkena banjir. Apa penyebab banjir itu, secara
umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut.
6
 Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
Salah satu sebab utama perusakan hutan hujan dan terjadinya
banjir adalah penebangan hutan. Banyak tipe kayu yang digunakan
untuk perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari hutan tropis di
Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan membeli produk kayu
tertentu, orang-orang di daerah seperti Amerika Serikat secara
langsung membantu perusakan hutan hujan.
Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu
yang mengurangi kerusakan lingkungan, kebanyakan penebangan
hutan di hutan hujan sangat merusak. Pohon-pohon besar ditebangi
dan diseret sepanjang hutan, sementara jalan akses yang terbuka
membuat para petani miskin mengubah hutan menjadi lahan
pertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan
diri pada hewan-hewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka
memburu hewan-hewan liar seperti gorila, kijang, dan simpanse
untuk dimakan.
Penelitian telah menemukan bahwa jumlah spesies yang ditemukan
di hutan hujan yang telah ditebang jauh lebih rendah dibandingkan dengan
jumlah yang ditemukan di hutan hujan utama yang belum tersentuh.
Banyak hewan di hutan hujan tidak dapat bertahan hidup dengan
berubahnya lingkungan sekitar.
Penduduk lokal biasanya bergantung pada penebangan hutan di
hutan hujan untuk kayu bakar dan bahan bangunan. Pada masa lalu,
praktek-praktek semacam itu biasanya tidak terlalu merusak ekosistem.
Bagaimanapun, saat ini wilayah dengan populasi manusia yang besar,
curamnya peningkatan jumlah orang yang menebangi pohon di suatu
wilayah hutan hujan bisa jadi sangat merusak. Sebagai contoh, beberapa
wilayah di hutan-hutan di sekitar kamp-kamp pengungsian di Afrika
Tengah (Rwanda dan Congo) benar-benar telah kehilangan seluruh
pohonnya.

7
 Pendangkalan sungai,
 Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai maupun
keselokan rumah
 Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
 Pembuatan tanggul yang kurang baik,
 Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

3.4 Dampak Negatif Dari Banjir


Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
1. Rusaknya areal pemukiman penduduk,
2. Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
3. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
4. Rusaknya areal pertanian
5. Timbulnya penyakit-penyakit
6. Menghambat transportasi darat

3.5 Cara Mencegah Banjir


Lubang Resapan Biopori - Mencegah Banjir Dimusim Banjir
Hujan turun banjirpun datang, begitulah fenomena yang kini terjadi
di beberapa daerah di negri kita ini. Setiap musim hujan tiba, banyak orang
selalu khawatir akan datangnya banjir. Banjir di musim hujan dan kekeringan
air di musim kemarau menjadi masalah yang serius dari tahun ke tahun.
Banjir menjadi agenda tahunan bagi warga yang tinggal didaerah
pinggiran sungai. Namun jangan heran, dataran yang jauh dari sungai pun
kini sudah tidak luput dari banjir. Akhir-akhir ini, banjir tidak lagi terjadi di
daerah pinggiran sungai saja, namun banjir terjadi juga di daerah dataran
tinggi. Hal ini terjadi karena tanah sudah kehilangan fungsinya dalam
menyerap air, akibat dari maraknya penebangan hutan dan pembangungan
gedung dan perumahan yang tidak ramah lingkungan.

8
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar dapat mengurangi
banjir tahunan, yaitu dengan menanam banyak pepohonan agar air hujan tidak
langsung mengalir ke sungai, tetapi tertahan pada akar pepohonan.
Kandungan air pada akar pepohonan akan berfungsi sebagai reservoir di
musim kemarau.
Mengolah sampah dengan benar. Tidak membuang sampah ke sungai
atau ke jalanan, juga dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah dibuang
sembarangan, sampah dapat menyumbat saluran-saluran air yang ada dan
mengakibatkan banjir saat hujan datang.
Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara yang
terbaik untuk daerah perkotaan. DKI Jakarta sudah menerapkan kewajiban
bagi warganya untuk membuat sumur resapan melalui SK Gubernur DKI
nomor 17 Tahun 1992, yang telah dijadikan Perda no. 17/1996, isinya
mewajibkan warga Jakarta mebuat sumur resapan. Namun karena biaya
pembuatan yang cukup mahal, maka kebanyakan warga DKI tidak
melaksanakan aturan perda tersebut. Itu salah satu sebab mengapa banjir
selalu terjadi dan semakin parah saja setiap tahunnya.
Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi
banjir sangat memegang peranan penting. Kurangnya kepedulian warga dan
lemahnya peran pemerintahan menjalankan peraturan yang ada, memicu
masalah banjir semakin buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal didaerah Timur dan Barat DKI Jakarta
diharapkan akan mengurangi terjadinya banjir dimasa mendatang. Namun
pembangunan kanal tersebut tidak menjamin bahwa banjir tidak akan terjadi.
Kepedulian warga tetap memegang peranan penting dalam mencegah banjir.
Tanpa ada partisipasi masyarakat secara luas, banjir sudah dipastikan akan
datang kembali.
Salah satu cara terbaru, dengan biaya cukup murah, untuk mengatasi
banjir ini adalah dengan mebuat lubang resapan Biopori di dalam tanah.
Biopori sendiri merupakan pori-pori berbentuk lubang (terowongan ) yang

9
terbentuk oleh aktivitas organisme tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas
merekalah yang akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam
tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan terisi udara yang menjadi saluran
air untuk meresap ke dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak,
maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat.
Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil
peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Dengan kata lain akan
mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi. Karena air dapat diserap
langsung ke dalam tanah.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan
membuat lubang vertikal kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya
diisi bahan organik, seperti sampah-sampah organik rumah tangga, potongan
rumput dan vegetasi lainnya.
Bahan organik ini, melalui proses pengomposan, menjadi sumber
energi bagi organisme di dalam tanah. Dengan adanya bahan organik yang
cukup, aktifitas mereka didalam tanah akan meningkat. Dengan
meningkatnya aktifitas organisme dalam tanah maka akan semakin banyak
rongga-rongga biopori yang terbentuk.
Cara ini boleh dibilang murah dan mudah dibuat dibandingkan
dengan membuat sumur resapan yang memerlukan lahan luas dan biaya bahan
yang cukup besar. Lubang Biopori bisa dibuat dimana saja; gedung
perkantoran, taman dan kebun, pelataran parkir, halaman rumah terutama
disekitar rumah yang berlahan sempit sekalipun, dan juga bisa dibuat di dasar
parit. Dengan alat yang sederhana, pembuatan lubang biopori ini dapat
dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga juga.
Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir Raziudin Brata MSc,
peneliti dan dosen Department Limu Tanah dan Sumber Daya Alam IPB tahun
1976. Sebelum disosialisasikan ke masyarakat, ia sudah memakainya selama
20 tahun lebih di lingkungan rumahnya.

10
Cara mebuat lubang resapan biopori.
Buat lubang berbentuk silinder secara vertikal ke dalam tanah dengan
diameter 10 cm, dengan kedalaman lubang 80-100cm. Lubang resapan ini
bisa dibuat halam rumah, didasar saluran air (got), batas antara tanam dan
teras, atau pada tanah lapang berumput, dimana ada genangan dan aliran air
hujan. Alat pembuat lubang biopori dapat di beli di kampu IPB dan juga di
Toko Trubus terdekat, seharga Rp. 175.000,-.
Agar pinggiran lubang tidak cepat rusak, bibir lubang diperkuat
dengan adonan semen selebar 2-3 cm dengan tinggi 10 cm, disekeliling mulut
lubang agar tak cepat rusak terkikis. Atau memasang pipa paralon diamerter
12cm di bagian atasnya.
Masukan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa-sisa
tanaman, daun yang terjatuh mengering, potongan rumput dan sampah
vegatasi lainnya kedalam lubang tersebut. Sampah organik ini memancing
binatang-binatang kecil seperti cacing atau rayap masuk kedalam lubang dan
membuat rongga biopori sebagai saluran-saluran kecil.
Sampah dalam lubang akan menjadi sumber energi bagi organisme
tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses pengomposan. Sampah
yang telah terurai oleh microba ini dikenal sebagai kompos yang dapat
dipergunakan sebagai pupuk organik. Melalui proses seperti itu maka lubang
resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus
berfungsi sebagai alat pembuat kompos.
Tambahkan sampah organik kedalam lubang, karena sampah lambat
laun akan menyusut. Setelah lubang dirasakan sudah penuh, kompos bisa
diambil untuk dijadikan pupuk tanaman. Kompos dapat dipanen pada setiap
periode tertentu dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis
tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, buah-buahan dan jenis tanaman
lainnya.

3.6 Cara Penanggulangan Banjir

11
Menurut (BAPPENAS, 2008) penanggulangan bencana banjir dilakukan
secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan
saat banjir (response/intervention), dan pemulihan setelah banjir (recovery).
Secara menyeluruh, tindakan tersebut digambarkan dalam suatu siklus
penanggulangan banjir yang berkesinambungan. Bentuk kegiatan yang dapat
dilakukan ditunjukkan oleh tabel 2 sebagai berikut

Tabel 1.2 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Siklus Penangulangan

Banjir

Penanggulangan banjir harus dimulai dari upaya melakukan pengkajian


sebagai masukan untuk upaya prevention sebelum ada bencana banjir lagi.
Pencegahan dapat berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali
banjir di wilayah aliran sungai sampai wilayah dataran banjir, sementara non-
fisiknya berupa pengolahan tata guna lahan sampai peringatan dini bencana
banjir.
Setelah dilakukan tahap pencegahan, maka selanjutnya dilakukan upaya
response pada saat banjir terjadi. Tindakan penanganan yang dilakukan
diantaranya adalah pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan
banjir, tanggap darurat, bantuan perlengkapan logistik penanganan banjir, dan
perlawanan terhadap banjir.

12
Pemulihan setelah banjir dilaksanakan secepat mungkin agar kondisi dapat
segera kembali normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan mulai dari
bantuaan pemenuhan kebutuhan hidup, perbaikan sarana-prasarana,
rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik maupun non-fisik, penilaian kerugian,
asuransi bencana banjir, dan pengkajian cepat penyebab banjir.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi diberbagai daerah
di negri kita, misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalah
besar dan banyak memakan korban.
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan
manusia sendiri, misalnya saja adanya penebangan pohon secara liar dihutan,
maka terjadilah banjir, kemudian adanya pembuangan sampah sembarangan
sehingga mengakibatkan aliran air tersumbat, maka jadilah banjir.
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya
sikap atau prilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang
efektif untuk menganggulangi ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah
akrab banjir.

4.2 SARAN
Saran dari penyusun adalah “Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar
Tidak Terjadi Hal-hal yang Tidak Diinginkan Semisal Banjir”.
Jaga kebersihan lingkungan merupakan kewajiban bagi kita agar terhindar
dari bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti
kematian yang diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.

14
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. (2008, 11 23). Files. Retrieved from BAPPENAS Web Site:


http://www.bappenas.go.id/files/5913/4986/1931/2kebijakan-
penanggulangan-banjir-di-indonesia 20081123002641 1.pdf
Ciottone, G. R. (2006). Disaster Medicine. Philadelphia: Mosby. Inc.

Daryono. (2012, 1 10). Bahaya Banjir Lahar. Retrieved from Pusat Studi
Bencana Bogor Agricultural University: http://psb.ipb.ac.id/index
.php/news/92- bahaya-banjir-lahar
Gultom, A. (2012, Unknown Unknown). //repository.usu.ac.id/. Retrieved from
USU Institutional Repository:http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/33906/4/Chapter%20II.pd f
Hidayati, D. (2005). Panduan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat.
KOMUNIKA, 65.
KEMENKES. (2014, Mei 28). Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.
Retrieved from Panduan Masyarakat Menghadapi Bencana
Banjir:http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id/pandua
n-masyarakat- mengahadapi-bencana-longsor
Mulyanto. (2012). Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang .
Semarang: Kementrian PU.

Paimin. (2009). Teknik Mitigasi Bencana Banjir dan Tanah Longsor. Bogor:
Tropenbos International Indonesia Progamme.

Paripurno, E. T. (2013). Modul Manajemen Bencana Pengenalan Banjir Untuk


Penanggulangan Bencana. Papua: KIPRA.

Simajuntak, E. (2014). PELUANG INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG

15
16

You might also like