You are on page 1of 16

LAPORAN KASUS

HELLP SYNDROME PADA SECUNDIGRAVIDA


HAMIL PRETERM BELUM DALAM PERSALINAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Obstetrik dan Ginekologi

Pembimbing : dr. Sutiyono, Sp.OG., Ob.Sos.

Diajukan Oleh:
Widya Pintaka Septa Graha, S.Ked
J 510185078

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
HELLP SYNDROME PADA SECUNDIGRAVIDA
HAMIL PRETERM BELUM DALAM PERSALINAN

Diajukan Oleh :
Widya Pintaka Septa Graha, S.Ked
J 510185078

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari………………….

Pembimbing :
dr. Sutiyono, Sp.OG., Ob.Sos (..................................)

Dipresentasikan di hadapan :
dr. Sutiyono, Sp.OG., Ob.Sos (.....................................)
BAB 1

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny. K
2. Usia : 42 tahun
3. Alamat : Jumantono, Karanganyar
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Agama : Islam
6. Status Pernikahan : Sudah menikah
7. Tanggal Masuk RS : 3 Januari 2019
8. Tanggal Pemeriksaan : 6 Januari 2019
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama
Pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan pusing.
Pusing dirasakan sejak 5 hari SMRS dan semakin memberat 3 SMRS.
Pusing dirasakan memberat ketika aktivitas dan berkurang ketika
berbaring. Pusing membuat pasien sulit tidur. Pasien juga mengeluh,
mual, batuk, kadang sesak nafas, sariawan dan nyeri ulu hati yang
sifatnya hilang timbul.
Pasien mengatakan ini kehamilan kedua dan belum pernah
keguguran. Pasien menyangkal merasa kenceng-kenceng dan juga
menyangkal keluarnya cairan atau darah dari jalan lahir. Pasien juga
mengatakan tidak ada riwayat hipertensi pada kehamilan pertama atau
sebelum kehamilan.
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Usia 13 tahun
b. Siklus : ±28 hari
c. Durasi : ±5 hari
d. HPHT : 01-07-2018
e. HPL : 08-04-2019
4. Riwayat Obstetrik
a. Hamil pertama : Bayi laki-laki aterm lahir spontan pada
tahun 2013 di bidan dengan berat 3300 gram dan sekarang sehat.
b. Hamil kedua : Sekarang
5. Riwayat Penyakit Dahulu
c. Keluhan serupa : Diakui
d. Hipertensi : Disangkal
e. Diabetes Melitus : Disangkal
f. Asthma/alergi lain : Disangkal
6. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Hipertensi : Diakui
b. Diabetes Melitus : Disangkal
c. Asma/alergi lain : Disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak lemas, kesadaran compos mentis.
2. Vital Sign
a. TD : 208/117 mmHg (TD tertinggi kehamilan sekarang)
b. HR : 104x/menit
c. RR : 22x/menit
d. T : 37,2oC
3. Status Generalis
a. Kepala
- Bentuk kepala : Normochepal
- Mata : Sclera ikterik (-), konjungtiva anemis (-)
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
c. Thorax
Bentuk thorax normal
- Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris
Palpasi : Fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi :
 Batas Kiri Jantung
- Atas : SIC II linea parasternalis sinistra
- Bawah : SIC V 2 cm sebelah medial dari linea
midclavicularis sinistra
 Batas Kanan Jantung
- Atas : SIC II linea sternalis dextra
- Bawah : SIC V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)
d. Abdomen
- Inspeksi : Tampak membesar atau cembung
- Auskultasi : Peristaltik (+)
- Palpasi : Teraba Bagian janin, HIS (-)
- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Ekstremitas
- Akral hangat +/+ │+/+
- Oedema -/- │+/+
4. Pemeriksaan Obstetrik
a. Inspeksi
Perut tampak membesar dan tampak striae gravidarum
b. Palpasi (Leopold)
i. Leopold 1 : TFU 25cm, Teraba bokong
ii. Leopold 2 : Punggung kanan
iii. Leopold 3 : Teraba kepala
iv. Leopold 4 : Konvergen
Kesimpulan dari pemeriksaan leopold adalah
terdapat janin tunggal dengan taksiran berat janin
2015gram dengan presentasi kepala dan belum masuk
panggul.
c. Auskultasi
Detak jantung janin : 142x/menit, reguler
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium (03/01/2019)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 13,5 12,3 – 15,3 g/dL
Hematokrit 39,0 35 – 47 %
Leukosit 10,61 4,4 – 11,3 x103/uL
Trombosit 136 149 – 396 x103/uL
Eritrosit 4,29 4,1 – 5,1 x103/uL
Index
MCV 90,9 82 – 92 Fl
MCH 31,5 28 – 33 Pg
MCHC 34,7 32 – 37 g/dL
Hitung Jenis
Neutrofil% 584,2 50 – 70 %
Limfosit% 10,2 25 – 40 %
Monosit% 3,9 3–9 %
Eosinofil% 1,3 0,5 – 5 %
Basofil% 0,4 0,0 – 1 %
Neutrofil# 8,93 2–7 x 103/uL
Limfosit# 1,08 1,25 – 4 x 103/uL
Monosit# 0,42 0,3 – 1 x 103/uL
Eosinofil# 0,14 0,02 – 0,5 x 103/uL
Basofil# 0,04 0,0 – 10,0 x 103/uL
RDW 13,8 11 – 16 %
RDW-SD 52,5 Fl
Golongan darah A
Kimia
Gula Darah
GDS 119 70 – 150 mg/100mL
Ginjal
Creatinin 0,89 <1,0 U/l
Ureum 27 10 – 50 U/l
Hati
SGOT 79 0-46 mg/100mL
SGPT 71 0-42 mg/dl
Imuno-Serologi
HBsAg (Rapid) Non Reaktif Non Reaktif
HIV (Rapid) I Non Reaktif Non Reaktif
SD/Standar Diagnostic
Urinalisa
Protein +3 Negative
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 03/01/2019

Pemeriksaan Laboratorium (06/01/2019)


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,5 12,3 – 15,3 g/dL
Hematokrit 35,0 35 – 47 %
Leukosit 13,05 4,4 – 11,3 x103/uL
Trombosit 76 149 – 396 x103/uL
Eritrosit 3,89 4,1 – 5,1 x103/uL
Index
MCV 89,9 82 – 92 Fl
MCH 32,1 28 – 33 Pg
MCHC 35,8 32 – 37 g/dL
Hitung Jenis
Neutrofil% 91,2 50 – 70 %
Limfosit% 4,2 25 – 40 %
Monosit% 3,8 3–9 %
Eosinofil% 0,6 0,5 – 5 %
Basofil% 0,2 0,0 – 1 %
RDW 13,8 11 – 16 %
Tabel 2. Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 06/01/2019
Pemeriksaan Laboratorium (07/01/2019)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 11,2 12,3 – 15,3 g/dL
Hematokrit 33,6 35 – 47 %
Leukosit 10,25 4,4 – 11,3 x103/uL
Trombosit 39 149 – 396 x103/uL
Eritrosit 3,71 4,1 – 5,1 x103/uL
Index
MCV 90,5 82 – 92 Fl
MCH 30,2 28 – 33 Pg
MCHC 33,4 32 – 37 g/dL
Hitung Jenis
Neutrofil% 91,0 50 – 70 %
Limfosit% 5,6 25 – 40 %
Monosit% 2,9 3–9 %
Eosinofil% 0,3 0,5 – 5 %
Basofil% 0,2 0,0 – 1 %
Tabel 3. Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 07/01/2019
Pemeriksaan Laboratorium (08/01/2019)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 11,2 12,3 – 15,3 g/dL
Hematokrit 33,9 35 – 47 %
Leukosit 9,70 4,4 – 11,3 x103/uL
Trombosit 49 149 – 396 x103/uL
Eritrosit 3,75 4,1 – 5,1 x103/uL
Index
MCV 90,5 82 – 92 Fl
MCH 29,9 28 – 33 Pg
MCHC 33,0 32 – 37 g/dL
Hitung Jenis
Neutrofil% 85,1 50 – 70 %
Limfosit% 10,00 25 – 40 %
Monosit% 3,8 3–9 %
Eosinofil% 0,6 0,5 – 5 %
Basofil% 0,5 0,0 – 1 %
Tabel 4. Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 08/01/2019

E. DAFTAR MASALAH
1. Hipertensi
2. Proteinuria (+3)
3. Trombositopenia
4. Kenaikan kadar enzim hepar (SGOT dan SGPT)
F. DIAGNOSIS
Hellp syndrome pada secundigravida hamil preterm belum dalam
persalinan
G. TERAPI
 Infus RL 20 tpm
 Syringe Pump Nicardipin kecepatan 5cc/jam
 Inj. Esomeprazole/12jam
 Inj. Granisentron/12jam
 Inj. Solvinex/8jam
 Nifedipin 3x1
 Hidroclorotiazid 1x500mg
 Metildopa 3x500mg
 Ambroxol 3x1
 Inbion 1x1
 MgSO4 1x4gram
 Sucralfat syrup 3x1cth
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
HELLP syndrome adalah komplikasi dari preeklampsia ditandai
timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar dan trombositopenia yang
terjadi akibat disfungsi endothel sistemik (Prawirohardjo, 2008 & Putra et
al, 2016).
Pada 10 % pasien dengan preeklampsia berat dan eklampsia
menunjukan terjadinya HELLP syndrome. HELLP syndrome biasanya
terjadi pada usia kehamilan 31 minggu. Kebanyakan abnormalitas
hematologik kembali ke normal dalam 2-3 hari setelah partus tetapi
trombositopenia bisa menetap (Putra et al, 2016).
B. Epidemiologi
Sindrom HELLP terjadi pada 0,1% -0,6% dari semua kehamilan
dan pada 4% -12% pasien dengan preeklamsia. Sindrom HELLP biasanya
terjadi antara minggu ke 27 kehamilan dan persalinan, atau segera saat
post partum pada 15% -30% kasus (Khan, 2018).
C. Faktor Predisposisi
Berikut faktor risiko terjadinya HELLP syndrome yang didapat dari
beberapa penelitian (Khan, 2018):
1. Multiparitas
2. Usia ibu >34 tahun
3. Ras kulit putih
4. Riwayat obstetrik jelek
D. Klasifikasi
Klasifikasi yang digunakan pada sindrom HELLP ada 2, yaitu
kriteria Missisipi dan Teneesse.
1. Kriteria Missisipi

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3


Platelet count <50.000 50.000-100.000 >100.000

(mm3)

AST/SGPT >70 IU/L >70 IU/L >40 IU/L

LDH >600 IU/L >600 IU/L >600 IU/L

Hemolisis + + +

Tabel5. Kriteria Missisipi


Pada kriteria Missisipi dikatakan HELLP komplit jika masuk pada
kriteria kelas 1 dan HELLP parsial dika masuk kriteria kelas 2 dan 3
(Prawirohardjo, 2008). Sindrom HELLP kelas I berisiko morbiditas dan
mortalitas ibu lebih tinggi dibandingkan pasien kelas II dan kelas III (Putra
et al, 2016).
2. Kriteria Teneesse
Kriteria Intepretasi
Platelet count <100.000/mm3
AST/SGPT >70 IU/L
LDH >600 IU/L
Hemolisis +
Tabel5. Kriteria Missisipi
HELLP komplit jika memenuhi 3 kriteria diatas dan HELLP
parsial jika memenuhi minimal 2 kriteria (Putra et al, 2016).
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis HELLP syndrome menurut beberapa penelitian
berupa:
1. Nyeri epigastrium atau perut bagian kanan atas (86-90%)
2. Mual dan muntah (45-85%)
3. Sakit kepala (50%)
4. Malaise (80-90%)
G. Diagnosis
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan
1. Terminasi
Sikap terhadap kehamilan sindrom HELLP yaitu terminasi
kehamilan tanpa memandang umur kehamilan, dapat secara
pervaginam ataupun perabdominal (Prawirohardjo, 2008).
2. Magnesium sulfat (MgSO4)
Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar
asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan
kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat,
magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan
tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibisi antara ion kalsium dan ion
magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat
menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai
saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada
preeklampsia atau eklampsia (Putra et al, 2016).
Cara pemberian MgSO4:
a. Loading dose
MgSO4 4 gram intravena, (40 % dalam 10
cc) selama 15 menit
b. Maintenance dose
MgSO4 6 gram dalam larutan ringer laktat
dalam 6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram i.m.
Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im
tiap 4-6 jam.
3. Anti hipertensi
Antihipertensi lini pertama yang dipakai adalah nifedipin
dengan dosis 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum
120 mg dalam 24 jam. Antihipertensi lini kedua adalah sodium
nitroprussida 0,25µg iv/kg/menit kemudian infus ditingkatkan
0,25µg iv/kg/5 menit dan diazokside 30-60 mg iv/5 menit atau iv
infus 10 mg/menit/dititrasi (Putra et al, 2016).
4. Dexamethason
Double strength dexamethasone diberikan 10 mg IV tiap 12
jam segera setelah diagnosis sindroma HELLP ditegakkan.
Kegunaan pemberiannya yaitu untuk meningkatkan pematangan
paru pada kehamilan preterm dan dapat mempercepat perbaikan
gejala klinis dan laboratoris (Khan, 2018).
Pada sindroma HELLP post partum diberikan
dexamethasone 10 mg IV setiap 12 jam disusul pemberian 5 mg
dexamethasone 2 kali dalam selang waktu 12 jam (Khan, 2018).
J. Komplikasi
K. Prognosis
BAB 3

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis pasien mengeluhkan pusing. Pusing dirasakan sejak 5


hari SMRS dan memberat 3 hari SMRS hingga pasien tidak dapat tidur. Pusing
bertambah berat ketika pasien beraktifitas ringan seperti berjalan dan berkurang
jika pasien berbaring. juga mengeluh pandangan mata kabur, mual, batuk,kadang
sesak nafas, sariawan dan nyeri ulu hati yang sifatnya hilang timbul.

Pada pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah tertinggi yaitu


208/117 mmHg, frekuensi nadi 104x/menit, frekuensi pernafasan 22 x/menit dan
suhu 37,2oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda kehamilan berupa
perut yang membesar, tampak striae gravidarum dan teraba bagian-bagian janin
tanpa kelainan presentasi dan letak janin. Setelah dilakukan pemeriksaan
penunjang didapatkan kelainan seperti proteinuria (+3), trombositopenia, dan
kenaikan kadar enzim hepar (SGOT dan SGPT).

Dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, keluhan pasien mengarah ke


diagnosis sindrom hellp dengan adanya hipertensi dan proteinuria (+3) yang
berarti pre-eklampsia berat, trombositopenia dan kenaikan kadar enzim hepar.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., Winknjosastro, G.H., editors. Ilmu


Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi ke-4. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal. 532-535.

Habli, M., Sibai, B.M. 2008. Hypertensive Disorders of Pregnancy. In:


Danforth’s obstetrics and gynecology. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins, 2008: 258-266

T. Gupta, Gupta N, dkk. 2013.Maternal And Perinatal Outcome In Patients


With Severe Preeclampsia/ Eclampsia With And Without Hellp Syndrome.
Journal of Universal College of Medical Sciences Vol.1 No.04

Cunningham, Leveno,Bloom, Hauth, Hipertensi dalam kehamilan. Dalam


Obstetri Williams. Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran.2013 : 754-756.

Sibai, Baha. A practical plan to detect and manage HELLP syndrome. Journal
Obg Management.

Sibai. Diagnosis, Controversies, and Management of the Syndrome of


Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, and Low Platelet Count. The American
College of Obstetricians and Gynecologists. Journal. Vol. 103, No. 5, Part 1, May
2004

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta ; PT Bina Pustaka;


2009. Hal. 530-50.

Roberts, J.M., Hubel, C.A. 2004. Oxidative Stress in Preeclampsia.


American Journal of Obstetrics and Gynecology, 190:1177– 8.

Hemant S , Chabi S, Frey D. Hellp syndrome. J Obstet Gynecol India Vol.


59, No. 1 : Januari 2009 pg 30-40.

Pre-eclampsie en het HELLP-syndroom – Engels Pre-eclampsia and HELLP-


syndrome. www.isala.nl

You might also like