You are on page 1of 5

BAB III

ANALISIS DAN SINTESIS

Punahnya toponimi menunjukkan adanya 'erosi' bahasa yang pada akhirnya


mengakibatkan punahnya warisan budaya lokal. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya pengembalian budaya lokal. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
merealisasikan program Revitalisasi Toponimi Daerah.

Program Revitalisasi Toponimi Daerah bertujuan untuk mengembalikan budaya


lokal yang sudah punah karena alih fungsi suatu daerah disertai dengan punahnya
toponimi. Daerah implementasi program ini ialah DKI Jakarta. Hal tersebut
dikarenakan terdapat beberapa perkampungan masyarakat yang sudah beralih
fungsi menjadi mal sehingga mengakibatkan punahnya toponimi daerah tersebut.
Program Revitalisasi Toponimi Daerah dilakukan dengan cara pembuatan booth
yang menghadirkan budaya masyarakat di sekitar kawasan mal. Booth tersebut
dibangun di dalam mal dengan judul Setjarah Doeloe dan sasaran utama pengadaan
booth ialah kaum muda dengan usia 13 hingga 26 tahun.

Booth ini dapat dikatakan sebagai sebuah ruangan atau tempat dengan luas 7 x 16
meter. Ruangan atau tempat ini seperti restoran cepat saji yang ada di mal. Misalnya
seperti MCD, KFC ataupun Pizza Hut. Namun, konsep yang ada di dalam tempat
ini ialah budaya lokal daerah di sekitar mal yang bersangkutan.

Desain bagian luar booth Setjarah Doeloe diadaptasi dari rumah khas Betawi yang
ditunjukkan dengan Gambar 1. dengan satu pasang ondel-ondel yang diletakkan di
samping pintu masuk. Sedangkan, dinding bagian dalam booth berupa mural yang
menggambarkan karakteristik masyarakat setempat. Misalnya seperti, mural
dengan gambar mikrolet Betawi jaman dulu, proses pembuatan dodol, perhelatan
adat pernikahan betawi, permainan tradisional: congklak, dam dam das tiga batu
dan semacamnya. Mural ini dapat dijadikan pengunjung sebagai tempat berfoto.
Semua sisi atau dinding ruangan diisi oleh gambar mural kecuali dinding yang
berada di sisi pintu masuk. Hal tersebut dikarenakan sisi atau dinding pintu masuk
akan diletakkan bukti fisik kesenian betawi seperti senjata tradisional: golok,
peralatan makan: piring, gelas sendok perak, permainan tradisional: bla bla, pakaian
adat Betawi, alat musik tradisional, dan semacamnya sehingga pengunjung dapat
mengenal belajar langsung.

Penggambaran mural dapat melibatkan oleh para pembuat mural ibukota terkenal
seperti ica dauzi ataupun Komunitas Mural Jakarta. Sedangkan sumber data dan
informasi terkait sejarah dan budaya masyarakat lokal dapat berkonsultasi kepada
masyarakat daerah setempat, sejarawan Betawi, maupun pihak lain yang dapat
mendukung validitas sumber seperti dosen maupun pegawai pemerintah. Selain itu,
dapat dilakukan dengan cara lain yaitu melalui bukti fisik seperti arsip nasional,
data dari museum, literatur, maupun landmark di daerah yang bersangkutan.
Kemudian, pengadaan alat-alat kesenian dari ondel-ondel hingga alat musik
tradisional bisa didapatkan dengan cara membeli dari masyarakat setempat,
kolektor, toko yang menjual barang-barang bernilai historis, atau komunitas budaya
Betawi Jakarta.

Booth: Setjarah Doeloe memiliki waktu operasional mengikuti jam operasional mal
yang bersangkutan. Setiap orang yang mengunjungi booth ini tidak dikenakan biaya
namun pengunjung dapat memberikan uang sukarela untuk biaya pemeliharaan
booth tersebut. Uang sukarela ini dapat dimasukkan ke dalam kotak sukarela yang
diletakkan di depan pintu masuk. Uang sukarela yang sudah terkumpul dan
pemeliharaan booth akan dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
DKI Jakarta.

Dalam rangka upaya membuat pengunjung semakin nyaman, booth: Setjarah


Doeloe akan dijaga oleh lima orang pegawai berperan sebagai guide yaitu
menjelaskan dan menceritakan secara langsung kepada pengunjung terkait elemen-
elemen yang ada di tempat tersebut baik dari segi sejarah dan budaya. Pegawai
tersebut memiliki jam kerja dan gaji yang ditetapkan sesuai peraturan UMR yaitu
bla bla sehingga akan ada pembagian sesi jam kerja baik sesi pertama atau sesi
kedua. Pegawai booth: Setjarah Doeloe dapat berasal dari masyarakat daerah
setempat atau pihak lain yang sudah mendapatkan pelatihan selama tiga hari
mengenai informasi detail sejarah dan kebudayaan Betawi serta berusia 19 hingga
27 tahun dengan KTP domisili DKI Jakarta. Pelatihan dan pemberian gaji untuk
pegawai booth dilakukan oleh pihak Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Kemudian, untuk menambah unsur seni di dalam ruangan akan dibuatkan sekat di
tengah ruangan. Sekat tersebut berfungsi sebagai pilar untuk tempat menempatkan
lukisan. Informasi detail mengenai lukisan tersebut akan diletakkan di bawah
lukisan. Lukisan tersebut dapat menceritakan aktivitas masyarakat Betawi jaman
dulu, upacara adat Betawi seperti khitanan, palang pintu dan lain lain. Lukisan dapat
dibuat oleh para pelukis ibukota atau komunitas bla bla bersifat relawan sehingga
tidak mendapatkan honorarium. Lalu, di sisi yang lainnya akan diletakkan layar
LED untuk memutarkan video yang menggambarkan proses perkembangan sejarah
dan budaya masyarakat lokal secara visual. Video tersebut dibuat oleh video editor
atau komunitas bla bla.

Secara keseluruhan, pengadaan elemen-elemen yang ada di booth Setjarah Doeloe


lebih banyak melibatkan masyarakat lokal mulai dari pegawai, penyedia hidangan
khas Betawi, pengadaan barang-barang kesenian betawi seperti pakaian adat, alat
permainan tradisional hingga pencarian sumber informasi terkait budaya daerah
setempat. Kemudian, untuk desain interior, web developer, administrator media
sosial, pelukis, dan pembuat mural dapat melibatkan mahasiswa bahkan ahli dari
bidang-bidang tersebut bahkan dapat bekerjasama sama dengan komunitas tertentu
seperti bla bla.
Untuk menyempurnakan konsep kebudayaan Betawi, di dalam booth Setjarah
Doeloe akan disediakan makanan serta minuman khas Betawi dan pengunjung bisa
mencicipi hidangan tersebut gratis. Makanan dan minuman tersebut diantaranya
dodol betawi dan bla bla. Untuk penyediaan hidangan tersebut Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dapat bekerja sama dengan masyarakat atau
pedagang lokal. Selain itu, selama jam operasional juga akan diputarkan lagu-lagu
daerah Betawi. Seperti misalnya bla bla.

Selanjutnya untuk menarik minat pengunjung, pihak pengelola booth: Setjarah


Doeloe juga akan membuat media sosial seperti instagram, facebook, dan website
yang bertujuan sebagai sarana publikasi dan informasi. Sebagai inovasi, pada setiap
bulan nantinya akan diadakan lomba foto terbaik di sosial media. Hadiahnya yaitu
mendapatkan satu setel pakaian khas Betawi. Selain itu, di pojok booth Setjarah
Doeloe juga akan dibuatkan perpustakaan kecil yang berfungsi sebagai reading
corner. Perpustakaan tersebut akan diisi oleh buku-buku yang berkaitan dengan
budaya dan sejarah masyarakat Betawi. Kemudian, pengunjung juga akan
mendapatkan buku saku yang berisi penjelasan detail tentang isi dari booth Setjarah
Doeloe. Pengelola booth dapat bekerjasama dengan percetakan tertentu contohnya
bla bla. Buku tersebut akan dibagikan oleh pegawai saat pengunjung melewati pintu
masuk.

Pembangunan boot: Setjarah Doeloe, pencarian sumber data, informasi hingga


pengadaan benda fisik yang berkaitan dengan kesenian Betawi yang dilakukan oleh
sebuah tim berjumlah maksimal lima belas orang terdiri dari sejarawan,
budayawan, seniman, pelukis, desainer interior, arsitektur, masyarakat, pegawai
pemerintah hingga mahasiswa. Selain itu, setiap orang yang ingin terlibat dalam
menyukseskan booth Setjarah Doeloe ini harus memiliki KTP dengan domisili di
Jakarta. Selain karena untuk menekan pengangguran di Jakarta, hal tersebut juga
memudahkan anggota dalam akomodasi.
Program ini dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta
dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sebagai
penanggung jawab. Program ini dimasukkan ke dalam program wajib Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019-2020 dengan target
pengadaan booth di lima mal yaitu Grand Indonesia, Pondok Indah Mal, Taman
Anggrek, bla bla dan bla. Hal itu dikarenakan kelima tersebut memiliki jumlah
pengunjung terbanyak diantara mal lainnya di Jakarta yaitu sebesar xx-xx. Jika
setengah dari jumlah tersebut mengunjungi booth Setjarah Doeloe maka upaya
pelestarian budaya lokal dapat dilakukan dengan mudah dan efektif.

You might also like