You are on page 1of 2

Nama : Al Ahda Adawiyah

NIM : 04084821820017
Dokter Muda Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Keluarga
Periode : 4 Februari – 15 April 2019

TUGAS BIOSTATISKA DAN EPIDEMIOLOGI


Bahrun Indawan Kasim, SKM, M.Si

Perforasi Membran Timpani: Korelasinya dengan Gangguan Pendengaran


dan pengaruh Frekuensi
Background :
Otitis media supuratif kronik (OMSK) didefinisikan sebagai tahap penyakit telinga di mana
ada infeksi kronis pada telinga bagian tengah; yang disertai dengan membran timpani yang
tidak utuh. Ini adalah kondisi yang umum dan penyebab penting daripada gangguan
pendengaran yang dapat dicegah.1 Mengingat tingginya insiden OMSK di negara kita dan
laporan yang saling bertentangan dari berbagai penelitian, maka penelitian ini dilakukan
sebagai upaya untuk memvalidasi mengenai letak dan ukuran perforasi pada pasien OMSK
yang aman dan mengenai hubungan antara letak dan ukuran perforasi dengan tingkat
gangguan pendengaran dan frekuensi yang terpengaruh.
Facts and Finding :
 Enam puluh tiga pasien (27 laki-laki, 36 perempuan), berusia 10-56 tahun (usia rata-
rata 23,2 tahun ± 11,8 tahun) dengan dengan 100 pasien dengan gendang telinga
berlubang.
 37 pasien (58,7%) telah mengalami perforasi bilateral pada membran timpani, 7
pasien (11,1%) telah mengalami perforasi membran timpani pada telinga kanan, 19
pasien (30,2%) telah mengalami perforasi membran timpani pada telinga kiri.
 Berbagai ukuran perforasi dan gangguan pendengaran mereka adalah sebagai berikut:
Kelompok 1 (0-8 mm2), n = 18, dengan rata-rata gangguan pendengaran 29,41 ± 4,39.
Kelompok 2 (8,1-30 mm2), n = 39, dengan rata-rata gangguan pendengaran 34,69 ±
4.96. Kelompok 3 (> 30,1 mm2), n = 43, dengan rata-rata gangguan pendengaran
38,79 ± 3,44.
 Terdapat Perbedaan yang signifikan ditemukan, dengan nilai P =0,000.
 Ambang pendengaran tertinggi terlihat di 250 Hz yaitu pada perforasi anterior dan
pada 500 Hz untuk perforasi central dan posterior. Frekuensi 8000 Hz adalah
frekuensi yang paling sedikit terpengaruh.
 kehilangan pendengaran tertinggi di frekuensi 500 Hz, yaitu 41.05 ± 6.32 dB dan
terendah pada 8000 Hz, yaitu 22,72 ± 8,84 dB.
 Frekuensi 2000 Hz terlihat untuk kurang berpengaruh dibandingkan dengan frekuensi
yang berdekatan.
 Berbagai jenis letak perforasi yaitu, Central: (69 telinga, dengan rata-rata gangguan
pendengaran 35,64 dB ± 5.31), Posterior (16 telinga, dengan rata-rata gangguan
pendengaran 39,99 dB ± 2,79), Anterior (15 telinga, dengan rata-rata gangguan
pendengaran 30,1 dB ± 2,98).
 Terdapat Perbedaan yang signifikan ditemukan, dengan nilai P =0,000. Frekuensi
yang rendah lebih terpengaruhi dari frekuensi yang lebih tinggi.
Conclusion :
 Gangguan pendengaran meningkat dengan meningkatnya ukuran perforasi dan
dengan lokasi posterior pada membran timpani.
 Frekuensi pendengaran adalah fenomena yang kompleks didasarkan pada beberapa
parameter yang saling terkait. Frekuensi 2000 Hz yang menjadi frekuensi bergetar
dari membran timpani paling sedikit terpengaruhi dibandingkan dengan frekuensi
yang berdekatan.

Nama : Al Ahda Adawiyah


NIM : 04084821820017
Dokter Muda Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Keluarga
Periode : 4 Februari – 15 April 2019

Judul : Perforasi Membran Timpani: Korelasinya dengan Gangguan Pendengaran dan


pengaruh Frekuensi

Jenis Penelitian : deskriptif analitik

Metode Penelitian : Cross sectional studi prospektif

Variabel :
 Variabel dependen : Perforasi Membran Timpani
 Variabel Independen : Gangguan Pendengaran dan Pengaruh Frekuensi

Analisis Statistik : untuk mengetahui Perforasi Membran Timpani: Korelasinya dengan


Gangguan Pendengaran dan pengaruh Frekuensi digunakan analisis satu arah dari uji varians
dan beberapa perbandingan perbedaan signifikan Tukey

Komentar :
 Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kita wawasan berbagai pola gangguan
pendengaran di berbagai jenis perforasi.
 Penelitian ini bermanfaat untuk memutuskan intervensi yang paling efektif untuk
pasien dari OMSK pada waktu yang tepat.

You might also like