You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Post Op Laparotomi


1. Definisi
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut
dengan operasi. (Lakaman 2011).
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat
terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif
Mansjoer, 2010).
Laparatomi merupakan suatu prosedur tindakan pembedahan
dengan melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen. Kata
Laparatomi terbentuk dari dua kata Yunani, “lapara” dan “tome”. Kata
“lapara” berarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang
rusuk dan pinggul. Sedangkan “tome” berarti pemotongan
(Sjamsudidajat, 2005).
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah
proses pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam
Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa tindakan post operatif
dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut
membutuhkan perawatan post laparatomi. Perawatan post laparatomi
adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepada klien yang
telah menjalani operasi pembedahan abdomen.
2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan
oleh beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cerna.
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Massa pada abdomen
3. Patofisiologi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional (Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik
lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat
(Brooker, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang
dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah
menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma abdomen
adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan,
ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat
mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan
laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013).
Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat
kehilangan darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-
organ, nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen
dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ,
respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi
bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan
respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran
gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013).
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tekan.
b. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
c. Kelemahan.
d. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
e. Konstipasi.
f. Mual dan muntah, anoreksia
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rektum
Adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;
kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan
kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran
kencing.
1) Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis
urine.
2) Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
3) IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap
trauma saluran kencing.
b. Parasentesis perut
Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul
perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan
dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan
melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah
dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
c. Lavase peritoneal
Fungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan
cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam
rongga peritonium.
6. Penatalaksaan
a. Farmakologi
Terapi radiasi dan penggunaan obat antikanker : radiasi
pasca operasi dapat menyebaban buruknya penyembuhan luka
operasi karena terjadinya fibrosis dan mikroangiopati (Afzal, 2008;
Spiloitis et al, 2009; Makela J, 2005).
b. Non Farmakologi
1) Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2) Mempercepat penyembuhan.
3) Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti
4) Mempertahankan konsep diri pasien.
5) Mempersiapkan pasien pulang.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang
dilakukan secara sistemik mengenai kesehatan. Pasien
mengelompokkan data menganalisis data tersebut sehingga dapat
pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus menerus
mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan utama dari pada
pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus-menerus
mengenai keadaan pasien yang mungkin perawat dapat
merencanakan asuhan keperawatan. (Arif mutaaq 2013).
Pengkajian pada laparatomi meliputi identitas klien keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit psikososial.
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
b. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri pada abdomen.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang
telah diambil sebelum akhirnya klien dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan penanganan secara medis.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat
di rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi,diabetes melitus,atau adanya riwayat stroke dari
generasi terdahulu.
4) Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga status emosional
meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu,
adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah
klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
d. Aktivitas sehari-hari (sebelum dan selama sakit)
1) Pola Nutrisi
2) Pola Eliminasi
3) Pola Personal Hygiene
4) Pola Istirahat dan Tidur
5) Pola Aktivitas dan Latihan
6) Seksualitas/reproduksi
7) Peran
8) Persepsi diri/konsep diri
9) Kognitif diri/konsep diri
10) Kognitif perseptual
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya
hematoma atau riwayat operasi.
2) Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya
gangguan nervus optikus (nervus II), gangguan dalam
mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam
menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).
3) Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu
pada nervus olfatorius (nervus I).
4) Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat
kerusakan nervus vagus adanya kesulitan dalam menelan.
5) Dada
Inspeksi : kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih
dada.
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan dan massa.
Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi.
Auskultasi : mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.
6) Abdomen
InspeksI : bentuk, ada tidaknya pembesaran.
Auskultasi : mendengar bising usus.
Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi.
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.
7) Ekstremitas
Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)
a) Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
b) Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada
gerakan pada sendi.
c) Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa
melawan grafitasi.
d) Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat
melawan tekanan pemeriksaan.
e) Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan
tetapi kekuatanya berkurang.
f) Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan
dengan kekuatan penuh.
2. Pathway
Insisi bedah

Menyebkan perlukaan
pada abdomen

Terputusnya Luka insisi bedah


inkontinuitas jaingan tidak terawat

Merasang pengeluaran Adanya peningkatan


histamin dan leukosit
prostagladin

Resiko tingi
nyeri
infeksi
3. Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2015)
a. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi
bedah.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / luka
operasi laparatomi.
c. Gangguan imobilisasi berhubungan dengan pergerakan terbatas
dari anggota tubuh.
4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi
Keperawatan hasil
1. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Ansiety Anxiety Reduction
dengan Fear leavel (penurunan
dilakukannya Sleep deprivation kecemasan)
tindakan insisi Comfort, readines
1. Identifikasi
bedah. for enchanced tingkat kecemsan
Kriteria Hasil: 2. Bantu klien
Mampu mengontrol mengenal situasi
kecemasan yang menimbulkan
Mengontrol nyeri kecemasan
Kualitas tidur dan
3. Kaji karakteristik
istirahat adekuat nyeri
Status kenyamanan
4. Instruksikan
meningkat pasien
menggunakan
tehnik rekasasi
5. Berikan posisi
nyaman sesuai
kebutuhan
6. Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
2. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan Immune status Infection Control
dengan Knowledge : (kontrol infeksi)
adanya infection control 1. Monitor tanda dan
sayatan / luka Risk control gejala infeksi
operasi Kriteria hasil sistemik dan lokal
laparatomi. Klien bebas dari
2. Bersihkan luka
tanda dan gejala
3. Ajarkan cara
infeksi menghindari infeksi
Menunjukkan 4. Instruksikan
kemampuan untuk pasien untuk minum
mencegah obat antibiotik
timbulnya infeksi sesuai resep
Jumlah leukosit
5. Berikan terapi
dalam batas normal antibiotik IV bila
perlu
3. Gangguan NOC NIC
imobilisasi Joint movement : Exercise therapy :
berhubungan active ambulation
dengan Mobility level 1. Monitor vital sign
pergerakan Self care : ADLs sebelum/sesudah
terbatas dari Transfer latihan dan lihat
anggota performance respon pasien saat
tubuh. Kriteria hasil latihan
Klien meningkjat
2. Latih pasien
dalam aktivits fisik dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs
Mengerti dari secara mandiri
tujuan dari sesuai kebutuhan
peningkatan 3. Kaji kemampuan
mobilitas pasien dalam
Memeragakan mobilisasi
penggunaan alat 4. Konsultasi dengan
Bantu untuk terapi fisik tentang
mobilisasi (walker) rencana ambulasi
sesuai kebutuhan
5. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,
2011).
6. Evaluasi Keperawatan
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan
sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon
prilaku klien yang tampil.
Tujuan evaluasi antara lain :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi


Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Brunner and suddart. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition.
J.B. Lippincott Campany, Philadelpia.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2012. Capita ,Selekta Kedokteran. Bakarta :Media Aesculapius.
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA : Masalah Yang Lazim Muncul
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Edisi II. Salemba Medika. Jakarta
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth
Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta

You might also like