You are on page 1of 3

Nomor SOP

PEMERINTAH Tanggal pembuatan 28 Januari 2019


PROVINSI DKI
Tanggal revisi
JAKARTA
Tanggal pengesahan
Disyahkan oleh
Nama SOP CIRCULATION MANAGEMENT

Melakukan Resusitasi Jantung Paru pada


bayi, anak dan dewasa
AMBULANS
GAWAT DARURAT
PROVINSI DKI
JAKARTA

Dasar Hukum 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
2. Undang – Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
3. Peraturan Gubernur Nomor 24 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan dan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Kualifikasi Pelaksana 1. Perawat Pra Hospital Basic
2. Perawat Pra Hospital Intermediate
3. Perawat Pra Hospital Advanced
4. Dokter
Keterkaitan 1. SOP Penggunaan APD
2. SOP Hand Rub
3. SOP Menilai AVPU
4. Melakukan Jaw Thrust
5. Melakukan Chin Lift
6. Melakukan Head-Tilt, Chin Lift
7. Pemasangan OPA (Oropharyngeal Airway)
8. Pemberian oksigen dengan BVM (Bag Valve Mask)
9. Penggunaan AED (Automatic External Defibrillator)
10. Penggunaan SSB (Short Spine Board)
Peralatan/Perlengkapan 1. Handscoon

2. Masker
3. BVM (Bag Valve Mask)
4. Tabung oksigen lengkap dengan regulator
5. AED
6. SSB

Peringatan Indikasi :
1. Pasien henti jantung
2. Pasien tidak sadar dengan sumbatan jalan nafas parsial / total
Kontraindikasi :
1. Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk melakukan RJP, kecuali adanya
instruksi DNR (Do Not Resuscitate), atau penolakan dari keluarga

Pencatatan dan Resume Medis Pasien


Pelaporan
Lama waktu Tidak ada ketentuan waktu yang baku untuk lamanya tindakan RJP, tetapi
RJP dapat dihentikan jika terjadi situasi seperti dibawah ini :
1. Sudah adanya tanda-tanda ROSC (Return Of Spontaneus Circulation)
2. Petugas sudah kelelahan
3. Permintaan keluarga
4. Adanya tanda-tanda kematian biologis

Uraian prosedur 1. Prosedur 3A (Aman Diri, Aman Lingkungan, Aman Pasien)


2. Cek Respon pasien dengan AVPU
3. Memanggil bantuan
4. Periksa nadi arteri karotis pada leher pasien selama < 10 detik dan
lakukan Scan Breathing (dengan melihat pergerakan dinding dada)
5. Jika nadi tidak teraba lakukan kompresi dada dengan menempatkan
pasien pada permukaan datar dan keras atau gunakan SSB dengan Inline
Position
6. Lakukan tekhnik kombinasi antara pemberian kompresi dada dengan
ventilasi :
a. Kompresi dada dilakukan cepat dan dalam
b. Kecepatan adekuat 100 – 120 x/menit
c. Kedalaman adekuat
1) Dewasa : 5 – 6 cm, rasio 30 : 2 (1 atau 2 penolong)
2) Anak : 1/3 Anteroposterior (5 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan
15 : 2 (2 penolong)
3) Bayi : 1/3 Anteroposterior (4 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan
15 : 2 (2 penolong)
d. Untuk pemberian ventilasi gunakan BVM dengan tekhnik “E-C
Clamp”
e. Minimal interupsi
f. Recoil sempurna
g. Hindari hiperventilasi
h. Lakukan rotasi petugas kompresi dada dan ventilasi setiap 2 menit
atau bila petugas lelah
7. Segera lakukan pemasangan AED, kemudian ikuti instruksi AED
8. Periksa nadi karotis pasien setiap 2 menit atau 5 siklus
9. Jika ada nadi, lanjutkan ke prosedur perawatan pasien pasca henti
jantung.
Sumber Stoneham, Mark and Jon Westbrook. 2008. Keterampilan Medis Invasif.
Jakarta: EGC.

2017. Modul BTCLS AGD Dinkes. Jakarta: AGD Dinkes DKI Jakarta

2013. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. Jakarta:


Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI)

You might also like