You are on page 1of 7

KAJIAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI NATA DE COCO

OLEH : CECEP PARDANI, SP., MP.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Besarnya biaya pada agroindustri nata de
coco per satu kali proses produksi, (2) Besarnya penerimaan dan pendapatan pada agroindustri
nata de coco per satu kali proses produksi, dan (3) Besarnya nilai tambah pada agroindustri nata
de coco per satu kali proses produksi.
Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten
Ciamis. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Responden yang diambil dalam
penelitian ini diambil secara sengaja (purposive sampling), yaitu pada seorang perajin nata de
coco di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk satu kali proses produksi pembuatan nata de
coco dibutuhkan bahan baku sebanyak 8.640 Liter air kelapa dan memperoleh nata de coco
sebanyak 2.880 lembar. Biaya yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi sebesar Rp.
1.878.324,07,- dengan penerimaan sebesar Rp. 3.168.000,- sehingga agroindustri nata de coco
ini memperoleh pendapatan sebesar Rp. 1.289.675,93,-. Berdasarkan perhitungan nilai tambah
yang diperoleh sebesar Rp. 168,75 per lembar per satu kali proses produksi.

Kata kunci: Agroindustri, Nata de coco, Nilai tambah

ABSTRACT

This research had a purpose to know: (1) the cost size in agroindustry nata de coco per
one production process. (2) the acceptance size and the income in agroindustry nata de coco per
one production process. (3) the added value size in agroindustry nata de coco per one
production process.
The place of the research was carried out in the Village Karangbenda the Subdistrict of
Parigi the Ciamis Regency with the method of the case study research. The respondent who was
taken in this research was taken deliberately (purposive sampling), that is to a craftsman nata de
coco in the Village Karangbenda the Subdistrict of Parigi the Ciamis Regency.
Results of the research were known that for one production process of the production
nata de coco was needed the raw material totalling 8.640 Litre the coconut juice and received
nata de coco totalling 2,880 sheets. The cost that was spent for one process time of the
production of Rp. 1.878.324,07,- and acceptance. Rp. 3,168,000.- agroindustry nata de coco this
received the income of Rp. 1.289.675,93,-. Was based on the calculation of added value that was
received of Rp. 168,75.

Key words:Agroindustry,Nata de coco,Added value


I. PENDAHULUAN proses produksi, sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
1.1 Latar Belakang dan sifatnya habis dalam satu kali proses produksi
Pada mulanya air kelapa kebanyakan hanya (Mubyarto, 1989).
merupakan limbah dari industri pembuatan kopra Tjakrawiralaksana (1983) menyatakan bahwa
atau minyak goreng (Jawa: klentik). Nata dari air penerimaan adalah hasil perkalian dari hasil produksi
kelapa yang kemudian terkenal dengan nama Nata dengan harga satuan, sedangkan pendapatan suatu
De Coco merupakan hasil fermentasi air kelapa usaha digambarkan sebagai hasil pengurangan nilai-
dengan bantuan mikroba acetobacter xylinum. Di nilai penerimaan usahanya dengan biaya yang
Indonesia, Nata De Coco sering disebut sari air dikeluarkan atau selisih antara penerimaan dengan
kelapa atau sari kelapa. Nata De Coco pertama kali biaya produksi. Menurut Hayami, Kawagoe,
berasal dari Filipina. Di Indonesia, Nata De Coco Marooka, Siregar (1987) bahwa nilai tambah adalah
mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai selisih antara nilai output dengan harga bahan baku
diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, dan biaya overhead dinyatakan dalam satuan rupiah
Nata De Coco mulai dikenal luas di pasaran pada per kilogram (Rp/Kg). Bertitik tolak dari hal tersebut,
tahun 1981 (Tenda, Lengkey, Miftahorrachman dan perlu adanya Kajian Nilai Tambah Agroindustri Nata
Tampake, 1999). De Coco” yang merupakan studi kasus pada
Dari segi skala perusahaan, usaha Nata De perusahaan “Natania” di Desa Karangbenda
Coco dilakukan oleh beberapa perusahaan besar- Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis.
menengah dan juga banyak sekali perusahaan kecil-
rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki 1.2 Tujuan Penelitian
segmentasi pasar sendiri-sendiri. Perusahaan besar- Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas untuk mengetahui :
mencangkup pasar domestik dan pasar ekspor. 1) Besarnya biaya pada agroindustri Nata De
Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga memiliki Coco di Perusahaan Natania di Desa
pasar lokal dan daerah sekitar. Usaha kecil-rumah Karangbenda Kecamatan Parigi per satu kali
tangga Nata De Coco telah banyak menyerap tenaga proses produksi.
kerja lokal. Sebenarnya Nata De Coco merupakan 2) Besarnya penerimaan dan pendapatan pada
hasil sampingan (limbah) buah kelapa. Dan dari segi agroindustri Nata De Coco di Perusahaan
sosial usaha Nata De Coco menyerap tenaga kerja Natania di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi
lokal yang besar baik perusahaan menengah, besar, per satu kali proses produksi.
kecil maupun rumah tangga. Usaha ini hanya 3) Besarnya nilai tambah agroindustri Nata De
menggunakan teknologi yang sederhana tanpa perlu Coco di Perusahaan Natania di Desa
pengetahuan yang spesifik, sehingga usaha ini dapat Karangbenda Kecamatan Parigi per satu kali
dilakukan dalam usaha skala kecil maupun skala proses produksi.
usaha rumah tangga terutama di daerah penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA
kelapa atau kawasan industri pangan yang bahan
bakunya dari daging buah kelapa seperti industri 2.1 Agroindustri Nata De Coco
minyak kelapa, industri geplak dan lain-lain. Dilihat dari sudut pandang ekonomi Indonesia
Di Kabupaten Ciamis terdapat 8 (delapan) memiliki potensi yang sangat besar untuk produksi
perusahaan agroindustri Nata De Coco yang Nata De Coco mengingat Indonesia sebagai
semuanya tersebar di beberapa kecamatan, jumlah penghasil kelapa terbesar di dunia. Jumlah
perusahaan agroindustri Nata De Coco terbanyak perusahaan baik perusahaan jenis I (penghasil Nata
terdapat di Kecamatan Parigi. Di Kecamatan Parigi De Coco lembaran), perusahaan jenis II (penghasil
jumlah perusahaan yang membuat Nata De Coco ada Nata De Coco kemasan saja), maupun perusahaan
4 (empat) perusahaan dengan jumlah produksi total jenis III (penghasil Nata De Coco lembaran dan
6.380 lembar, perusahaan Natania yang berada di kemasan sekaligus) cukup banyak. Perusahaan yang
Desa Karangbenda memproduksi paling banyak yaitu dapat mencapai skala ekonomi akan berproduksi
2.880 lembar, dibandingkan dengan 3 (tiga) secara kontinyu, sedang perusahaan yang tidak
perusahaan lainnya yang berada di Kecamatan Parigi. mencapai skala ekonomi hanya berproduksi secara
Kegiatan agroindustri Nata De Coco dalam sporadis melayani limpahan permintaan domestik
pelaksanannya tidak terlepas dari biaya produksi. pada hari-hari khusus seperti puasa, lebaran, tahun
Penggunaan biaya ini dimaksudkan untuk baru dan sebagainya (Wisnu, 2007).
meningkatkan nilai tambah dari komoditas buah Tidak terdapat hambatan legal (legal barriers)
kelapa, serta untuk meningkatkan pendapatan khusus untuk perusahaan baik pemerintah daerah
keluarga juga membuka lapangan pekerjaan bagi maupun penguasaan input. Perusahaan formal hanya
masyarakat sekitarnya (Dinas Pertanian Kabupaten perlu mendapatkan izin usaha dari pemerintah
Ciamis 2008). daerah. Bahkan banyak yang informal karena
Biaya merupakan salah satu faktor yang merupakan usaha rumah tangga yang berproduksi
menunjang keberhasilan produksi yang meliputi secara sporadis. Pasokan Nata De Coco tidak
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah tergantung dari musim mengingat pasokan kelapa
biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh yang bisa sepanjang tahun. Harga Nata De Coco
produksi dan sifatnya tidak habis dalam satu kali lembaran maupun kemasan (gelas) harga relatif stabil
dan terjangkau, hal ini disebabkan oleh harga input fenomena yang mungkin terjadi tersebut, maka
utama air kelapa yang relatif sama. Persaingan dalam diperlukan upaya yang terencana dan terarah untuk
mendapatkan input serta sifat input yang mudah mengatasinya. Untuk itu, industrialisasi pertanian
rusak merupakan faktor utama kestabilan harga air perdesaan merupakan suatu upaya yang perlu
kelapa. Harga air kelapa berkisar antara Rp 100 - Rp dilakukan sesegera mungkin.
150 per liter. Harga Nata De Coco lembaran berkisar Industri perdesaan merupakan usaha ekonomi
antara Rp 900 - Rp 1.000 per lembaran (kurang lebih perdesaan dalam merubah nilai tambah hasil
1 kg). Nata De Coco kemasan bervariasi antar pertanian dan merupakan usaha dalam penerapan
perusahaan (Wisnu, 2007). teknologi. Untuk itu keberhasilan industri tergantung
Pemasaran Nata De Coco dapat dilakukan ke sejauh mana teknologi dapat diterapkan di lapangan
produsen-produsen Nata De Coco kemasan yang ada terutama teknologi penanganan pascapanen dan
di daerah maupun luar daerah. Adanya perusahaan teknologi pengolahan. Penerapan teknologi dalam
besar yang sekaligus membuat Nata De Coco tawar penambahan nilai baik secara kualitatif (mutu)
dan Nata De Coco kemasan siap konsumsi membuka maupun kuantitatif sudah dimulai sejak awal tahun
kesempatan bagi produsen kecil Nata De Coco tawar 1980 sampai sekarang. Upaya penerapan teknologi
untuk memasok bahan bakunya. Pasar produsen tersebut selama ini ditempuh melalui kegiatan antara
besar bahkan sudah menembus pasar ekspor. lain : 1) Introduksi teknologi pengolahan di tingkat
Sayangnya, sering kualitas dan standar Nata De Coco petani; 2) Gerakan penanganan pascapanen dan
tawar tidak sesuai yang diharapkan produsen besar. pengolahan ; 3) Demonstrasi dan kampanye
Produsen besar menghadapi permasalahan teknologi pengolahan; 4) Latihan teknologi
standarisasi dan kualitas pada pasokan usaha kecil. pengolahan bagi pelaku 5) Pembentukan
Akibatnya, produsen besar tidak menerima Nata De kelembagaan di tingkat pusat maupun daerah, 6)
Coco dari usaha kecil. Produsen besar hanya bermitra pembentukan unit pelaksana lapangan, 7) bantuan
dengan petani penyedia input air kelapa tidak dengan peralatan pengolahan sebagai percontohan dan 8)
produsen Nata De Coco. Produsen kecil Nata De melakukan kemitraan untuk membangun pemasaran.
Coco relatif lebih banyak bermitra dengan produsen Penerapan teknologi pengolahan hasil pertanian saat
menengah dan kecil Nata De Coco kemasan baik di ini hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat,
daerah maupun luar daerah. Sayangnya, hubungan hal ini disebabkan antara lain karena keterbatasan
menguntungkan ini tidak terdapat kontrak sehingga informasi tentang teknologi tersebut dan perhatian
kepastian keberlanjutan tidak terjamin. Produsen pemerintah terhadap peningkatan nilai tambah
Nata De Coco memproduksi berdasarkan permintaan selama ini masih relatif kecil jika dibandingkan
produsen Nata De Coco kemasan. dengan upaya produksi hasil pertanian. Sehingga
perkembangan penanganan pasca panen dan
2.2 Agroindustri pengolahan hasil hingga dewasa ini masih berjalan
Menurut Manalili (1996) bahwa agroindustri lambat dan masih belum sesuai dengan harapan. Hal
adalah fase pertumbuhan setelah pembangunan ini terlihat dari lambatnya perkembangan
pertanian tetapi sebelum pembangunan tersebut penggunaan teknologi dan penerapannya.
memulai ke tahapan pembangunan industri. Jadi
setelah pembangunan pertanian, diikuti dengan 2.3 Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan
pembangunan agroindustri termasuk pembangunan Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi
industri. suatu tujuan dan suatu manfaat atau segala sesuatu
Indonesia merupakan negara Agraris dimana yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Sedangkan
hampir 60% penduduknya mempunyai mata menurut Abdul Rodjak (1996), biaya adalah nilai dari
pencaharian disektor pertanian. Potensi pertanian di semua korbanan ekonomi yang dapat diperkirakan
daerah, seperti padi, singkong, jagung dan kedelai dan yang dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu
serta umbi-umbi lainnya sangat besar. Begitu juga produk, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa
potensi hasil perkebunan dan hortikultura seperti biaya adalah semua nilai faktor produksi yang
kelapa, coklat, karet dan teh, mangga, durian, nanas dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk
juga besar. Potensi hasil ternak juga tidak kalah dalam satu periode produk tertentu.
besarnya. Potensi tersebut selama ini masih belum Selanjutnya biaya produksi dapat dibedakan
digarap dengan baik, sehingga nilai tambah yang menjadi dua macam : Biaya tetap (fixed cost) dan
yang diperoleh masih kecil dan umumnya Biaya tidak tetap (variable cost),
menguntungkan orang kota. Nilai tambah komoditi Penerimaan adalah nilai semua produk yang
tersebut dapat ditingkatkan melalui industrialisasi di dihasilkan dari suatu usahatani dalam satu periode
perdesaan dengan memanfaatkan teknologi dan tertentu, jumlah penerimaan yang diterima dari suatu
kekuatan sumberdaya alam serta sumberdaya usaha yang dijalankan sangat penting
manusia desa (Soeharjo, Soekartawi (1991) dan diperhitungkan, karena hal itu dapat mempengaruhi
Badan Agribisnis Departemen Pertanian (1995)). berapa besarnya keuntungan atau pendapatan.
Peningkatan nilai tambah ini dapat
dilaksanakan melalui industrialisasi perdesaan 2.4 Nilai Tambah
berbasiskan pertanian, dan sektor pertanian dapat Industri hasil pengolahan hasil pertanian dapat
dikatakan sebagai sektor penyanggah ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Jadi konsep nilai tambah
menggerakan roda perekonomian. Melihat berbagai adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena
adanya input fungsional adalah perlakuan dan jasa perusahaan Natania di Desa Karangbenda Kecamatan
yang menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai Parigi Kabupaten Ciamis.
komoditas selama mengikuti arus komoditas Analisis biaya, penerimaan dan pendapatan
pertanian (Hardjanto, 1993). Selanjutnya perlakuan- agroindustri Nata De Coco dihitung dengan
perlakuan serta jasa-jasa yang dapat menambah menggunakan rumus Tjakrawiralaksana (1983)
kegunaan komoditi tersebut disebut dengan input sebagai berikut :
fungsional. Input fungsional dapat berupa proses a. Besarnya biaya produksi total dapat diketahui
mengubah bentuk (from utility), menyimpan (time dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
utility), maupun melalui proses pemindahan tempat TC = TFC + TVC
dan kepemilikan. Dimana : TC = Total Cost (Biaya Total)
Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total
dari pemanfaatan faktor-faktor produksi (tenaga )
kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen). TVC = Total Variable Cost (Biaya
Karena itu, untuk menjamin agar proses produksi Variabel Total )
terus berjalan secara efektif dan efisien maka nilai b. Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah
tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara produksi dengan harga jual, dan dapat diketahui
adil. Analisis nilai tambah merupakan metode dengan menggunakan rumus sebagai berikut
perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat yaitu :
perlakuan mengalami perubahan nilai (Hardjanto, TR = Hy.Y
1993). Dimana : TR = Total Revenue (Penerimaan
Menurut Hayami, Kawagoe, Marooka, Siregar Total)
(1987), analisis nilai tambah pengolahan produk Hy = Harga Produk (Rp)
pertanian dapat dilakukan dengan cara sederhana, y = Jumlah Produksi
yaitu melalui perhitungan nilai tambah per kilogram c. Keuntungan (Pendapatan) adalah selisih
bahan baku untuk satu kali pengolahan yang antara penerimaan dengan biaya produksi, dan
menghasilkan produk tertentu. diketahui dengan rumus sebagai berikut yaitu :
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah ∏ = TR – TC
untuk pengolahan dapat dikelompokan menjadi dua, Dimana : ∏ = Pendapatan
yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis TR = Total Revenue
yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah (Penerimaan Total)
bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. TC = Total Cost (Biaya
Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh ialah harga Total)
output, upah kerja, harga bahan baku, dan nilai input d. Besarnya nilai tambah dari usaha agroindustri
lain selain bahan baku dan tenaga kerja. Nata De Coco tersebut dapat dihitung dengan
Nilai input lain adalah nilai dari semua menggunakan komponen-komponen struktur
korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja yang produksi sebagai berikut (Hayami, dkk, 1987).
digunakan selama proses pengolahan berlangsung.
Nilai ini mencakup biaya modal dan gaji pegawai tak Tabel 1. Analisis Struktur Produksi Pengolahan
langsung.
Output, Input, Harga Jumlah
III. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi 1 Hasil produksi Output a
kasus (case study) dengan mengambil kasus pada (lembar)
perusahaan “Natania” di Desa Karangbenda 2 Input bahan baku (kg) b
Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis. Variabel- 3 Input tenaga kerja c
variabel yang dioperasionalkan sebagai berikut : (HOK)
1) Satu kali proses produksi adalah dimulai dari 4 Faktor konversi d =
penyediaan bahan baku, pemasakan dan a:b
pencampuran bahan tambahan, penempatan 5 Koefisien tenaga kerja e =
dalam baki/nampan plastik, inokulasi bibit c:b
(starter), fermentasi, panen dan pasca penen 6 Harga produk Output f
yang berlangsung selama 6 hari. (Rp/lembar)
2) Biaya produksi 7 Upah rata-rata (Rp / g
3) Penerimaan HOK)
4) Pendapatan Penerimaan, Pendapatan dan Nilai
5) Jumlah produksi Tambah
6) Nilai tambah
7) Rasio nilai tambah
8 Harga input bahan baku h
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini
(Rp / liter)
meliputi data primer dan data sekunder. Teknik
9 Sumbangan input lain i
penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan
(Rp / kg)*
secara sengaja (purposive sampling), yaitu pada
10 Nilai produk Output j =
(Rp / kg) dxf
11 a. Nilai Tambah (Rp / k = lalu dipanaskan dalam dandang sampai
kg) j–h–i mendidih, kemudian ditambahkan gula pasir,
b. Ratio nilai tambah l = cuka, ZA dan kemudian diaduk sampai merata.
(%) k:j% Media ini kemudian disimpan dalam baki. Baki-
12. a. Pendapatan Tenaga m = baki ini ditutupi rapat dengan kertas koran
Kerja (Rp/Kg) exg supaya tidak dapat dimasuki serangga dari luar.
b. Bagian Tenaga Kerja n = c. Fermentasi (peragian)
m:k% Selama fermentasi, tambahkan starter bakteri Nata
13. Keuntungan (Rp/Kg) o = dan diaduk lagi sampai merata media dibiarkan pada
k–m rak–rak yang datar dan tidak diganggu. Setelah dua
Tingkat Keuntungan p = hari, mulai terlihat ada lapisan tipis di permukaan
(%) o:k% yang semakin lama semakin menebal. Hasilnya dapat
Balas Jasa untuk Faktor Produksi dipanen setelah waktu peragian selama 6 hari.
3) Pemasaran
14. Marjin q = Pemasaran Nata De Coco di Desa Karangbenda
j-h Kecamatan Parigi dilaksanakan melalui Stasiun
a. Pendapatan Tenaga r = Terminal Agribisnis (STA). STA ini berfungsi
Kerja m:q% sebagai fasilitasi antara pelaku usaha dengan
b. Sumbangan Input s = pembeli.
Lain i:q%
c. Keuntungan t = 4.2 Analisis Agroindustri Nata De Coco
Perusahaan o:q% 1) Biaya
Biaya tetap dimaksud adalah biaya yang
Sumber : Hayami, dkk, 1987
dikeluarkan untuk memperoleh alat-alat seperti yang
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan
dihitung dalam agroindustri Nata De Coco meliputi
Natania di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi
pajak bumi dan bangunan, penyusutan alat dan
Kabupaten Ciamis. Pelaksanaan penelitian mulai
bangunan serta bunga modal. Besarnya biaya tetap
bulan Januari 2009 sampai dengan bulan April 2009.
pada agroindustri Nata De Coco adalah sebesar Rp.
241.887,40,-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya yang dikeluarkan untuk pajak bumi dan
4.1 Keadaan Agroindustri Nata De Coco
bangunan adalah sebesar Rp. 63 per satu kali proses
1) Penyediaan Bahan Baku
produksi. Alat-alat dan bangunan yang digunakan
Perusahaan Nata De Coco yang dikelola oleh
dalam agroindustri Nata De Coco terdiri dari
Ibu Nia Kurniasih yang berada di Desa Karangbenda
bangunan, baki, tong penampung, bak penampungan,
dalam menjalankan usahanya sudah berjalan selama
dandang, tungku, pompa air, gayung, jerigen, botol
4 tahun, mulai dari tahun 2005. berdasarkan hasil
kain kasa dan penyusutan alat dan bangunan dihitung
penelitian, kebutuhan bahan baku per satu kali proses
untuk satu kali proses produksi. Biaya penyusutan
produksi (satu minggu) sebanyak 8.640 liter air
alat dan bangunan sebesar Rp. 241.021,00 per satu
kelapa dengan harga Rp. 100,00 per liternya.
kali proses produksi.
Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan
Modal yang digunakan dalam agroindustri Nata
baku dan bahan pembantu. Bahan baku pembuatan
De Coco adalah modal sendiri. Modal sendiri
Nata De Coco adalah air kelapa dan bahan pembantu
maupun modal pinjaman dianggap atau diasumsikan
digunakan untuk mempercepat proses pertumbuhan
sebagai kredit, jadi harus dibayar bunganya sesuai
bakteri (Acetobacter xylinum) dan untuk mengatur
bunga bank pinjaman yang berlaku pada saat itu.
kondisi air kelapa agar sesuai bagi pertumbuhan
Bunga bank yang berlaku pada saat penelitian di
bakteri. Penggunaan bahan baku tersebut bervariasi
Desa Karangbenda adalah 16 % /tahun untuk bunga
tergantung dari produsen. Berikut ini adalah bahan
pinjaman.
tambahan yang biasa digunakan yaitu : Bibit (stater),
Biaya variabel yang dihitung dalam
Gula pasir yang berfungsi sebagai sumber
agroindustri Nata De Coco meliputi biaya pembelian
karbohidrat, Asam cuka glasial/cuka untuk
bahan baku yaitu Air Kelapa, Cuka, Gula Pasir, ZA,
membantu mengatur tingkat keasaman (pH), Pupuk
Koran, Bibit (starter) Karet Gelang, Kayu Bakar dan
ZA sebagai sumber nitrogen, Kertas koran, Karet
pembayaran listrik. Besarnya biaya variabel
gelang, Kayu bakar dan Listrik.
agroindustri Nata De Coco adalah sebesar Rp.
2) Proses Produksi
1.636.436,67 per satu kali proses produksi.
Proses pembuatan Nata De Coco dilakukan
Biaya variabel terbesar dalam pembuatan Nata
dengan melalui tahap-tahap proses sebagai berikut :
De Coco adalah biaya pembelian bahan baku yaitu
a. Persiapan air kelapa
Rp. 864.000,00. Disamping itu juga terdapat tenaga
Air kelapa yang akan digunakan untuk
kerja yang digunakan dalam proses pembuatan Nata
pembuatan Nata De Coco harus dibersihkan dari
De Coco yaitu tenaga kerja pria dan tenaga kerja
kotoran lain dengan cara disaring dengan
wanita. Tenaga kerja pria melakukan pekerjaan
menggunakan kain kasa.
meliputi pemasakan dan pencampuran bahan
b. Persiapan media
pembantu, permentasi dan pemanenan semua tenaga
Media Nata De Coco dibuat dengan cara
kerja pria berjumlah 4 (empat) orang dengan besar
mencampurkan air kelapa yang sudah disaring
upah Rp. 25.000,00 dan tenaga kerja wanita rasio nilai tambah yaitu sebesar 46,49 yang dihitung
melakukan pekerjaan mulai dari penyaringan, dengan satuan persen dari harga bahan baku. Nilai
penempatan dalam baki, nampan plastik dan tambah diperoleh dari selisisih antara nlai produk
inokulasi bibit dengan jumlah tenaga kerja 5 (lima) dengan harga bahan baku serta sumbangan input lain.
orang dengan upah 20.000,00. Sedangkan biaya tidak Nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah kotor
tetap untuk pembelian Cuka, Gula Pasir, ZA, Koran, karena masih mengandung pedapatan tenaga kerja
Bibit (starter), Karet Gelang, Kayu Bakar dan untuk dan bagian tenaga kerja.
pembayran listrik dalam satu kali proses produksi Pendapatan tenaga kerja diperoleh dari
sebesar Rp. 567.000,-. perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah
Biaya total merupakan penjumlahan antara tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 23,15/liter .
biaya tetap dengan biaya tidak tetap. Jadi biaya total Keuntungan merupakan selisih antara nilai
agroindustri Nata De Coco di Desa Karangbenda per tambah dengan pendapatan tenaga kerja yaitu sebesar
satu kali proses produksi sebesar Rp. 1.878.324,07. Rp. 145,60 dengan tingkat keuntungan sebesar 86,28
2) Penerimaan % untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Penerimaan diperoleh dari jumlah Nata De
Coco yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual Tabel 2. Biaya Produksi, Penerimaan dan
yang berlaku pada saat penelitian. Dari bahan baku Pendapatan Agroindustri Nata De Coco
sebanyak 8.640 liter dieperoleh hasil sebanyak 2.880 dalam Satu Kali Proses Produksi
lembar dengan harga Rp. 1.100,00 per lembar, maka
penerimaan yang diperoleh dalam satu kali proses Output, Input, Harga Jumlah
produksi adalah sebesar Rp. 3.168.000,00. 1 Hasil produksi (lembar) 2.880
3) Pendapatan 2 Input bahan baku (liter) 8.640
Pendapatan atau keuntungan adalah selisih 3 Input tenaga kerja 9
antara penerimaan dengan biaya produksi. Dari biaya (HOK)
yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.878.324,07 diperoleh 4 Faktor konversi 0,33
penerimaan sebesar Rp. 3.168.000,00 sehingga 5 Koefisien tenaga kerja 0,001
pendapatan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 6 Harga produk 1.100
1.289.675,93. (Rp/lembar)
4) Analisis Nilai Tambah Agroindustri Nata De 7 Upah rata-rata (Rp / 22.222,22
Coco HOK)
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai Penerimaan, Pendapatan dan Nilai Tambah
produk olahan dengan biaya. Analisis nilai tambah
8 Harga input bahan baku 100
dihitung untuk mengetahui pertambahan air kelapa
(Rp / liter)
menjadi Nata De Coco untuk menghitung nilai
9 Sumbangan input lain 94,25
tambah Nata De Coco tersebut digunakan analisis
(Rp / kg)*
nilai tambah dengan pendekatan struktur produksi
10 Nilai Output/Nilai 363
(Hayami, 1987).
produk (Rp / kg)
Faktor konversi dari air kelapa menjadi Nata
11 a. Nilai Tambah (Rp / 168,75
De Coco adalah 0,33 hal ini berarti air kelapa
kg)
menghasilkan Nata De Coco sebanyak 0,33 liter,
faktor konversi ini dikaitkan dengan besarnya jumlah b. Rasio nilai tambah 46,49
produksi. (%)
Koefisien tenaga kerja adalah perbandinga 12. a. Pendapatan Tenaga 23,15
antara input tenaga kerja dengan input bahan baku. Kerja (Rp/Kg)
Koefisien tenaga kerja ini memiliki nilai 0,001 b. Bagian Tenaga Kerja 13,72
dimana nilai tersebut merupakan nilai curahan tenaga 13. Keuntungan (Rp/Kg) 145,60
kerja untuk mengolah 1 liter air kelapa menjadi Nata Tingkat Keuntungan (%) 86,28
De Coco. Balas Jasa untuk Faktor Produksi
Sumbangan input lain adalah biaya yang
dikeluarkan selain bahan baku dan biaya tenaga kerja 14. Marjin 263
untuk mengolah satu liter bahan baku. Sumbangan a. Pendapatan Tenaga 8,80
input lain diperoleh dari penjumlahan biaya bersama Kerja %
(selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja) b. Sumbangan Input 35,84
dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Lain %
Sumbangan input lain ini sebesar Rp. 94,25 per liter c. Keuntungan 55,36
bahan baku. Perusahaan %
Nilai output sebesar Rp. 363 nilai ini
merupakan perkalian antara faktor konversi dengan V. KESIMPULAN DAN SARAN
harga produk, nilai output ini menunjukan besarnya
nilai dari produk yang dihasilkan dari pengolahan 5.1 Kesimpulan
satu liter bahan baku. Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat
Nilai tambah diperoleh sebesar Rp. 168,75 per diambil kesimpulan sebagai berikut :
lembar Nata De Coco dan memberikan sumbangan
1) Bahan baku yang di perlukan untuk satu kali Penerapan Ekonomi Sosial, Jakarta.
proses produksi dalam agroindustri Nata De Coco Soekartawi. 1996, Panduan Membuat Usulan Proyek
ialah sebanyak 8.640 liter air kelapa dan dalam satu Pertanian dan Perdesaan. Andi
kali proses produksi mengeluarkan biaya sebesar Rp. offset. Yogyakarta
1.636.436,67. Soeharjo, 1991. Konsep dan Ruang Lingkup
2) Penerimaan yang diperoleh sebesar Rp. Agroindustri dalam Kumpulan Makalah
3.168.000,00 dan memperoleh keuntungan Rp. Seminar Agribisnis. Buku I. Jurusan Ilmu-
1.289.675,93 dalam satu kali proses produksi ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
dengan jumlah bahan baku 8.640 Liter dengan Pertananian IPB. Bogor.
harga Rp. 100,- /Liter. Tenda, E. T., H. G. Lengkey, Miftahorrachman dan
3) Berdasarkan perhitungan nilai tambah yang H. Tampake. 1999. Produktivitas sifat kimia
diperoleh yaitu Rp. 168,75 per lembar dengan daging dan air buah enam jenis kelapa
total produksi 2.880 lembar per satu kali proses hibrida. J. Penelitian Tanaman Industri. 5 (2):
produksi dengan harga Rp. 1.100,- per lembar. 39 – 45.
5.2 Saran Tjakrawiralaksana.1983, Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian. Institut
maka disarankan : Pertanian Bogor. Bogor.
1) Perusahaan, agar terus menjalankan usahanya Wisnu, 2007. Makalah Teknologi Pengolahan Kelapa
dengan cara mengefisiensikan biaya yang Terpadu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
dikeluarkan untuk proses produksinya. Pasca Panen. Bogor
2) Agar perusahaan dapat memperoleh
penerimaan ataupun keuntungan lebih besar,
maka perusahaan harus meningkatkan
produksinya, supaya dapat menjadi perusahaan
yang lebih besar lagi.
3) Dengan meningkatnya produksi, diharapkan
perusahaan NATANIA dapat memperoleh nilai
tambah yang lebih besar dan juga usaha yang
dijalankan lebih menguntungkan. Selain itu juga
supaya dapat mengambil tenaga kerja di daerah
sekitar, sehingga dapat meningkatkan
pertumbumbuhan perekonomian masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rodjak. 1996. Diktat Dasar Manajemen


Usahatani, Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran.
Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. 2008. Laporan
Tahunan. Ciamis.
Gittinger, J. Price. 1986. Analisis Ekonomi Proyek
Pertanian. UI-Press. Jakarta
Hadisapoetro.1973. Biaya dan Pendapatan di
dalam Usahatani. Fakultas Pertanian
Universitas Gajah Mada. Departemen
Ekonomi Pertanian. Yogyakarta.
Hardjanto, W. 1993. Bahan Kuliah Manajemen
Agribisnis. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.
Bogor.
Hayami, Kawagoe, Marooka, Siregar.1987,
Agricultural Marketing and Processing in
Upland Java. A Perspective From a Sunda
Village, CGPRT. Bogor.
Hick, P. A. 1995. An Overview of issues and
Strategies in The Development of Food
Processing Industries In Asia and The
Pacific, APO Symposium, 28 September-5
Oktober. Tokyo.
Manalili, 1996. Pembangunan agroindustri
berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.
Mubyarto. 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian,
Lembaga Penelitian Pendidikan dan

You might also like