You are on page 1of 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa
yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Yusuf, dkk, 2015).
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y
(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena
orang lain menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri
adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi
perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam
Dermawan D dan Rusdi, 2013). Gangguan harga diri rendah adalah keadaan
ketika individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri yang
negatif tentang kemampuan diri (carpenito, lynda juall-moyet,2007).
Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin
meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini
merupakan masalah yang sangat serius. Hampir 400 juta penduduk dunia
menderita masalah gangguan jiwa, diantaranya skizofrenia yang merupakan
gangguan jiwa berat atau kronis. Saat ini diperkirakan sekitar 26 juta orang
di dunia akan mengalami skizofrenia. Satu dari empat anggota keluarga
mengalami gangguan jiwa dan seringkali tidak terdiagnosis secara tepat
sehingga tidak memperoleh perawatan dan pengobatan dengan tepat (World
Health Organization/ WHO, 2013). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes
RI) menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa 1 – 2 orang per 1.000
penduduk. Diperkirakan sekitar 400.000 orang yang mengalami skizofrenia.
Dari jumlah tersebut sekitar 57.000 orang pernah atau sedang di pasung.
Hasil penelitian menunjukkan, sekitar 80% pasien yang dirawat di RSJ
dengan gangguan skizofrenia yaitu 25% pasien skizofrenia dapat sembuh,
25% dapat mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi berat
(Efendi, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep dasar Halusinasi ?
2. Apa saja konsep dasar Isolasi Sosial ?
3. Apa saja konsep dasar Harga Diri Rendah ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami tentang definisi, etiologi, tanda dan gejala,
batasan karakteristik, rentang respons, klasifikasi, fase – fase dan
penatalaksanaan secara medis, pengkajian dan perencanaan
keperawatan pada gangguan persepsi sensori halusinasi
b. Dapat memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
halusinasi

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Menambah wawasan dan ilmu bagi mahasiswa/i
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk
diimplementasikan di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca
indera. Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang seseorang
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. (Yusuf,Rizki & Hanik, 2015)
Halusinasi dalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang lagi berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi PALSU berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghindu. Pasien merupakan
setimulus yang sebenarnya tidak ada . pasien merasa ada suara padahal tidak
ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau suatu yang menentukan
padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan padahal tidak
sedang makan apapu. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun
dalam permukaan kulit. (Nurjanah, 2008)
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap
stimulus tersebut (Nanda-1, 2012).

B. Rentang Respon

Gambar II.2 Rentang respon

Adaptif Maladaptif

1. Respon adaptif
a. Pikiran logis a. proses pikir terganggu a. Waham, Halusinasi

b. Persepsi akurat b. Ilusi b. Kerusakan proses

c. Emosi konsistensi c. Emosi berlebihan emosi

dengan Pengalaman d. Perilaku yang tidak c. Perilaku tidak

d. Perilaku cocok biasa terorganisasi

e. Hubungan social e. Menarik diri d. Isolasi sosial


humoris ,

1. Respon Adaptif

Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki & Hanik,

2015) Meliputi :

a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat

di terima akal.

b. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang

sesuatau peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.

c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa ke mantepan

perasaan jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang

pernah di alami.

d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang

berkaitan dengan individu tersebut di wujudkan dalam bentuk

gerak atau ucapan yang tidak bertentangan denagn moral.

e. Hubungan sosial dapat di ketahui melalui hubungan seseorang

dengan orang lain dalam pergaulan di tengah masyarakat.


2. Respon maladaptif

Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut

(Yusuf, Rizki & Hanik, 2015) meliputi :

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di

pertahankan walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan

bertentangan dengan kenyataan sosial.

b. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi

yang salah terhadap rangsangan.

c. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidak mampuan atau

menurunya kemampuan untuk mengalami kesenangan,

kebahagiaan, keakraban, dan kedekatan.

d. Ketiak teraturan perilaku berupa ketidak selarasan antara perilaku

dan gerakan yang di timbulkan.

e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh

individu karna orang lain menyatakan sikap yang negativ dan

mengancam.

C. Etiologi
a. Faktor predisposisi menurut Yosep (2011) :
1. Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kuranganya mengontrol emosi
dan keharmonisan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi
hilang percaya diri.
2. Faktor sosialkultural
Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi akan membekas
di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di singkirkan, kesepian dan
tidak percaya pada lingkunganya.
3. Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka di dalam
tubuhnya akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia sehingga menjadi ketidak seimbangan asetil kolin dan dopamine.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus
pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam nyata.
5. Pola genetik dan pola asuh
Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi
Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep,
2011).
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu
yang lama.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat di
atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa printah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut sehingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
implus yang menekan, namum merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengembil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi sosial
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah
dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi di jadikan system kontrol oleh individu tersebut, sehingga
jika sistem halusinasi berupa ancaman, dirinya maumpun orang lain.
Oleh karna itu, aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan
klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalam interpersonal yang memuaskan, serta menguasakan klien
tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan
dan halusinasi tidak langsung.
5. Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.

D. Tanda dan Gejala


Menurut (Yosep, 2011) yaitu:
a. Halusinasi pendengaran
Data subyektif :
1) Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
2) Mendengar suara atau bunyi
3) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
4) Mendengar seseorang yang sudah meninggal
5) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang
membahayakan

Data obyektif :

1) Mengarahkan telinga pada sumber suara

2) Bicara atau tertawa sendiri


3) Marah marah tanpa sebab

4) Menutup telinga mulut komat kamit

5) Ada gerakan tangan

b. Halusinasi penglihatan

Data subyektif :

1) Melihat orang yang sudah meninggal

2) Melihat makhluk tertentu

3) Melihat bayangan

4) Melihat sesuatu yang menakutkan

5) Melihat cahaya yang sanat terang

Data obyektif :

1) Tatapan mata pada tempat tertentu

2) Menunjuk kea rah tertentu

3) Ketakutan pda objek yang dilihat

c. Halusinasi penghidu

Data subyektif :

1) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau masakan, dan

parfum yan menyengat

2) Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu


Data obyektif :

1) Ekspresi wajah seperti sedang mencium


2) Adanya gerakan cuping hidung
3) Mengarahkan hidung pada tempat tertentu
d. Halusinasi peraba
Data subyektif :
1) Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya
2) Merasakan ada sesuatu di tubuhnya
3) Merasakan ada sesuatu di bawah kulit
4) Merasakan sangat panas, atau dingin
5) Merasakan tersengat aliran litrik
Data obyektif :
1) Mengusap dan menggaruk kulit
2) Meraba permukaan kulit
3) Menggerak gerakan badanya
4) Memegangi terus area tertentu
e. Halusinasi pengecap

Data subyektif :

1) Merasakan seperti sedang makan sesuatu


2) Merasakan ada yang dikunyah di
mulutnya
Data obyektif :

1) Seperti mengecap sesuatu


2) Mulutnya seperti mengunyah
3) Meludah atau muntah
f. Halusinasi Chenesthetic dan kinestetik

Data subyektif :

1) Klien mengatakan tubuh nya tidak ada fungsinya


2) Merasakan tidak ada denyut jantung
3) Perasaan tubuhnya melayang layang
Data obyektif :
1) Klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri
2) Klien memegangi tubuhnya sendiri
E. Klasifikasi Halusinasi
Stuart dan Laraia (2005) membagi halusinasi menjadi 7 jenis
halusinasi yang meliputi : halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi
penglihatan (visual), halusinasi hidu (olfactory), halusinasi pengecapan
(gustatory), halusinasi peraba (tactile), halusinasi Cenesthetic, halusinasi
kinesthetic.
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi
pendengaran yang mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi
penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata – rata 20%. Sementara
jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengecapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%. Tabel di bawah ini
menjelaskan karakteristik tiap halusinasi.
Tabel Karakteristik Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)
Jenis Halusinasi Karakteristik
Halusinasi Pendengaran Mendengar suara – suara atau kebisingan, terutama
(Auditory) suara – suara orang. Suara berbentuk kebisingan
yang kurang keras sampai kata – kata yang jelas
berbicara tentang pasien, bahkan sampai percakapan
lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran yang
didengar klien dimana pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu yang kadang – kadang
membahayankan.
Halusinasi Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,
(Visual) gambaran geometris, gambar kartun, bayangan yang
rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
Halusinasi Penciuman Ditandai bau – bauan tertentu seperti bau darah, urine
(Olfactory) atau feses, umumnya bau – bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penciuman sering akibat
stroke, tumor, kejang dan dementia.
Halusinasi Pengecapan Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan
(Gustatory) halusinasi penciuman. Penderita merasa mengecap
sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa
mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Halusinasi Peraba (Tactile) Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas. Contoh : merasakan sensasi
listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Halusinasi Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
Halusinasi Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa
bergerak. Penderita merasa badannya bergerak-gerak
dalam suatu ruang atau anggota badannya bergerak-
gerak.

F. Fase – fase Halusinasi


Halusinasi yang dialami klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya. Stuart dan Laraia (2005) membagi fase halusinasi dalam 4
fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasinya, klien semakin
berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase –
fase lengkap tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel – Tabel Fase Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)
Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Fase I Comforting Pasien mengalami perasaan 1. Menyeringai / tertawa
Ansietas Sedang yang mendalam seperti yang tidak sesuai
Halusinasi menyenangkan ansietas, kesepian, rasa 2. Menggerakkan bibirnya
bersalah, takut sehingga tanpa menimbulkan
mencoba untuk berfokus pada suara
pikiran yang menyenangkan 3. Pergerakan mata yang
untuk meredakan ansietas. cepat
Individu mengetahui bahwa 4. Respon verbal yang
pikiran dan pengalaman lambat jika sedang asyik
sensori berada dalam kendali dengan halusinasinya
kesadaran jika ansietas dapat 5. Dian dan asyik sendiri
ditangani.
Non-Psikotik
Fase II Condemming 1. Pengalaman sensori yang 1. Peningkatan kerja
dialami pasien bersifat susunan saraf otonom
Ansietas berat
menjijikkan dan yang menunjukkan
menakutkan timbulnya ansietas
Halusinasi menjadi
2. Pasien mulai lepas kendali seperti, peningkatan
menjijikan
dan mungkin mencoba nadi, TD dan pernafasan
untuk mengambil jarak 2. Kemampuan kosentrasi
dirinya dengan sumber menyempit
yang dipersepsikan 3. Dipenuhi dengan
3. Pasien merasa malu pengalaman sensori dan
karena pengalaman mungkin kehilangan
sensorinya dan menarik kemampuan untuk
diri dari orang lain . membedakan antara
4. Mulai merasa kehilangan halusinasi dan realita
kontrol 4. Menyalahkan
5. Tingkat kecemasan berat, 5. Menarik diri dari orang
secara umum halusinasi lain
menyebabkan perasaan 6. Konsentrasi terhadap
antipati pengalaman sensori
Psikotik Ringan kerja
Fase III Controlling 1. Pasien yang berhalusinasi 1. Lebih cenderung
Ansietas berat pada tahap ini menyerah mengikuti petunjuk yang
Pengalaman sensori untuk melawan diberikan oleh
menjadi berkuasa. pengalaman halusinasi halusinasinya dari pada
dan membiarkan menolak.
halusinasi menguasai 2. Kesulitan berhubungan
dirinya. dengan orang lain.
2. Isi halusinasi menjadi 3. Rentang perhatian hanya
atraktif (menarik) beberapa menit atau
3. Pasien mungkin detik
mengalami kesepian jika 4. Adanya tanda – tanda
sensori halusinasi berhenti ansietas berat seperti :
berkeringat, tremor, dan
tidak mampu mengikuti
petunjuk.
5. Tidak mampu mengikuti
Psikotik perintah yang nyata
Fase IV Conquering 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku error akibat
Panik menjadi mengancam jika panik.
Umumnya menjadi melebur pasien mengikuti perintah 2. Potensial tinggi untuk
halusinasinya bunuh diri atau
2. Halusinasi berakhir dari membunuh.
beberapa jam atau hari 3. Aktifitas fisik
jika tidak ada intervensi merefleksikan isi
therapeutic halusinasi seperti
perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri,
atau katatonik.
4. Tidak mampu berespons
terhadap perintah yang
kompleks.
5. Tidak mampu berespons
terhadap lebih dari satu
Psikotik Berat orang.
G. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri,


orang lain, lingkungan dan verbal)

Effect

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Core Problem

Isolasi Sosial

Causa

H. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor
biologis, faktor psikologis, faktor genetik
3. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap, persepsi,
rasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan
harga diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan, dan
penanganan gejala stres
4. Status mental yang terdiri dari penampilan pembicaraab, aktivitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan
berhitungnya, dan kemampuan penilaian
5. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan sosial dan
spiritual
6. Mekanisme koping : koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptif
7. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medik dan terapi medik
8. Pada proses pengkajian data yang perlu dikaji adalah :
a. Jenis halusinasi
b. Isi halusinasi
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi
d. Respon terhadap halusinasi
G. Perencanaan
Tujuan
Pasien mampu :
1. Mengenali halusinasi yang didominasinya
2. Mengontrol halusinasinya
3. Mengikuti program pengobatan secara optimal
Kriteria Evaluasi Intervensi
Setelah pertemuan 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
pasien mampu
menyebutkan: 2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien

- Isi, waktu, 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi


frekuensi, situasi, klien
pencetus, 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
respon/perasaan klien
- Mampu 5. Mengidentifikasi situasi yang
memperagakan menimbulkan halusinasi
cara mengontrol
halusinasi 6. Mengidentifikasi respon klien
terhadap halusinasi
7. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi
8. Melatih menghardik
9. Menganjurkan klien memasukkan cara
menghardik kedalam jadwal kegiatan

Setelah pertemuan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan sehari-


pasien mampu : hari
- menyebutkan 2. Menjelaskan dan melatih bercakap
kegiatan yang sudah cakap saat terjadi halusinasi
dilakukan
3. Menganjurkna klien memasukkan
- memperagakan kegiatan bercakap-cakap ke dalam jadwal
cara bercakap cakap kegiatan
dengan orang lain
Setelah pertemuan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan sehari-
pasien mampu : hari
- Menyebutkan 2. Melatih cara mengontrol halusinasi
kegiatan yang sudah dengan melakukan kegiatan harian (mulai
dilakukan dengan 2 kegiatan)
- Membuat jadwal 3. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan sehari-hari kegiatan untuk mengendalikan halusinasi
dan mampu ke dalam jadwal kegiatan harian klien
memperagakan
Setelah pertemuan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien mampu : klien
- menyebutkan 2. Menjelaskan dan melatih klien minum
kegiatan yang sudah obat dengan prinsip 6 benar
dilakukan
3. Menjelaskan manfaat dan kerugian
- mengerti manfaat minum obat dan kerugian tidak minum
dari program obat
pengobatan
4. Menganjurkan klien memasukkan
waktu minum obat ke dalam jadwal
kegiatan harian klien
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

1. Pengkajian

Ruang Rawat : Merak

Tanggal Dirawat : 05 Januari 2019

A. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 31 Th
No.CM : 00002587
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2019

B. Alasan Masuk
Pasien Mengatakan Dibawa/Diantar Ke RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Oleh
Orang Tuanya, Karena Pasien Mengaku Tidak Kuat Mendengar Suara Suara
Saat Berada Dirumah, Suara Suara Tersebut Seperti Orang Orang Yang
Mengajak Mengobrol.

C. Faktor Predisposisi
1. Pernah Mengalami Gangguan Jiwa Masa Lalu
√ Ya

2. Pengobatan Sebelumnya


Kurang Berhasil

3. Trauma Usia Pelaku Korban Saksi

Aniaya Fisik 13 Thn Teman Tn. R Teman

Penjelasan :

Pasien Mengatakan Sudah Sejak Kelas 3 SMP Sering Dirawat Di RSJ Dr.
Soeharto Heerdjan Karena Sakit Seperti Ini, Pasien Pernah Mengalami
Kekerasan Seperti Berkelahi Dengan Teman Sekelasnya Saat Berada Di
Bangku SMP

4. Anggota Keluarga Yang Menderita Gangguan Jiwa


Pasien Mengatakan Keluarganya Ada Yang Menderita Sakit Seperti
Dirinya Yaitu Tantenya, Tantenya Menderita Penyakit Tersebut Sejak
Tahun 2009, Pasien Mengatakan Tantenya Seperti Itu Karena Memiliki
Ilmu Hitam

5. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan


Saat SMP, Pasien Sering Diledeki Oleh Teman Temannya Karena
Mempunyai Tubuh Yang Besar, Pasien Juga Pernah Berkelahi Dengan
Teman Sekelasnya

D. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital =
- TD : 120/80 Mmhg
- N : 83 X/Menit
- S : 36,5oc
- P : 22 X/Menit

Keluhan Fisik :

Pasien Tidak Merasakan Keluhan Apapun Saat Dikaji, Namun Pasien


Memiliki Riwayat Penyakit Epilepsi Saat Masih Kecil, Pasien Mengatakan
Terakhir Kejang Saat Masih Kecil
E. Psikososial
1. Genogram
== ==

=============

Keterangan :

= Perempuan

= Laki-Laki

= Pasien

=== = Garis Pernikahan

= Garis Keturunan

X = Meninggal

Penjelasan :

Pasien Mengatakan Tinggal Dirumah Dengan Kedua Orang Tuanya Serta 1


Kakaknya, Pasien Mengtakan Bahwa Mereka Sangat Menyayanginya

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Pasien Mengatakan Malu Dengan Keadaannya Yang Sering Sekali
Dirawat Di Rumah Sakit Jiwa, Pasien Mengatakan Dahulu Saat
Bersekolah Sering Diledeki Oleh Teman-Temannya Karena Memiliki
Tubuh Yang Besar, Sehingga Pasien Menjadi Malu Dan Menarik Diri
Dari Masyarakat
b. Identitas Diri
Pasien Merupakan Anak Ke-3 Dan 3 Bersaudara, Pasien Mengatakan
Dirinya Laki-Laki
c. Fungsi Peran
Pasien Berperan Sebagai Anak Dan Sangat Mengerti Tentang Tugasnya
Sebagai Anak Yaitu Membantu Pekerjaan Orang Tua Seperti
Membersihkan Rumah, Menjaga Warung Dan Lain Sebagainya
d. Ideal Diri
Pasien Berharap Dapat Cepat Pulang Dan Berkumpul Bersama
Keluarganya, Dan Pasien Juga Ingin Sekali Menikah
e. Harga Diri
Pasien Merupakan Orang Yang Pemalu Sehingga Hanya Memiliki
Sedikit Teman Di Rumahnya
3. Hubungan Sosial
a. Orang Yang Berarti/Orang Terdekat
Pasien Memilik Hubungan Yang Baik Dengan Kedua Orang Tua Dan
Kedua Kakaknya, Namun Pasien Mempunyai Hubungan Terdekat
Dengan Ibunya
b. Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat
Pasien Mengatakan Dirinya Kurang Mengikuti Kegiatan Di Masyarakat
Seperti Karang Taruna Dan Kegiatan Pemuda Lainnya
c. Hambatan Dalam Berhubungan Dengan Orang Lain
Pasien Memiliki Sifat Pemalu, Sehingga Menyulitkan Untuk Berinteraksi
Dengan Orang Lain, Sehingga Pasien Hanya Memiliki Sedikit Teman
4. Spiritual
a. Nilai Dan Keyakinan
Pasien Mengatakan Dirinya Beragama Islam, Pasien Melakukan Kegiatan
Ibadahnya Seperti Sholat, Di Rumah Namun Tidak Mau Melakukannya
Di RSJ Karna Malu Dengan Teman-Teman Barunya
b. Kegiatan Ibadah/Menjalankan Keyakinan
Pasien Tidak Ingin Melakukan Iadah Di Rumah Sakit Namun Pasien
Selalu Berdoa Sebelum Beraktivitas Seperti Makan Dan Tidur
c. Kepuasan Dalam Menjalankan Keyakinan
Pasien Tidak Merasakan Kepuasan Dalam Beribadah

F. Status Mental
1. Penampilan
Cara Berpakaian Pasien Baik
2. Pembicaraan
Pasien Dapat Bicara Dengan Tept Dan Jelas Namun Sedikit Lambat Dalam
Penyampaiannya
3. Aktifitas Motorik
Aktifitas Motorik Pasien Baik
4. Alam Perasaan
Pasien Mengatakan Perasaannya Baik Baik Saja, Hanya Sedikit Kesepian
5. Afek
Afek Sesuai Dengan Keadaan Dan Cerita Yang Disampaikan
6. Interaksi Selama Wawancara
Selama Pembicaraan, Pasien Kooperatif Dan Dapat Menjawab Sesuai
Pertanyaan
7. Persepsi
Pasien Mengatakan Mulai Mendengar Suara Suara Seperti Mengajak
Ngobrol Sejak SMP, Dan Suara Itu Muncul Saat Pasien Sedang Sendiri
Dan Tidak Melakukan Apapun, Suara Datang Cukup Jarang, Hanya Saat
Pasien Sedang Tidak Berinteraksi Dengan Siapapun, Respon Pasien
Terhadap Suara Tersebut Adalah Kadang Menanggapi Tetapi Kadang
Pasien Menghiraukan Jika Mengganggu
8. Tingkat Kesadaran
Kesadaran Pasien Baik, Ketika Ditanya Waktu, Tempat Dan Sedang
Berinteraksi Dengan Siapa, Pasien Dapat Menyebutkannya Dengan Baik
9. Memori
Pasien Tidak Memiliki Ganggun Daya Ingat Jangka Panjang, Pendek
Maupun Saat Ini, Dan Juga Tidak Mengarang Saat Diberi Pertanyaan.
Dibuktikan Dengan Pasien Mampu Mengingat Saat Masa Sekolah, Pasien
Mengingat Kejadian Seminggu Yang Lalu,Dan Pasien Tidak Disorientasi
Wtu Tempat Dan Orang
10. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
Pasien Tidak Memiliki Gangguan Berkonsentrasi Dan Berhitung,
Dibuktikan Dengan Pasien Menjawab Soal Yang Diberikan Dengan Cepat
Dan Tepat
11. Kemampuan Penilaian
Kemampuan Penilaian Pasien Baik, Dibuktikan Dengan Pasien Mampu
Mengambil Keputusan Saat Diberi Pertanyaan
12. Daya Tilik Diri
Daya Tilik Diri Pasien Baik, Pasien Menyadari Bahwa Dirinya Sakit Dan
Harus Dirawat Di Rumah Sakit Jiwa
G. Keutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
√ Bantuan Minimal

2. BAB/BAK

√ Bantuan Minimal

3. Mandi

√ Bantuan Minimal


4. Berpakaian/Berhias

√√ Bantuan Minamal

5. Istirahat Dan Tidur

Tidur Siang, Lama : - s.d -

Tidur Malam, Lama : 19.00 s.d 06.00
Aktifitas Sebelum/Sesudah Tidur Berdoa Dan Mandi
6. Penggunaan Obat

√ Bantuan Minimal

7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan Lanjutan Ya √

Sistem Pendukung Ya √√

8. Aktifitas Di Dalam Rumah√


Mempersiapkan Makanan Ya √

Menjaga Kerapihan Rumah Ya √√

Mencuci Pakaian Ya √√

Mengatur Keuangan Tidak √√
√√
9. Aktifitas Di Luar Rumah
√√
Belanja Ya √

Transportasi Tidak √√





H. Pola Dan Mekanisme Koping
Adaptif
Bicara Dengan Orang Lain √
√√
Aktifitas Konstruktif
√√
Olahraga √√


Maladaptif √

Reaksi Lambat/Berlebih √
Penjelasan : √

Pasien Memiliki Reaksi Maladaptif Dalam Menghadapi Suatu Masalah

YaituReaksinya Lambat, Pasien Mengatakan Dirinya Ingin Melakukan
Sesuatu Namun Khawatir Jika Dirinya Tidak Dapat Melakukannya Dengan
Baik

I. Aspek Medik
Diagnose Medik : Skizofrenia Paranoid F20.0
Terapi Medik :
1. Trihexpenydyl 2 Mg 3 X 1 Tab
2. Clorilex 100 Mg 1 X 1 Tab
3. Arinia 15 Mg 1 X 1 Tab
Analisa Data

Data Senjang Masalah Keperawatan

DS : Pasien mengatakan : Halusinasi Pendengaran


- Mendengar suara-suara
seperti orang yang mengajak
bicara
- Mendengar suara tersebut
saat sedang sendiri dan
waktunya tidak menentu
- Kadang merespon suara
tersebut namun kadang
menghiraukan
DO : Pasien tampak :
- Menggerakan bibirnya tanpa
suara
- Mengarahkan telinganya ke
suatu tempat

Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan


lingkungan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Core Problem

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronik


2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi

3. Rencana Keperawatan
No. Perencanaan
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Gangguan TUM a. Setelah 2x SP I Halusinasi
Persepsi Pasien pertemuan 1. Identifikasi jenis
Sensori : mampu pasien mampu halusinasi pasien
Halusinasi mengontrol menyebutkan 2. Identifikasi isi halusinasi
Pendengaran halusinasi waktu, isi, pasien
TUK I frekuensi 3. Identifikasi waktu
Pasien dapat timbulnya halusinasi pasien
mengenali halusinasi 4. Identifikasi frekuensi
halusinasi b. Setelah 2x halusinasi pasien
TUK II pertemuan 5. Identifikasi situasi yang
Pasien dapat pasien mampu menimbulkan halusinasi
mengontrol menyebutkan pasien
halusinasinya cara mengontrol 6. Identifikasi respon pasien
TUK III halusinasi : terhadap halusinasi
Pasiem dapat menghardik, 7. Ajarkan pasien
mengikuti bercakap menghardik halusinasi
program cakap/melapor 8. Anjurkan pasien
pengobatan ke perawat, memasukkan menghardik
secara melakukan halusinasi ke dalam
optimal aktifitas dan jadwal kegiatan harian
meminum obat
c. Setelah 2x SP II Halusinasi
pertemuan 1. Evaluasi jadwal kegiatan
pasien mampu harian pasien
mendemonstrasi 2. Latih pasien
kan cara mengendalikan
menghardik, halusinasi dengan cara
bercakap- bercakap cakap dan
cakap/melapor melapor kepada perawat
kepada perawat, 3. Anjurkan pasien
melakukan memasukkan bercakap
aktifitas dan cakap dan melapor
meminum obat kepada perawat ke
dalam jadwal kegiatan
harian

SP III Halusinasi
1. Evaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa
dilakukan pasien di
rumah)
3. Anjurkan pasien
memasukkan melakukan
kegiatan ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV Halusinasi
1. Evaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan cara
meminum obat
3. Anjurkan pasien
memasukkan meminum
obat ke dalam jadwal
kegiatan harian
4. Implementasi dan Catatan Perkembangan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / pertemuan : Selasa, 15 Januari 2019


SP / dx : Mengenal halusinasi, teknik menghardik / gangguan
persepsi sensori halusinasi
Ruangan : Merak
Nama Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif
 Klien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti mengajak
ngobrol.
 Klien mengatakan suara muncul saat sedang sendiri.
b) Data Objektif
 Klien tampak menggerakan bibir tanpa suara.
 Klien mengarahkan telinganya ke suatu tempat
 Klien tampak berjalan kesana kemari.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran.

3. Tujuan
a) Menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
b) Mengenal halusinasi yang dimiliki serta mengetahui 4 cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap , melakukan aktifitas,
dan minum obat.
c) Mampu mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
4. Tindakan Keperawatan
a) Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
b) Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
c) Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
e) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
f) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi.
g) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, bercakap-cakap,
melakukan aktivitas dan minum obat.
h) Melatih cara menghardik.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Pra Interaksi
a) Mengenal diri sendiri
b) Mengenal perasaan sendiri
c) Diskusi akan dilakukan jam 15.00 WIB sekitar 20 menit.
d) Saya akan duduk berhadapan dengan klien saya dengan jarak kurang lebih
1 meter di halaman belakang kamar.

2. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik :
“Assalamualaikum, selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Ayu suwarna
putri, nama panggilan saya suster ayu, hobi saya membaca, asal saya dari
Tangerang.”
“Bisa bapak memperkenalkan diri bapak? Ya bagus.”
b) Evaluasi Validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”
“Selama diruangan ini apa yang sudah di latih?”
c) Kontrak :
 Topik : “Baiklah pak, hari ini kita akan berdiskusi tentang suara
yang mengganggu bapak dan cara mengontrol suara-
suara tersebut, apak bapak bersedia?”
 Waktu : “Berapa lama bapak ingin berdiskusi? Bagaimana jika 20
menit?”
 Tempat : “Bapak ingin berdiskusi dimana? Bagaimana jika di teras
kamar?”
d) Tujuan :
“Tujuan dari diskusi kita pada sore ini adalah agar bapak mengetahui
halusinasi yang bapak rasakan, dan bagaimana cara mengontrolnya.”

3. Fase Kerja
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya bapak
mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara tersebut,
apakah bapak mendengarnya terus menerus? Atau sewaktu-waktu? Kapan
waktu yang paling sering bapak mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari
bapak mendengarnya? Pada saat keadaan apa suara itu terdengar? Apakah saat
bapak sendiri? Apa yang bapak rasakan ketika mendengar suara tersebut?
Kemudian apa yang bapak lakukan? Apakah dengan cara tersebut suara-suara
itu hilang? Apakah bapak mengerti apa yang bapak alami sekarang? Ya benar,
yang bapak rasakan saat ini adalah halusinasi. Apakah bapak tau bagaimana
cara mengontrol halusinasi? Cara mengontrol halusinasi itu ada 4 cara pak,
yaitu dengan cara menghardik, bercakap-cakap atau berbincang, melakukan
kegiatan yang bisa dilakukan, dan terakhir minum obat.”
“Apakah bapak tau cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik?
Bisakah bapak mempraktikannya?”
“Baiklah hari ini kita akan berlatih cara menghardik ya pak, pertama-tama saya
akan mempraktekannya dahulu setelah itu bapak mempraktekan kembali apa
yang telah saya lakukan seperti ini pak, jika suara itu muncul katakan dengn
keras “pergi saya tidak mau dengar, kamu suara palsu.”
“Sambil menutup kedia telinga seperti ini ya pak”
“Apakah sudah cukup jelas?”
“Coba sekarang bapak ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.”
“Bagus sekali pak, coba sekali lagi pak, wah bagus.”
“Mari kita masukan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak. Karna hari ini
masih dibantu oleh saya jadi beri ceklis di kolom B.”

4. Fase Terminasi
a) Evaluasi Respon Pasien (Subjektif dan Objektif) :
S : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi tentang cara
menghardik?”
O : “Baiklah seperti yang telah kita pelajari, bila suara itu muncul,
bapak katakan “pergo-pergi saya tidak mau dengar, kamu suara
palsu” coba bapak ulangi. Ya bagus”
b) Rencana Tindak Lanjut :
“Bapak sudah bagus sekali dalam mempraktekan cara menghardik seperti
yang diskusikan. Bapak lakukan itu saat bapak mendengar suara itu lagi
sampai suaranya hilang, jika bapak sudah melakukan cara menghardik,
bapak bisa memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian yang telah kita buat
tadi ya pak, cara mengisinya seperti ini, jika bapak melakukannya secara
mandiri, bapak tulis (M), jika bapak melakukannya dibantu oleh perawat
atau teman, maka bapak tulis (B), jika tidak melakukannya bapak tulis (T).
Apakah bapak mengerti? Coba bisa bapak ulangi yang sudah saya jelaskan.
Iya bagus sekali.”
c) Kontrak yang akan Datang :
 Topik : “Bagaimana jika besok kita berdiskusi tentang cara yang
kedua yaitu tentang manfaat bercakap-cakap untuk
mengontrol halusinasi selanjutnya yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain, apakah bapak
bersedia?”
 Waktu : “Bapak ingin jam berapa? Bagaimana jika jam 15.00?
Baiklah.”
 Tempat : “Bapak inginnya dimana kita berdiskusi? Bagaimana jika
di teras belakang kamar? Baiklah pak saya permisi dulu,
sampai bertemu besok. Assalamu’alaikum.”
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn R

RM : 00002587

Ruangan : Merak

Tanggal/jam : 15 Januari 2019/ 17.00

implementasi Catatan perkembangan


Ds : pasien mnegatakan : S: pasien mengatakan :
 Suara suara yang mnegajak  Pasien mengtan sua
ngiobrol sudah berkurang mengerti cara menghardik
 Suara muncul saat sedang  Suara sedikit menghilang
sendiri sat menghardik
Do :  Sudah mengerti 4 cara
 Melamun untuk mengurangi
 Klien mengarahkan halusinasi
telinganya kesuatu tempat  Mengerti cara mengisi
jadwal kegiatan harian
Diagnosa keperawatan O: pasien tampak :
Halusinasi pendengaran  Tenang namun kadang
melamun
Tindakan keperawatan  Pasien mampu melakukan
 Memberi salam terapeutik cara menghardik dengan
 Mengidentifikasi jenis benar
halusinasi pasien  Pasien kooperatif saat dijak
 Mengidentifikasi isi berbicara
halusinasi pasien  Pasien memasukkan cara
 Mengidentifikasi waktu menghardik kedalam
halusinasi pasien jadwal kegiatan harian
 Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi pasien A : halusinasi berkurang
 Mengidentifikasi situasi yang P:
menimbulkan halusinasi  anjurkan pasien melapor
pasien kepada perawat jika
 Mengidentifikasi respon mendengar suara
pasien terhadap halusinasi  anjurkan pasien melakukan
 Menjelaskan 4 cara kegiatan kedalam jadwal
mengobtol halusinasi dengan kegiatan harian.
menghardik, bercakap cakap,
melakukan kegiatan, da
meminum obat
 Melatih cara menghardik
 Menganjurkan klien
memasukkan cara
menghardik kedalam jadwal
kegiatan klien
 Membuat kontrak selanjutnya
 Berpamitan

RTL :
 Evaluasi jadwal kegiatan
harian klien
 Lanjutkan SP 2 halusinasi
bercakap cakap
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / pertemuan : Rabu, 16 Januari 2019


SP / dx : Bercakap-cakap / Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Ruangan : Merak
Nama Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif
 Klien mengatakan masih mendengar suara-suara seperti mengajak
ngobrol.
 Suara muncul saat sedang sendiri.
b) Data Objektif
 Klien tampak menggerakan bibir tanpa suara.
 Klien mengarahkan telinganya ke suatu tempat

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran.

3. Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.

4. Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Menjelaskan dan melatih bercakap-cakap saat terjadi halusinasi.
c) Menganjurkan kalien memasukan kegiatan bercakap-cakap kedalam jadwal
kegiatan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Pra Interaksi
a) Mengenal diri sendiri
b) Mengenal perasaan sendiri
c) Diskusi akan dilakukan jam 15.00 WIB sekitar 20 menit.
d) Saya akan duduk berhadapan dengan klien saya dengan jarak kurang lebih
1 meter di halaman belakang kamar.

2. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik :
“Assalamualaikum pak selamat sore. Masih ingat dengan saya? Ya benar.”
b) Evaluasi validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah melakukan
teknik menghardik yang telah kita lakukan kemarin? Boleh saya lihat
catatannya? Wah bagus sekali, saya beri nilai ya pak.”
c) Kontrak :
 Topik : “Baiklah pak, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan
berdiskusi tentang cara selanjutnya yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain, apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Berapa lama bapak ingin berdiskusi? Bagaimana jika 20
menit.”
 Tempat : “Bapak ingin berdiskusi dimana? Bagaimana jika di teras
belakang?”
d) Tujuan
“Tujuan dari diskusi kita pada sore hari ini adalah agar bapak dapat
mengontrol halusinasi bapak dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.”

3. Fase Kerja
“Saat bapak sedang sendiri biasanya apa yang bapak lakukan?”
“Jadi saat bapak sendiri biasanya bapak akan berdiam diri saja?”
“Baiklah pak jika nanti bapak sedang sendiri sebaiknya bapak mencari teman
untuk diajak bercakap-cakap caranya adalah jika bapak mulai mendengar suara-
suara langsung saja bapak cari teman untuk diajak berbicara, minta teman
bapak, contohnya seperti ini pak, coba berbicara dengan saya jika mulai
mendengar suara-suara “Ayo kita ngobrol pak” atau minta pada perawat untuk
berbicara denganya seperti “pak berbicaralah dengan saya, karena saya mulai
mendengar suara-suara” apakah sudah jelas?”
“Coba bapak ulangi. Iya bagus.”
“Mari kita masukan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak. Karna hari ini
masih dibantu oleh saya jadi beri ceklis di kolom B.”

4. Fase Terminasi
a) Evaluasi respon pasien (Subjektif dan Objektif) :
S : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi tentang cara
bercakap-cakap dengan orang lain dan cara melapor keperawat?”
O : "Coba bapak sebutkan ulang bagaimana cara bercakap-cakap dan
melapor kepada perawat? Wah bagus sekali.”
b) Rencana Tindak Lanjut :
“Diharapkan setelah bapak bercakap-cakap dengan orang lain dan melapor
kepada perawat, halusinasi bapak dapat berkurang dan dapat terkontrol
dengan baik, jangan lupa dimasukan kedalam jadwal kegiatan ya pak, jika
bapak melakukannya secara mandiri, bapak tulis (M), jika masih dibantu
atau di ingatkan tulis (B), jika tidak melakukannya maka tulis (T). Apakah
bapak mengerti? Bagus sekali.”
c) Kontrak yang akan Datang :
 Topik : “Bagaimana jika besok kita berdiskusi tentang cara
mengurangi halusinasi dengan melakukan kegiatan, apak
bapak bersedia?
 Waktu : “Bapak ingin jam berapa kita berdiskusi? Bagaimana jika
jam 15.00?”
 Tempat : “Bapak ingin berdiskusi dimana? Diteras belakang ya
pak? Baiklah saya pamit dulu. Sampai jumpa besok sore,
saya permisi. Assalamualaikum.”
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn R

RM : 00002587

Ruangan : Merak

Tanggal/jam : 16 Januari 2019/ 17.00

Implementasi Catatan perkembangan


Ds : pasien mengatakan : S: pasien mengatakan :
 Masih mendengar suara-  Mersa senang setelah
suara seperti mengajal bercakap cakap
ngobrol  Halusinasinya berkurang
 Suara muncul saat sedang saat bercakap cakap
sendiri  Masih merasa malu untuk
Do : meminta orang lain
 Klien tampak menggerakan bercakap cakap
bibir tanpa suara O: pasien tampak :
 Klien mengarahkan  Tenang
telinganya kesuatu tempat  kooperatif
 malu saat diminta
Diagnosa keperawatan mempraktekkan kepada
Halusinasi pendengaran orang lain

Tindakan keperawatan A : halusinasi berkurang


 Memberi salam terapeutik P:
 Mengevaluasi jadwal  anjurkan pasien
kegitan harian klien memasukkan kedalam
 Menjelaskan dan melatih jadwal kegiatan harian.
bercakap cakap saat terjadi
halusinasi
 Menganjurkan klien
memasukkan bercakap
cakap kedalam jadwal
kegiatan klien
 Membuat kontrak
selanjutnya
 Berpamitan

RTL :
 Evaluasi jadwal kegiatan
harian klien
 Lanjutkan SP 2 halusinasi
bercakap cakap
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / pertemuan : Kamis, 17 Januari 2019


SP / dx : Melapor kepada perawat / Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi
Ruangan : Merak
Nama Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif
 Klien mengatakan suara-suara yang mengajak ngobrol sudah berkurang.
 Suara muncul saat sedang sendiri.
b) Data Objektif
 Klien tampak menggerakan bibir tanpa suara.
 Klien mengarahkan telinganya ke suatu tempat

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran.

3. Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan melapor kepada perawat.

4. Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Menjelaskan dan melatih cara melapor ke perawat saat terjadi halusinasi.
c) Menganjurkan klien memasukan kegiatan melapor ke perawat kedalam
jadwal kegiatan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Pra Interaksi
a) Mengenal diri sendiri
b) Mengenal perasaan sendiri
c) Diskusi akan dilakukan jam 15.00 WIB sekitar 20 menit.
d) Saya akan duduk berhadapan dengan klien saya dengan jarak kurang lebih
1 meter di halaman belakang kamar.
2. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik :
“Assalamualaikum pak selamat sore.”
b) Evaluasi Validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa bapak sudah berkenalan dengan
teman-teman bapak kemarin? Siapa saja yang bapak ajak berkenalan?”
“Boleh saya liat catatan kegiatan harian bapak? Saya beri nilai ya pak”
c) Kontrak :
 Topik : “Baiklah pak sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan
berdiskusi tentang cara melapor ke perawat dan melatih
kembali cara bercakap-cakap dengan orang lain, apakah
bapak bersedia?”
 Waktu : “Berapa lama kita akan berdiskusi? Bagaimana jika 20
menit.”
 Tempat : “Bapak ingin berdiskusi dimana? Bagaimana jika di teras
belakang?”

3. Fase Kerja
“Selama bapak berada diruangan, apakah pernah melaporkan kepada perawat
mengenai halusinasi yang bapak rasakan?”
“Jadi bapak ingin melapor tetapi tidak tahu bagaimana caranya?”
“Baiklah saya akan mengajarkan bapak bagaimana cara melapor ke perawat.
Jadi nanti jika bapak mendengar suara-suara tersebut bapak bisa langsung saja
melaporkan kepada perawat, caranya seperti ini “Bapak / ibu saat ini saya
sedang mendengarkan bisikan” atau bapak bisa mengajak teman bapak
mengobrol seperti yang kita diskusikan kemarin. Apakah sudah jelas? Coba
bapak ulangi apa yang telah kita diskusikan. Wah bagus sekali pak.”
“Sekarang kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian bapak ya, karena sore
ini masih saya bantu kita tulis B ya pak.”

4. Fase Terminasi
a) Evaluasi respon dan pasien (Subjektif dan Objektif) :
S : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi tentang cara
bercakap-cakap dengan orang lain dan cara melapor ke perawat?
O : “Coba bapak sebutkan ulang bagaimana cara bercakap-cakap dan
melapor kepada perawat? Wah bagus sekali.”
b) Rencana Tindak Lanjut :
“Diharapkan setelah bapak bercakap-cakap dengan orang lain dan melapor
kepada perawat, halusinasi bapak dapat berkurang dan dapat terkontrol
dengan baik, jangan lupa dimasukan ke dalam jadwal kegiatan ya pak, jika
bapak melakukannya secara mandiri, bapak tulis (M), jika masih dibantu
oleh atau di ingatkan tulis (B), jika tidak melakukannya maka tulis (T).
Apakah bapak mengerti? Bagus sekali.”
c) Kontrak yang akan Datang :
 Topik : “Bagaimana jika besok kita berdiskusi tentang cara
mengurangi halusinasi dengan melakukan kegiatan,
apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Bapak ingin jam berapa kita berdiskusi? Bagaimana jika
jam 15.00?”
 Tempat : “Bapak ingin berdiskusi dimana? Di teras belakang ya
pak. Baiklah saya pamit dulu, sampai jumpa besok, saya
pamit, Assalamualaikum.”
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn R

RM : 00002587

Ruangan : Merak

Tanggal/jam : 17 Januari 2019/ 17.00

Implementasi Catatan perkembangan


Ds : pasien mnegatakan : S: pasien mengatakan :
 Suara suara yang mnegajak  Menegrti cara bercakap
ngiobrol sudah berkurang caka dan melapor kepada
 Suara muncul saat sedang perawat
sendiri  Halusinasinya berkurang
Do : saat bercakap cakap
 Klien tampak menggerakan O: pasien tampak :
bibir tanpa suara  Senang
 Klien mengarahkan  kooperatif
telinganya kesuatu tempat  serius mendengarkan
 mampu mempraktekkan
Diagnosa keperawatan cara bercakap cakap dan
Halusinasi pendengaran melapor keperawat

Tindakan keperawatan A : halusinasi berkurang


 Memberi salam terapeutik P:
 Mengevaluasi jadwal  anjurkan pasien melapor
kegitan harian klien kepada perawat jika
 Menjelaskan dan melatih mendengar suara
bercakap cakapdan cara  anjurkan pasien melakukan
melapor keperawat saat kegiatan kedalam jadwal
terjadi halusinasi. kegiatan harian.
 Menganjurkan klien
memasukkan bercakap
cakap dan cara melapor
keperawat kedalam jadwal
kegiatan klien
 Membuat kontrak
selanjutnya
 Berpamitan

RTL :
 Evaluasi jadwal kegiatan
harian klien
 Lanjutkan SP 3 halusinasi
melakukan kegiatan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / pertemuan : Jum’at, 18 Januari 2019


SP / dx : Melakukan kegiatan / Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi
Ruangan : Merak
Nama Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif
 Klien mengatakan suara-suara yang mengajak ngobrol sudah berkurang.
 Suara muncul saat sedang sendiri.
b) Data Objektif
 Klien tampak menggerakan bibir tanpa suara.
 Klien mengarahkan telinganya ke suatu tempat

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran.

3. Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.

4. Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
c) Menganjurkan klien memasukan kegiatan melapor ke perawat kedalam
jadwal kegiatan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Pra Interaksi
a) Mengenal diri sendiri
b) Mengenal perasaan sendiri
c) Diskusi akan dilakukan jam 15.00 WIB sekitar 20 menit.
d) Saya akan duduk berhadapan dengan klien saya dengan jarak kurang lebih
1 meter di halaman belakang kamar.

2. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik :
“Assalamualaikum pak selamat sore.”
b) Evaluasi validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”
“Apakah 2 cara yang telah kita diskusikan kemarin sudah bapak lakukan?
Boleh saya liat jadwal kegiatan harian bapak? Wah bagus, saya beri nilai
ya pak.”
c) Kontrak :
 Topik : “Baiklah pak, sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan
berdiskusi dan berlatih cara mengurangi halusinasi bapak yang ketiga
yaitu dengan melakukan kegiatan. Apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Berapa lama bapak ingin kita berdiskusi? Bagaimana jika 20
menit?”
 Tempat : “Bapak ingin berdiskusi dimana? Bagaimana jika diteras
belakang?”
d) Tujuan
“Tujuan dari diskusi kita pada hari ini adalah agar bapak dapat
mengalihkan halusinasi bapak dengan melakukan kegiatan.”
3. Fase Kerja
“Apa saja yang biasa bapak lakukan dari pagi sampai malam? (terus ditanyakan
sampai data kegiatan dari pagi sampai malam), wah banyak sekali kegiatannya.
Mari kita latih 2 kegiatan untuk hari ini yaitu mengelap meja dan menyapu.”
“Bagus sekali pak, bapak dapat melakukannya, kegiatan ini dapat bapak
lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul, kegiatan yang lain akan kita
latih lagi agar dari pagi sampai malam bapak ada kegiatan, untuk hari ini cukup
2 kegiatan saja, apakah ada yang ingin bapak tanyakan?”
“Sekarang kita masukkan kedalam jadwal kegiatan harian bapak ya, karema
sekarang masih saya bantu kita, tulis B ya pak.”

4. Fase Terminasi
a) Evaluasi Respon Pasien (Subjektif dan Objektif) :
S : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi tentang cara
mengurangi halusinasi bapak dengan mengelap meja dan menyapu?”
O : “Coba bapak sebutkan apa yang telah kita lakukan pada hari ini?
Mengapa kita harus melakukannya? Benar sekali, untuk mengalihkan
halusinasi yang bapak rasakan.”
b) Rencana Tindak Lanjut :
“Diharapkan setelah bapak melakukan kegiatan, suara-suara yang bapak
dengarkan dapat berkurang karena bapak memiliki banayak kesibukan.”
“Jangan lupa dimasukan kedalam jadwal kegiatan harian bapak ya, jika
bapak melakukannya secara mandiri, bapak tulis (M) jika masih dibantu oleh
atau diingatkan, bapak tulis (B), jika tidak dilakukan bapak tulis (T). Apakah
bapak mengerti? Bagus sekali.”
c) Kontrak yang akan Datang :
 Topik : “Bagaimana jika besok kita berdiskusi tentang cara yang
keempat yaitu dengan minum obat untuk mengurangi
halusinasi yang bapak rasakan, apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Jam berapa bapak ingin kita berdiskusi? Bagaimana jika
jam 15.00?
 Tempat : “Bapak ingin berdiskusi dimana? Bagaimana jika di teras
belakang? Baiklah saya pamit dulu, sampai jumpa besok,
assalamualaikum.”
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn R

RM : 00002587

Ruangan : Merak

Tanggal/jam : 18 Januari 2019/ 17.00

Implementasi Catatan perkembangan


Ds : pasien mnegatakan : S: pasien mengatakan :
 Suara suara yang mnegajak  suara sudah berkurang
ngiobrol sudah berkurang kaarena sibuk melakukan
 Suara muncul saat sedang kegiatan
sendiri  merasa senang setelah
Do : melakukan kegiatan
 Klien tampak menggerakan O: pasien tampak :
bibir tanpa suara  bersemanagat saat
 Klien mengarahkan melakukan kegiatan
telinganya kesuatu tempat  kooperatif
 tenang
Diagnosa keperawatan A : halusinasi berkurang
Halusinasi pendengaran P:
 anjurkan pasien
Tindakan keperawatan menyibukan diri dengan
 Memberi salam terapeutik melakukan kegiatan jika
 Mengevaluasi jadwal mendengar suara suara
kegitan harian klien  anjurkan pasien melakukan
 Melatih cara mengontrol kegiatan kedalam jadwal
halusinasi dengan kegiatan harian.
melakukan kegiatan harian
 Menganjurkan klien
memasukkan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
kedalam jadwal kegiatan
klien
 Membuat kontrk selanjutnya
 Berpamitan

RTL :
 Evaluasi jadwal kegiatan
harian klien
 SP 4 halusinasi patuh obat
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

Hari / pertemuan : Sabtu, 19 Januari 2019


SP / dx : Patuh Obat / Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Ruangan : Merak
Nama Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif
 Klien mengatakan masih mendengar suara pada malam hari.
 Klien mengatakan jarang mendengar suara pada pagi dan siang hari.
b) Data Objektif
 Tampak tenang.
 Klien tampak gelisah menjelang sore hari.
 Klien mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
 Klien sudah mampu melaksanakan aktivitas fisik seperti menyapu.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran.

3. Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan patuh obat.

4. Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Mengevaluasi kognitif, afekti, dan psikomotor klien tentang cara minum
obat.
c) Menjelaskan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat dengan
prinsip 6 benar.
d) Menjelaskan manfat minum obat dan kerugian tidak minum obat.
e) Menganjurkan klien memasukan minum obat kedalam jadwal kegiatan
harian.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Pra Interaksi
a) Mengenal diri sendiri
b) Mengenal perasaan sendiri
c) Diskusi akan dilakukan jam 15.00 WIB sekitar 20 menit.
d) Saya akan duduk berhadapan dengan klien saya dengan jarak kurang lebih
1 meter di halaman belakang kamar.

2. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik :
“Assalamualaikum pak selamat sore.”
b) Evaluasi validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”
“Apakah bapak sudah mempraktekan apa yang sudah kita pelajari
kemarin? Boleh saya liat jadwal kegiatan hariannya? Saya nilai ya pak.”
c) Kontrak :
 Topik : “Baiklah pak, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan
berdiskusi tentang cara yang keempat yaitu mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat yang benar, apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Berapa lama bapak ingin berdiskusi? Bagaimana jika 20
menit?”
 Tempat : “Bapak ingin berdiskusi dimana? Bagaimana jika di teras
belakang?”
d) Tujuan :
“Tujuan dari diskusi kita pada sore hari ini adalah agar bapak dapat
mengontrol halusinasi dengan cara meminum obat dengan benar.”

3. Fase Kerja
“Apakah bapak sudah minum obat hari ini? Obat apa saja yang bapak miliki?”
“Apakah bapak rutin meminum obatnya? Apakah bapak mengetahui cara
minum obat yang benar?”
“Apakah bapak mengerti keuntungan saat kita meminum dan tidak minum
obat? Wah pengetahuan yang bapak miliki sudah cukup baik sekali ya.”
“Baiklah pak, saya akan menambahkan pengetahuan yang bapak miliki agar
bapak semakin tau cara minum obat serta manfaatnya.”
“Bapak perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran bapak menjadi
tenang dan tidurnya menjadi nyenyak. Obatnya ada 2 macam, yang ini namanya
clozapine diminum 1 kali sehari setelah makan sore, gunanya untuk
menenangkan pikiran dan tubuh menjadi rileks, warnanya orange, dan yang
warnanya putih ini namanya trihexyphenidyl atau biasa di sebut THP, diminum
2 kali sehari setelah makan pagi dan setelah makan sore, gunanya untuk rileks
dan tidak kaku otot serta mengurangi efek samping obat lain. Dari kedua obat
ini ada efek yang tidak diharapkan, kalau clozapin ini efek yang tidak
diharapkannya adalah lesu, mual, muntah, pusing. Kalau THP efeknya
mengantuk, pusing, penglihatan kabur, mual, dan lain sebagainya. Tetapi
walaupun ada efek yang tidak diharapkan, obat ini saling berkaitan antara satu
dengan yang lain. Obat ini seperti kebutuhan bapak sehari-hari, jangan sampai
terlambat walaupun suara-suaranya sudah hilang dan bapak merasa tenang,
obatnya tidak boleh diberhentikan, sebab kalau putus obat, bapak bisa kambuh
dan masuk kembali kerumah sakit, kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter
untuk mendapatkan obatnya lagi. Bapak juga harus teliti saat menggunakan
obat-obatan ini, pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa
obat itu benar milik bapak, bapak bisa melihatnya di label yang tertera disini,
pastikan obat dimnum tepat waktu, dengan cara yang benar yaitu diminum
sesudah makan dan tepat pada jamnya, bapak juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum dan harus cukup minum 6-8 gelas perhari.”
“Dari penjelasan yang saya berikan apakah sudah cukup jelas pak?”
“Coba ulangi apa yang sudah disampaikan?”
“Baik pak bagus sekali. Mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian,
karna hari ini masih dibantu kita beri tanda (B) ya pak.”

4. Fase Terminasi
a) Evaluasi Respon Pasien (Subjektif dan Objektif) :
S : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi tentang cara
meminum obat?”
O : “Coba bapak sebutkan obat apa saja yang harus bapak minum?
Apa saja yang harus di perhatikan? Iya betul Sekali.”
b) Rencana Tindak Lanjut :
“Diharapkan dengan bapak minum obat secara rutin dan sesuai jadwal bapak
dapat mengontrol halusinasi yang bapak rasakan.”
“Jadwal minum obat yaitu pagi saat selesai sarapan dan sore setelah makan
sore ya. Jangan lupa kegiatan minum obat dimasukan kedalam jadwal
kegiatan harian, jika dilakukan secara mandiri, beri tanda (M), jika masih
dibantu oleh perawat atau teman, beri tanda (B)”
c) Kontrak yang akan Datang :
 Topik : “Bagaimana jika besok kita berdiskusi kembali tentang
cara yang kita bahas hari ini karena sepertinya bapak
masih belum mengerti obat apa saja yang harus bapak
minum, apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Bapak ingin jam berapa? Bagaimana jika jam 15.00?”
 Tempat : “Mau dimana bapak berdiskusi? Seperti biasa ya pak di
teras belakang. Sampai jumpa besok, saya permisi.
Assalamualaikum.”
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn R

RM : 00002587

Ruangan : Merak

Tanggal/jam : 19 Januari 2019/ 17.00

Implementasi Catatan perkembangan


Ds : pasien mnegatakan : S: pasien mengatakan :
 mendengar suara pada  Sudah mengerti prinsip 6
malam hari benar minum obat
 jarang mendengar suara pada  Suda hapal jenis obat yang
pagi dan siang hari diminumnya
Do : O: pasien tampak :
 Klien tampak tenang pada  Serius mendengarkan
pagi dan siang hari  Dapat menyebutkan warna
 Gelisah menjelang sore hari obat yang diminumnya
 Melaksanakan aktivitas fisik
seperti menyapu dan A : halusinasi berkurang
mengelap meja P:
 anjurkan pasien meminum
Diagnosa keperawatan obat secara teratur
Halusinasi pendengaran  anjurkan pasien
memasukkan minum obat
Tindakan keperawatan kedalam jadwal kegiatan
 Memberi salam terapeutik harian.
 Mengevaluasi kognitif
,afektif, dan psikomotor
klien tentang cara minum
obat
 Menjelaskan dan melatih
klien minum obat dan
kerugian minum obat
 Menganjurkan klien
memasukkan kegiatan
minum obat kedalam jadwal
kegiatan klien

RTL :
 Evaluasi jadwal kegiatan
harian klien
 SP 1 Isolasi sosial

You might also like