You are on page 1of 4

Bangun Negeri di Hari Kartini

Pada tanggal 21 April yang lalu SMP Negeri 1 Kediri memperingati Hari Kartini,Hari
Pendidikan,Isra Mira’j dan Hari Bumi.Kami diwajibkan untuk memakai baju nasional di hari
itu.Banyak acara yang diadakan oleh sekolah dalam rangka memperingati hari - hari
tersebut,salah satunya yaitu mengadakan lomba- lomba.Ada 10 lomba yang dilaksanakan
yaitu Da’i Muda Spenesa,Tadarus Bareng,Kartini Bermedsos,Hasta Karya,Kaligrafi,dan yang
lainnya.Setiap kelas wajib mengirimkan wakil untuk mengikuti lomba - lomba tersebut,lomba-
lomba tersebut dibuat oleh organisasi OSIS,Takmir,dan UKS.Kegiatan pertama yaitu upacara
bendera,upacara dilakukan dengan khidmat dan tenang,pembina upacara memberikan
amanat berupa hal hal baik yang patut dicontoh dari kartini dan pesan – pesan yang diberikan
Kartini untuk kita sebagai generasi muda.Hal baik dari Kartini yang patut dicontoh yaitu kartini
Tidak sombong, Sederhana, Berani, Optimis, Mandiri, Cerdas dan Inspiratif pembina upacara
juga memberikan nasihat nasihat baik untuk siswanya agar mencotoh sifat sifat dari Kartini
selain itu pembina upacara membacakan 3 amanat dari Kartini yaitu “Terkadang kesulitan
harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang
kepadamu”,”Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu.Tetapi satu – satunya hal yang benar
benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri” ,dan “Tidak ada sesuatu yang lebih
menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita
cintai” setelah mendengar amanat tersebut kita menyanyikan lagu “Ibu Kita Kartini” yang
dipandu oleh paduan suara dari SMPN 1. Setelah upacara kita menyaksikan tarian yang
diiringi karawitan dan dimainkan oleh kak Farinsa Devi dari Kelas 8H tarian itu sangat
memukau dihiasi dengan bendera warna warni.Setelah upacara selesai kami beristirahat di
kelas sembari mempersiapkan lomba, ada teman kami satu kelas yang membuat masalah
yaitu dia lupa membuat teks 3 rangkap yang ditujukan untuk 3 juri akhirnya aku dan yang
lainnya membuat bersama sama agar cepat selesai, saat mengerjakan satu anggota panitia
memanggil untuk segera ke tempat lomba.Saat saya dan teman saya mengerjakan teks
teman teman yang lainnya menuju ketempat lomba.Lomba Tadarus tidak dinilai tetapi hanya
mengaji bersama.Dan di Masjid sangat lama menunggu 2 jam soalnya ada yang lama kalo
membaca.Pembina Tadarus yang menjaga ketertiban jalanya Tadarus Bersama bernama
Pak Saekoni dan Bu Arsiatun setiap kelas diwakili oleh 5 anak 3 PA dan 2 PI sebelum
membaca Al Quran lebih baik wudhu , tempat antara laki laki dan perempuan di pisah, yang
laki laki dibagi beberapa kelompok 1 kelompok 5 orang, yang perempuan yo dibagi 4 per
kelompok dan bebas memilih anggota.setelah dibagi kelompok,masing masing kelompok di
beri juz setelah selesai membaca bebas melakukan apa saja tetapi tidak boleh kembali ke
kelas,setelah membaca Al Quran berdoa bersama.Setelah melihat lomba tadarus bareng
saya mengikuti teman saya untuk melihat bagaimana cara untuk mengambil gambar dengan
mudah dan dengan hasil yang baik sembari menemani teman saya untuk mengikuti lomba
fotografi,ssya melihat “jepretannya” teman saya sangat bagus dan enak untuk dipandang,
setelah mengambil gambar ia memposting fotonya di Instagram miliknya dan di repost di
Instagram milik OSIS Spenesa dan peserta wajib memberikan kata mutiara dari R.A. Kartini
dan di like oleh teman teman dari peserta itu sendiri, setelah temanku memposting, aku
langsung mengelike postingan dari teman sekelas ku, pemenang dari lomba fotografi
berdasarkan like yang diberikan. Setelah melike aku melihat lomba poster gambar dari
peserta lomba bagus bagus dan sangat rapi saya sangat suka gambar gambar dari teman
teman saya.setelah melihat lihat saya diajak foto bersama oleh PIK R,setelah itu saya pergi
kek kelas untuk istirahat dan bermain bersama teman teman sambil menunggu yang lainnya
yang ikut lomba.Lomba ini meruppakan hal yang sangat positif agar siswanya belajar dan
mendapatkan ilmu yang sangat berguna untuk kedepanya sayangnya aku tidak ikut lomba
karena sudah ada yang mengisi.Ibu kita Kartini merupakan pahlawan bagi kaum wanita
supaya kaum wanita berpendidikan tidak harus menjadi pelayan melainkan menjadi pemimpin
dan menjadi aset negara yang sangat penting bagi kemajuan Negeri kita yang tercinta ini yaitu
Indonesia , berikut biografi dari Kartini : Beliau lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Kota
Jepara, Hari kelahirannya itu kemudian diperingati sebagai Hari Kartini untuk menghormati
jasa RA Kartini pada bangsa Indonesia. Nama lengkap Kartini adalah Raden Ajeng Kartini
Djojo Adhiningrat.Mengenai sejarah RA Kartini dan kisah hidup Kartini, ia lahir di tengah-
tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan
namanya, gelar itu sendiri (Raden Ajeng) dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah, jika
sudah menikah maka gelar kebangsawanan yang dipergunakan adalah R.A (Raden Ayu)
menurut tradisi Jawa.Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario
Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara, beliau ini
merupakan kakek dari R.A Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang
terpandang sebab posisinya kala itu sebagai bupati Jepara kala Kartini dilahirkan.Ibu kartini
yang bernama M.A. Ngasirah, beliau ini merupakan anak seorang kiai atau guru agama di
Telukawur, Kota Jepara. Menurut sejarah, Kartini merupakan keturunan dari Sri Sultan
Hamengkubuwono VI, bahkan ada yang mengatakan bahwa garis keturunan ayahnya berasal
dari kerajaan Majapahit.Ibu R.A Kartini yaitu M.A. Ngasirah sendiri bukan keturunan
bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa saja, oleh karena itu peraturan kolonial Belanda
ketika itu mengharuskan seorang Bupati harus menikah dengan bangsawan juga, hingga
akhirnya ayah Kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama Raden Adjeng
Woerjan yang merupakan seorang bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura ketika
itu,mungkin itu sedikit dari Kartini.Kartini memperjuangkan Indonesia melaluyi pemikirannya
melalui surat Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus
dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki
seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya
meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat
mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada
akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga
diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk
belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan
studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.Keinginan Kartini untuk
melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa
sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika
akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya
kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda
tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa
itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.Pada pertengahan tahun 1903 saat
berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus.
Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi
karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak
mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu
pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan
Rukmini untuk belajar di Betawi.Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian
Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa
keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para
perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami
tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi
perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah
buku.Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan
egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir
mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk
mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati
Rembang.Dan Kartini juga menerbitkan buku buku : Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door
Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah
Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang
sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat
Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat
Saudara.Pada 1938, buku Habis Gelap Terbitlah Terang diterbitkan kembali dalam format
yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari Door Duisternis Tot Licht. Buku terjemahan
Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah
diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Armijn Pane menyajikan surat-
surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan
surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk
menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama
berkorespondensi. Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat
Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Penyebab tidak
dimuatnya keseluruhan surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht, adalah
terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan lain adalah untuk menjaga jalan cerita agar
menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah
roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-
surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.Surat-surat Kartini, Renungan Tentang
dan Untuk Bangsanya Surat-surat Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno. Pada
mulanya Sulastin menerjemahkan Door Duisternis Tot Licht di Universitas Leiden, Belanda,
saat ia melanjutkan studi di bidang sastra tahun 1972. Salah seorang dosen pembimbing di
Leiden meminta Sulastin untuk menerjemahkan buku kumpulan surat Kartini tersebut. Tujuan
sang dosen adalah agar Sulastin bisa menguasai bahasa Belanda dengan cukup sempurna.
Kemudian, pada 1979, sebuah buku berisi terjemahan Sulastin Sutrisno versi lengkap Door
Duisternis Tot Licht pun terbit. Buku kumpulan surat versi Sulastin Sutrisno terbit dengan judul
Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya. Menurut Sulastin, judul
terjemahan seharusnya menurut bahasa Belanda adalah: "Surat-surat Kartini, Renungan
Tentang dan Untuk Bangsa Jawa". Sulastin menilai, meski tertulis Jawa, yang didamba
sesungguhnya oleh Kartini adalah kemajuan seluruh bangsa Indonesia. Buku terjemahan
Sulastin malah ingin menyajikan lengkap surat-surat Kartini yang ada pada Door Duisternis
Tot Licht. Selain diterbitkan dalam Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk
Bangsanya, terjemahan Sulastin Sutrisno juga dipakai dalam buku Kartini, Surat-surat kepada
Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya. Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-
1904 .Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat Kartini adalah Letters from Kartini, An
Indonesian Feminist 1900-1904. Penerjemahnya adalah Joost Coté. Ia tidak hanya
menerjemahkan surat-surat yang ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Joost
Coté juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil
temuan terakhir. Pada buku terjemahan Joost Coté, bisa ditemukan surat-surat yang
tergolong sensitif dan tidak ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Menurut
Joost Coté, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan pada dirinya sudah saatnya untuk
diungkap. Buku Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 memuat 108 surat-
surat Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH
Abendanon. Termasuk di dalamnya: 46 surat yang dibuat Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan
Soematrie Selain berupa kumpulan surat, bacaan yang lebih memusatkan pada pemikiran
Kartini juga diterbitkan. Salah satunya adalah Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya
Ananta Toer. Buku Panggil Aku Kartini Saja terlihat merupakan hasil dari pengumpulan data
dari berbagai sumber oleh Pramoedya. Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri
dan suaminya Akhir tahun 1987, Sulastin Sutrisno memberi gambaran baru tentang Kartini
lewat buku Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya. Gambaran
sebelumnya lebih banyak dibentuk dari kumpulan surat yang ditulis untuk Abendanon,
diterbitkan dalam Door Duisternis Tot Licht. Kartini dihadirkan sebagai pejuang emansipasi
yang sangat maju dalam cara berpikir dibanding perempuan-perempuan Jawa pada
masanya. Dalam surat tanggal 27 Oktober 1902, dikutip bahwa Kartini menulis pada Nyonya
Abendanon bahwa dia telah memulai pantangan makan daging, bahkan sejak beberapa tahun
sebelum surat tersebut, yang menunjukkan bahwa Kartini adalah seorang vegetarian. Dalam
kumpulan itu, surat-surat Kartini selalu dipotong bagian awal dan akhir. Padahal, bagian itu
menunjukkan kemesraan Kartini kepada Abendanon. Banyak hal lain yang dimunculkan
kembali oleh Sulastin Sutrisno.Semua itu merupakan perjuangan Kartini melalui pemikirannya
serta surat dan buku buku yang telah ia tulis tentunya ia tidak sendirian tetapi banyak yang
membatunya dalam kesulitan,nah setelah menunggu sambil bermain akhirnya pahlawan kami
datang yaitu teman teman yang sudah berpartisipasi untuk mengikuti lomba tersebut kami
bangga sekali terhadap mereka karena sudah berkorban bagi kelas.Setelah lomba selesai
kami menunggu hasil dari keputusan juri, hasil lomba diumumkan hari senin pada saat
upacara bendera selain itu kulihat saingan kelas kami juga sulit sehingga kesempatan
menang menjadi menurun tetapi kami tetap optimis untuk meraih kemenangan selain itu juga
kami mencari dukungan. Sebelum pulang aku mengabari Ibu untuk dijemput.Setelah datang
aku pulang ke rumah dan beristirahat menurutku lomba ini sangat berguna bagi siswa siswi
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 untuk mencari bibit bibit unggul untuk masa depan nya
selain itu kegiatan ini menunjukan bahwa semangat Kartini saat ini tidak pernah pudar sedikit
pun.Semoga dengan Hari Kartini ini kami bisa membangun negeri lebih baik. Selamat Hari
Kartini 2018 !!!

You might also like