You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Criticall Book Report ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti atau
memenuhi tugas mata kuliah “MATEMATIKA TERAPAN” dalam perkuliahan. Sehingga
pemahaman terhadap materi kuliah akan menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Ilmu Matematika adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum


perhitungan secara menyeluruh dan jelas. Ilmu Matematika yang lebih dikenal dengan
penyelesaian masalah menggunkan angka terdiri dari ratusan rumus-rumus.

Sedangkan pengertian Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan


perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjrktur baru ,dan
membangun kebenaran melalui metode deduksi yang ketat diturukan dari aksioma-aksioma
dan defini-definisi yang bersesuaian

2. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah MATEMATIKA TERAPAN
2. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sebuah buku
3. Untuk mengulas isi sebuah buku
4. Untuk membandingkan dan menghubungkan isi buku
3. Manfaat
1. Melatih diri lebih berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada buku
2. Lebih berani berargumentasi berdasarkan teori
3. Menambah wawasan tentang bagaimana MATEMATIKA TERAPAN
4. Lebih memahami apa saja yang harus dilakukan untuk menjadi guru profesional
BAB II
RINGKASAN BUKU

2.1 MATEMATIKA, TERAPAN dan Pengajaran

A. Defenisi MATETIKA TERAPAN


1. Pengertian MATEMATIKA TERAPAN

Matematika Terapan merupakan cabang matematika yang terkait dengan teknik


matematika untuk domain yang lain. Matematika terapan berkenaan dengan penggunaan alat
matematika terapan abstrak guna memecahkan masalah-masalah konkret di dalam ilmu
pengetahuan, bisnis, dan wilayah lainnya. Sebuah lapangan penting didalam matematika
terapan adalah statistika, yang menggunakan teori peluang sebagai alat dan membolehkan
penjelasan, analisis, dan membolehkan penjelasa, analisis dan peramalan gejala dimana
peluang berperan penting. Sebagai besar percobaan, survei, dan pengkajian pengamatan
memerlukan statistika. Matematika terapan merupakan ilmu yang diperlukan untuk
menghitung segala sesuatu yang memerlukan rumus.

2. Defenisi MATEMATIKA TERAPAN

Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan
mencari berbagai pola, merumuskan konjrktur baru ,dan membangun kebenaran melalui
metode deduksi yang ketat diturukan dari aksioma-aksioma dan defini-definisi yang
bersesuaian.

B. Arti Penting MATEMATIKA TERAPAN

Guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu
melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab
adalah guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan
prinsip-prinsip psikologis. Seperti (1) proses perkembangan sisiwa. (2) cara belajar siswa, (3)
cara menghubungkan belajar dengan mengajar, (4) pengambilan keputusan untuk
pengelolaan proses belajar mengajar.

2
2.2 Proses Perkembangan Dan Hubungannya Dengan Proses Belajar

A. Defenisi dan Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan


1. Defenisi Perkembangan

Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme
tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa
perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek
psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. Secara singkat, perkembangan (development)
adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri
(growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya.
Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan a stage of development.

Menurut KBBI (1991), “perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya


kata “berkembang” ini berarti mekar terbuka atau terbentang; menjadi besar, luas, dan
banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dsb.
Pertumbuhan berarti perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas yang
bersifat konkret. Adapun perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada
mutu fungsi organ-organ jasmaniah itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti
perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh
organ-organ fisik. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan akan berlanjut terus hingga
manusia mengakhiri hayatnya. Sedangkan pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia
mencapai kematangan fisik. Artinya orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas
pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan.

2. Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan

Adapun mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan siswa, para ahli berbeda
pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi siswa tidak
sama. Untuk lebih jelasnya berikut ini aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor
yang memngaruhi perkembangan siswa.

 Aliran nativisme, natuvisme adalah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap
aliran pemikiran psikologis. Aliran ini konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam, karena para ahli menurut aliran

3
ini meyakini bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya,
sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.
 Aliran Empirisisme, adalah kebalikan dari aliran nativisme.
 Aliran Konfergensi, merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran
nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas dengan lingkungan
sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.

B. Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan


1. Proses Perkembangan

Secara umum, proses dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah
tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat jasmaniah
maupun yang bersifat rohaniah.

2. Tugas dan Fase Perkembangan

Adalah hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia
senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Tugas belajar yang muncul dalam
setiap fase perkembangan merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara
otomatis seperti kegiatan belajar keterampilan melakukan sesuatu pada fase perkembangan
tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal.

Tugas-tugas perkembangan tersebut selalu diperhitungkan secara cermat oleh


orangtua dan guru sebagai sesuatu yang harus terjadi secara alamiah dan tepat pada
waktunya.

3. Hukum Perkembangan
a. Hukum konvergensi, perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Apabila
pengaruh lingkungan sama besar dan kuatnya dengan pembawaan siswa, maka hasil
pendidikan yang didapat siswa itu pun akan seimbang dan baik, dalam arti tidak ada
satupun dikorbankan secara sia-sia.
b. Hukum Perkembangan dan Pengembangan diri. Para siswa memiliki dorongan dan
hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif.

4
c. Hukum masa peka. Peka artinya mudah tersinggung atau mudah menerima stimulus.
Masa peka adalah masa yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-
fungsi tertentu.
d. Hukum Keperluan Belajar. Dapat dikatakan bahwa setiap anak biasanya berkembang
karena belajar.
e. Hukum Kesatuan Anggota Badan. Contohnya, perkembangan pancaindera. Serta
kemampuan-kemampuan anggota badan .
f. Hukum Tempo Perkembangan. Lambat atau cepatnya proses perkembangan
seseorang tidak sama dengan orang lain. Dengan kata lain, setiap orang memiliki
tempo perkembangan masing masing. Tempo-tempo perkembangan manusia pada
umumnya terbagi dalam kategori; cepat, sedang, lambat.
g. Hukum Irama Perkembangan. Disamping ada tempo, di dalam perkembangan juga
dikenal adanya irama atau naik turunnya proses perkembangan. Artinya,
perkembangn manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang turun.
h. Hukum rekapitulasi. Rekapitulasi pada dasarnya berarti pengulangan atau ringkasan
kehidupan organisme tertentu seperti manusia yang berlangsung secara evolusioner
(sangat lambat) dalam waktu berabad-abad.

C. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa.

Proses-proses perkembangan tersebut adalah ;

1. Perkembangan Motor

Yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan


aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills). Proses perkembangan anak berlangsung
kurang lebih selama dua dekade sejak ia lahir. Semburran perkembangan terjadi pada masa
anak menginjak usia remaja.

2. Perkembangan Kognitif

Yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan


otak anak. Cognition (kognisi), ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer menjadi salah satu ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan

5
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan
keyakinan.

3. Perkembangan Sosial dan Moral

Yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan peubahan-perubahan cara


anak berkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Proses perkembangan sosial dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar.
Konsikuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas
proses belajar siswa tersebut, baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di
lingkungan yang lebih luas.

D. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar Siswa

Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif, ranah kejiwaan yang
berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikolog kognitif, adalah sumber sekaligus
pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa), dan ranah psikomotor
(karsa). Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Selanjutnya
tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa tersebut dapat memahami dab meykini faedah
materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Tanpa berpikir juga sulit bagi siswa
untuk mengangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang ia ikuti.
Oleh karenanya, upaya pengembangan kognitif siswa secara terarah, baik oleh orang tua
mauapun oleh guru sangat penting. Seperti upaya (a) mengembangkan kecakapan kognitif.
(b) mengembangkan kecakapan afektif, dan (c) mengembangkan kecakapan psiomotor.

2.3 Belajar

1. Defenisi Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau


menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang
beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika ank-anaknya telah mampu
menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks
atau yang telah diajarkan guru.

Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan sekali
6
lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila,
mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.

2. Arti Penting Belajar

Belajar adalah key tem yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga
tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Karena demikian pentingnya arti
belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan
pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan
manusia itu. Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan
sekelompok umat manusia di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-
bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan
tragis juga bisa terjadi karena belajar.

3. Belajar, Memori, dan Pengetahuan dalam Perspektif Psikologi dan Agamaa.


a. Perspektif psikologi

Para ahli psikolgi pendidikan kognitif sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori dan
pengetahuan itu sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan, memori yang biasanya kita artikan
sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari
stimulus, yakni sistem penyimpangan informasi dan pengetahuan yang terdapat didlam otak
manusia.

b. Perspektif Agama

Islam dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif dan fungsi sensori
(indera-indera) sebagai alat penting untuk belajar sangat jelas. Adapun ragam alat fisio-psikis
itu, seperti yang terungkap dalam beberapa firman tuhan, adalah;

1) Indera penglihat, yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.
2) Indera pendengar, yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal
3) Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk
menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi
dan pengetahuan (ranah kognitif)

4. Proses dan Fase belajar

7
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara khusus yang dengannya beberapa perubahan
ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi proses belajar dapat diartikan
sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri
siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju
daripada keadaan sebelumnya.

Karena belajar itu merupakan aktifitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase
yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Adapun fase-fase
dalam proses belajar, yakni; (a) fase informasi (tahap penerimaan materi, (b) fase
transformasi (tahap pengubahan materi), (c) fase evaluuasi (tahap penilaian materi).

2.5 Ciri, Perwujudan, Jenis, Pendekatan Dan Faktor yang Mempengaruhi


Belajar
1. Ciri Khas Perilaku Belajar
1. Intensional (disengaja)
2. Positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri)
3. Efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan
batu)

2. Perwujudan Perilaku Belajar


1. Kebiasaan: timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan
menggunakan stimulus yang berulang-ulang. Kebiasaan ini terjadi karena prosedur
pembiasaan seperti classical dan operant conditioning.
2. Keterampilan: kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah
raga, dan sebagainya.
3. Pengamatan: proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang
masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
4. Berpikir asosiatif dan daya ingat: proses pembentukan hubungan antara rangsangan
dengan respons. Di samping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar,
sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif..
5. Berpikir rasional dan kritis: perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian
dengan pemecahan masalah.

8
6. Sikap: perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya
kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas)
terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
7. Inhibisi: kesanggupan siswa untuk mengurangi dan menghentikan tindakan yang
tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika ia
berinteraksi dengan lingkungannya.
8. Apresiasi: penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda baik abstrak maupun
konkret yang memiliki nilai luhur.
9. Tingkah laku afektif: tingkah laku yang menyangkut keaneka-ragaman perasaan
seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan
sebagainya.

3. Jenis-Jenis Belajar
1. Belajar abstrak: belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya
adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang
tidak nyata.
2. Belajar keterampilan: belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik
yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot.
3. Belajar sosial: belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk
memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial.
4. Belajar pemecahan masalah: belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau
berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti..
5. Belajar rasional: belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis
dan rasional (sesuai dengan akal sehat)..
6. Belajar kebiasaan: proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.
7. Belajar apresiasi: belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek.
8. Belajar pengetahuan: belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam
terhadap objek pengetahuan tertentu.

9
4. Efisiensi, Pendekatan, dan Metode Belajar
Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan
atau metode belajar termasuk gfaktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
1. Efesiensi Belajar
a. Efesiensi Usaha Belajar
b. Efesiensi Hasil Belajar

2. Ragam Pendekatan Belajar


a. Pendekatan Hukum Jost
b. Pendekatan Ballard dan Clanchy
c. Pendekatan Biggs

3. Metode Belajar SQ3R


Untuk melengkapi uraian mengenai pendekatan dan strategi belajar tersebut dimuka,
berikut uni penyusun sajikan sebuah cara mempelajari teks (wacana), khususnya yang
terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan laporan penelitian. SQ3R pada prinsipnya
merupakan singkatan langkah-langkah mempelajari teks yang meliputi:
a. Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks,
b. Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relefan dengan teks,
c. Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas petanyaan-
pertanyaan yang telah tersusun,
d. Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah di temukan,
e. Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban dan pertanyaan yang tersusun pada
langkah kedua dan ketiga.

5. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Belajar


Secara global, faktor-faktor yang memengaruhi siswa dapat kita bedakan menjadi tiga
macam:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kedaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa;
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa;
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learnig), yakini janis upaya belajar siswa yang

10
meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.

1. Faktor Internal Siswa


Faktor yang berasla dari dalam diri siswa meliputi dua aspek yaitu: pertama, aspek
fisiologis (yang bersifat jasmaniah);kedua, aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
2. Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan secara panjang lebar pada subbab
sebelumnya, dapat di pahami keefekifanya segala cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang efektifitas dan efesiensi proses belajar materi tertentu.

2.6Prestasi, Lupa, Kejenuhan, Dan Kesulitan Belajar

1. Evaluasi Dalam Belajar


a. Definisi Evaluasi

Evaluasi atrinya penelitian terhadap tingakat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam senbuah progaram. Padanan kata evaluasi adalah assesement yang menurut
Tradif (1989) berarti proses penilaian unutk menggambarkan prestasi yang di capai seorang
siswa sesuan dengan kriteria yang telah di tetapkan.

b. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Pertama, untuk mengethui tingkat kemajuan yang telah di capai oleh siswa dalam sustu kurun
waktu proses belajar tertentu. Kedua, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa
dalam kelompok kelasnya. Ketiga, untuk mengethui tingkat usaha yang dilakukan siswa
dalam belajar. Keempat, untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendaya gunakan
kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang milikinya) untuk keprluan belajar.
Kelima, unutk mengethui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah
digunakan guru dalam proses mengajar-belajar (PMB).

11
Fungsi EvaluasiDisamping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut:

1. Fungsi administratif untuk penyusunan daftar mengisi datar nilai dan pengisian rapor;
2. Funsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan;
3. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan
program remedial teaching (penagjaran perbaikan)
4. Sumber data BK untuk memasok data siswa tertentuk yang memerlukan bimbingan
dan konseling (BK).
5. Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi
perkembangan kurikulum, metode dan alat-alat PMB.

c. Ragam Evalusi

Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan


berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya banyak, mulaiyang paling sederhana sampai
yang paling kompleks.

1. Pre-test dan post-test Kegiatan pretest dilakukan guru secar rutin pada setiap akn
memulai penyajian materi baru. Tujuanya untuk mengidentifikasi syaraf penegtahuan
siswa mengenai bahan yang akan di sajikan.
2. Evaluasi prasyarat. Evaluasi jenis ini sangat, mirip dengan pretest. Tujuanya adalah
untuk mengedentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang telah mendasari materi
baru yang akan di ajarkan.
3. Evaluasi diagnostik. Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai
siswa.
4. Evaluasi formatif. Evaluasi jenis ini kurang lebih sama ulangan yang dilakukan pada
setiap akhir penyajaian satu pelajaran atau modul.
5. Evalusi sumatif. Ragam penilain sumatif kurang lebih sama dengan ulangan umum yang
dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir
periode pelaksanaan program pengajaran.
6. UAN/UN. Ujian Akhir Nasional dan Ujian Nasional(UN) pada prinsipnya sama dengan
efalusi sumatif dalam arti sebagai penentuan kenaikan status siswa. jenjang SD/MI
(madrasah ibtidaiyah), dan seterusnya.

12
d. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis yang
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, penggunaan
tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah murid, sangat sulit.hal ini disebabkan
perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba).

e. Batas minimal prestasi belajar

Keberhasilan dalam arti luas berarti yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa. Angka
terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah
5,5 atau 6, sedangakn untuk sekala 0-100 adalah 55 atau 6.

f. Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor


1. Evaluasi Prestasi Kognitif. Mengukur kebehasilan siswa yang berdimensi kognitif
(ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis
maupun tes lisan.
2. Evalusi prestasi efektif. Dalam merencanakan penyusunan instrumen tes prestasi
siswa yang berdimensi efektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan
karakterisasi seyoginya mendapat perhatian khusus.
3. Evaluasi prestasi Psikomotor. Cara yang di pandang tepat untuk mengevaluasi
keberhasilan belajar yang dinamis ranah psikomotor (ranah karsa) adalah
observasi.

2. Lupa dan Kejenuhan Belajar


1. Lupa Dalam Belajar

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali
apa-apa yang senbelumnya telah kita pelajari.Faktor-faktor penyebab lupa yaitu; Pertama,
lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang telah
ada dalam sistem memori siswa. Kedua, lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena
adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja atau tidak. Ketiga, lupa dapat
terjadi pada siswa karena perubahan status lingkungan atar waktu belajar dengan waktu
mengingat kembali (Anderson, 1990), dan lain sebagainya.

13
2. Kiat mengurangi lupa dalam belajar

Menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson(1990), adalah sebagai berikut:

1. Overlarning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan
dasar atas materi peljaran tertentu.
2. Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
3. Mnemonic device (muslihat memori) yang sring juga hanya disebut mne-monic itu
berarti kiat khusus yang di jadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-
item informasi kedalam sistem akal manusia.
4. Pengelompokan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok
kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki
signifikasi dan lafal yang sama atau mirip.
5. Latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul yang sudah dianggap
tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cremming.
6. Pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun
daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya ) yang diawali dan diakhiri dengan
kata-kata yang harus diingat.

3. Kejenuhan Belajar

Secara harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi
memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosen.

3. Transfer Dalam Belajar

Transfer dalam belajar yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) itu
mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari situasi kesituasi lainya (Reber,
1988). Ragam Transfer Belajar, yaitu;

1) Transfer positif , transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru
membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut
belajar situasi-situasi lainya.
2) Transfer negatif, transfer negatif apat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam
situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengaruh yang
dipelajarinya dan dalam situasi-situasi lainya.

14
3) Transfer vertikal, transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi pada diri seorang siswa
apabila pelajaran yang telah di pelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut
dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau lebih rumit.
4) Transfer lateral, transfer lateral (kearah samping) dapat terjadi pada diri seorang siswa
apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dia pelajarinya untuk mempelajari
meteri yang sama kerumitanya dalam situasi-situasi yang lain.

Terjdinya transfer positif dalam belajar, seperti yamg telah diuraikan diatas, akan mudah
terjadi pada seoarng siswa dalam situasi belajarnya di buat sama atau mirip dengan situasi
sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengapresiasiakan penegetahuan
dan keterampilan yang telah ia pelajari disekolah

4. Kesulitan Belajar Dan Alternatif Pemecahannya


1. Faktor-faktor Kesulitan Dalam Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan dalam belajar terdiri dari dua
macam yaitu:

1. Faktor interen siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang umum dari dalam diri
siswa sendiri.
2. Faktor eksteren siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri
siswa.

Kedua faktor meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini.

1. Faktor interen siswa meliputi gangguan atau kekurangan maupun psikofisk siswa yaitu;
(a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kepastian
intelektual/inteligensi siswa. (b) yang bersifat efektif (ranah ras), antara lain seperti
labilnya emosi dan sikap. (c) yang bersikap psikomotor (ranah karsa), antara seperti
terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan dtelinga).
2. Faktor ekstern siswa

Faktor eksteren siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
(a) Lingkungan keluarga, (b) Lingkungan perkampunagan/masyarakat, (c) Lingkungan
sekolah.

15
ii. Diagnosi Kesulitan Dalam Belajar

Fenomena yang menunjukkan kemungkinan adnya kesulitan belajar yang melanda


siswa tersebut. Banyak l;angakah diagnostik yang dapat ditempuh guru, angtara lain yang
cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani
(1991) sebagai berikut:

a. Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika


mengetahui pelajaran.
b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar
c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
menimbulkan kesulitan belajar.
d. Memberikan tes diagnostik bidan kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
e. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
mengalami kesuliatn belajar.

Setelah langakah-langkah diatas selesai, barulah guru melaksanakan langakah berikutnya ,


yakni melaksanakan program perbaikan, yakni (a) Analisis diagnosis, (b) Menentukan
kecakapan bidang bermasalah, (c) Menyusun program perbaikan, (d) Melaksanakan
progaram perbaikan.

2.7 Mengajar
1. Arti Penting Mengajar
Mengajar merupakan istilah kunci yang tak hampir luput dari pembahasan mengenai
pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Sebagian orang menganggap
mengajar hanya sebagian pendidikan. Mengajar hanya dianggap sebagai slah satu alat atau
cara dalam menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri . Konotasinya jelas,
karena mengajar hanyalah salah satu cara mendidik maka pendidikan pun dapat berlangsung
tanpa pengajaran.

16
2. Defenisi dan Contoh Mengajar
a. Definsi mengajar
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang
studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan
kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian, tujuanya pun hanya berkisar sekitar pencapaian
penguasaan siswa sejumlah pengetahuan dan kebudyaan.
b. Contoh mengajar
Selaku pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu
para siswa, bukann hanya mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika mereka berada
dalam luar kelas, khususnya ketika mereka masih berda dalam lingkungan seperti di
laboraturium, perpustakaan dan lain sebagainya.

3. Pandangan-Pandangan Pokok Mengenai Mengajar


a. Mengajar sebagai ilmu
Sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu (science). Oleh karenanya, guru merupakan
sesosok pribadi manusia yang memang sengaja di bangun untuk menjadi tenaga profesional
yang memiliki profesi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidkan
yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.
b. Mengajar sebagai seni
Sebagian ahli lainya memandang bahwa mengajar adalah sebagi seni (art), bukan ilmu. Oleh
karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan) bisa
menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk menjadi
guru yang profesional orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi pendidikan
keguruan selam bertahun-tahun.

4. Model Dan Metode Pokok Mengajar


a. Model pokok mengajar
1. Model information processing (tahap pengelolaan informasi)
Sebuah istilah kunci dalam psikologi kognitif yang akhir-akhir ini semakin mendominasi
sebagian besar upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan. Information processing
sebagai rumpun model-model mengajar perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam
proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi secara
optimal.

17
2. Model personal
Rumpun model personal pada umumnya beroreintasi pada pengembangan pribadi pribadi
siswa dengan lebih banya memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi
emosionalnya. Bantuan rumpun model personal lebih ditekankan pada pembentukan dan
pengorganisasian realitas kehidupan lingkungan dan kehidupan yang khas/unik.
3. Model sosial (hubungan bermasyarakat)
Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitik beratkan pada proses interaksi
antara individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Oleh karenya, rumpun
model lazim juga disebut sebagai interactive model (model yang besifat hubungan antar
individu).
4. Model behavioral (penegembangan perilaku)
Rumpun model mengajar pengembangan peilaku (behavioral) direkayasa atas dasar
kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar dan megajar. Aktivitas
mengajar, menurut teori ini, harus ditunjukkan pada timbulnya prilaku baru atau berubahnya
prilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Rumpun model mengajar behavioral
banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap prilaku siswa adalah fenomena yang
dapat diobservasi, diukur, dan dijabarkan dalam bentuk prilaku-prilaku khusus.

b. Metode Pokok Pengajaran


1) Definisi Metode Belajar
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakain yang umum, metode diartikan sebagai
cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta
dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi metode berarti prosedur
sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasanya digunakan untuk meyelidiki fenomena
(gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya.
2) Ciri Khusus Metode Belajar
Pada prinsipnya, tidaka satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok
dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Mengapa? Karena, setiap
metode mengajar memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang khas.
3) Ragam metode belajar
Ragam dan jumlah metode mengajar mulai yang dari tradisional sampai yang paling modern
sesungguhnya banyak hampir tak dapat dihitung dengan jari-jari tangan. Ada empat macam
metode mengajar yang dipandang resprenssetatif dan doinan dalam arti digunakan secara luas
sejak dahulu hingga sekarang pada setiap jenjang pendidikan formal.

18
 Metode ceramah
 Metode diskusi
 Metode demontrasi
 Metode ceramah plus

5. Strategi dan Tahapan Mengajar


1. Strategi mengajar
Secara harfiah, kata “strategi” dpat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan
startegem yakni siasat atau rencana (Mcleod, 1989). Banyak padana kata “strategi” dalam
bahas inggris, dan yang dianggap relevan dengan pembahasan ini ialah kata approch
(pendekatan) dan kata procedur (tahap kegiatan). Dalam melaksanakan strategi SPELT, guru
perli mengikuti tiga macam langkah panjang dan terpisah dalam arti mengambil waktu yang
berada tetapi berurutan, yakni:
a. Direct strategy instruction (pengajaran dengan strategi langsung)
b. Teaching for transfer (mengajar untuk mentransfer strategi);
c. Generating elaborative strategis (pembagian strategi belajar siswa yang luas dan
terperinci).
2. Tahapan-tahapan mengajar
Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan yang erat dengan penggunaan
strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu
merupakan rangkaian yang utuh dalam tahap-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus
melalui tiga tahapan, yakni:
a. Tahap prainstruksional, yakni persiapan sebelum mengajar dimulai;
b. Tahap instruksiaonal, yakni saat-saat mengajar (penyajian materi);
c. Tahap evaluasi dan tindak lanjut, yaitu penilaian hasil belajar siswa setelah
mengikuti pengajaran dan penindak lanjutan.
3. Pendekatan pembelajaran
Pembelajaran (instruction) ialah proses atau upaya yang dilakukan oleh seseorang (misal
guru) agar orang lain (dalam hal ini murid) melakukan belajar. Pembelajaran tidak identik
dengan nelajar sebagaimana yang dipahami sebagian orang selam ini. Banyak kiat yang
dapat diterapkan untuk mendekati pembelajaran secar inovatif antara lain dengan penataan
kelas yang memungkinkan munculnya interaksi antara guru denga siswa dan siswa denag

19
sesamanya ( komunikasi multi arah), sehingga memudahkan proses bimbingan kegiatan dan
pengalaman belajar secara langsung dan terbuka untuk semua siswa.

2.8 Guru Dan Proses Mengajar Dan Belajar


1. Guru
1. Arti guru dahulu dan sekarang
Sekurang-kurangnya selama dua dasawarsa terakhir ini hampir setiap saat, media masa
khususnya media catak harian dan mingguaan memuat berita tentang guru. Namun, berita-
berita ini banyak yang cenderung melecehkan posisi para guru, sedangkan para guru sendiri
nyaris tak mampu membela diri
2. Arti guru masa mendatang
Dalam kamus besar bahasa indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaanya (mata pencaharianya) mengajar. Kata mengajar dapat pula ditafsirkan
bermacam-macam, misalnya:
a. Memerlukan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat psikomotor
kognitif);
b. Melatih keterampilan jasmani kepad orang lain (bersifat psikomotor);dan
c. Menamakan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat efektif).

2. Karakteristik Kepribadian Guru


Dalam arti sederhana, kepribadian bersifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan
perbuatanya yangb membedakan dirinya dari yang lain. Mcleon (1989) mengartikan
kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata lain
yang sangat dekat artinya dengan kepreibadian adalah karakter dan identits.
1. Fleksibilitas kognitif guru
Guru yang fleksibilitas pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beredaptasi.
Selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang
prematur (terlampau dini) pengamatan dan pengamalan. Dalam PMB, fleksibilitas kognitif
guru terdiri atas tiga dimensi yaitu:
a. Dimensi karakteristik pribadi guru;
b. Dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa; dan
c. Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode mengajaran
2. Keterbukaan psikologis pribadi guru

20
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaanya yang relatif tinggi
untuk mengkonsumsikan dirinya dengan faktor-faktor eksteren antar lain siswa, teman
sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.
3. Kompetensi Profesionalisme Guru
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Padan kata
yang berasal dari bahasa inggris itu cukup banyak dan yang lebih relevan dengan
pembahasan inio ialah kata proficiency dan obiliti yang memeiliki arti kurang lebih sama
yaitu kemampuan.
a. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta);
b. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);
c. Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampialan atau kecakapan yang
bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku
pengajar. Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima atas
sejumlah keterampialan ranah karsa yang langsung berkaitan dengan bidang study
garapannya

4. Hubungan Guru Dengan Proses Mengajar-Belajar


1. Konsep dasar proses mengajar-belajar
a. Definisi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar
b. Sasaran dalam proses belajar –mengajar
c. Strategi perencanaan proses belajar-mengajar
d. Strategi plaksanaan proses mengajar-belajar
e. Faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar mengajar
2. Fungsi guru dalam proses mengajar belajar
a. Guru sebagi designer of intruction(merancang kegiatan mengajar-belejar)
b. Guru sebagai menager instruction(sebagai pengelola pengajaran);
c. Guru sebagi evaluator of student learning(penilai hasil belajar siswa).
3. Posisi dan ragam guru dalam proses mengajar-belajar
a. Posisi guru dalam proses mengajar-belajar
Sehubungan dengan hal itu, rabgkai tujuan dan hasil yang harus dicapai guru,
terutama belajar, membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan kegiatan
siswa diharapkan berjhasil mengubah tingkah lakunaya sendiri kearah yang
lebih maju dan positif.b

21
b. Ragam guru dan proses mengajar-belajar
Pertama, guru otoriter (authoritarian). Guru yang otoriter selalu mengarahkan
dengan keras segala aktifitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Kedua,
guru laizze-faire padananya adalah idividualisme (faham yang menghendaki
kebebasn pribadi). Ketiga, guru demokratis (democratic) yang pada intinya
mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua
orang. Keempat, guru otoritatif berarti berwibawa karena adnya
kewenangan baik berdasarkan kemampuan kekuasaan yang diberikan

22
BAB III

PEMBAHASAN

1. Kelebihan Buku

Cakupan materi yang dijelaskan dalam buku tersebut sudah cukup luas dan
mendalam, karena materi dijelaskan secara terperinci dan mendetail satu persatu sehingga
pembaca lebih mengerti apa yang sudah dijelaskan dalam buku tersebut. Buku ini juga
bisa dijadikan sebagai referensi. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi para dosen, guru,
mahasiswa, dan siapa saja yang menaruh perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas
pendidikan termasuk para orang tua. Selain itu, isi buku juga sudah sesuai dengan
kenyataan atau fakta yang ada dilapangan. Maka dari itu, pembaca ataupun calon-calon
guru patut mengikuti aturan-aturan dalam buku ini. Isi buku juga sudah cukup lengkap
untuk dijadikan sebagai salah satu bahan dalam ilmu pendidikan bagi pembaca.

2. Kekurangan Buku

Cakupan materi yang dikemukakan dalam buku ini, masih tampak didominasi
oleh pendapat-pendapat para ahli sehingga bahasa dan kalimat yang digunakan buku
tersebut terdapat beberapa bagian yang sulit dimengerti dan dipahami. Oleh sebab itu,
pembaca perlu penelaahan yang lebih baik lagi. Selain itu, dibeberapa bagian tidak
diberikan contoh yang jelas ataupun tidak disertai dengan gambar-gambar pendukung
untuk memperjelas materi yang ada pada buku itu.

23
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Seorang pendidik (guru ataupun dosen ) dan tenaga kependidikan (kepala sekolah
Madrasah dan para wakilnya) sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan profesinya sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan
sains dan teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan yang harus dikuasai pendidik dan
tenaga kependidikan selainmenciptakan iklim mengajar-belajar yang baik, juga mereka
dituntut untuk menguasai pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan baru yang erat
kaitannya dengan proses edukatif itu.

Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan
intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan yang cukup
lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan,
merupakan karier hidup keanggotaan yang permanen, menentukan baku perilakunya,
mementingkan layanan, mempunyai kode etik yang ditaati oleh anggotanya.

2. Saran

Dengan segala kekuranagan dan kelemahan tugas ini. Penulis berharap tugas ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca. Buku tersebut cocok untuk dijadikan sebagai salah satu
wahana dalam pembentukan sikap profesional. Dalam memberi manfaat bagi tenaga pendidik
sebagai bahan dalam ilmu pendidikan. Dan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang
bermakna badi pengembangan wawasan para pembaca, sikap dan keterampilannya.
khususnya mahasiswa dan calon guru atau siapa pun yang ingin memajukan pendidikan.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari tugas ini masih mempunyai banyak kelemahan
dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun, yang akan diterima dengan tangan terbuka, demi kesempurnaan tugas
ini di kemudian harinya.

24

You might also like