Professional Documents
Culture Documents
Nim : 110.2014.053
I. IDENTITAS
Nama : An. D
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Hutan Kayu
Tanggal anamnesa : Kamis 14 Febuari 2019
II. ANAMNESIS
Kedua mata merah dan gatal tanpa disertai penurunan penglihatan ± sejak 2 bulan
terakhir.
1
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang untuk melakukan kontrol ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan
awal berupa kedua mata merah dan sangat gatal tanpa disertai penurunan penglihatan ±
sejak 2 bulan terakhir. Menurut pasien, awalnya pasien sedang bermain bola di lapangan
pada siang hari, kemudian pasien mulai merasakan keluhan-keluhan tersebut. Keluhan
ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Keluhan diperberat jika pasien membawa
motor tanpa menggunakan helm yang ada pelindung mata. Keluhan gatal dirasakan
sangat hebat sehingga pasien sering menggosok-gosok matanya. Keluhan disertai dengan
keluarnya kotoran mata yang kental dan mata seperti ada yang mengganjal. Sebelumnya
pasien sudah dua kali berobat ke puskesmas, diberi obat tetes mata dan obat minum
namun pasien dan ibu pasien tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas.
Namun, walaupun sudah menggunakan obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat alergi atau asma sejak kecil, namun ibu pasien suka
gatal-gatal bila berada diruangan yang terlalu dingin.
Penglihatan kabur disangkal. Adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan sakit
kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga disangkal, terasa ada yang mengganjal
(+), kotoran mata yang kental dan sedikit cair (+), bengkak (-), mata berair terus menerus
(-), sulit membuka mata (-), demam (-), riwayat kontak dengan pasien yang sedang sakit
mata (-), riwayat trauma (-), operasi mata (-), riwayat penggunaan lensa kontak (-),
riwayat penggunaan obat-obatan tetes mata atau obat minum sebelum sakit (-).
2
2.2.5 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama.
Riwayat keluarga ibu pasien suka gatal-gatal di ruangan yang dingin (+), asma (-)
‐ Kepala : Normocephal
‐ Mata : Status Oftalmologi
‐ THT : Tidak ada keluhan
‐ Mulut : Tidak ada keluhan
‐ Leher : Tidak ada keluhan
‐ Thoraks : Tidak ada keluhan
‐ Abdomen : Tidak ada keluhan
‐ Endokrin : Tidak ada keluhan
‐ Ekstremitas : Tidak ada keluhan
3
KETERANGAN OD OS
Distansia Pupil 63 mm / 61 mm
KETERANGAN OD OS
KETERANGAN OD OS
4
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebra 10 mm 10 mm
KETERANGAN OD OS
Konjungtiva bulbi
KETERANGAN OD OS
5
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Sistem lakrimalis
KETERANGAN OD OS
Sklera
KETERANGAN OD OS
Kornea
KETERANGAN OD OS
Ukuran 11 mm 11 mm
6
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KETERANGAN OD OS
Iris
KETERANGAN OD OS
7
Koloboma Tidak ada Tidak ada
Pupil
KETERANGAN OD OS
Ukuran ± 3 mm ± 3 mm
Lensa
KETERANGAN OD OS
Badan kaca
KETERANGAN OD OS
Fundus okuli
KETERANGAN OD OS
8
Reflex Fundus Positif Positif
Papil
- CD Ratio 0, 3 0, 3
Retina
Makula Lutea
Palpasi
KETERANGAN OD OS
9
Lapang Pandang
KETERANGAN OD OS
IV. RESUME
Pasien datang ke poliklinik mata RSPAD Gatot Soebroto untuk mengontrol keluhan
mata merah dan gatal sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Dua bulan sebelum
masuk rumah sakit pasien mengeluhkan mata nya yang tampak merah terasa sangat gatal.
Keluhan awal dirasakan ketika pasien sedang bermain bola dilapangan dan diperberat
jika naik motor tanpa pelindung mata. Riwayat alergi atau asma disangkal, namu ibu
pasien sering gatal-gatal jika diruangan berAC.
Keluhan keluar secret kental serta perasaan mengganjal pada mata dirasakan oleh
pasien. Pasien sebelumnya sudah menggunakan berobat sebanyak 2x kepuskesmas,
namun keluhan tidak berkurang. Pada pemeriksaan visus di dapatkan 6/60 pada oculi
dextra dan sinistra dan terdapat injeksi konjungtiva, tampak papil edem pada
konjungtiva tarsal superior dan inferior oculi dextra dan sinistra.
V. DIAGNOSIS KERJA
Konjungtivitis Vernalis oculi dextra sinistra
VII. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
i. Penggunaan kacamata saat berada diluar ruangan
10
ii. Kompres mata dengan air dingin
iii. Edukasi pasien untuk menjaga higiene perorangan
iv. Kurangi menggosok-gosok mata walau terasa sangat gatal
v. Tidak menggunakan handuk bersamaan
b. Medikamentosa
i. levokabastin, emestadine (Anti Histamin)
ii. cromolin sodium 4% (mast cell stabilizer)
VIII. PROGNOSIS
OD OS
11
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2
Gambar 1. Konjungtivitis
1.2 Anatomi
Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa
tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan
berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi
atas 2 bagian yaitu konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak
areanya, konjungtiva dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar
dan limbal. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus. Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua
lapisan epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk
12
epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis
terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat
lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva
palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada
sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.3 Berikut adalah gambaran anatomi dari
konjungtiva 5,6
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar
yaitu 3,4
13
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah
inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior
dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
1.3 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik
atau sinar matahari. 3
1.4 Klasifikasi
14
1.4.1 Konjungtivitis Bakterial Akut
Definisi
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun. Penyebab
konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus.
Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti
Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan
memadai. 3
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian
antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis
purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat
menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini, 4
Diagnosis
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Mukopurulen atau Purulen4
15
Pemeriksaan
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk mengindentifikasi
bakteri, jamur dan sitologinya. 5
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi
dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei,
kain, dll.1,5
Pemeriksaan Laboratorium
Terapi
Prinsip terapi dengan obat topikal spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat diteteskan
tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu. Pada malam
harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat
penyembuhan1, 3
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas
dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah
16
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene
perorangan. 1,4
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung
selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus
(yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan
konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septikemia dan
meningitis.1,4
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.
Pencegahan
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih.
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya.8
Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat disertai dengan sekret purulen. Gonokok
merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif, sehingga reaksi radang
terhadap kuman ini sangat berat. 3
Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi
penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut.
Gejala
17
Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar di buka.
Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, sedangkan konjungtiva
bulbi merah.
Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. 3,5.
Pemeriksaan sekret dan pewarnaan metilen blue dimana dapat terlihat diplokok di
dalam sel leukosit.
Pengobatan
Penisilin Salep dn Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama & hari. 1, 3
Gejala
Pengobatan
Gejala
Hiperemi konjungtiva
18
Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat terutama saat
bangun pagi.
a) Demam Faringokonjungtival
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada kedua
konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-
kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak
nyeri tekan).1
Laboratorium
19
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuklear, dan tak ada bakteri yang
tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak dari pada orang dewasa dan
sukar menular di kolam renang berchlorin. 1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar 10
hari.1
b) Keratokonjungtivitis Epidemika
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.
Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit
tenggorokan, otitis media, dan diare. 1, 3
Laboratorium
20
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari
tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang
terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topikal, mungkin terkontaminasi saat ujung
penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan
dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes
steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur
di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata
khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan
alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan
kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi
bacterial. 1
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah
keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi
mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri
yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang
banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di
palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus
preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
21
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya
folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya
terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak
dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi
tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa multinuclear
mempunyai nilai diagnostik.3Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator
berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan
biakan.3
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa, umunya
sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus lokal maupun sistemik harus
diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan
debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering,
meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topikal sendiri
harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine
lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2
jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali
sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan
kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes simplex dan
mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat
panjang dan berat. 1,3
22
1.7 Konjungtivitis Atopik
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra
eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla
raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di
tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat
di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit
setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulang kali. Timbul keratitis perifer superfisial yang
diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan
bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau
keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopik sejak bayi. Parut pada
lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopik berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami
eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif
bila pasien telah berusia 50 tahun. 3,4
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak
pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
23
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang diikuti
pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin, miotika, idoxuridine,
neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam bahan pengawet atau vehikel toksik atau
yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir
sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat
iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada pengenceran
terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus conjungtivae. 2,3
24
Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan sejuk,
lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin, emestadine),
vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell stabilizer (cromolin sodium 4%
alomide)
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide), antiinflamasi
steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen modulator siklosporin. Pada
pasien dengan sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin
5%, atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.8
Asam, alkali, asap, angin, dan hampir setiap substansi iritan yang masuk ke saccus
conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun,
deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di
daerah tertentu, asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia
ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya
non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali
merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.
Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan
menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama berjam-
jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang
masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar
kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala
utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.
Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam
sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai
antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit setiap
jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu.
Konjungtivitis bakterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea
25
mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah
plastik terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk
meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk
akan minim dan prognosisnya lebih baik. 4,6
26
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
2. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1998
3. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.
4. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
5. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.
6. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 2002
7. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
8. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1983
27