You are on page 1of 15

NAMA : YORISDA SEPTI AYU

NIM : 04011181621020
KELAS : BETA 2016
KELOMPOK : B7

LEARNING ISSUE

Mekanisme Persalinan Normal Ayu, Jurgen, Zi

1. Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan letak kepala dan pada letak kepala
ini ditemukan ± 58% UUK terletak di depan kiri, ±23% di kanan depan, ±11% di
kanan belakang, dan ±8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan
terisinya ruangan di kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rektum.
2. Pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk
ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat
dalam keadaan sinklitismus yaitu bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele yaitu bila
sumbu kepala membentuk sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul.
Asinklitismus posterior menurut Lisman adalah kebalikan dari asinklitis mus
anterior. Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanis me
turunnya kepala asinklitismus posterior karena ruangan di daerah pelvis lebih luas
dibandingan dengan ruangan pelvis di daerah anterior.
3. Akibat sumbu kepala jannin yang eksentrik atau tidak simetrik, dengan sumbu
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala
yang akan turun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling
kecil, yakni dengan diameter suboksipito-bregmatikus (9,5cm) dan dengan
sirkumferensia suboksipito-bregmatikus (32cm). Sampai di dasar panggul, kepala
janin berada dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun ke bawah
menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat
kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his
yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi UUK , yang disebut putar paksi
dalam. Pada umumnya, rotasi tersebut menyebabkan UUK terletak di bawah
sismfisis.
4. Dalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan UUK
di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his, vulva lebih terbuka dan
kepala janin makin tampak. Perineum menjadi lebar dan tipis, anus membuka
tampak dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan,
berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir,
kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putar paksi luar.
5. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul,
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di
dasar panggul apabila kepala sudah dilahirkan, bahu dalam posisi depan belakang.
Bahu depan dilahirkan terlebih dahulu, kemudian bahu belakang. Kemudian bayi
lahir seluruhnya.

Eklampsia

a. Algortima
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

• Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,


hipertensi, dan timbul proteinuria
• Gejala subyektif : sakit kepala didaerah fromtal, nyeri epigastrium;
gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan
muntah.
• Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang
• Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinur ia
pada pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Penunjang :

• Pemeriksaan Laboratorium
▪ Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
o Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
o Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
o Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
▪ Urinalisis, Ditemukan protein dalam urine.
• Pemeriksaan Fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N=
15-45 u/ml )
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (
N= <31 u/l )
6. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

• Tes kimia darah, Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )


• Radiologi

1. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan


intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.

2. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

b. Definisi
Eklamsia didefinisikan sebagai terjadinya kejang dan / atau koma yang tidak
dapat dijelaskan selama kehamilan atau setelah melahirkan pada pasien dengan
tanda dan gejala preeklamsia. Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamila n
yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamila n
20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam.
c. Faktor Risiko
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan
di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang
lain adalah:

1. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan.


2. Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.
3. Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
4. Obesitas, DM, Molahidatidosa
5. Mengandung lebih dari satu orang bayi.
6. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.
7. Primigravida, terutama primigravida muda, kehamilan ganda.

d. Patofisiologi

Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada
kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma
dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas
pembuluh darah terhadap protein meningkat.

Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta


mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap
perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus
prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal
yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan
retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam
perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali
oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan
kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus
arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun,
yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun
sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan
lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.

Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyelur uh


pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhira n
kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai
2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam
retina.

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.


Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak
bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamila n
lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian
oksigen pada eklampsia akan menurun.

Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia


sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstis ia l.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke
jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan
perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit
dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya
pengobatan.

Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas
natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat
organik dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan
asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan
alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrino ge n
meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemuka n
kurang dari 1 menit pada eklampsia.

e. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1. Eklampsia gravidarum
• Kejadian 50% sampai 60 %
• Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia parturientum
• Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
• Saat sedang inpartu
• Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat
mulai inpartu
3. Eklampsia puerperium
• Kejadian jarang 10 %
• Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

f. Manifestasi Klinis

Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamila n.


Menjelang kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :

• Nyeri kepala di daerah frontal


• Nyeri epigastrium
• Penglihatan semakin kabur
• Adanya mual muntah

Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.


Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai
gejalanya eklampsia yaitu :

1. Kenaikan tekanan darah


2. Pengeluaran protein dalam urine
3. Edema kaki, tangan sampai muka
4. Terjadinya gejala subjektif :
• Sakit kepala
• Penglihatan kabur
• Nyeri pada epigastrium
• Sesak nafas
• Berkurangnya pengeluaran urine
5. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
6. Terjadinya kejang
➢ Gejala-Gejala Eklamsi
Biasanya didahului oleh gejala dan tanda per-ekelamsi berat. serangan eklamsi
dibagi dalam 4 tingkat:
⎯ Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan
bergetar, kepala dipalingkan ke kanan atau ke kiri. Stadium ini
berlangsung kira-kira 30 detik.
⎯ Stadium kejang tonik.
Seluruh otot badan jadi baku, wajah kaku, tangan mengenggam dan kaki
membengkok ke dalam, pernfasan berhenti, muka mulai kelihata n
sianosis, lidah dapat tergigit.
⎯ Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi berulang- ulang dalam waktu yang cepat. Mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit.
Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah
berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita
tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
⎯ Stadium Koma
Lamanya ketidaksadaran (koma) ini berlangsung selama beberapa menit
sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan
baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma. selama serangan
tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40 o C.
g. Tatalaksana

Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan


menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamila n
secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.

1. Penderita eklamsia harus di rawat inap di rumah sakit


2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk
mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat
diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
3. Tujuan perawatan di rumah sakit:
o Menghentikan konvulsi
o Mengurangi vaso spasmus
o Meningkatkan diuresis
o Mencegah infeksi
o Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
o Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang
terakhir dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.
4. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
o Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
o Menghindari lidah tergigit
o Pemberian oksigen
o Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
o Menjaga jangan terlalu trauma
o Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)
5. Observasi ketat penderita:
o Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh
dari kebisingan dan rangsangan.
o Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi,
respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat
dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan
jumlah kejang.
o Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada
umumnya 2 liter dalam 24 jam
o Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif
6. Penatalaksanaan pengobatan

• Magnesium Sulfat injeksi MgSO4% dosis 4 gram IV perlahan-la ha n


selama 5-10menit, kemudian disusul dengan suntikan IM dosis 8 gram.
Jika tidak ada kontraindikasi suntikan IM diteruskan dengan dosis 4 gr
setiap 4 jam. Pemberian ini dilakukan sampai 24jam setelah konvuls i
berakhir atau setelah persalinan, bila tidak ada
kontraindikasi(pernapasan,reflek, dan diuresis). Harus tersedia kalsium
glukonas sebagai ntidotum. Kegunaan MgSO4 adalah:
– Mengurangi kepekaan syaraf pusat untuk mencegah konvulsi

– Menambah diuresis, kecuali bila ada anuria

– Menurunkan pernafasan yang cepat

• Pentotal sodium

– Dosis inisal suntikan IV perlahan-lahan pentotal sodium 2,5%


sebanyak 0,2-0,3gr.

– Dengan infus secara tetes (drips)tiap 6 jam:

– 1 gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 10 %

– ½ gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 10 %

– ½ gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 5 %

– ½ gr pentotal sodium dalam 500 cc dektrosa 5 % (selama 24 jam)

Kerja pentotal sodium; menghentikan kejang dengan segara. Obat ini


hanya diberikan di rumah sakit karena cukup berbahay menghentika n
pernapasa(apnea)

• Valium (diazepam)

Dengan dosis 40 gr dalam 500cc glukosa 10% dengan tetesan 30 tetes


permenit. Seterusnya berikan setiap 2 jam 10mg dalam infus atau
suntikan IM, sampai tidak ada kejang. Obat ini cukup aman.

• Litik koktil

Ada 2 macam kombinasi obat:

– Largatil (100mg)+ phenergen(50mg)+phetidin (100mg)

– Phetidin (100mg)+Chorpromazin(50mg)+Promezatin(50mg)
Dilarutkan dalam glukosa 5% 500cc dan diberikan secara infuse tetes IV
4 jumlah tetesan disesuaikan dengan serangan kejang dan tensi
penderita.

• Sfonograf

Pertama kali morfin 20mg SC

– ½ jam stelah 1 MgSO415 % 40cc SC

– 2jam setelah 1 morfin 20 mg SC

– 5½ jam setelah 1 MgSO4 15% 20-40cc SC

– 11½ jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC

19 jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC Lama pengobatan 19 jam , cara


ini sekarang sudah jarang dipakai.

Pemberian antibiotika, Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis


tinggi setiap hari Penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan.

Penanganan Obstetrik, Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaia n


tentang status obsterikus penderita: keadaan janin, keadaan serviks dan
sebagainya. Setelah kejang dapat diatasi, keadaan umum penderita ,
direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat jalannya
persalinan dengan cara yang aman. Kalau belum inpartu,maka induksi partus
dilakukan setelah 4 jam bebas kejang dengan atau tanpa amniotomi. Kala II
harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi forsep. Bila janin mati
embriotomi. Bila serviks masih tertutup dan lancip(pada Primi), kepala janin
masih tinggi, atu ada kesan disproporsi sefalopelvik atau ada indikasi obstetrik
lainnya sebaiknya dilakukan sectio secaria(bila janin hidup). Anestesi yang
dipakai lokal atau umum dikonsultasikan dengan ahli anestesi.

h. Komplikasi
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat
dan eklampsia :
• Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah
pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan
sebagian plasenta dapat terlepas.
• Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di
bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus
secara berkala.
• Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena ganggua n
integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena
ikterus.
• Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada
penderita eklampsia.
• Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
• Edema paru – paru
• Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
• Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda :
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang
diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul
pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah
melahirkan.
• Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
• Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh
akibat kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
• Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

1. Komplikasi ibu :
• Dapat menimbulkan sianosis
• Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
• Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan
jantung mendadak
• Lidah dapat tergigit
• Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
• Gangguan fungsi ginjal
• Perdarahan
• Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
2. Komplikasi janin dalam rahim :
• Asfiksia mendadak
• Solusio plasenta
• Persalinan prematuritas

i. Edukasi dan Pencegahan


Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyad i
kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningka tka n
jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita
haiml memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda
– tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhir i
kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda
– tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo,
2005 ).
j. Prognosis
Kematian ibu berkisar antara 9,8%-25%, sedangkan kematian bayi pemberian
pengobatan , maka gejala perbaikan akan tampak jelas stelah kehamila nnya
diakhiri. Segera setelah persalinan berakhhir perubahan patofisiologik akan
segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah
persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini
merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam
beberapa jam kemudian.
Eklampsi tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari
ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita
eklampsi juga tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada
fase neonatal karena memang kondisi bayi sudah sangat inferior.

k. SKDI

Tingkat kemampuan 3B. Gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi


pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelematkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan

Refrensi :

Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009
Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti, Jakarta EGC
2009.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Yulaikhah, Lily. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC.
ANALISIS MASALAH

a. Apa makna “convulsion 3 hours ago about ± 2 minute”? Rizka, Ayu


Jawab:
Menunjukkan mrs. Adis mengalami eklamsia Stadium kejang klonik.

b. Apa dampak kejang terhadap kasus terhadap ibu dan janin? Ayu, Jurgen
Jawab:
ibu :
• Dapat menimbulkan sianosis
• Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
• Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan
jantung mendadak
• Lidah dapat tergigit
• Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
• Gangguan fungsi ginjal
• Perdarahan
• Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus

janin dalam rahim :

• Asfiksia mendadak
• Solusio plasenta
• Persalinan prematuritas

She has been complaning of headache, epigastric pain, vomitting and visual
blurring for the last 2 days.
c. Apa makna klinis kalimat di atas? (hubungan) Ayu, Ully
Jawab:
Menunjukkan adanya manifestasi klinis/ gejala dari pre-eklamsia.

d. Apa indikasi pasien disarankan untuk dilakukan persalinan di RS pada kasus?


Ayu, Zi
Jawab:
Karena mrs. Adis mengalami hipertensi dalam kehamilan, sehingga
memerlukan penanganaan khusus sesuai kompetensi.

e. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik umum di atas? Ayu, Rizka
Jawab:
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Height = 163 cm, 18,5-24,5 Abnormal
Weight 76 kg
IMT = 28,6
Sense: decrease of GCS 15 Abnormal
consciousness, GCS: 13
BP: 200/110 mmHg S: ≤ 140, D: ≤100 Abnormal
(mmHg)
HR: 123x/min Abnormal
RR 28x/min 16- 24 x/menit Abnormal
Pretibial edema Tidak edema Abnormal

f. Apa dampak obesitas terhadap kehamilan dan pengaruhnya terhadap


persalinan? Kak Mel , ayu
Jawab:

Ibu hamil yang memiliki berat badan berlebih atau mengalami obesitas
memiliki risiko alami komplikasi kehamilan yang lebih tinggi dibandingkan Ibu
hamil dengan IMT normal. Komplikasi kehamilan tersebut antara lain:
•Diabetes Mellitus Gestasional
•Hipertensi
•Preeklampsi (hipertensi pada kehamilan yang disertai proteinuria atau
terdapatnya protein di air seni)
•Persalinan secara sesar
•Berat badan cenderung tetap berlebih pasca melahirkan
•Trombosis atau penyumbatan pembuluh darah
•Kehamilan postmatur
•Keguguran
Selain itu, kelebihan berat badan juga membuat kemungkinan komplikasi dalam
proses persalinan, operasi atau pasca operasi meningkat. Komplikasi dalam
operasi dan pascaoperasi yang mungkin terjadi antara lain perdarahan yang
berlebihan, durasi operasi lebih dari 2 jam, infeksi luka operasi, luka operasi
terbuka dan endometritis (radang endometrium).

You might also like