You are on page 1of 24

NAMA : YORISDA SEPTI AYU

NIM : 04011181621020
KELAS : BETA 2016
KELOMPOK : B7

LERNING ISSUE

EMBRIOGENESIS

Manusia terbentuk diawali oleh pertemuan sebuah sel telur (ovum) dengan sebuah sel
sperma (spermatozoa). Pertemuan ini menghasilkan noktah yang disebut zigot. Di
dalam perut ibu, zigot lama-kelamaan akan tumbuh berkembang menjadi janin. Pada
manusia, proses pertumbuhan janin di dalam perut ibu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
pertumbuhan janin trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Satu
trimester itu adalah selama 13 minggu atau kurang lebih tiga bulan.

1. Tahapan Perkembangan janin Trimester Pertama

Trimester pertama merupakan waktu pembentukan dan perkembangan pesat dari semua
sistem dan organ tubuh bayi. Semua cikal bakal organ penting janin terbentuk di
trimester ini. Yang harus diperhatikan benar, kurun waktu ini amat rawan terhadap
kemungkinan terjadi kecacatan fatal.

a. Bulan Pertama

Minggu ke-1 merupakan tahap perkembangan awal janin. Kurang lebih satu jam setelah
proses peleburan sel telur dan sel sperma, semua aspek pendukung kehidupan, berupa
materi genetic yang disebut gen, saling dipertukarkan. Minggu ini sebenarnya masih
periode menstruasi, bahkan pembuahan pun belum terjadi. Sebab tanggal perkiraan
kelahiran si kecil dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir. Proses pembentukan
antara sperma dan telur yang memberikan informasi kepada tubuh bahwa telah ada
calon bayi dalam rahim. Selama masa ini, yang dibutuhkan hanyalah nutrisi (melalui
ibu) dan oksigen. Sel-sel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkara n
sinar yg mengelilingi matahari. Sel ini akan bertemu dengan sel-sel sperma dan
memulai proses pembuahan 5 juta sel sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir
mereka, yaitu menuju sel telur yang bersembunyi pada saluran sel telur. Walaupun
pasukan sel sperma ini sangat banyak, tetapi pada akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa
menembus indung telur. Pada saat ini kepala sel sperma telah hampir masuk. Kita dapat
melihat bagian tengah dan belakang sel sperma yang tidak henti-hentinya berusaha
secara tekun menerobos dinding indung telur.

Minggu ke-2 pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. 30 jam setelah dibuahi, sel
telur akan membelah menjadi dua. Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam
lubang falopi menuju rahim. Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula.
Sel-sel mulai berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari yang
ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada endometrium.

Minggu ke-3 sampai usia kehamilan 3 minggu, Ibu mungkin belum sadar jika sedang
mengandung. Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada
dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.

Pada minggu ke-4, Darah mulai mengalir dari plasenta ke janin. Plasenta adalah organ
sistem sirkulasi antara ibu dan embrio. Melalui plasenta ini, ibu memberi nutriens dan
oksigen ke embrio. Tumbuh jari-jari pada tangan, memiliki kaki, paha, dan organ dalam
mulai tumbuh, seperti: lidah, esofagus, dan lambung. Selain itu, ginjal, hati, kantung
empedu, dan pankreas berkembang untuk beberapa hari. Paru-paru mulai berkembang,
kelenjar tiroid, dan lainnya terbentuk. Muka, organ indera, dan organ reproduksi mulai
terbentuk, dengan ukuran embrio sekitar 2 hingga 3,5mm, jantung mulai berdenyut dan
sistem peredaran darah sudah melaksanakan fungsinya meski masih dalam taraf yang
sangat sederhana. Fungsi plasenta bagi janin sangat banyak. Dari menyediaka n
hormon-hormon yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan proses pembedaan sesuai
jenis kelamin janin, sampai mensuplai nutrisi dan oksigen. Di samping itu, ia juga
berfungsi sebagai alat pernapasan dan pembuangan sisa-sisa metabolism janin.

Tahap ini merupakan fase gastrula yaitu tahap pertumbuhan embrio berbentuk
mangkuk yang terdiri atas dua sel atau masa embrio dini setelah masa blastula yaitu
struktur bulat, hasil pembelahan zigot. Tahap kedua, yang disebut tahap embrio,
berlangsung lima setengah minggu. Tahap embrio mulai ketika zigot telah tertanam
dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, sistem dan organ dasar bayi mulai
terbentuk dari susunan sel. Meskipun bentuk luar masih jauh berbeda dibandingka n
manusia dewasa, beberapa bentuk seperti mata dan tangan, bahkan telinga dan kaki
mulai dapat dikenali.
Bentuk gastrula Bentuk blastula

b. Bulan Kedua

Pada minggu ke-5, embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm. Pembentukan organ-
organ tubuh seperti telinga dan alat pencernaan makin sempurna.

Gambar janin minggu ke-5

Pada minggu ke-6, persentase perkembangan embrio sudah lebih besar dibanding dari
minggu2 sebelumnya, yaitu 5 mm. Bentuknya melengkung seperti udang. Pada minggu
ini kepala dan leher sudah mulai muncul, dan mata yang letaknya masih berjauhan juga
sudah ada. Selain itu hidung yang masih berbentuk tonjolan sudah mulai terlihat
walaupun masih kecil. Pada minggu ini juga peredaran darah dan organ2 penting tubuh
seperti ginjal, hati sistem pencernaan sudah mulai terbentuk.
Gambar janin minggu ke-6

Pada minggu ke-7, di minggu ini besarnya embrio seukuran kuku jari kelingking atau
1 cm, tangan sudah mulai ada dan berkembang dengan cepat. Tonjolan-tonjolan yang
di minggu sebelumnya masih tampak pada rangka, pada minggu ini sudah jelas.

Gambar janin minggu ke-7

Pada akhir minggu ke-8, ukuran embrio mencapai kisaran 2731 mm. Secara
keseluruhan embrio makin menyerupai bayi dengan taksiran berat sekitar 13-15 gram.
Semua organ tubuh juga mulai bekerja, meski belum sempurna.
Gambar janin minggu ke-8

Tubuh yang ringkih ini pun mulai bisa bergerak secara tak teratur, yang jika
dijumlahkan rata-rata sebanyak 60 kali gerakan dalam satu jam. Janin di usia dua bulan.
Tubuh embrio semakin menyerupai bayi. Cikal bakal mata janin tampak berupa dua
bintik hitam.

c. Bulan ke tiga

Minggu ke-9, perkembangan janin di minggu ini, si embrio ganti nama, jadi janin.
Panjang si janin ini sekarang adalah 3 cm dengan berat sekitar 2 gr, dia sudah punya
tangan yang besarnya sekacang kapri dan jari sudah mulai terbentuk. Kaki sudah
membentuk lutut dan jari. Di minggu ini organ genital sudah mulai terlihat jelas.

Minggu ke-10, Panjang janin 4,5 cm dengan berat 5 gr. Rahang atas dan bawah sudah
terbentuk dan janin sudah mulai memproduksi air seni. Bentuk janin sudah hampir
menyerupai manusia. Darah dan sel-sel tulang mulai terbentuk.
Gambar janin minggu ke-9 dan 10

Minggu ke-11, organ tubuh sudah terbentuk dengan lengkap dan mulai berfungs i.
Panjang sekitar 6 cm, dengan berat 10 gr.Rambut, kuku pada jari tangan dan kaki sudah
tumbuh. Janin sudah mulai bergerak dan bisa meluruskan tubuhnya, bahkan menguba h
posisinya.

Gambar janin minggu ke-11

Di minggu ke-12, struktur yang telah terbentuk akan terus bertumbuh dan berkembang
kian sempurna.
Di usia 3 bulan, sistem saraf dan otot janin mencapai tingkat kematangan. Selain
bernapas, kini janin juga mulai mampu mencerna makanan.

2. Pertumbuhan Janin Trimester Kedua

Pertumbuhan janin di trimester kedua ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan


pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh.

d. Bulan Keempat

Pada minggu ke-13 panjang janin (dari puncak kepala sampai bokong) ditaksir sekitar
65-78 mm dengan berat kira-kira 20 gram. Pada minggu ini, seluruh tubuh janin ditutup i
rambut-rambut halus yang disebut lanugo.

Pada minggu ke-16, panjang janin mencapai taksiran 12 cm dengan berat kira-kira 100
gram. Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski masih amat sederhana, biasanya terasa
sebagai kedutan. Di usia ini, janin juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-
suara dari luar kantong ketuban. Termasuk detak jantung ibu bahkan suarasuara di luar
diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan lembut.
Pada bulan keempat, janin sudah peka terhadap suara-suara dari luar perut ibunya.

e. Bulan Kelima

Pada bulan kelima, berat dan panjang janin semakin semakin meningkat. Pada minggu
ke-18 taksiran panjang janin adalah 14 cm dengan berat sekitar 150 gram. Pada minggu
ke-21,beratnya sekitar 350 gram dengan panjang kira-kira 18cm. Pada minggu ke-21
ini, berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan.

Pada bulan kelima, janin mulai aktif mencari tahu sekelilingnya. Di usia ini janin mulai
aktif mencari tahu apa saja yang terdapat di sekelilingnya, bahkan bagian dari
kehidupannya. Dia sering meraba-raba kantonq amnion (ketuban) dengan kedua
tanganmungilnya. Kalau bosan bermain dengan kantong amnion, janin akan mencoba
menyentuh tubuhnya sendiri.

3. Pertumbuhan Janin Trimester Ketiga

Pada trimester ketiga, masing- masing fungsi organ tubuh semakin matang. Gerakan
janin makin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya
pun kian mudah didengar.

g. Bulan Ketujuh

Pada minggu ke-29, berat janin sekitar 1250 gram dengan panjang rata-rata 37 cm.
Kelahiran bayi prematur mesti diwaspadai karena umumnya meningka tka n
keterlambatan perkembangan fisik maupun mentalnya. Pada minggu ke-32, berat bayi
berkisar 1800-2000 gram dengan panjang tubuh 42 cm.

Hasil USG janin pada bulan ketujuh.

h. Bulan Kedelapan

Pada minggu ke-33 berat janin lebih dari 2000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm.
Pada minggu ke-35, secara fisik bayi berukuran sekitar 45 cm dengan berat 2450 gram,
Namun yang terpenting, mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-
parunya. Ini sangat penting karena kematangan paru-paru sangat menentuka n
kemampuan si bayi untuk bertahan hidup.
Di usia 8 bulan, fungsi paru-paru bayi sudah matang.

i. Bulan Kesembilan

Pada minggu ke-36,berat bayi harusnya mencapai 2500 gram dengan panjang 46 cm.
Pada minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan berat 2950 gram, di usia ini bayi
dikatakan siap lahir karena seluruh fungsi organ-organ tubuhnya bisa matang untuk
bekerja sendiri. Kepala bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir,
kendati sebagian kecil di antaranya dengan posisi sungsang. Pada minggu ke38, berat
bayi sekitar 3100 gram dengan panjang 48 cm. Meski biasanya akan ditunggu sampai
usia kehamilan 40 minggu, bayi rata-rata akan lahir di usia kehamilan 38 minggu.

Di usia kehamilan 38 minggu, bayi mencapai berat sekitar 3250 gram dengan panjang
sekitar 49 cm. Pada minggu ke-40, panjang bayi mencapai kisaran 45-55 cm dan berat
sekitar 3300 gram dan siap dilahirkan.

Posisi bayi di usia 9 bulan sudah di depan mulut rahim ibu.


ABORTUS

a. Pemeriksaan penunjang tambahan


Pemeriksaan penunjang abortus inkomplit yaitu USG. USG kehamilan untuk

mendeteksi adanya sisa kehamilan. Pada USG didapatkan endometrium yang

tipis.

b. Diagnosis banding

c. algoritma penegakan diagnosis


Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungk ina n
diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen,
inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus
inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan
penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.

Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunaka n
spekulum akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai
dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanua l
palpasi untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum
memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertingga l.
Menentukan ukuran sondase uterus juga penting dilakukan untuk menentuka n
jenis tindakan yang sesuai.
d. Diagnosis kerja

Abortus inkomplit

e. Definisi

abortus adalah ancamanan atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janian kurang dari 500 gram.

f. Etiologi
• Faktor genetik. Translokasi parenatal keseimbangan genetik
- Mendelian
- Multifaktor
- Robertsonian
- Resiprokal
• Kelaianan kongenital uterus
- Abnomali duktus mulleri
- Septum uterus
- Uterus bikornis
- Inkompetensi serviks uterus
- Mioma uteri
- Sindroma asherman
• Autoimun
- Aloimun
- Mediasi imunitas humoral
- Mediasi imunitas seluler
• Defek fase luteal
- Faktor endokrin ekstrnal
- Antibodi antitiroid hormon
- Sintesis LH yang tinggi
• Infeksi
• Trauma
• Obat-obatan
• Hematologik
• Lingkungan

g. Epidemiologi

Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikia n


disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan
secara umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Angka-angka
tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada dua hal yang
selalu berubah, kegagalan untuk menyertakan abortus dini yang tidak diketahui,
dan pengikutsertaan abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan
sebagai abortus spontan.

Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka
tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.
Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus
pada trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester
kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.

Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di


samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang
dikenali secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari
20 tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur di atas 40 tahun. Untuk usia
paternal yang sama, kenaikannya adalah dari 12% menjadi 20%. Insiden abortus
bertambah pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan.

h. Patogenesis

Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai


komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses
terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan
nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing
terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa
waktu. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara
mendalam.

Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus


desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna
yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah
janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.

i. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis abortus inkomplit antara lain sebagai berikut :

• Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


• PP Test positif
• Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal, atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
• Pendarahan pervaginam, pendarahan yang bisa sedikit atau banyak
biasanya berupa darah beku, sudah ada keluar jaringan.
• Rasa mulas atau nyeri perut di darerah atas simfisis, sering di sertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus, kadang nyeri digambarka n
menyerupai nyeri saat persalinan. (Nugroho, 2012)

Pemeriksaan ginekologi abortus inkomplit antara lain sebagai berikut :

• Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil


konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
• Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
• Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang. ( Nugroho, 2012 ).
1. Klasifikasi abortus
Menurut ika pantikawati (2010, hal 125), abortus dapat dibagi atas dua
golongan yaitu:
1. Menurut terjadinya abortus dibedakan menjadi :
a) Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
b) Abortus Provokatus
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan
untuk mengakhiri proses kehamilan. Biasanya karena kehamilan yang
tidak diinginkan. Abortus provokatus terdiri dari abortus mediasina lis
dan abortus kriminalis.

2. Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:

a) Abortus Iminens
Terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamila n
20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi servik.
(yulia fauziyah 2012)
b) Abortus Insipiens
Peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamila n
20 minggu dengan adanya dilatasi servik.
c) Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina
servikalis terbuka dan jaringan dapat di raba dalam kafum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin di keluarkan, dapat
menyebabkan shok.
d) Abortus Komplit
Merupakan seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah
menutup, uterus telah mengecil sehingga pendarahan sedikit.
e) Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau janin yang telah mening ga l
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih ada di dalam kandungan. Penderita biasanya tidak
merasa keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamila nnya
tidak seperti yang diharapkan.Bila kehamilan di atas 14 minggu – 20
minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil
dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mula i
menghilang.
f) Abortus infeksi dan abortus septik
Abortus infeksi adalah abortus yang disertai dengan infeksi genita l.
Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang
paling sering terjadi apalgi bila dilakukan kurang memperhatika n
asepsis dan antisepsis. Abortus septik, adalah abortus yang disertai
infeksi berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinya kedalam
peredaran darah atau peritonium.
g) Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih.
Penderita pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali
tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut

2. Tatalaksana secara farmako dan non farmako

Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa


apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan
dapat dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase
maupun aspirasi vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunaka n
preparat antara lain : oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik intraamnio n
seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan analog
prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler,
insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron - RU 486
(mefepriston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebut diatas.
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase
sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertingga l
terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium
eksterna yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin.
Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi
medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut
diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut.

Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang


berakibat fatal5. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentika n
perdarahan dilakukan dengan cara:

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16


minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau
misoprostol 400 mcg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamila n
kurang dari 16 minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan:
• Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih.
• Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
• Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2
mg intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika
perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
• Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes
per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
• Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
• Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
Teknik kuretase dengan penyedotan (aspirasi vakum) sangat bermanfaat untuk
mengosongkan uterus, dilakukan dengan menyedot isi uterus menggunaka n
kanula yang terbuat dari bahan plastik atau metal dengan tekanan negatif.
Tekanan negatif dapat menggunakan pompa vakum listrik atau dengan syringe
pump 60 ml. Aspirasi vakum merupakan prosedur pilihan yang lebih aman jika
dibandingkan dengan teknik kuretase tajam, digunakan pada kehamilan kurang
dari 12 minggu, dapat dilakukan hanya dengan atau tanpa analgesia lokal pada
serviks maupun analgesia sistemik sedang. Aplikasi aspirasi vakum bahkan
dapat dilakukan sampai pada umur kehamilan 15 minggu, tergantung pada
ketrampilan dan pengalaman operator. Complete abortion rate aspirasi vakum
berkisar antara 95 - 100%. Metode ini merupakan metode pilihan untuk
mengatasi abortus inkomplit.

Evakuasi jaringan sisa dapat dilakukan secara lengkap dalam waktu 3-10
menit5'3. Sebelum melakukan tindakan kuretase, pasien, tempat dan alat
kuretase disiapkan terlebih dahulu. Pada pasien yang mengalami syok, atasi
syok terlebih dahulu. Kosongkan kandung kencing, selanjutnya dapat diberikan
anestesi (jika diperlukan). Lakukan pemeriksaan ginekologik ulang untuk
menentukan besar dan bentuk uterus, kemudian lakukan tindakan antisepsis
pada ginitalia eksterna, vagina dan serviks. Spekulum vagina dipasang dan
selanjutnya serviks dipresentasikan dengan tenakulum. Uterus disondase
dengan hati-hati untuk menentukan besar dan arah uterus. Masukkan kanula
yang sesuai dengan dalam kavum uteri melalui serviks yang telah berdilatas i
(tersedia ukuran kanula dari 4 mm sampai 12 mm). Selanjutnya kanula
dihubungkan dengan aspirator (60 Hg pada aspirator listrik atau 0,6 atm pada
syringe). Kanula digerakkan perlahanlahan dari atas kebawah dan sebaliknya,
sambil diputar 360°. Bila kavum uteri sudah bersih dari jaringan konsepsi, akan
terasa dan terdengar gesekan kanula dengan miometrium yang kasar, sedangkan
dalam botol penampung jaringan akan timbul gelembung udara. Pasca tindakan
tanda-tanda vital diawasi selama 15-30 menit tanpa anestesi dan selama 1 - 2
jam bila dengan anestesi umum. Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan 1 - 2
minggu kemudian.
Penatalaksanaaan abortus dengan teknik medis dibuktikan aman dan efektif.
Efikasi terapi mifepriston dengan misoprostol dilaporkan sebesar 98% pada
kehamilan trimester pertama awal. Namun demikian, pada abortus inkomplit,
metode ini tidak memberikan keuntungan yang signifikan. Untuk mencapai
ekspulsi spontan yang lengkap dengan terapi prostaglandin (misoprosto l)
diperlukan waktu rata-rata selama 9 hari. Regimen mefepriston, antiprogestero n
digunakan secara luas, bekerja dengan cara mengikat reseptor progesteron,
sehingga terjadi inhibisi efek progesteron untuk menjaga kehamilan. Dosis yang
digunakan 200 mg. Kombinasi selanjutnya (36 - 48 jam) dengan pemberian
prostaglandin 800 μg insersi vagina mengakibatkan kontraksi uterus lebih lanjut
yang kemudian diikuti dengan ekspulsi jaringan konsepsi.

Efek yang terjadi pada terapi dengan obat-obatan ini berupa kram pada perut
yang disertai dengan perdarahan yang menyerupai menstruasi namun dengan
fase yang memanjang, selama 9 hari bahkan dapat terjadi selama 45 hari.
Kontraindikasi penggunaan obat-obat tersebut adalah pada keadaan dengan
gagal ginjal akut, kelainan fungsi hati, perdarahan abnormal, perokok berat dan
alergi.

3. Komplikasi

Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok
akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat retensi sisa hasil konsepsi
yang lama didalam uterus5. Sinekia intrauterin dan infertilitas juga merupakan
komplikasi dari abortus. Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase
dapat terjadi, seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi
jaringan sisa yang tidak lengkap dan infeksi. Komplikasi ini meningkat pada
umur kehamilan setelah trimester pertama. Panas bukan merupakan
kontraindikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang
memadai segera dimulai. Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan
kuretase antara lain' :

1. Komplikasi Jangka pendek


a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah- munta h,
bradikardi dan cardiac arrest.
b. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila
perforasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan
aspirator. Selanjutnya kavum uteri dibersihkan sedapatnya. Pasien
diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan akan berhenti
segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.
c. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila
pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.
d. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi.
Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.
e. Infeksi akut dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya
berupa pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman aerobik
maupun anaerobik. Bila ditemukan sisa jaringan. konsepsi, dilakukan
pembersihan kavum uteri setelah pemberian antibiotika profilaks is
minimal satu hari.
2. Komplikasi jangka Panjang
Infeksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun karena infeks i
yang pengobatannya tidak tuntas dapat menyebabkan:
a. Infertilitas baik karena infeksi atau tehnik kuretase yang salah sehingga
terjadi perlengketan mukosa (sindrom Ashennan)
b. Nyeri pelvis yang kronis.
4. SKDI
Tingkat kemampuan 3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelematkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
ANALISIS MASLAH

a. Bagaimana mekanisme mual, muntah, dan nyeri payudara pada kasus? Ayu,
Desti
Jawab:
Pada saat hamil terjadi peningkatan hormon didalam tubuh → peningkata n
metabolisme, serta adanya sitokin sitokin → peningkatan asam lambung dan
penurunan nafsu makan → mual → muntah

Pada saat hamil terjadi peningkatan hormon didalam tubuh → meningka tnya
hormon esterogen → peningkatan aliran darah ke payudara, pertumbuhan organ
reproduksi→ nyeri payudara

b. Bagaimana cara menghitung usia kehamilan berdasarkan HPHT? Ayu, Zi


Jawab:
HP HT a d a la h ta ngga l te r ja d inya ha id p e r ta ma k a li d a la m
s ik lus ha id terakhir kali sebelum terjadi kehamilan. HPHT ini bisa dipakai
untuk mengetahui usia kehamilan seorang wanita. Sesudah melakukan test
pack dan seorang wanita dinyataka n hamil, maka cara mengguna k a n
rumus = (hari ditambah 7),(bulan dikurang 3), (tahun d itambah 1).

c. Bagaimana prinsip dari tes kehamilan? Ayu, Desti


Jawab:

Test pack merupakan alat uji kehamilan yang sangat simple dan dapat
dilakukan dirumah. Bentuk test pack ini ada dua macam yaitu strip dan compact.
Bentuk strip harus dicelupkan kedalam urin yang telah ditampung pada sebuah
wadah atau disentuhkan pada saat buang air kecil. Sedangkan bentuk compact
yaitu dengan meneteskan urin langsung pada bagian tertentu dari alatnya.

Alat uji kehamilan ini memiliki dua buah garis. Garis yang pertama
mengisyaratkan test dilakukan dengan benar, yang biasa disebut dengan garis
kontrol. Garis tersebut akan tampak bila test pack mendapatkan cukup urin
untuk diuji. Sementara garis kedua menunjukkan hasil test, yang merupakan
bagian alat yang memiliki antibody yang bereaksi dengan hCG dan dapat
berubah warna apabila hormon ini terdeteksi.
Test kehamilan Plano-test. Tes ini menggunakan urin pagi wanita hamil
dengan mereaksikan kit neo planotest duoclon. Dengan melihat ada atau
tidaknya aglutinasi saat pencampuran. Hasil positif ditandai dengan adanya
aglutinasi.

d. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan obstetric di atas? Ayu, Jurgen

No Pemeriksaan Nilai normal (bagi Interpretasi


wanita hamil 15
minngu)
1 Outer Abdominal flat, soft Normal
examination Fundal height 1 finger Pertengahan antara Abnormal
above pubic symphisis jarak simfisi-pusat (mengecil)
Mass (-) (-) Normal
Adnexal ternderness (-) (-) Normal
Free fluid sign (-) (-) Normal
2 Inspeculo Portio livide (-) (+) mulai dari minggu Abnormal
ke 6-8 setelah
konsepsi
External uterine ostium (-) sebelum masuk Abnormal
was opened inpartu pada
kehamilan pertama
Fluor (-) (-) Normal
Fluxus (+) (-) sebelum inpartu Abnormal
blood not active (-)baik secara aktif Abnormal
maupun inaktif
Tissue in the cervical os (-) Abnormal
Erotion (-) (-) Normal
Laceration (-) (-) Normal
Polyp (-) (-) Normal
3 Vaginal Portio soft Pada usia kehamila n Abnormal
toucher yang masih muda
portio cenderung
teraba keras
External uterine ostium (-) Abnormal
was opened
Tissue was palpable in (-) Abnormal
cervical os
Uterine corpus Seharusnya seusia 15 Abnormal
appropriate for 12 weeks minggu
gestation
Cervical motion (-) Normal
tenderness (-)
Right and left adnexa (-) tidak kaku/keras Normal
parametrium not tense
No bulging of Douglas (-) Normal
pouch
Jawab:

e. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan obstetri di atas? Ayu,


Dibyo
Jawab:
• Fundal height 1 finger above pubic symphisis
Abortus inkomplit → keluaran sebagian dari hasil konsepsi (ukuran
janian mengecil)→ Tinggi fundus uterus 1 jari di atas simfisis
(mengecil)
• Portio livide (-)
Perdarahan pada uterus → aliran darah ke servik dan vagina berkurang
→ hipervaskularisasi vena di area serviks menurun → warna keunguan
(livide) berkurang
• External uterine ostium was opened
Abortus inkomplit → hasil konsepsi lepas → merangsang uterus
berkontraksi → serviks mengalami penipisan/effacement dan dilatasi
→ orificium uteri eksternal terbuka
• Fluxus (+)
Abortus inkomplit → hasil konsepsi lepas → merangsang uterus
berkontraksi → mengeluarkan darah dan jaringan termasuk cairan
amnion → fluksus (+)
• blood not active
Abortus inkomplit → hasil konsepsi lepas → merangsang uterus
berkontraksi → mengeluarkan darah dan jaringan → darah (+)
• Tissue in the cervical os
Abortus inkomplit → nekrosis jaringan → hasil konsepsi lepas →
merangsang uterus berkontraksi → mengeluarkan darah dan jaringan
→ jaringan (+)
• Portio soft
Abortus inkomplit → Portio soft
• Uterine corpus appropriate for 12 weeks gestation
Abortus inkomplit → keluaran sebagian dari hasil konsepsi (ukuran
janian mengecil)

You might also like