You are on page 1of 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan dan masalah hidup yang semakin meningkat serta perkembangan
teknologi yang pesat menjadi stressor pada kehidupan manusia. Jika individu
tidak mampu melakukan koping dengan adaptif, maka individu beresiko
mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku
seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-
hari. Gangguan jiwa disebabkan karena gangguan fungsi sel-sel syaraf di otak,
dapat berupa kekurangan maupun kelebihan neutrotransmiter atau substansi
tertentu (Febrida, 2007).
WHO, (2009) memperkirakan terdapat 450 juta jiwa diseluruh dunia yang
mengalami gangguan mental, sebagian besar dialami oleh orang dewasa muda
antara usia 18-21 tahun, hal ini dikarenakan pada usia tersebut tingkat
emosional masih belum terkontrol. Di indonesia sendiri prevalensi penduduk
yang mengalami gangguan jiwa cukup tinggi, data WHO, (2006)
mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 %
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah
penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa.
Secara umum gangguan jiwa bisa di bedakan menjadi dua kategori yaitu
psikotik dan non-psikotik yang meliputi gangguan cemas, psikoseksual,
kepribadian, alkoholisme, dan menarik diri. Gangguan jiwa psikotik meliputi
gangguan jiwa organik dan non- organik. Gangguan jiwa organik meliputi
delirium, epilepsi dan dimensia, sedangkan gangguan jiwa non-organik
meliputi skizofrenia, waham, gangguan mood, psikosa (mania, depresi),
gaduh, gelisah, dan halusinasi (Kusumawati, 2010).
Pasien dengan halusinasi jika tidak segera ditangani akan memberikan
dampak yang buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan
disekitarnya, karena pasien dengan halusinasi akan kehilangan kontrol dirinya.
Pasien akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh
halusinasinya, pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide),
membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang
optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien
memecahkan masalah yang dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan
untuk mengatasi halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan antara lain
meliputi farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis
antara lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik. Adapun
penatalaksanaan non-farmakologis dari halusinasi dapat meliputi pemberian
terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).
Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit salah
satunya melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang mencakup
penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi pelaksanaan adalah
penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien
yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.
Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi muncul, melakukan aktivitas terjadwal untuk
mencegah halusinasi, serta minum obat dengan teratur (Akemat dan Keliat,
2010).
Hasil dari beberapa penelitian menunjukan pemberian asuhan keperawatan
sesuai standar dengan penerapan strategi pelaksanaan halusinasi di rumah
sakit memberikan dampak perbaikan pada kondisi pasien, serta membantu
menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Pasien gangguan jiwa yang
menjalani rawat inap di rumah sakit banyak yang menunjukan perbaikan pada
kondisinya dan di perbolehkan untuk pulang, akan tetapi banyak juga pasien
yang kembali lagi ke rumah sakit, hal ini sebagian besar di sebabkan
kurangnya pengarahan terhadap keluarga pasien terkait dengan penanganan
dirumah menjelang pasien pulang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Halusinasi ?
2. Apa Faktor Penyebab Halusinasi ?
3. Bagaimana Proses Terjadinya Halusinasi ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Halusinasi ?
5. Apa Saja Jenis Halusinasi ?
6. Bagaimana Pengkajian Halusinasi ?
7. Bagaimana Diagnosa Keperawatan Halusinasi ?
8. Bagaimana Perencanaan Halusinasi ?
9. Bagaimana Contoh Dalam Perencanaan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2. Tujuan Khusus
 Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
 Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
 Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
 Mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada
klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
 Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada
klien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran.
 Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran.

D. Manfaat Study
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk :
1. Profesi perawat
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah
sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
jiwa khususnya dengan kasus gangguan persepsi sensori
:halusinasi pendengaran.
2. Klien
Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara
menangani, merawat, dan mencegah kekambuhan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
3. Keluarga
Memberikan pengetahuan serta masukan kepada kelurga tentang cara
menangani, merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
4. Penulis
Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan asuhan
keperawatan jiwa khususnya pada klien dengan gangguan persepsi sensori
: halusinasi pendengaran serta mengaplikasikan dalam menerapkan
komunikasi terapeutik dengan menggunakan pendekatan SP.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucinatio yang bermakna
secara mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk (2013)
menegaskan “The term hallucination comes from the Latin “hallucinatio”: to
wander mentally or to be absent-minded”. Halusinasi adalah persepsi atau
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
(Stuart & Laraia, 2005).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan
suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan
sensori persepsi ; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pada gangguan halusinasi
penglihatan, misalnya, klien melihat suatu bayangan menakutkan, padahal
tidak ada bayangan tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul adalah
halusinasi membuat klien tidak dapat memenuhi kehidupannya sehari-hari.
Halusinasi merupakan salah satu dari sekian bentuk psikopatologi yang
paling parah dan membingungkan. Secara fenomenologis, halusinasi adalah
gangguan yang paling umum dan paling penting. Selain itu, halusinasi
dianggap sebagai karakteristik psikosis.

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi pada klien dengan halusinasi menurut Herman (2011)
adalah sebagai berikut:
a. Biologi
Faktor biologis halusinasi berfokus pada faktor genetika, faktor
neuroanatomi dan neurokimia (struktur dan fungsi otak), serta
imunovirologi (respon tubuh terhadap suatu virus).
b. Psikologis
Intelegensia kemampuan individu dalam menyelesaikan konflik
diri dengan menggunakan berbagai upaya koping yang sesuai untuk
mengurangi ketegangan menuju keseimbangan kontinum.
c. Respon fisiologis
Stimulasi sistem saraf otonom dan simpatik serta peningkatan
aktivitas hormon, tremor, palpitasi, peningkatan motilitas.
d. Respon perilaku
Bervariasi tergantung pada tingkat kecemasan, dapat berupa
isolasi diri atau agresif.
2. Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurologis
maladaptif meliputi:
1) Gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi.
2) Abnormalitas pada mekanisme koping masuk dalam otak
(komunikasi saraf yang melibatkan elektrolit) yang mengakibatkan
ketidak mampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.
b. Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang sering
menimbulkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasanya
terdapat pada respon neurologis maladaptif yang berhubungan dengan
kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.
d. Penilaian stressor
Model diatesis stress menjelaskan bahwa gejala halusinasi
muncul berdasarkan hubungan antara beratnya stress yang dialami
individu dan ambang toleransi terhadap stres internal. Model ini
penting karena mengintegrasikan faktor biologis, psikologis, dan
sosiobudaya dalam menjelaskan perkembangan halusinasi.
e. Sumber koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pengaruh gangguan
otak pada perilaku. Kekuatan meliputi modal, seperti intelegensi, atau
kreativitas yang tinggi.
f. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurologis
maladaptif meliputi: regresi, proyeksi, dan menarik diri.

C. Tahapan Halusinasi
Pathofisiologi halusinasi menurut Herman, (2011) berkembang melalui 4
fase, yaitu sebagai berikut :
1. Fase comforting yaitu fase yang menyenangkan. Pada fase ini masuk dalam
golongan non psikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak
dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien:
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase comdemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan,
termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori
menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir
sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien
tidak ingin orang lain tahu, dan dia dapat mengontrolnya. Perilaku klien:
meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak
dapat membedakan realitas.
3. Fase controling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan, suara,
isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol 7 klien. Klien
menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien:
kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak
mampu mematuhi perintah.
4. Fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik : halusinasinya berubah
menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi
takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara
nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku klien : Perilaku teror akibat
panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri dan
kakatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.

D. Tingkat Halusinasi
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai dari tingkat I hingga
tingkat IV.
Tabel. Tingkat, Karakteristik, dan Perilaku Halusinasi
Tingkat Karakteristik Halusinasi Perilaku Klien
Tingkat I  Mengalami ansietas  Tersenyum
Memberi rasa kesepian, rasa bersalah  Menggerakan bibir
nyaman dan ketakutan tanpa suara
Tingkat ansietas  Mencoba berfokus pada  Menggerakan
sedang pikiran yang dapat mata dengan cepat
Halusinasi menghilangkan ansietas  Respons verbal
merupakan suatu  Pikiran dan pengalaman yang lambat
kesenangan sensori masih ada dalam  Diam dan
kontrol kesadaran (jika konsentrasi
ansietas dikontrol).
Tingkat II  Pengalaman sensori  Peningkatan
Menyalahkan menakutkan sistem saraf otak,
Tingkat ansietas  Mulai merasa tanda-tanda
berat kehilangan kontrol ansietas, seperti
Halusinasi  Merasa dilecehkan oleh peningkatan
menyebabkan rasa pengalaman sensori denyut jantung,
antipati tersebut pernafasan, dan
 Menarik diri dari orang tekanan darah
lain  Rentang perhatian
menyempit
NON PSIKOTIK  Konsentrasi
dengan
pengalaman
sensori
 Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dari
realita
Tingkat III  Klien menyerahkan dan  Perintah halusinasi
Mengontrol tingkat menerima pengalaman ditaati
ansietas berat sensorinya  Sulit berhubungan
pengalaman sensori  Isi halusinasi menjadi dengan orang lain
tidak dapat ditolak atraktif  Rentang Perhatian
lagi.  Kesepian bila hanya beberapa
pengalaman sensori detik atau menit
berakhir.  Gejala fisika
ansietas berat
berkeringat,
tremor, dan tidak
mampu mengikuti
perintah.
Tingkat IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik
Menguasai tingkat menjadi ancaman.  Berpotensi untuk
ansietas panik yang  Halusinasi dapat membunuh atau
diatur dan berlangsung selama bunuh diri
dipengaruhi oleh beberapa jam atau hari.  Tindakan
waham. kekerasan agitasi,
PSIKOTIK menarik diri, atau
katatonia
 Tidak mampu
merespons
perintah yang
kompleks
 Tidak mampu
merespons
terhadap lebih dari
satu orang.

E. Rentang Respons Neurobiologi Halusinasi


Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, sehingga halusinasi
merupakan gangguan dari respons neurobiologis. Oleh karenanya, secara
keseluruhan, rentang respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons
neurobiologi.
Rentang respons neurobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran
logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku
cocok, dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sementara itu,
respons maladaptif meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses
emosi, perilaku tidak terorganisasi, dan isolasi sosial : menarik diri. Berikut
adalah gambaran rentang respons neurobiologi.
Gambar. Rentang Respons Neurobiologi Halusinasi

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses


Persepsi akurat menyimpang pikir : waham
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
dengan Emosi tidak stabil Ketidakmampuan
pengalaman Perilaku aneh untuk mengalami
Perilaku sesuai Menarik diri emosi
Hubungan Ketidakteraturan
sosial Isolasi sosial
(Sumber : Stuart, 2013)

F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
a. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang
digunakan untuk menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk
aktivitas sehari-hari tinggal sedikit, sehingga klien menjadi malas
beraktivitas sehari-hari.
b. Proteksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan pesepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
G. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta
ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah :
1. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi mengatakan bahwa klien :
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
f) Merasakan rasa seperti darah, urinee, atau feses
g) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

2. Data objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi mmelakukan hal-hal berikut :
a) Bicara atau tertawa sendiri
b) Marah-marah tanpa sebab
c) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
d) Menutup telinga
e) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
f) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
h) Menutup hidung
i) Sering meludah
j) Muntah
k) Menggaruk-garuk permukaan kulit
H. Akibat
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan
ingkungan. Ini diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya yang
meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya.

I. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Ganguan Sensori Persepsi :


Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial
Regimen

Koping keluar
Inefektif Harga Diri Rendah

J. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif dan sebagai pengawas minum obat
1. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia
yang menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.Neuroleptika dengan dosis efek tiftinggi bermanfaat pada
penderita psikomotorik yang meningkat.
2. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grand
mall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode
yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika
oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien
kembali kemasyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong
pasien bergaul dengan orang lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
pasien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang
kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama, seperti therapy modalitas yang terdiridari :
4. Terapi aktivitas
a. Terapi music
Focus ; mendengar ; memainkan alat musik ; bernyanyi. yaitu
menikmati dengan relaksasi music yang disukai pasien.
b. Terapi seni
Focus: untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapa pekerjaan
seni.
c. Terapi menari
Focus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
d. Terapi relaksasi
Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping/perilaku mal adaptif/deskriptif meningkatkan
partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
e. Terapi social
Pasien belajar bersosialisai dengan pasien lain
f. Terapi kelompok
1) Terapi group (kelompok terapeutik)
2) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
3) TAK Stimulus Persepsi; Halusinasi
Sesi 1 : Mengenal halusinasi
Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
g. Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana d idalam keluarga( Home
Like Atmosphere).(Prabowo, 2014)
BAB III
METODOLOGI

A. Rancangan
Metodologi ini dengan rancangan deskriptif studi kasus, dengan menerapkan
satu tindakan keperawatan tertentu sesuai dengan kebutuhan pasien.

B. Subyek
Pasien pada studi kasus ini adalah pasien status gangguan kesehatan jiwa
dengan masalah halusinasi pendengaran.

C. Fokus Studi
Fokus studi pada kasus ini adalah mengetahui perubahan halusinasi.

D. Lokasi dan Waktu


Tempat : di Ruang Perkutut RSJ. Dr. Soeharto Heerdjan
Waktu : 15-Oktober-2018

E. SOP Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dan klien
b. Mengucapkan salam dengan senyum dan ramah
c. Mengingatkan nama perawat dan nama panggilan klien
d. Menjelaskan peran perawat terhadap klien (sesuai kebutuhan)
e. Menjelaskan kerahasiaan (sesuai kebutuhan)
f. Evaluasi tindakan yang lalu
g. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
h. Menyatakan tujuan tindakan yang akan dilakukan
i. Menyepakati bersama klien tentang tindakan yang akan dilakukan
j. Menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan
k. Mengatur posisi dan ciptakan lingkungan yang aman bagi klien dan
perawat :
1) Berhadapan/sedikit menyamping
2) Stimulus minimal bagi klien]
3) Menjaga privacy
l. Menunjukkan sikap empati, tenang dan bersahabat serta menatap klien
m. Membuka pembicaraan dengan topic netral :
1) Menanyakan perasaan dan aktivitas yang telah dilakukan
2) Memberikan respon yang sesuai

2. Fase Kerja
SP I
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
b. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan
h. Melatih menghardik
i. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi ke
dalam jadwal kegiatan harian

SP II
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar
c. Menjelaskan manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak
minum obat
d. Menganjurkan klien memasukkan aktivitas minum obat ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP III
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Menjelaskan dan melatih bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
c. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan bercakap-cakap ke dalam
jadwal kegiatan harian

SP IV
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai dengan 2 kegiatan)
c. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan untuk mengendalikan
halusinasi ke dalam jadwal kegiatan harian

3. Fase Terminasi
a. Mengingatkan waktu interaksi akan segera berakhir
b. Menanyakan perasaan klien tentang berakhirnya interaksi
c. Membuat rencana tindak lanjut
d. Menyepakati kontrak untuk pertemuan berikutnya
e. Mengucapkan salam dengan ramah, sopan, dan bersahabat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Klien
Klien bernama Tn.A berumur 26 tahun berjesnis kelamin laki- laki ,
beragama Islam ,belum msenikah

B. Alasan Masuk
Klien mengatakan sebedlum masuk Rumh Sakit Jiwa dirinya sering
mendengar suara laki-laki dan perempuan , suara laki-laki menyuruh
kejahatan seperti memukul orang dan suara perempuan menyuruh
kebaikan ,sampai pada saat itu 3 oktober 2018 klien mengamuk dan
memukul ayahnya karena merasa kesal dengan ayahnya dan mendapat
bisikan dari laki-laki yang menyuruh untuk memukul ayahnhya , ahirnya
pasien langsung di bawa ke RSJ.

C. Faktor Prsedisposisi
Sebelumnya pasien pernah sekali di rawat di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan di
sebabkan karena sering mengamuk ,senyum-senyum sendiris dan
mendengar suara-suara yang menyursuhnya untuk berbuat jahat seperti
memukul orang lain dan untuk yang kedua kalinya di sebabkan kurangnya
perhatian kesluarga terhadap penyakit klien , klien mengatakan ayahnya
sering memarahinya, klien mengatakan tidak mengalami penganiayaan
fisik baaik aniaya seksual, penolakan , tindakan krsiminal oleh pihak
keluarga maupun orang lain baik sebagai saksi atau korban atau pelaku,
dalam keluarga tidak ada riwayat ganguan jiwa.
Masalah Keperawatan :
1. Halusinasi Pendengaran
2. Koping Keluarga Inefektif
3. Resiko Perilaku kekerasan
4. Regimen
D. Pemeriksaan Fisik
Tanda –Tanda Vital
TD : 110/70 mmhg
N : 78 x / menit
S : 36,5 C
RR : 21 x / menit
TB : 160 cm
BB : 56 kg

E. Pesikososial
1. Genogram

Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara adiknya sudah


menikah dan beda rumah klien tinggal bersama ayah dan ibunya.
Hubungan klien dan keluarga baik , tetapi kadang –kadang ayahnya
memarahinya dan walaupun pada saat klien sakitpun ayahnya sering
memarahinya .
Masalah Keperawatan : Koping keluarga inefektif
2. Konsep diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan menuyukai semua anggota tubuhnya dan tidakn
ada yang tidak di sukai
b. Identitas
Klien mampu menyebutkan nama , umur ,alamat ,jenis kelamin dan
agama klien mengatakan nama Tn. A umur 26 tahun laki – laki ,
alamat di kamung melayu.
c. Fungsi Peran
Klien sebagai anak laki- laki , klien adalah anak pertama dari dua
bersaudara.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
e. Harga Diri
Klien mengatakan takut kalau orang lain tidak menerima
keadaanya .
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
Orang yang berarti bagi klien adalam hidupnya adalah ibunya karena
ibunya sangat menyayangi dan mengertinya , dalam kegiatan kegiata
kelompok atau masyarakat klien jarang mengikuti kegiatan yang ada
pada masyarakat karena malas dan malu karena dirinya sudah 5 tahu
tidak bekerja , klien lebih banyak menghbiskan waktunya di kamar .
Masalah Keperawatan :
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Kliren berkeyakinan beragama islam dan meyakini adanya Allah
b. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan melaksanakan sholat 5 waktu di rumah maupun
di rumah sakit
Masalah keperawatan : tidak ada
F. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien di rumah sakit cukup rapi dan klien mengatakan
gosok gigi dua kali sehari , wajah klien tampak bersih , kuku klien
tampak bersih , rambut klien tampak rapi .
Masalah keperawatan : tidak ada
2. Pembicaraan
Pada saat berinteraksi pembicaraan klien terarah dan dapat mencapai
tujuan pembicaraan.
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Aktivitas Motorik
Pada saat berbincang –bincang klien tampak tenang
Masalah keperawatan : tidak ada
4. Alam Perasaan
Klien tampak sedih karena ingin cepat sembuh dan ingin pulang
Masalah keperawatan : tidak ada
5. Afek
Klien sesuai saat mengekspreksikan perasaanya , saat di ajak bercanda
klien tertawa.
Masalah keperawatan : tidak ada
6. Interaksi Selama Wawancara
Klien Kooperatif
Masalah keperawatan : tidak ada
7. Persepsi
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit sering mendengar suara
laki-laki dan perempuan , perasaan klien tergantung pada halusinasinya
(marah, menyenangkan ) suara itu muncul dimana saja, frekuensinya
tidak menentu kadang tiga kali dalam sehari
Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran
8. Tingkat Kesadaran
Klien dapat menjawab saat di tanya nama , alamat , hari ,tanggal
,tahun.
9. Memori
Kemampuan daya ingat baik , klien dapat menceritakan asalnya ,
jumlah keluarga ( jangka panjan ) dan mengingat kegiatan satu hari
yang lalu ( jangka pendek )

G. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Klien dapan memenuhi kebutuhan makan sendiri ( mandiri )
2. BAK / BAB
Klien dapat memenihi kebutuhan eleminasi sendiri , tidak ada keluhan
3. Mandi
Klien mandi dua kali sehari pagi sore mengunakan sabun
4. Berpakaian
Klien mampu mengenakan pakaian sendiri
5. Istirahat tidur
Tidur siang : 13.00 – 15.00
Tidur malam : 21.00 – 05.00

H. Aspek Medik
Serequel
Clozapin
Trihexyipenidin
I. Analisa Data
No. Data senjang Masalah Keperawatan
1. Ds : Halusinasi Pendengaran
- Klien mengatakan sebelum masuk
RSJ dirinya sering mendengar suara
laki-laki dan perempuan
- Klien mengatakan sekarang
frekuensi sudah jarang semjak
masuk RSJ
- Klien mengatakan dapat mendengar
suara-suara itu dimana saja
Do :
- Klien tampak pandangan kosong
- Klien tampak senyum-senyum
sendiri
2. Ds : Resiko Perilaku
- Klien mengatakan sebelum masuk Kekerasan
RSJ dirinya mendengar suara laki-
laki yang menyuruhnya untuk
memukul orang lain
- Klien mengatakan pernah memukul
orang lain di tempat umum
- Klien mengatakan pernah memukul
ayahnya
Do :
-
3. Ds : Isolasi sosial
- Klien mengatakan jarang mengikuti
kegiatan yang ada dimasyarakat
- Klien mengatakan malas
berinteraksi dengan orang lain, klien
lebih suka menghabiskan waktunya
dikamar
Do :
- Klien tampak menyendiri
- Klien tidak mempunyai atau
mengenal teman di rumah sakit
4. Ds : Koping keluarga inefektif
- Klien mengatakan ayahnya sering
memarahinya walaupun dirinya
dalam keadaan sakit
Do :
- Klien tampak sedih saat
menceritakan masalahnya
5. Ds : Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan malu berinteraksi
dengan orang lain karena dirinya
sudah lama tidak bekerja
- Klien mengatakan takut kalau orang
lain tidak bisa menerima
penyakitnya
Do :
- Klien tampak sering berdiam diri
dikamar
6. Ds : Regimen
- Klien mengatakan sudah kedua
kalinya dirinya masuk rumah sakit
Do :
-

J. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Gangguan TUM : a. Setelah 2x SP 1 Halusinasi
sensori Klien mampu pertemuan klien 1. Mengidentifikasi
persepsi mengontrol mampu jenis halusinasi
halusinasi halusinasi menyebutkan klien.
TUK I : waktu, isi, 2. Mengidentifikasi
Klien dapat frekuensi isi halusinasi.
mengenali timbulnya 3. Mengidentifikasi
halusinasinya. halusinasi dan waktu halusinasi
TUK II : respon terhadap klien.
Klien dapat halusinasi. 4. Mengidentifikasi
mengontrol b. Setelah 2x frekuensi
halusinasinya. pertemuan klien halusinasi klien.
TUK III : mampu 5. Mengidentifikasi
Klien dapat menyebutkan situasi yang
mengikuti cara mengontrol menimbulkan
program halusinasi : halusinasi.
pengobatan menghardik, 6. Mengidentifikasi
secara optimal. minum obat, respon klien
bercaka-cakap terhadap
dan melakukan halusinasinya.
aktivitas. 7. Mengajarkan
c. Setelah 2x klien menghardik
pertemuan pasien halusinasi.
mampu 8. Menganjurkan
mendemonstrasi klien
kan cara memasukkan cara
menghardik, menghardik
minum obat, halusinasi dalam
bercakap-cakap jadwal kegiatan
dan melakukan harian.
aktivitas. SP II Halusinasi
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat
secara teratur.
3. Menganjurkan
klien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan hariann.
SP III Halusinasi
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakap-
cakap dengan
orang lain.
3. Menganjurkan
klien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian.
SP IV Halusinasi
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan
kegiatan (kegiatan
yang biasa di
lakukan klien
dirumah).
3. Menganjurkan
klien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian.
K. Implementasi Dan Evaluasi
Nama : Tn. A
Ruangan : Perkutut
RM : 042567
Tanggal / jam : 16 OKTOBER 2018 / 10.30 ( Hari ke-1)
Implementasi Evaluasi
DS : S:
- Klien mengatakan mendengar - klien mengatakan mendengar
suara laki-laki dan perempuan suara laki-laki dan perempuan
- Klien mengatakan suara laki-laki - klien mengatakan suara
menyuruh kejahatan dan suara perempuan menyuruhnya
perempuan menyuruh kebaikan berbuat kebaikan, suara laki-
- Klien mengatakan suara itu laki menyuruh kejahatan
muncul pada siang hari dan seperti memukul orang lain,
ketika klien sedang sendiri biasanya terdengar pada siang
- Klien mentakan sudah jarang hari dan pada saat klien sendri
mendengar suara-suara itu - klien mengatakan frekuensinya
semenjak masuk RSJ sudah berkurang sejak di RSJ
- klien mengatakan mengerti
DO : dengan apa yang diajarkan
- Klien tampak sering berdiam diri untuk mengontrol halusinasi
dikamar dengan cara menghardik
- Klien tampak senyum-senyum
sendiri O:
- klien tampak mengerti dengan
Diagnosa keperawatam : apa yang telah dijelaskan
- Halusinasi pendengaran tentang menghardik
- klien dapat mempraktekannya
Tindakan keperawatan :
- Mengidentifikasi jenis A:
halusinasi, isi, waktu, frekuensi, - Cara mengontrol halusinasi
stimulus yang menimbulkan dengan menghardik dapat
halusinasi teratasi

RTL (Planing Perawat) : P (planning pasien ) :


- Evaluasi Sp 1 - Berlatih cara menghardik 2x
- Melanjutkan ke Sp 2 dengan sehari
menganjurkan minum obat atau - Memasukan kegiatan kedalam
patuh untuk minum obat jadwal harian klien

(TTD Perawat)
Tanggal / jam : 17 OKTOBER 2018 / 10.30 ( Hari ke-2)
Implementasi Evaluasi
DS : S:
- Klien mengatakan mendengar - klien mengatakan kemarin
suara laki-laki dan perempuan sudah latihan menghardik dan
- Klien mengatakan frekuensinya sudah dimasukan kedalam
sudah jarang semenjak masuk jadwal harian
rumah sakit - klien mengatakan masih belum
- Klien mengatakan dapat hafal dan belum jelas
mendengar suara itu dimana saja bagaimana 6 benar minum obat

DO : O:
- Klien tampak pandangannya - klien sudah tampak memasukan
kosong latihan menghardik kedalam
- Klien tampak senyum-senyum jadwal harian
sendiri - klien masih tampak belum
mengerti dan belum hafal
Diagnosa keperawatam : bagaimana 6 benar minum obat
- Halusinasi pendengaran
A:
Tindakan keperawatan : - Cara mengontrol halusinasi
- Mengevaluasi jadwal harian dengan mengajarkan minum
klien obat belum teratasi
- Menjelaskan dan melatih klien
minum obat dengan 6 benar P (planning pasien ) :
- Menjelaskan manfaat, kerugian - Hafalan 6 benar minum obat
minum obat dan tidak meminum - Memasukan kegiatan kedalam
obat jadwal harian klien
- Menganjurkan klien memasukan
minum obat kedalam jadwal
harian klien (TTD Perawat)
RTL (Planing Perawat) :
- Evaluasi Sp 1
- Ulangi kembali ke Sp 2 tentang
cara minum obat dengan 6
benar
Tanggal / jam : 18 OKTOBER 2018 / 10.30 ( Hari ke-3)
Implementasi Evaluasi
DS : S:
- Klien mengatakan mendengar - klien mengatakan sudah
suara laki-laki dan perempuan melakukan latihan menghardik
- Klien mengatakan frekuensinya 2x sehari dan sudah dimasukan
sudah jarang semenjak masuk kejadwal harian
rumah sakit - klien mengatakan mengerti
- Klien mengatakan dapat dengan apa yang dielaskan
mendengar suara itu dimana saja tentang 6 benar minum obat,
terutama saat sendiri manfaat dan kerugiannya

DO : O:
- Klien tampak pandangannya - klien sudah tampak memasukan
kosong latihan menghardik kedalam
- Klien tampak senyum-senyum jadwal harian
sendiri - klien tampak sudah mengerti
dengan apa yang dijelaskan
Diagnosa keperawatam : - klien tampak menyebutkan
- Halusinasi pendengaran kembali apa yang telah
dijelaskan
Tindakan keperawatan :
- Mengevaluasi jadwal harian A:
klien - Cara mengontrol halusinasi
- Menjelaskan dan melatih klien dengan mengajarkan minum
minum obat dengan 6 benar obat dapat teratasi
- Menjelaskan manfaat, kerugian
minum obat dan tidak meminum P (planning pasien ) :
obat - Minum obat secara teratur
- Menganjurkan klien memasukan - Memasukan kegiatan kedalam
minum obat kedalam jadwal jadwal harian klien
harian klien

RTL (Planing Perawat) : (TTD Perawat)


- Evaluasi jadwal harian klien
- Lanjutkan ke Sp 3 mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap
Tanggal / jam : 19 OKTOBER 2018 / 10.30 ( Hari ke-4)
Implementasi Evaluasi
DS : S:
- Klien mengatakan sudah jarang - klien mengatakan minum obat
mendengar suara-suara itu secara teratur dengan bantuan
- Mendengar hanya pada saat perawat
siang, suara perempuan yang - klien mengatakan mengerti
menyuruhnya kebaikan dengan apa yang diajarkan

DO : O:
- Klien tampak pandangannya - klien sudah tampak memasukan
kosong latihan minum obat kedalam
- Klien tampak senyum-senyum jadwal harian
sendiri - klien tampak sudah mengerti
dengan apa yang dijelaskan
Diagnosa keperawatam : - klien tampak mempraktikan
- Halusinasi pendengaran dengan temannya

Tindakan keperawatan : A:
- Mengevaluasi jadwal harian - Cara mengontrol halusinasi
klien dengan berbincang-bincang
- Melatih mengontrol halusinasi dapat teratasi
dengan bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi P (planning pasien ) :
muncul - Berbincang-bincang dengan
teman atau perawat saat suara
RTL (Planing Perawat) : itu muncul
- Evaluasi jadwal harian klien - Memasukan kegiatan kedalam
- Lanjutkan ke Sp 4 mengontrol jadwal harian klien
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (TTD Perawat)
Tanggal / jam : 22 OKTOBER 2018 / 10.30 ( Hari ke-5)
Implementasi Evaluasi
DS : S:
- Klien mengatakan sebelum - klien mengatakan paham
masuk RSJ dirinya sering tentang apa yang dijelaskan
mendengar suara perempuan - klien mengatakan dirinya bisa
- Klien mengatakan sekarang merapihkan tempat tidur
frekuensinya sudah jarang
semenjak masuk RSJ O:
- klien tampak sudah mengerti
DO : dengan apa yang dijelaskan
- Klien tampak pandangannya - klien tampak mempraktikan
kosong cara merapihkan kasur
- Klien tampak senyum-senyum
sendiri A:
- Cara mengontrol halusinasi
Diagnosa keperawatam : dengan kegiatan merapihkan
- Halusinasi pendengaran tempat tidur dapat teratasi

Tindakan keperawatan : P (planning pasien ) :


- Mengevaluasi jadwal harian - Rapihkan tempat tidur rutin
klien setelah bangun tidur
- Melatih mengontrol halusinasi - Memasukan kegiatan kedalam
dengan melakukan kegiatan jadwal harian klien
- Menganjurkan pasien
memasukan ke dalam jadwal
harian (TTD Perawat)

RTL (Planing Perawat) :


- Evaluasi Sp 4 mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan
- Lanjutkan dengan kegiatan
lainnya
Tanggal / jam : 23 OKTOBER 2018 / 10.30 ( Hari ke-6)
Implementasi Evaluasi
DS : S:
- Klien mengatakan sudah jarang - Klien mengtakan senang
mendengar suara-suara itu - klien mengatakan paham
- Klien mengatakan mendengar tentang apa yang dijelaskan
hanya pada saat siang, suara - klien mengatakan dirinya bisa
perempuan yang menyuruhnya menyapu lantai
kebaikan
O:
DO : - klien tampak sudah mengerti
- Klien tampak pandangannya dengan apa yang dijelaskan
kosong - klien tampak mempraktikan
- Klien tampak senyum-senyum cara menyapu lantai
sendiri
A:
Diagnosa keperawatam : - Cara mengontrol halusinasi
- Halusinasi pendengaran dengan kegiatan menyapu lantai
dapat teratasi
Tindakan keperawatan :
- Mengevaluasi jadwal harian P (planning pasien ) :
klien - Lakukan kegiatan menyapu
- Melatih mengontrol halusinasi lantai apabila kotor
dengan melakukan kegiatan - Memasukan kegiatan kedalam
menyapu lantai jadwal harian klien
- Menganjurkan pasien
memasukan ke dalam jadwal
harian (TTD Perawat)

RTL (Planing Perawat) :


- Evaluasi jadwal kegiatan harian
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis telah melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. A
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada klien didapatkan data subjektif : klien mengatakan
mendengar suara laki-laki yang menyuruh klien untuk memukul orang lain
dan mendengar suara perempuan yang menyuruh kebaikan. Klien
mengatakan suara itu muncul setiap saat tetapi paling sering pada saat
klien sedang sendiri. Data objektif : Klien tampak sering melamun dan
senyum-senyum sendiri.
2. Diagnosa yang muncul pada Tn. A adalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran, isolasi social ,resiko perilaku kekerasan . Penulis
memprioritaskan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
sebagai masalah utama.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan selama 2 x 24 jam yaitu,
Mengidentifikasi jenis halusinasi klien, isi halusinasi, waktu halusinasi
klien, frekuensi halusinasi klien, situasi yang menimbulkan halusinasi,
respon klien terhadap halusinasinya, mengajarkan klien menghardik
halusinasi, memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, melatih klien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa di lakukan klien
dirumah), menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian,
dan mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
4. Implementasi yang dilakukan adalah mengajarkan cara klien menghardik
halusinasinya, meminta klien untuk mengulangi cara menghardik
halusinasi yang sudah di ajarkan, dan menganjurkan klien memasukan
cara menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian.
5. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 23-
Oktober-2018, ditemukan data sebagai berikut :
S : klien mengatakan senang, O : klien tampak sudah mengerti tentang apa
yang dijelaskan ,A : masalah teratasi, P : melanjutkan ke SP berikutnya :
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan lebih bersungguh-sungguh dan lebih cermat dalam
melihat kebutuhan klien sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan
pada klien dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Perawat diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan sesuai perkembangan ilmu dan teknologi sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat.
3. Peran serta keluarga dan masyarakat sangat diharapkan untuk membantu
kesembuhan pada klien dengan gangguan jiwa.
Daftar Pustaka

Sutejo. 2010.Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Pustaka Baru Pers

You might also like