Professional Documents
Culture Documents
BNP2TKI
TAHUN 2016
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas semua limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Laporan Kinerja Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Tahun 2016 dapat
tersusun, sebagai bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi
yang dipercayakan kepada BNP2TKI atas target kinerja dan penggunaan
anggaran tahun 2016. Penyusunan Laporan Kinerja BNP2TKI Tahun 2016
merupakan tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Kinerja BNP2TKI diukur atas dasar penilaian
Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian tujuan dan
sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja BNP2TKI Tahun 2016.
Laporan Kinerja BNP2TKI Tahun 2016 menggambarkan sejumlah capaian kinerja yang telah dicapai
dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan untuk tahun 2016 beserta analisisnya.
Berbagai kebijakan dan upaya telah ditempuh sebagai langkah guna mewujudkan kehadiran Negara
dalam Tata Kelola Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, sehingga
manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas khususnya para CTKI/TKI/TKI Purna dan
keluarganya serta stakeholder pendukung lainnya. Permasalahan dan kendala yang dihadapi akan
menjadi rencana tindak lanjut untuk perbaikan kinerja tahun berikutnya.
Dengan tersusunnya Laporan Kinerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Tahun 2016 ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat dan umpan balik bagi perbaikan dan
peningkatan kinerja bagi seluruh unit kerja di lingkungan BNP2TKI.
Semoga Allah SWT selalu meridhoi setiap gerak dan langkah kita dalam mewujudkan pelayanan
yang terbaik kepada segenap masyarakat Indonesia.
Kepala
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia
NUSRON WAHID
Kami telah mereviu Laporan Kinerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia untuk Tahun Anggaran 2016 sesuai Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja. Substansi
informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung jawab manajemen Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas Laporan Kinerja telah disajikan secara akurat,
andal dan valid.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan perbedaan dalam
meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam Laporan Kinerja ini.
Inspektur
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
Firdaus Zazali
NIP. 196802241988031001
Kata Pengantar i
Pernyataan Telah Direviu ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
Ringkasan Eksekutif vii
No. hal
Tabel 1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama BNP2TKI Tahun 2016 2.16
Tabel 2. Penetapan Kinerja BNP2TKI 2016 2.18
Tabel 3. Target Sasaran Kegiatan BNP2TKI Tahun 2016 2.19
Tabel 4. Capaian IKU BNP2TKI Tahun 2016 3.23
Tabel 5. Capaian Sasaran Kegiatan BNP2TKI Tahun 2016 3.24
Tabel 6. Capaian indikator kinerja Sasaran 1 3.25
Tabel 7. Data Supply 2016 3.28
Tabel 8. Data Demand 2016 3.28
Tabel 9. Capaian indikator kinerja Sasaran 2 3.29
Tabel 10. Perbandingan capaian sasaran 2015-2016 3.30
Tabel 11. Penempatan Formal vs Informal 3.32
Tabel 12. Penempatan TKI berdasarkan Jenis Kelamin 3.32
Tabel 13. Penempatan TKI berdasarkan Provinsi 3.33
Tabel 14. Penempatan TKI 25 Kab/Kota Terbesar 3.33
Tabel 15. Jumlah TKI dalam pembayaran Asuransi dengan Transaksi Non Tunai 3.34
Tabel 16. Tunda Layan Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung Penempatan 3.35
Tabel 17. Kepatuhan Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung Penempatan 3.36
Tabel 18. Penempatan TKI berdasarkan berdasarkan Status Perkawinan 3.36
Tabel 19. Penempatan TKI berdasarkan tingkat pendidikan 3.37
Tabel 20. Penempatan TKI berdasarkan 25 Besar Negara Penempatan 3.37
Tabel 21. Penempatan TKI berdasarkan 25 Jabatan Terbesar 3.38
Tabel 22. Penempatan TKI berdasarkan KLUI 3.38
Tabel 23. Penempatan G to G dan G to P 3.39
Tabel 24. Jumlah Pendaftar Program G to G Jepang 3.39
Tabel 25. Capaian indikator kinerja Sasaran 3 3.40
Tabel 26. Pengaduan yang diselesaikan 3.41
Tabel 27. Pengaduan berdasarkan media pengaduan 3.41
Tabel 28. Pengaduan berdasarkan status pengaduan 3.41
Tabel 29. Pengaduan berdasarkan Provinsi 3.42
Tabel 30. Pengaduan berdasarkan negara penempatan 3.42
Tabel 31. Pengaduan berdasarkan jenis masalah 3.43
Tabel 32. Capaian Sasaran Kegiatan 9 menurunya Permasalahan TKI 3.44
Tabel 33. Kedatangan TKI berdasarkan Debarkasi 3.45
Tabel 34. Kedatangan TKI bermasalah berdasarkan Debarkasi 3.45
No. hal
Tahun 2016 merupakan tahun kedua Kabinet Kerja dan masa perjalanan RPJMN 2015–2019, dan
tahun kedua pula pelaksanaan Rencana Strategis BNP2TKI 2015-2019, dimana telah ditetapkan arah dan tujuan
pembangunan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia. Terdapat 7 (tujuh) sasaran strategis utama
berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai yaitu :
1. Meningkatnya pemanfaatan jobsinfo BNP2TKI dalam alur proses penempatan TKI;
2. Meningkatnya Penempatan TKLN memenuhi syarat kerja dan prosedur berbasis Sistem P2TKI;
3. Meningkatnya Perlindungan sejak Pra, Selama, sampai dengan Pemulangan;
4. Meningkatnya CTKI/TKI Purna yang berwirausaha;
5. Pelayanan Terpadu, Profesional dan Bertanggungjawab, serta pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan dan akuntabel;
6. Citra terbaik untuk lembaga BNP2TKI;
7. Meningkatnya Kompetensi, Integritas APIP dan Penyelengaraan SPIP.
Berdasarkan 7 (tujuh) sasaran strategis utama ditetapkan 11 (sebelas) indikator kinerja utama
dengan 18 (delapan belas) sasaran strategis kegiatan dan 32 (tiga puluh dua) indikator kinerja kegiatan guna
mencapai tujuan yang akan dicapai. Secara umum capaian penyelenggaraan tata kelola pelayanan penempatan
dan perlindungan tenaga kerja Indonesia yang mudah, murah, cepat dan aman, sebagaimana diamanatkan
dalam RPJMN 2015-2019 dan Renstra BNP2TKI 2015-2019 mengambarkan perkembangan yang baik,
meskipun beberapa indikator masih memerlukan kerja keras dan perhatian tidak hanya dari BNP2TKI, namun
juga komitmen dan keterlibatan K/L terkait dan seluruh Stakeholder dalam pelayanan penempatan dan
perlindungan TKI. Adapun tingkat capaian kinerja sasaran BNP2TKI sesuai dengan Penetapan Kinerja Tahun
2016 rata-rata diatas 95% yang dihitung berdasarkan prosentase rata-rata capaian sasaran. Dari 18 kinerja
sasaran ditetapkan, sebanyak “15” sasaran dinyatakan berhasil, dan “3” sasaran belum berhasil mencapai
target. Sasaran yang dinyatakan “berhasil” jika capaiannya > 75% dari target yang telah ditetapkan.
Terobosan yang telah dilakukan BNP2TKI dalam meningkatkan tata kelola pelayanan penempatan dan
perlindungan TKI adalah 1) melalui Program Poros Sentra Pelatihan dan Pemberdayaan di Daerah Perbatasan
dengan layanan terintegrasi, telah diresmikan oleh Ibu Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 viii
Manusia dan Kebudayaan di Nunukan Kalimantan Utara dan dilanjutkan di Entikong, Kalimantan Barat serta
Batam, Tanjung Pinang. 2) mendorong Akses Permodalan untuk Pemberangkatan TKI ke Luar Negeri melalui
Skema Baru KUR bagi TKI, dengan plafon kredit sebesar Rp 4 Trilliun dan Bank pelaksana adalah, BRI, Mandiri,
BNI, Sinarmas dan Maybank Indonesia. 3) Penguatan Fungsi Monitoring dan Pengawasan dalam rangka
meningkatkan perlindungan TKI di luar negeri dengan mengembangkan Sistem Deteksi Dini (early warning
system) dengan uji coba pada negara tujuan penempatan Hongkong.
Guna mengoptimalkan segenap sumber daya dan meningkatkan kinerja BNP2TKI, telah dilakukan
upaya-upaya serta komitmen yang besar dari segenap jajaran BNP2TKI untuk mewujudkan kinerja yang baik
dan memuaskan segenap stakeholder khususnya masyarakat pekerja migran. Untuk itu dilakukan langkah-
langkah perbaikan sebagai berikut: a). Pencegahan TKI Non Prosedural, dalam rangka pencegahan TKI Non
Prosedural telah dilakukan kerjasama dengan Bareskrim POLRI, integrasi rekomendasi paspor sebagai tindak
lanjut Perjanjian Kerjasama dengan Ditjen Imigrasi Kemkumham yang memungkinkan tersaringnya setiap TKI
yang berangkat dan melewati pemeriksaan imigrasi. Kerjasama perlindungan dengan otoritas perbatasan dan
penjagaan yang ketat akan mengurangi penempatan TKI non procedural; b). Konsep Exit Strategy menuju Zero
Informal, Penerapan moratorium diikuti dengan langkah-langkah perbaikan dan antisipasi baik di dalam dan luar
negeri, hal ini untuk menghindari meningkatnya TKI yang berangkat secara non procedural Dalam kaitan
tersebut perlu disusun konsep exit strategy penyelesaian permasalahan TKI pasca kebijakan pemerintah tentang
moratorium penempatan ke Timur Tengah; c). Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan CTKI/TKI,
untuk meningkatkan kemampuan CTKI/TKI dalam pengelolaan keuangan, dilakukan pemberian materi tentang
literasi keuangan di PAP dan BLKLN; d). TKI Pelaut Perikanan, penghentian penempatan TKI Pelaut Perikanan
dilakukan dalam rangka pembenahan untuk perlindungan TKI Pelaut Perikanan; e). Penerapan e-KTKLN,
sebagai tindak lanjut dari Permenaker 7 tahun 2015 tentang e-KTKLN, pada tahun 2017 akan
dilaksanakan kembali penerbitan KTKLN; f). Pengembangan KUR TKI, sebagai bentuk kepedulian pemerintah
terhadap TKI, Pemerintah telah memfasilitasi para CTKI/TKI dengan beberapa perbankan guna mendapatkan
kredit lunak. Kebijakan ini sudah dijalankan dengan realisasi 12.151 TKI dengan jumlah kredit sebanyak Rp
177.329.283.641,00; g). Pemberdayaan TKI di Perbatasan, guna mengurangi dan mencegah penempatan TKI
non prosedural khususnya di daerah perbatasan, telah dikembangkan pemberdayaan TKI di daerah perbatasan
dalam bentuk pelatihan dan penyelesaian dokumen penempatan guna bekerja di luar negeri; h). Pembentukan
Early Warning System, sebagai bentuk peningkatan pelayanan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia di luar
negeri, dikembangkan suatu bentuk deteksi dini terhadap permasalahan TKI; i). Pembayaran Non Tunai, sejalan
dengan fasilitasi KUR TKI dengan melibatkan Perbankan, juga dikembangkan Pembayaran Non Tunai
menggunakan mekanisme perbankan; j). Membangun sistim akuntabilitas yang dapat memberikan informasi-
informasi kinerja di lingkungan BNP2TKI, dengan menggunakan teknologi informasi; k). Merumuskan dan
menetapkan Kinerja Utama yang SMART dengan indikator outcome yang jelas dan mudah untuk diukur tingkat
keberhasilannya; l). Mengembangkan sistim informasi kinerja yang dapat memberikan data kinerja dari semua
unit layanan yang ada dilingkungan BNP2TKI; m). Pembenahan insfratruktur pemerintah dalam mendorong
layanan dan perlindungan kepada TKI yang lebih baik; n). Memperbaiki bisnis proses penempatan dan
perlindungan TKI; dan o). Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI.
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 ix
Untuk mencapai visi BNP2TKI Terwujudnya TKI yang Profesional, Bermartabat dan Sejahtera,
kedepan sangat diperlukan koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan seluruh instansi pemerintah pusat
dan daerah serta seluruh stakeholder terkait dalam penyelenggaraan tata kelola pelayanan penempatan dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia.
Mendukung capaian kinerja tahun 2016 telah dikeluarkan dana sebesar Rp 305.595.453.125,00 atau
81,77% dari pagu sebesar Rp 373.739.846.000,00.
Realisasi
Target
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Capaian
Kinerja %
Kinerja
Meningkatnya Prosentase CTKI pendaftar
pemanfaatan jobsinfo jobsinfo yang berhasil
1 40% 17% 43
BNP2TKI dalam alur ditempatkan.
proses penempatan TKI
Meningkatnya Persentase pemanfatan layanan
Penempatan TKLN SISKOTKLN yang terintegrasi
2 memenuhi syarat kerja oleh pihak terkait dalam proses 70% 60% 85,71
dan prosedur berbasis pra pemberangkatan yang
Sistem P2TKI mudah, cepat, transparan.
Meningkatnya Persentase CTKI/TKI Bermasalah
Perlindungan sejak Pra, yang Tertangani
3 92% 95% 103,26
Selama, sampai dengan
Pemulangan.
Meningkatnya CTKI/TKI Persentase TKI Purna yang
4 34% 63% 185,29
Purna yang berwirausaha. Menjadi Wirausaha
Pelayanan Terpadu, Persentase Unit Layanan Publik
Profesional dan (UPP) dan Layanan Terpadu Satu
Bertanggungjawab, serta Pintu (LTSP) di 50% 54% 108
pengelolaan Keuangan BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang
yang efisien, efektif, mudah, murah dan cepat
transparan dan akuntabel Persentase lembaga yang
5 terintegrasi Sistem Pelayanan
80% 100% 125
P2TKI dalam tata kelola TKI,
termasuk transaksi non tunai
Nilai Capaian Reformasi Birokrasi
85% 84,70% 99,65
BNP2TKI
Opini BPK atas laporan keuangan WTP WTP 100
Citra terbaik untuk Opini Publik terhadap lembaga Baik Cukup
6 68,75
lembaga BNP2TKI BNP2TKI (80) (55)
Meningkatnya Tingkat Kapabilitas APIP Skor 1 2 200
Kompetensi, Integritas
7 Tingkat Kematangan
APIP dan Penyelengaraan Skor 1 3 300
Implementasi SPIP
SPIP.
Tujuh Sasaran Strategis BNP2TKI yang sudah ditetapkan dalam tahun 2016, rata-rata
capaiannya diatas 95%. Pencapaian kinerja sasaran strategis seperti dalam tabel di atas
keberhasilan capaian kinerjanya didukung oleh kinerja dari 18 sasaran kegiatan dengan 31 indikator
kinerja, dengan capaian kinerja seperti dalam tabel dibawah ini:
REALI
NO SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET %
SASI
1 Meningkatnya kerjasama ketenaga Jumlah Dokumen Kerjasama Ketenagakerjaan dan Perlindungan 10 4
kerjaan dan Perlindungan Pekerja Pekerja Migran antara Negara RI dengan Negara Tujuan Dokumen Dokumen 40
Migran dg negara tujuan penempatan Penempatan yang berkontribusi dengan proses penempatan Kerjasama Kerjasama
2 Meningkatnya kesesuaian kualifikasi/ Jumlah negara tujuan penempatan dengan peluang kerja jabatan
10
kompetensi CTKI potensi dengan formal yang sesuai potensi persediaan 2 Negara 20
Negara
permintaan
3 Meningkatnya kesesuaian kualifikasi/ Persentase Padupadan peta Jumlah Kualifikasi/ Kompetensi CTKI
60% 14,95% 24,92
kompetensi CTKI potensi dengan Potensi dengan Permintaan
peluang kerja yang tersedia Persentase CTKI pendaftar job info telah berhasil ditempatkan 40% 17% 43
4 Meningkatnya Penempatan TKLN Persentase TKI yang ditempatkan memiliki dokumen dan 100 78%
78
memenuhi syarat kerja dan prosedur memenuhi standar yang ditetapkan. (300.000) (234.451)
berbasis Sistem P2TKI Prosentase Penempatan TKI Formal yang Memenuhi Syarat 70% 60%
86
Kerja dan Prosedural yang Berbasis Sistem (210.000) (125.176)
5 Meningkatnya pelayanan TKI sejak pra- Cost structure dengan beban tanggungjawab wajar antara TKI,
keberangkatan sampai dengan PPTKIS dan Majikan (Indonesia+Negara Penempatan) 30% 71% 236
kepulangan Persentase proses pelayanan TKI sejak pra-keberangkatan
sampai dengan kepulangan menggunakan transaksi secara non 30% 40% 133
tunai.
6 Meningkatnya kepatuhan lembaga Persentase tingkat kepatuhan lembaga penempatan dan
penempatan dan pendukung pendukung penempatan dalam standar dan ketentuan yang
85% 88% 103
penempatan terhadap standar dan berlaku.
ketentuan yang berlaku
7 Meningkatnya pelayanan penempatan Persentase penempatan yang menggunakan skema G to G dan
100% 100% 100
pemerintah (G to G dan G to P ) G to P berbasis pendaftaran online
8 Pengaduan masalah TKI dilayani, Prosentase pengaduan yang diproses di layanan crisis senter
25% 34,48%% 180
diproses, dan diselesaikan berbasis sistem yang terintegrasi dengan K/L/Perwakilan RI
Persentase TKI telah memiliki akses terhadap fasilitas Early
30% 20% 75
Warning System memanfatkan beragam tools
9 Penguatan Advokasi dan Mediasi dalam Persentase menurunnya permasalahan CTKI/ TKI 25% 6,25% 25
memenuhi hak-hak TKI sejak Pra, Persentase CTKI/TKI bermasalah yang mendapat pendampingan
selama dan purna TKI 100% 70% 84
hukum
10 Meningkatnya kemampuan TKI purna Jumlah pekerja migran/purna yang mendapat edukasi 1.475
1.475 TKI 100
penempatan untuk mengelola pengelolaan keuangan dan wirausaha TKI Purna
keuangan, termasuk mengembangkan Persentase TKI Purna yang Menjadi Wirausaha 34% 63% 185
usaha mikro Persentase terpasilitasi pemulangan dan pemberdayaan
WNIO/TKIB/Pekerja migran bermasalah dalam proses re 30% 20,5% 68,33
integrasi usaha di desa asalnya.
11 Meningkatnya layanan pendampingan Persentase kerjasama dengan lembaga keuangan dan donor
usaha dan akses permodalan dalam rangka menunjang pelaksanaan pembekalan dan 30% 100% 333
penyediaan bantuan modal.
12 Penguatan fungsi pembinaan dan Persentase sistim monitoring perlindungan berbasis informasi unit
30% 37% 123
pengawasan pelaksanaan penempatan intelijen.
dan perlindungan TKI Persentase meningkatnya TKI yang berangkat secara procedural
92% 99% 108
di Kantong TKI non procedural.
13 Tersusunnya Perencanaan yang Prosentase perencanaan anggaran terhadap realisasi
aplikatif dan meningkatnya kualitas 92% 84,15% 93,5
pelaksanaan anggaran
Akuntabilitas Kinerja BNP2TKI; Penilaian AKIP oleh Kementerian PAN dan RB BB BB* 100
14 Pelayanan Terpadu, Profesional dan Prosentase Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) di 2 UPP/ 2 UPP/ 200
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang mudah, murah dan cepat 4 LTSP 3 LTSP (25)
reformasi birokrasi Nilai Capaian Reformasi Birokrasi BNP2TKI 85 84,70% 99,65
15 Terselenggaranya Pengelolaan
keuangan dan pengelolaan Barang milik Opini BPK atas Laporan Keuangan WTP WTP 100
Negara yang tertib dan akuntabel;
16 Diterbitkannya kebijakan yang Persentase peraturan perundang-undangan dan tingkat
100% 100% 100
komprehensif dan aplikatif sesuai kekosongan hukum
kebutuhan / dinamika organisasi dan
Baik Cukup
meningkatnya opini publik terhadap Opini Publik terhadap lembaga BNP2TKI 68,75
(80) (55)
lembaga BNP2TKI;
17 Terselenggaranya layanan system Persentase terintegrasi Sistem Non Tunai pada lembaga
80% 100% 125
informasi P2TKI secara terpadu dan penempatan dalam Tata Kelola TKI
kajian Litbang sebagai masukan
Prosentase rekomendasi hasil kajian yang menjadi kebijakan 9 4 44
kebijakan
18 Meningkatnya Kompetensi, Integritas Tingkat Kapabilitas APIP Skor 1 2 200
APIP dan Penyelengaraan SPIP
Tingkat Kematangan Imple mentasi SPIP Skor 1 3 300
Tingkat pengangguran yang tinggi dan keterbatasan lapangan kerja diperkirakan masih akan
terjadi, hal itu akan menjadi faktor penyebab kondisi kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan yang bersumber
dari pengangguran akan mendorong orang mencari pekerjaan di manapun untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Selama angka pengangguran masih tinggi, maka selama itu juga akan banyak Tenaga Kerja
Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri. Bekerja di luar negeri akan tetap menjadi salah satu alternatif
untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke
luar negeri akan tetap menjadi agenda penting bagi Indonesia, selama masih belum tersedia kesempatan
kerja yang cukup di dalam negeri. Pengiriman TKI ke luar negeri akan tetap menjadi salah satu sarana
untuk mengurangi pengangguran di Indonesia. Bahkan, Bank Dunia telah memproyeksi bahwa Indonesia
membutuhkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk mengakomodasi 15 juta tenaga kerja baru
pada 2020 mendatang.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019, visi
pemerintah yang dijalankan Kabinet Kerja Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla adalah "Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong" dalam Misi
dan Sembilan Agenda Prioritas yang terkait dengan program ketenagakerjaan luar negeri adalah Misi ke 5
yaitu Mewujudkan Bangsa yang Berdaya Saing dan agenda prioritas ke 1 yaitu Menghadirkan kembali
negara untuk melindungi segenap dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara, disamping
itu agenda prioritas lain yang dijalankan adalah membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, memperkuat kehadiran negara
dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya.
Sasaran dan arah kebijakan yang ingin dicapai dalam meningkatkan kuailtas perlindungan warga
negara Indonesia dan badan hukum Indonesia di luar negeri dengan strategi :
1. Peningkatan keberpihakan dilpomasi Indonesia pada WNI/BHI;
2. Pelayanan dan perlidungan WNI/BHI di luar negeri dengan mengedepankan kepedulian dan
keberpihakan;
3. Pelaksanaan perjanjian bilateral untuk memberikan perlidungan bagi WNI/BHI di luar negeri; dan
4. Penguatan konsolidasi penanganan WNI/BHI diantara seluruh pemangku kepentingan terkait melalui
koordinasi dan pembagian tugas yang jelas.
Sasaran dan arah kebijakan yang ingin dicapai terkait agenda melindungi Hak dan Keselamatan
TKI adalah menurunnya jumlah Pekerja Migran/TKI yang menghadapi masalah hukum di dalam dan luar
negeri. Sasaran lainnya adalah :
1. Terwujudnya mekanisme rekrutmen dan penempatan yang melidungi pekerja migran/TKI;
2. Meningkatnya pekerja migran/TKI yang memiliki ketrampilan dan keahlian yang sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja luar negeri;
3. Meningkatnya peran daerah dalam pelayanan informasi pasar kerja dan pelayanan rekrutmen calon
pekerja migran/calon TKI;
4. Tersedianya regulasi yang memberikan perlindungan bagi pekerja migran/TKI.
Sejalan dan selaras dengan Visi dan Misi agenda prioritas serta arah kebijakan umum
pembangunan nasional, maka arah kebijakan dan strategi dalam upaya untuk melindungi hak dan
keselamatan pekerja migran/TKI adalah :
1. Meningkatkan Tata Kelola Penyelenggaraan Penempatan, yaitu melakukan pembenahan,
meningkatkan koordinasi mulai dari penyusunan informasi peluang pasar, diseminasi, penyiapan
program rekruitmen, penerapan kriteria dalam menentukan persyaratan baik dokumen jati diri maupun
pendidikan dan keterampilan untuk mengisi kebutuhan pasar kerja dan pelaksanaan kerjasama hingga
promosi dan mekanisme/proses perlindungannya. Penguatan kelembagaan tata kelola penempatan
pekerja migran harus segera dilakukan sehingga tidak terdapat tumpang tindih wewenang antara
kementerian/lembaga. Selain itu, informasi pekerja migran diluar negeri harus menjadi suatu bagian
yang utuh dalam sistem informasi tenaga kerja. Informasi ini memudahkan perwakilan Pemerintah
diluar negeri melakukan pemantauan;
Perekonomian dan Ketenagakerjaan. Indonesia saat ini masih dikategorikan sebagai negara yang
memiliki kinerja perekonomian yang baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
rata-rata di atas 6 persen, sehingga masuk dalam kelompok negara dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Kinerja perekonomian nasional tidak bisa dilepaskan dengan kondisi dan dinamika lingkungan
strategis internal dan eksternal, seperti kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam negeri; Komunitas
ASEAN (Asean Community) 2015, perkembangan ekonomi politik global, era perdagangan bebas, dan
APEC. Komunitas ASEAN 2015 dalam waktu dekat akan mengintegrasi negara-negara di ASEAN agar
tercipta kekompakan, kesamaan visi satu tujuan, kesejahteraan bersama, dan saling peduli di antara
negara-negara di Kawasan Asia Tenggara. Komunitas ASEAN 2015 yang ditopang tiga pilar yaitu
Komunitas politik dan Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial dan Budaya
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 1.4
ASEAN tersebut, mengharuskan masyarakat Indonesia siap menghadapinya antara lain dari sisi daya
saing ketenagakerjaan.
Kependudukan dan Sumber Daya Manusia. Indonesia sudah mencapai bonus demografi mulai 2010,
dan akan mencapai puncaknya pada sekitar tahun 2020 hingga tahun 2030. Secara konseptual, bonus
demografi adalah proporsi penduduk usia produktif yang sangat besar atau sekitar 69% dari jumlah
penduduk, sedangkan rasio angka ketergantungan (dependency ratio) mencapai titik terendah. Artinya,
pada saat itu jumlah angkatan kerja sangat besar, namun menanggung beban kelompok usia anak dan
lansia yang sangat kecil. Sebagian besar penduduk usia produktif yang ada pada satu hingga tiga dekade
mendatang itu adalah para remaja dan generasi muda saat ini.
Angkatan kerja Indonesia pada Februari 2016 sebanyak 127,7 juta orang, yang bekerja 120,7 juta orang
dan 7,0 juta orang yang menganggur. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2016 sebesar 5,50
persen menurun dibanding TPT Februari 2015 (5,81 persen) dan TPT Agustus 2014 (5,94 persen).
Angkatan kerja yang bekerja paling banyak tingkat pendidikan SMP kebawah yaitu 61,26 persen, menurun
dibandingkan dengan Februari 2015 sebesar 62,92 persen. Sementara yang berpendidikan menengah dan
tinggi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,25 persen poin dan 0,45 persen poin.
Selama setahun terakhir (Agustus 2014–Agustus 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama
di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang (12,77 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu
orang (3,42 persen), dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen).
Penduduk bekerja di atas 35 jam per minggu (pekerja penuh) pada Agustus 2015 sebanyak 80,5 juta
orang (70,12 persen), sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu sebanyak 6,5 juta
orang (5,63 persen). Pada Agustus 2015, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang
berpendidikan SD ke bawah sebesar 44,27 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan
Sarjana ke atas hanya sebesar 8,33 persen.
Pada 2020-2030, diperkirakan 100 penduduk usia produktif akan menanggung 44 orang tak produktif.
Setelah itu, angka ketergantungan penduduk akan naik kembali. Berkaitan dengan hal ini, Chris Manning
mengingatkan bahwa bonus demografi ini kemungkinan besar tidak akan dapat dimanfaatkan oleh
Indonesia melihat rendahnya kualitas penduduk Indonesia baik dari aspek pendidikan maupun
keterampilan. Jika tidak dilakukan aksi sejak sekarang, maka yang akan terjadi bukanlah windows of
opportunity, melainkan door to disaster. Pengangguran akan didominasi oleh penduduk muda dan terdidik
yang dapat mendorong timbulnya sosial unrest dan peningkatan jumlah penduduk miskin. Fenomena
kependudukan yang akan terjadi tiga dekade kedepan ini memerlukan kebijakan pemerintah yang
mempertimbangkan aspek kependudukan.
Problematik Pengangguran. Tingkat pengangguran yang tinggi, dan keterbatasan lapangan kerja,
kedepan diperkirakan masih akan terjadi, dan hal itu akan menjadi faktor penyebab kondisi kemiskinan di
Indonesia. kemiskinan yang bersumber dari pengangguran, akan mendorong orang mencari pekerjaan
di manapun, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini berarti bahwa selama angka pengangguran
masih tinggi, maka selama itu juga akan banyak tenaga kerja Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri.
Dan bekerja di luar negeri akan tetap menjadi salah satu alternatif untuk memperoleh kehidupan yang lebih
Trend Globalisasi Sebagai Peluang. Globalisasi adalah proses menyatunya negara-negara di seantero
dunia. Dalam globalisasi, perdagangan barang dan jasa, perpindahan modal, jaringan transportasi, serta
pertukaran informasi dan kebudayaan bergerak secara bebas ke seluruh dunia seiring dengan meleburnya
batas-batas negara. Disamping itu Globalisasi juga mendorong perpindahan tenaga kerja dari negara yang
satu kenegara lainnya. Seluruh penduduk dunia bebas bergerak meninggalkan tanah airnya menuju
negara lain.
Dampak Positif SebagaI Manfaat. Penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri diketahui telah
memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan negara, di antaranya adalah:
1. Pengurangan pengangguran. Terjadinya pengangguran disebabkan oleh adanya ketimpangan antara
pertumbuhan perekonomian tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja, sehingga belum
mampu menampung angkatan kerja yang setiap tahunnya terus meningkat. Menyadari hal tersebut,
Pemerintah RI telah menetapkan pasar kerja luar negeri sebagai alternatif strategis pilihan untuk
mengatasi masalah pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia;
2. Peningkatan pendidikan masyarakat. Penempatan dan perlindungan TKI juga dapat merangsang
peningkatan pendidikan masyarakat, khususnya bagi keluarga TKI, karena TKI mendapatkan
penghasilan untuk membiayai anak-anak atau keluarganya kejenjang pendidikan yang diinginkan. Hal
ini sangat menguntungkan Negara dan Pemerintah sebab investasi pendidikan merupakan investasi
1.4. Permasalahan
Terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan penanganan serius dalam
penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia, antara lain :
1. Penguatan PPTKIS
Pengawasan dan monitoring kinerja PPTKIS lemah dan pemberdayaan PPTKIS belum berjalan secara
utuh;
2. Lembaga BNP2TKI
a. Tata kelola organisasi BNP2TKI di Pusat dan Daerah dari masing-masing unit perlu disesuaikan
dengan dinamika perkembangan organisasi serta menyelaraskan dengan beban tugas organisasi;
5. Kondisi TKI
a. Pungutan liar dan intimidasi kepada TKI;
b. TKI tidak memenuhi syarat tetap berangkat;
c. Masih banyak TKI Ilegal;
d. Keberadaaan TKI tidak terdeteksi.
Maksud penyusunan LAKIP BNP2TKI tahun 2016 adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala
BNP2TKI kepada Presiden atas pengelolaan anggaran dan pelaksanaan program/kegiatan dalam rangka
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Adapun tujuan penyusunan LAKIP adalah untuk menilai
dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran BNP2TKI.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan beberapa rekomendasi yang dapat
menjadi salah satu masukan dalam menetapkan kebijakan dan strategi yang akan datang, sehingga dapat
meningkatkan kinerja pembangunan penempatan dan perlindungan TKI.
Berdasarkan Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER.10/KA/IV/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
BNP2TKI, tugas BNP2TKI adalah membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan sebagian urusan
pemerintahan di bidang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri secara
terkoordinasi dan terintegrasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut BNP2TKI menyelenggarakan fungsi:
1) Pelaksanaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri atas dasar perjanjian secara tertulis
antara Pemerintah dengan Pemerintah Negara Pengguna Tenaga Kerja Indonesia atau Penguna
berbadan hukum di negara tujuan penempatan;
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BNP2TKI dibantu oleh unit eselon I sebagai berikut:
1) Sekretariat Utama (Settama) yaitu unsur pembantu yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama
dan bertugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BNP2TKI. Susunan organisasi Settama
terdiri dari:
a. Biro Perencanaan dan Administrasi Kerjasama;
b. Biro Organisasi dan Kepegawaian;
c. Biro Keuangan dan Umum;
d. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat.
2) Inspektorat, yaitu unsur pengawasan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
BNP2TKI dan secara adminsitrasi dikoordinir oleh Sekretaris Utama. Inspektorat dipimpin oleh
seorang Inspektur. Susunan organisasi Inspektorat terdiri dari:
a. Subbagian Tata Usaha;
b. Kelompok Jabatan Fungsioanal Auditor.
4) Deputi Bidang Kerjasama Luar Negeri dan Promosi (Deputi I) yaitu unsur pelaksana dalam
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis dibidang penempatan dan
perlindungan Tenaga Kerja Indonesia untuk kerjasa sama billateral, regional dan multilateral di tingkat
pertemuan pejabat tinggi, menteri dan kepala negara/pemerintah dan organisasi internasioanal,
pemetaan dan harmonisasi kualitas Tenaga Kerja Luar Negeri serta Promosi. Deputi I dipimpin oleh
seorang Deputi.
Susunan organisasi Deputi I terdiri dari:
a. Direktorat Kerjasama Luar Negeri;
b. Direktorat Pemetaan dan Harmonisasi Kualitas TKLN I;
c. Direktorat Pemetaan dan Harmonisasi Kualitas TKLN II;
d. Direktorat Kerjasama Promosi.
5) Deputi Bidang Penempatan (Deputi II) yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis kerjasama dan verifikasi penyiapan dokumen, sosialisasi dan
kelembagaan penempatan, penyiapan dan pembekalan serta pelayan penempatan pemerintah.
Deputi II dipimpin oleh seorang Deputi. Susunan organisasi Deputi II terdiri dari:
a. Direktorat Kerjasama Verifikasi Pelayanan Dokumen;
b. Direktorat Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan;
c. Direktorat Penyiapan dan Pembekalan Pemberangkatan;
d. Direktorat Pelayanan Penempatan Pemerintah.
6) Deputi Bidang Perlindungan (Depuit III), yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis pelayanan pengaduan, mediasi dan advokasi, pemberdayaan serta
pengamanan dan pengawasan untuk perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Deputi III dipimpin oleh
seorang Deputi. Susunan organisasi Deputi III terdiri dari:
a. Direktorat Pelayanan Pengaduan;
b. Direktorat Mediasi dan Advokasi;
c. Direktorat Pemberdayaan;
d. Direktorat Pengamanan dan Pengawasan.
Jumlah pegawai di BNP2TKI (Pusat dan UPT) s. d tanggal 31 Desember 2016 mencapai 1.696
orang, terdiri dari PNS sebanyak 929 orang dan Honorer sebanyak 767 orang.
PNS
NON PNS
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Honorer BNP2TKI Tahun 2016, dengan rincian sebagai berikut:
1) Jumlah pegawai menurut unit kerja Eselon I (Pusat) : Sekretariat Utama 196 orang (PNS
138 orang dan Honorer 58 orang), Deputi Bidang Kerjasama Luar Negeri dan Promosi 67 orang,
Settama
Deputi I
Deputi II
Deputi III
Inspektorat
UPT Daerah
2) Jumlah PNS BNP2TKI sebanyak 929 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 513 orang dan perempuan
sebanyak 416 orang;
3) Dirinci menurut golongan: Golongan IV sebanyak 116 orang, Golongan III sebanyak 7 3 7 orang,
Golongan I I sebanyak 7 2 orang, dan Golongan I sebanyak 4 orang.
Gol. I
Gol. II
Gol. III
Gol. IV
4) Dirinci menurut jabatan, jabatan Eselon I sebanyak 5 orang, jabatan Eselon II sebanyak 17 orang,
jabatan Eselon III sebanyak 72 orang, jabatan Eselon IV sebanyak 197 orang, jabatan Eselon V
sebanyak 4 orang, jabatan fungsional 42 orang, dan pelaksana/staf sebanyak 592 orang.
Eselon I
Eselon II
Eselon III
Eselon IV
Eselon V
Fungsional
Staf
S-3
S-2
S-1
D-3
SLTA
SLTP
SD
Laporan Akuntabiltas Kinerja BNP2TKI Tahun 2016 mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Akuntabiltas Kinerja ini bertujuan menginformasikan capaian kinerja BNP2TKI selama Tahun
2016. Capaian Kinerja (Performance Results) 2016 tersebut dibandingkan dengan Penetapan Kinerja
(Performance Plan) BNP2TKI Tahun 2016 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi.
1) Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini berisi ringkasan secara menyeluruh LAKIP BNP2TKI;
2) Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan LAKIP,
tugas dan fungsi organisasi dan keragaan SDM BNP2TKI;
3) Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, pada bab ini berisi perencanaan strategis
BNP2TKI 2015-2019 dan penetapan kinerja tahun 2016;
4) Bab III Akuntabilitas Kinerja, pada bab ini berisi hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis
capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan BNP2TKI tahun 2016;
5) Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan kesimpulan menyeluruh dari LAKIP BNP2TKI dan
rekomendasi perbaikan kinerja ke depan;
6) Lampiran.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi pada Kabinet Kerja Tahun 2015-2019 yang
terkait dengan pelaksanaan kegiatan BNP2TKI yaitu :
1. “Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia Yang Tinggi, Maju Dan Sejahtera”
2. “Mewujudkan Bangsa Yang Berdaya Saing”
Selaras dengan misi Presiden tersebut, dalam Rencana Stratgis BNP2TKI terkandung maksud bahwa
Misi yang diemban BNP2TKI :
1. Zero TKI Informal, Seluruh TKI yang dikirimkan ke LN berstatus tercatat sebagai TKI dan
dipekerjakan pada sektor formal. Target juga mencakup beralihnya seluruh TKI ilegal yang
dipersiapkan kembali menjadi TKI legal pada sektor formal;
2. Pra Keberangkatan TKI rata-rata 1 Bulan, Tersedianya layanan yang cepat dan mudah sejak
pengurusan administrasi, pembekalan TKI, persiapan keberangkatan hingga keberangkatan TKI
menuju negara penempatan;
3. Dua bulan gaji biaya maksimal TKI, Meminimalkan biaya persiapan dan pemberangkatan yang
menjadi beban TKI sehingga menjadi sebesar-besarnya 2 bulan gaji TKI bersangkutan;
4. Remitansi TKI Meningkat 3 kali lipat, Meningkatkan nilai pengiriman uang TKI dari negara
penempatan menjadi 3 x lipat dari nilai saat ini sebesar Rp. 70 Triliun/Tahun;
5. Perlindungan utuh di 4 (empat) Tahapan, TKI mendapatkan jaminan dan akses perlindungan sejak
di tahap pra-keberangkatan, masa bekerja, kepulangan hingga tahap pemberdayaan;
Adapun Tujuan dalam Rencana Startegis BNP2TKI tahun 2015 – 2019 adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya TKI yang Profesional, Bermartabat dan Sejahtera;
2. Mengarustamaan tata kelola pemerintahan yang baik.
Sasaran Strategis BNP2TKI adalah suatu Outcome yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh
BNP2TKI dalam jangka waktu lima tahun Rencana Strategis. Adapun Sasaran Strategis yang tertuang
dalam Rencana Strategis BNP2TKI tahun 2015-2019 terdiri dari :
a. Meningkatnya pemanfaatan jobsinfo BNP2TKI dalam alur proses penempatan TKI;
b. Meningkatnya Penempatan TKLN memenuhi syarat kerja dan prosedur berbasis Sistem P2TKI;
c. Meningkatnya Perlindungan sejak Pra, Selama, sampai dengan Pemulangan;
d. Meningkatnya CTKI/TKI Purna yang berwirausaha;
e. Pelayanan Terpadu, Profesional dan Bertanggungjawab, serta pengelolaan Keuangan yang efisien,
efektif, transparan dan akuntabel;
f. Citra terbaik untuk lembaga BNP2TKI;
g. Meningkatnya Kompetensi, Integritas APIP dan Penyelengaraan SPIP.
Tabel 1. Sasaran Srategis dan Indikator Kinerja Utama BNP2TKI tahun 2015-2019
Citra terbaik untuk lembaga BNP2TKI Opini Publik terhadap lembaga BNP2TKI Baik
Meningkatnya Kompetensi, Integritas APIP dan Tingkat Kapabilitas APIP Skor 1
Penyelengaraan SPIP
Tingkat Kematangan Implementasi SPIP Skor 1
Perjanjian Kinerja BNP2TKI tahun 2016 diimplementasikan dalam satu Program Peningkatan Fasilitasi
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dengan 18 (delapan belas) Sasaran Kegiatan yaitu:
1) Program Peningkatan Fasilitasi Penempatan dan Perlindungan TKI Bidang KLN dan Promosi.
Tujuan : meningkatnya penempatan dan perlindungan TKI untuk kerjasama bilateral, regional dan
multilateral di tingkat pertemuan pejabat tinggi, Menteri dan Kepala Negara/Pemerintah serta
organisasi internasional, pemetaan dan harmonisasi kualitas tenaga kerja luar negeri serta
promosi. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a) Peningkatan Kerjasasama Luar negeri;
b) Peningkatan Pemetaan dan Harmonisasi Kualitas Tenaga Kerja Luar Negeri I;
c) Peningkatan Pemetaan dan Harmonisasi Kualitas Tenaga Kerja Luar Negeri II;
d) Peningkatan Promosi TKI ke negara penempatan.
2) Program Peningkatan Fasilitasi Penempatan dan Perlindungan TKI Bidang Penempatan.
Tujuan : meningkatnya kerjasama dan verifikasi penyiapan dokumen, sosialisasi dan kelembagaan
penempatan, penyiapan pembekalan pemberangkatan serta pelayanan penempatan
pemerintah. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan:
Delapan belas sasaran kegitan tersebut diatas dengan indikator sebagai berikut:
Pengelolaan capaian kinerja BNP2TKI tahun 2016 sudah baik, hal ini ditandai dengan capaian
sasaran strategis. BNP2TKI telah meningkatkan efektifitas organisasi, antara lain sudah ada sistem yang
berkelanjutan, inovasi baru dan penggunaan teknologi informasi (IT) untuk pengelolaan organisasi dan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan segenap stakeholder.
Pengelolaan kinerja BNP2TKI secara umum dengan menggunakan Sistim Pelaporan Berbasis Web;
www.spbw.bnp2tki.go.id, sedangkan informasi kinerja pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja
Indonesia melalui www.infokerja-bnp2tki.org, http://siskotkln.bnp2tki.go.id, http://sipendaki.bnp2tki.go.id,
http://halotki.bnp2tki.go.id dan http://dw.bnp2tki.org. Dengan dikembangnkannya peningkatan kualitas
pelayanan melalui “online system” ini, maka perkembangan informasi data kinerja akan dapat dilihat oleh
pimpinan atau seluruh stakeholder secara real time dan update setiap saat.
Keberhasilan pelaksanaan tata kelola penyelenggaraan pelayanan penempatan dan perlindungan
tenaga kerja Indonesia yang baik, tidak terlepas dari sistem online yang sudah dilaksanakan dan terus
dikembangkan dengan mengintegrasikan dengan seluruh instansi pusat dan daerah, perwkilan RI di luar negeri
serta seluruh stakeholder yang terkait dengan tata kelola penyelenggaraan pelayanan penempatan dan
perlindungan TKI. Disisi lain perlu didukung dengan regulasi yang jelas guna menjembatani tugas dan fungsi
dari masing-masing pihak, baik pemerintah maupun swasta, dengan kewenangan yang jelas serta komitmen
yang kuat dari semua pihak, guna mewujudkan tata kelola penyelenggaran pelayanan penempatan dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman, demi terwujudnya
tenaga kerja Indonesia yang berkualitas, bermartabat dan sejahtera.
Terobosan yang telah dilakukan BNP2TKI dalam meningkatkan tata kelola pelayanan penempatan
dan perlindungan TKI adalah sebagai berikut:
a. Peresmian Program Poros Sentra Pelatihan dan Pemberdayaan di Daerah Perbatasan dengan layanan
terintegrasi, telah diresmikan oleh Ibu Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan di Nunukan Kalimantan Utara dan dilanjutkan di Entikong, Kalimantan Barat serta Batam,
Tanjung Pinang;
b. Mendorong Akses Permodalan untuk Pemberangkatan TKI ke Luar Negeri melalui Skema Baru KUR
bagi TKI, dengan plafon kredit sebesar Rp 4 Trilliun dan Bank pelaksana adalah, BRI, Mandiri, BNI,
Sinarmas dan Maybank Indonesia;
c. Penguatan Fungsi Monitoring dan Pengawasan dalam rangka meningkatkan perlindungan TKI di luar
negeri dengan mengembangkan Sistem Deteksi Dini (early warning system) dengan uji coba pada negara
tujuan penempatan Hongkong.
Proses penghitungan kinerja menggunakan Informasi Indikator Kinerja (IIK) yang telah ditetapkan
sebelumnya, serta menilai capaian kinerja dari kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian kinerja
program. Koordinasi proses penghitungan dilakukan oleh para pengelola kinerja setiap sasaran strategis
sesuai dengan tanggung jawabnya.
Sedangkan capaian 18 (delapan belas) sasaran kegiatan dengan 31 (tiga puluh satu) indikator dalam
mendukung capaian IKU BNP2TKI Tahun 2016 sebagai berikut:
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Renstra BN2TKI tahun 2015-2019 yang di dalamnya memuat
tujuh sasaran dengan sebelas indikator keberhasilannya, telah dijadikan panduan dalam penyusunan rencana
kinerja dan penetapan kinerja tahunan BNP2TKI. Penjelasan prestasi kinerja BNP2TKI sepanjang tahun 2016
sebagaimana pada uraian berikut:
3.4.1.1. Sasaran 1: Meningkatnya Pemanfaatan Jobsinfo BNP2TKI dalam alur proses penempatan TKI.
Prestasi capaian sasaran ini dinilai dari indikator Prosentase CTKI pendaftar jobsinfo yang berhasil
ditempatkan/bekerja di luar negeri sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja pada Sasaran Meningkatnya pemanfaatan jobsinfo BNP2TKI.
Jobsinfo (jobsinfo.bnp2tki.go.id) merupakan tools online yang digunakan untuk memfasilitasi demander
dan supplier agar dapat lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat dalam melakukan posting peluang kerja dan
pendaftaran bagi calon pencari kerja luar negeri. Portal job ini ditargetkan dapat memberikan kontribusi
setidaknya sebesar 40% dari target penempatan nasional sebesar 210.000 (70% dari target total penempatan).
Kontribusi ini ditetapkan sebagai salah satu Indikator Kinerja Utama BNP2TKI. Adapun pencapaian IKU hingga
akhir tahun 2016 mencapai 17% didapat dari jumlah yang terdaftar di jobsinfo (36.145 CTKI) dibandingkan
dengan target penempatan tahun 2016 (210.000 TKI), tapi apabila dibandingkan dengan target IKU 2016, 40%
(84.000 TKI), maka capaiannya sebesar 43%.
Penurunan persentase CTKI pendaftar jobsinfo yang berhasil ditempatkan sebesar 47% bila
dibandingkan dengan tahun 2015, hal tersebut disebabkan kurangnya sosialisasi Jobs Info kepada para
Pencaker dan User baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
3. BNP2TKI dengan Aims Indonesia Macau Administracao Limitada (Aims Indonesia Macau
Management Limited)
Memorandum Of Understanding Between The National Board For Placement And Protection Of Indonesian
Overseas Workers And Aims Indonesia Macau Administracao Limitada (Aims Indonesia Macau Management
Limited) On The Facilitation And Protection Of Indonesian Overseas Workers In Macau Special
Administrative Region Of The People’s Republic Of China, fasilitasi dan perlindungan TKI;
Jika dilihat perbandingan dari tahun 2010 dengan 15 negara, 9 draft Kesepakatan/MoU, Tahun 2011
dengan 13 negara, 13 draft kesepakatan/MoU, tahun 2012 dengan 16 negara, 5 MoU, tahun 2013 dengan 15
negara, 8 dokumen kerjasama dan Tahun 2014 dengan 15 negara 8 dokumen kerjasama, maka tahun 2015
capaian 6 negara dengan 11 dokumen kerjasama, sedangkan tahun 2016 terealisasi sebanyak 4 dokumen
kerjasama. Sebagai gambaran dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
20
15
Target Negara
10 Realisasi
Target Dokumen Kerjasama
5
Realisasi
0
2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 7. Grafik Perkembangan Jumlah Negara yang bekerjasama Tahun 2012 s/d 2016
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 1.27
Indikator Sasaran Kegiatan 2 yang mendukung pencapaian Sasaran Strategis 1 adalah Jumlah
negara tujuan penempatan dengan peluang kerja jabatan formal yang sesuai potensi persediaan, yang dalam
tahun 2015 dengan target 10 negara terealisir sebanyak 2 negara. Target sasaran kegiatan ini tidak tercapai
dikarenakan adanya efisiensi dan kebijakan penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah dalam tahun
2016, yang berdampak pada pemotongan anggaran pada pelaksanaannya.
Adapun potensi peluang kerja dalam tahun 2016 sebanyak 77.589 peluang kerja bagi TKI Profesional
yang didapatkan sebagai hasil dari kegiatan Pengembangan Kerjasama Regional dan Lembaga Internasional;
Penjajakan Kerjasama Luar Negeri bidang Ketenagakerjaan; Promosi TKI ke Pengguna Akhir melalui Pameran,
EXPO dan Job Fair . Data persediaan tenaga kerja tahun 2016 sebanyak 181.559 orang.
3.2 Persentase CTKI pendaftar jobinfo telah berhasil ditempatkan dengan target 40%. Pada tahun 2016
realisasinya sebesar 17% sehingga capaiannya sebesar 43% sebagaimana uraian tabel 6.
3.4.1.2. Sasaran 2: Meningkatnya Penempatan TKLN memenuhi syarat kerja dan prosedur berbasis Sistem
P2TKI.
Prestasi capaian sasaran ini dinilai dari indikator Persentase pemanfatan layanan SISKOTKLN yang
terintegrasi oleh pihak terkait dalam proses pra pemberangkatan yang mudah, cepat, transparan. Capaian
pada sasaran ini juga digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan Deputi Bidang Penempatan dalam
memfasilitasi penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri.
Yang dimaksud dengan persentase dari indikator ini adalah persentase TKI formal yang berhasil ditempatkan.
Tahun 2015 sebanyak 300.000 TKI, formal 60% atau 180.000 TKI dengan realisasi 152.394 TKI atau (84,66%)
dan tahun 2016 target penempatan sebayak 300.000 TKI, formal 70% atau 210.000 TKI dengan realisasi
sebanyak 125.176 TKI atau (59,61%). Realisasi penempatan TKI sudah terdata dalam SISKOTKLN BNP2TKI.
Guna memudahkan memvalidasi data diri TKI di semua Embarkasi, Debarkasi maupun Perwakilan
RI, maka dikembangkan e-KTKLN pengganti Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN). Dengan demikian
dalam tahun 2016 integrasi data SISKOTKLN dengan e-KTKLN secara keseluruhan sebanyak sebanyak
234.451 TKI, dengan rincian formal 125.176 TKI dan informal 109.275 TKI. Atas dasar ini maka capaian
kinerja sasaran ini mencapai 78% dari target tahun 2016 sebesar 100%, dengan alasan semua penempatan
sudah terdata dan terintegrasi dalam SISKOTKLN sebanyak 234.451 TKI dari target penempatan tahun 2016
sebanyak 300.000 TKI.
Persentase pemanfaatan layanan SISKOTKLN yang terintegrasi oleh pihak terkait mengalami
penurunan sebesar 29,59% dari perbandingan realisasi tahun 2016 dengan tahun 2015 dikarenakan target
pada tahun 2016 mengalami kenaikan 16,67% dari tahun 2015.
Target penempatan secara keseluruhan sebesar 300.000 TKI untuk tahun 2016 tidak tercapai dikarenakan
terus dilakukannya perbaikan terhadap sistem penempatan dan kualitas TKI yang akan ditempatkan, sehingga
hanya TKI yang benar-benar siap untuk bekerja di luar negeri yang akan diberangkatkan, dan yang lebih
mempengaruhi adalah disebabkan moratorium terhadap negara-negara penempatan TKI khususnya negara-
negara kawasan Timur Tengah.
Integrasi Data yang sudah berjalan saat ini dengan K/L, Perwakilan RI dan Disnaker Prop/Kab/Kota
serta Lembaga Penempatan, seperti:
a) Integrasi data dengan SIAK Ditjen Dukcapil-Kemendagri untuk Pemanfaatan NIK sebagai basis data
Penempatan dan Perlindungan TKI;
b) Integrasi data dengan SIMKIM Ditjen Imigrasi-Kemenhumham untuk pemanfaatan data Paspor,
Keberangkatan dan Kepulangan TKI;
c) Integrasi pelayanan dengan 25 Disnaker Propinsi dan 265 Disnaker Kab/Kota dalam proses SPR,
Registrasi Calon TKI dan Rekomendasi Paspor TKI;
d) Integrasi data dengan 11 Perwakilan RI yaitu KDEI Taiwan, KJRI Hongkong, KBRI Singapura, KBRI
Kuala Lumpur, KBRI Kuwait, KBRI Brunei DS, KJRI Penang, KJRI Kota Kinabalu, KJRI Johor Bahru,
KJRI Kuching, KRI Tawau, untuk pemanfaatan data Job Order (JO) , endors Perjanjian Kerja (PK) dan
perpanjangan PK TKI;
4.1 Persentase TKI yang memiliki dokumen dan memenuhi standar yang ditetapkan dengan target 300.000
TKI dengan realisasi penempatan sebanyak 234.451 TKI atau 78 %;
4.2 Persentase Penempatan TKI Formal yang Memenuhi Syarat Kerja dan Prosedural yang Berbasis Sistem
dengan target 210.000 TKI atau 70% dari jumlah target penempatan, sedangkan realisasi jumlah
penempatan tahun 2016 TKI formal sebanyak 125.176 TKI atau 60% dari jumlah penempatan atau 42%
dari target penempatan tahun 2016 sebanyak 300.000 TKI, dan informal sebanyak 109,275 orang (48%).
Perbandingan realisasi tahun 2016 dan 2015 mengalami penurunan sebesar 18%. Penurunan ini
disebabkan oleh pemahaman masyarakat terkait dengan dokumen TKI terabaikan sehingga banyak calon
TKI yang menempuh jalur unprosedural. Sampai saat ini masih menjadi perhatian serius oleh seluruh
stakeholder dalam tata kelola pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia sehingga
perlu upaya-upaya yang harus dilakukan BNP2TKI antara lain melalui sosialisasi, koordinasi, perbaikan
sistem penempatan, peningkatan kualitas CTKI melalui peningkatan kompetensi, dan lain-lain.
Sebagai data tambahan dibawah ini disampaikan data-data penempatan TKI tahun 2011 s/d
2016 berdasarkan data yang tercatat pada SISKOTKLN sebagai berikut :
Tabel 14. Penempatan TKI berdasarkan 25 Kab/Kota Terbesar Tahun 2011 s/d 2016
Dari tabel diatas dapat dilihat Provinsi yang memberikan kontribusi penempatan TKI terbesar adalah
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Lampung. Berdasarkan Kab.Kota
yang terbanyak mengirimkan tenaga kerjanya adalah Lombok Timur, Indramayu, Lombok Tengah, Cirebon dan
Cilacap.
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 1.33
Indikator Sasaran Kegiatan 5 yang juga mendukung Sasaran Strategis 2 yaitu :
5.1 Persentase Lembaga Keuangan yang terlibat dalam pembiayaan TKI Terintegrasi SISKOTKLN dengan
Transaksi Non Tunai sesuai data dari Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN)
terdapat 3 lembaga keuangan yang terlibat dalam pembiayaan TKI terintegrasi SISKOTKLN dengan
Transaksi Non Tunai dalam pelayanan penempatan dan perlindungan TKI. Lembaga keuangan tersebut
yaitu Bank BRI, Bank BNI dan Bank Mandiri. Sehingga persentase lembaga keuangan yang terlibat
dalam pembiayaan TKI telah mencapai 100% dari target persentase Tahun 2016 sebesar 30%.
Tabel 15. Jumlah TKI dalam pembayaran Asuransi dengan Transaksi Non Tunai
Jumlah Transaksi Jumlah TKI Jumlah Pembayaran (Rp.)
No Perbankan
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 BANK MANDIRI 10,856 47.927 70,550 290.110 14,134,180,000 60.981.450.000
BANK NEGARA
2 1,698 7.470 10,078 41.430 1,858,310,000 8.632.440.000
INDONESIA
BANK RAKYAT
3 3,412 12.664 18,101 58.536 3,813,130,000 12.890.340.000
INDONESIA
Total 15,966 68.061 98,729 390.076 19,805,620,000 82.504.230.000
Pelaksanaan transaksi non tunai pada tahun 2016 meliputi pembayaran asuransi TKI, pemeriksaan
kesehatan CTKI di Sarana Kesehatan, pendidikan dan pelatihan CTKI di BLKLN dan Uji Kompetensi, hal
ini dilakukan guna mencegah pungutan-pungutan yang tidak semestinya. Pelaksanaan pembayaran non
tunai dalam pelayanan penempatan dan perlindungan TKI merupakan program terobosan dalam Renstra
tahun 2015 – 2019, guna mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pelayanan
penempatan TKI.
5.2 Persentase proses pelayanan TKI sejak pra - keberangkatan sampai dengan kepulangan menggunakan
transaksi secara non tunai. Kebijakan pelayanan keuangan berupa transaksi non tunai akan diberlakukan
dalam proses penempatan TKI. Pelayanan yang menggunakan transaksi non tunai yaitu pembayaran
asuransi, pemeriksaan kesehatan, pelatihan, uji kompetensi, pembuatan paspor. Transaksi non tunai saat
ini yang sudah berjalan yaitu pembayaran asuransi dan biaya pemeriksaan kesehatan. Sehingga
persentase capaian kinerja sebesar 40%. Hal ini berarti proses pelayanan TKI sejak pra-keberangkatan
sampai dengan kepulangan menggunakan transaksi secara non tunai berhasil.
Berdasarkan Data SISKOTKLN Lembaga Penempatan; PPTKIS dari total jumlah 496 PPTKIS yang
sudah terintegrasi dengan SISKOTKLN, yang melakukan proses transaksi non tunai sebanyak 450
PPTKIS atau 90,73%. Terjadi selisih sebanyak 46 PPTKIS tidak melakukan transaski non tunai hal ini
disebabkan karena tidak melakukan proses penempatan. Seluruh lembaga penempatan (PPTKIS) telah
menggunakan Sistem Non Tunai yang terkoneksi dengan SISKOTKLN.
Tabel 16. Rekapitulasi tunda layan lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan
2015 2016
No Lembaga Cabut Cabut
Tunda Jumlah Tunda Jumlah
Tunda Total Tunda Total
Layan Lembaga Layan Lembaga
Layan Layan
1 PPTKIS 182 13 195 496 28 34 64 496
2 BLKLN 96 25 121 418 9 16 25 449
3 SARKES 4 10 10 157 14 8 22 92
4 LSP 3 0 3 7 0 0 0 8
200
180
160
140
120
TAHUN 2015
100
TAHUN 2016
80
60
40
20
0
PPTKIS BLKLN SARKES LSP
Gambar 10. Grafik. Rekap Tunda Layan Lembaga Penempatan & Lembaga Pendukung
Untuk menjawab Sasaran 2 yaitu meningkatnya kepatuhan lembaga penempatan dan lembaga
pendukung penempatan terhadap standar dan ketentuan yang berlaku dengan presentasi lembaga
penempatan dan lembaga pendukung penempatan yang mematuhi standar pelayanan dengan target 85 %.
Berdasarkan data dari hasil Tunda Layan BNP2TKI, Tahun 2016 terdapat 64 lembaga penempatan (PPTKIS)
yang mendapatkan tunda layan dari total 496 PPTKIS. Berarti terdapat 432 PPTKIS atau 87,10 % yang tidak
mendapatkan tunda layan. Sehingga tingkat kepatuhan lembaga penempatan terhadap standar dan ketentuan
yang berlaku Tahun 2016 sebesar 87,10%, Sedangkan lembaga pendukung penempatan mendapatkan tunda
layan pada Tahun 2016 yaitu terdapat 25 BLKLN dari total 449 BLKLN, 22 Sarkes dari total 92 Sarkes, dan 0
LSP dari total 8 LSP. Dari jumlah tersebut jumlah lembaga pendukung penempatan (BLKLN, SARKES, LSP)
yang mematuhi standar dan ketentuan yang berlaku tahun 2016 sebesar 90,17%.
2015 2016
Total Total %
No Lembaga Jumlah % Tidak % Jumlah % Tidak
Tunda Tunda Kepat
Lembaga Patuh Kepatuhan Lembaga Patuh
Layan Layan uhan
Pembinaan Lembaga Penempatan Tahun 2016 telah dilaksanakan di 3 (tiga) wilayah yaitu
Semarang, Malang, dan Jakarta dengan sebanyak 496 PPTKIS seluruh Indonesia. Kegiatan pengendalian
PPTKIS merupakan tindaklanjut dari penilaian kinerja/rating PPTKIS. Penilaian kinerja/Rating PPTKIS dan
BLKLN telah dilaksanakan pada 2012 sd 2016 dengan hasil, sebanyak 387 PPTKIS mendapatkan nilai baik.
Pembinaan Lembaga Pendukung Penempatan Tahun 2016 telah dilaksanakan kepada 243 BLKLN dari 449
BLKLN seluruh Indonesia. Pelaksanaan kegiatan tidak bisa maksimal karena lembaga penempatan (PPTKIS)
dan lembaga pendukung penempatan (BLKLN) vakum/tidak ada aktivitas terkendala dengan kebijakan
Moratorium penempatan TKI kawasan Timur Tengah, perubahan kebijakan secara cepat, tidak tersampaikan
informasi kepada stakeholder, revisi anggaran, sumber daya manusia dan waktu pelaksanaan kegiatan yang
terbatas sehingga tidak bisa menjangkau seluruh stakeholder terkait.
Penempatan TKI dilihat dari status perkawinan, dari penempatan tahun 2016 yang sudah menikah
sebanyak 120.510 orang atau 51%, Cerai sebanyak 18.682 orang atau 8% dan yang belum menikah sebanyak
95.259 orang atau 41%.
Tabel 18. Penempatan TKI berdasarkan Status Perkawinan 2011 s/d 2016
Tabel 19. Penempatan TKI berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 s/d 2016
Penempatan tenaga kerja Indonesia tahun 2016 terdapat di 145 negara penempatan kawasan Asia
Pacifik, Timur Tengah dan Afrika, Eropa dan Amerika, sedangkan tenaga kerja Indonesia bekerja pada 600
jabatan. Adapun dua puluh lima Negara terbesar penempatan tenaga kerja Indonesia dan 25 jabatan terbesar
yang diduduki oleh tenaga kerja Indonesia sebagai berikut :
Tabel 21. Penempatan TKI berdasarkan 25 JabatanTerbesar Tahun 2011 s/d 2016
Penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri berdasarkan Kelompok Lapangan Usaha Indonesia
(KLUI), kelompok lapangan usaha yang paling banyak diisi oleh TKI adalah 1) Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan sebanyak 126.846 orang atau 54%, 2) Industri Pengolahan/Manufacture sebanyak 53.641 orang
atau 23%, 3) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebanyak 35.351 orang atau 15%, 4)
Bangunan/Konstruksi sebanyak 9.439 orang atau 4%, dan 5) Perdagangan, Restoran dan Hotel sebanyak 6.823
orang atau 3%. Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel 22. Penempatan TKI berdasarkan KLUI Tahun 2011 s/d 2016
Kalau dilihat dari target indikator sasaran kegiatan ini yaitu sebesar 10.000, realisasi sebanyak 5.941 TKI atau
dengan capaian kinerjanya 59,41% dari jumlah target yang ditetapkan. Realisasi ini baik dari penempatan ke
Jepang 279 orang dan ke Korea Selatan sebanyak 5.662 orang.
Penempatan G to G ke Korea pada tahun 2016 dilakukan secara online dengan jumlah pendaftar
4.554 orang. Dari jumlah tersebut yang mengikuti ujian EPS-TOPIK sebanyak 4.479 orang dan yang lulus
sebanyak 3.748 orang.
Dari sisi pelayanan, sistem online ini telah mencapai pelayanan 100%. Pada tahun 2015 sebanyak 5.505
orang, hal ini disebabkan karena terjadi pengurangan Kuota yang diberikan oleh Pemerintah Korea Selatan
karena BNP2TKI telah melakukan moratorium untuk penempatan TKI Fishing ke Korea (sebesar 1600 orang).
Tahun 2016 penempatan TKI ke Korea sebanyak 5.662 orang dari Kuota 4.400 orang sehingga realisasi
penempatan TKI ke Korea mencapai 128,68% dari jumlah kuota.
Penempatan TKI ke Jepang program G to G menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 2014 telah
ditempatkan sebanyak 187 orang TKI menjadi pada tahun 2015 sebanyak 282 orang TKI (reguler 278 orang
TKI dan reentry 4 orang TKI), mengalami peningkatan sebesar 95 orang TKI (kenaikan 50,80%) dan untuk
tahun 2016 sebanyak 279 TKI yang diberangkatkan dari kuota 348.
Pada tahun 2016, Program G to G ke Jepang memasuki tahun ke-10 penempatan bagi kandidat
Nurse dan kandidat Careworker Program G to G ke Jepang untuk ditempatkan pada tahun 2017. Untuk
penempatan tahun 2017, Indonesia mendapat jumlah kuota penempatan sebanyak 342 (tiga ratus empat puluh
dua) orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 24. Jumlah Pendaftar Program G to G ke Jepang Tahun 2016
Jabatan Permintaan Pendaftar
Nurse 42 120
Careworker 300 696
Jumlah 342 816
Pembukaan pendaftaran dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2016 dengan menampilkan pengumuman di
website BNP2TKI, www.bnp2tki.go.id. Tahapan proses pendaftaran antara lain:
3.4.1.3. Sasaran 3 : Meningkatnya Perlindungan sejak Pra, Selama, sampai dengan Pemulangan.
Capaian pada sasaran ini berdasarkan pada penilaian indikator utama, Persentase CTKI/TKI Bermasalah yang
Tertangani, juga digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan Deputi Bidang Perlindungan dalam
memfasilitasi pelayanan perlindungan TKI sejak pra penempatan, selama penempatan dan pemulangan.
Prestasi pada sasaran ini bertumpu pada penilaian indikator ukuran keberhasilan dari pelaksanaan
pelayanan perlindungan kepada CTKI/TKI sejak pra, selama dan purna penempatan serta pemberdayaan
CTKI/TKI.
Perlindungan TKI tidak dapat dipisahkan dari penempatan TKI, ibarat 2 sisi mata uang. Berbicara
perlindungan TKI dimulai sejak pra penempatan sampai dengan kembali ke daerah asal, dimana mencakup
pula masa persiapan sebelum siap berangkat dan bekerja di negara penempatan. Pada prinsipnya secara
umum perlindungan TKI terlaksana dengan baik dalam artian semua pengaduan permasalahan TKI
diupayakan penyelesaiannya dengan sebaik-baiknya dan secepat mungkin. Dengan kata lain sebanyak
4.756 pengaduan yang masuk tahun 2016 semuanya sudah difasilitasi penyelesaiannya, sedangkan target
pengaduan tahun 2016 sebanyak 5.000 pengaduan. Target CTKI/TKI Bermasalah Yang Tertangani
sebanyak 92% dalam tahun 2016 telah terealisasi sebesar 95% atau mencapai 103% dari target pengaduan
sebanyak 5.000 pengaduan.
Persentase realisasi CTKI /TKI bermasalah yang ditangani mengalami penurunan sebesar 3,06%
dari perbandingan realisasi tahun 2016 dengan tahun 2015 dikarenakan target pada tahun 2016 mengalami
kenaikan 2% dari tahun 2015 sementara realisasi mengalami penurunan.
Uraian capaian indikator ini dapat diterangkan melalui penanganan TKI bermasalah, baik TKI
bermasalah yang pulang melalui Debarkasi, juga TKI bermasalah yang mengadu melalui Crisis Center
BNP2TKI Tahun 2016 yang terintegrasi dengan K/L terkait dan Perwakilan RI, uraian capaiannya sebagai
berikut :
Pada tahun 2016 pengaduan yang diproses melalui Crisis Center sebanyak 4.756 pengaduan, menurun
dibandingkan pada tahun 2015 sebanyak 4.894. Dari jumlah kasus tersebut dapat dilayani dan diproses
keseluruhannya, walaupun masih ada yang menunggu hasil penyelesaiannya oleh pihak eksternal BNP2TKI.
6000
5000
4000
3000
Jumlah Pengaduan
2000
1000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 13. Grafik Trend Kasus dari tahun 2011 s/d 2016
Pengaduan Baru 0 0 0 0 0 0 0
Proses Validasi 0 0 0 0 0 0 0
Proses Distribusi 0 0 0 0 0 0 0
Penentuan Unit Kerja 0 0 0 0 0 138 138
Internal BNP2TKI 0 0 0 0 64 319 383
External BNP2TKI 0 0 0 0 6 214 220
Pengaduan Selesai 4.620 5.423 4.432 3.942 4.824 4.085 27.326
Total pengaduan 4.620 5.423 4.432 3.942 4.894 4.756 28.067
Jumlah pengaduan dari tahun 2011 – 2016 sebanyak 28.067 pengaduan, pengaduan yang sudah
diselesaikan sebanyak 27.326 pengaduan. Terdapat pengaduan yang masih dalam proses sebesar 741
pengaduan.
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 1.41
Tabel 29. Pengaduan TKI berdasarkan Provinsi 2011 s/d 2016
Tabel 30. Pengaduan TKI berdasarkan Negara Penempatan 2011 s/d 2016
Berdasarkan data kedatangan tahun 2015 sejumlah 114.796 orang dan data kepulangan TKI bermasalah
sejumlah 19.029 orang, dan tahun 2016 data kepulangan TKI sebanyak 80.223 orang dengan TKI bermasalah
sebanyak 15.157 orang.
Tabel. 34 Kedatangan TKI Bermasalah berdasarkan Debarkasi 2011 s/d 2016 (SIPENDAKI)
Sedangkan berdasarkan data dari Imigrasi mengenai data kepulangan TKI pada tahun 2015 sebanyak
332.335 orang dan tahun 2016 sebanyak 329.632 orang. Perbedaan data imigrasi ini dengan data
SIPENDAKI BNP2TKI karena tidak semua TKI terdata di SIPENDAKI yang disebabkan tidak ada kewajiban
untuk melaporkan kepulangannya. Pada umumnya yang terdata pada sistem SIPENDAKI BNP2TKI adalah
TKI bermasalah dan yang ingin difasilitasi kepulangannya ke daerah masing-masing, sedangkan
pendataan Imigrasi merupakan pintu masuk yang harus dilalui oleh semua atau setiap individu yang baru
pulang dari luar negeri. Berdasarkan data yang ditarik dari sistim imigrasi didapatkan data kepulangan
berdasarkan negara dan tempat pemeriksaan imigrasi sebagai mana tabel dibawah ini:
Tabel. 35 Kedatangan TKI berdasarkan Negara Tahun 2015 – 2016 (Data Imigrasi)
Tabel. 37 Kedatangan TKI berdasarkan TPI Tahun 2015 – 2016 (Data Imigrasi)
Dilihat dari perbedaan data kepulangan TKI antara SIPENDAKI BNP2TKI dan data Imigrasi dapat ditarik
kesimpulan bahwa lebih dari 70% TKI yang pulang secara mandiri, serta berhasil dalam menjalani masa
kerjanya di luar negeri dan membawa dampak kesejahteraan untuk keluarganya.
Capaian pada sasaran ini berdasarkan pada penilaian satu indikator utama, yaitu Persentase TKI Purna
yang Menjadi Wirausaha. Indikator ini sekaligus digunakan guna mengukur kinerja Deputi Bidang
Perlindungan dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan perlindungan terhadap CTKI/TKI tahun
2016.
Persentase TKI Purna yang menjadi Wirausaha dengan Target 34%, dapat direalisasikan sebesar
63% atau capaian kinerjanya sebesar 185,29%. Capaian kinerja Pemberdayaan TKI Purna dilakukan
melalui kegiatan Edukasi Keuangan/Perbankan dan Edukasi Kewirausahaan yang dilaksanakan oleh UPT
di Daerah. Pemberdayaan TKI Purna juga melibatkan Lembaga dan Instansi terkait lainnya atau Lembaga
Internasional/LSM/Lembaga Swasta lainnya.
Tahun 2016 dilaksanakan Pemberdayaan TKI Purna Terintegrasi melalui edukasi pengelolaan
keuangan dan wirausaha sebanyak 2.180 TKI, dengan adanya efisiensi anggaran target berkurang menjadi
1.475 TKI. Target TKI yang menjadi wirausaha yaitu sebesar 34% atau 501 TKI. Capaian kinerja tahun 2016
TKI Purna yang menjadi wirausaha sebanyak 930 TKI atau 63%.
Pada tahun 2015, dari 15.000 orang yang mendapat edukasi pengelolaan keuangan dan
wirausaha, ditargetkan sebanyak 32% TKI Purna yang menjadi wirausaha yaitu 4.800 orang. Berdasarkan
data yang ada jumlah TKI Purna yang menjadi wirausaha pada tahun 2015 sebanyak 6.047 orang (40,3%).
Dari perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa target pelaksanaan pemberdayaan TKI Purna agar
dapat berwirausaha dan mandiri mengalami kenaikan sebesar 57% dari tahun 2015. Hal ini disebabkan
para TKI purna telah membuat usaha mandiri dan membuka industri rumah tangga di daerahnya sehingga
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya keluarga TKI.
Sedangkan mulai tahun 2015 dan 2016 dilaksanakan Pemberdayaan Terintegrasi dengan target dan
realisasi sebagai berikut:
Target RKP
No RPJMN Realisasi
Tahun Jml (org)
1. Pemberdayaan TKI Purna 2015 15.000 14.498
Terintegrasi
2016 1.475 1.475
3 0 00
3 0 00
3000
Target
Realisasi
2000
1 4 75
1 4 75
1000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
OUTCOMES
NO BP3TKI TARGET TARGET SETELAH REALISASI (JLH TKI %
AWAL PENGHEMATAN
BERWIRAUSAHA)
3 BP3TKI PEKANBARU 50 - - - -
Tabel 43 Data TKI yang meninggal Kawasan Timur Tengah Tahun 2012 s/d 2016
<
Tabel 44. Data TKI yang meninggal Kawasan Asia Pasifik Tahun 2012 s/d 2016
Selain itu data Remitansi yang dapat dihimpun dari BI dalam tahun 2013 sebesar Rp 88.676.977.377.833,00
atau US $ 7.40, tahun 2014 sebesar US $ 8.43 atau lebih kurang Rp 92,756 Triliyun, tahun 2015 sebesar
US$ 9,429,858,927 atau lebih kurang Rp 119,.564 Triliyun dan tahun 2016 sebesar US $ 7.47. Rincian lebih
lanjut dapat dilihat seperti tabel dibawah ini:
1 2011 6,73
2 2012 6,99
3 2013 7,40
4 2014 8,34
5 2015 9,42
6 2016 8,85
Salah satu bentuk pengawasan terhadap lembaga penempatan dan lembaga pendukung
penempatan dibentuk jejaring Informasi dari masyarakat (informan) yang memberikan informasi terhadap
kegiatan lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan. Bila terdapat kegiatan yang
dianggap diduga non prosedural dan informasi itu valid (A-1), maka diambil tindakan dengan datang
lansung ke tempat kejadian perkara (TKP).
Dari pelaksanaan kegiatan pada Tahun 2016 telah dilakukan sebanyak 62 kegiatan
pengamanan dan pengawasan di beberapa daerah. Dari jumlah tersebut sebanyak 23 kegiatan
merupakan hasil dari Jejaring Informasi Masyarakat (Informan), sehingga realisasi sebanyak 37%
sehingga capaian kinerja mencapai 123,33% (37 : 30 x 100%).
Persentase meningkatnya TKI yang berangkat secara prosedural di kantong TKI non prosedural.
Dalam rangka pencegahan TKI Nonprosedural dan TPPO dilakukan kegiatan antara lain:
1. Swepping sebanyak 627 CTKI dari 17 PPTKIS dan 3 Perorangan yang telah diproses dan diusulkan
penjatuhan sanksi. Dari 627 CTKI, dipulangkan sebanyak 230 CTKI dan 352 CTKI dipulangkan ke
daerah asal oleh PPTKIS dan 45 CTKI masih di PPTKIS;
2. Melimpahkan perkara TPPO (UU No. 21 Tahun 2007) dan Pelanggaran UU No. 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri ke Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebanyak 7 (tujuh) Laporan Polisi diberbagai daerah antara lain : Polda Jawa
Barat, Polda Metro Jaya, Polda NTB, Polda NTT;
Dari kegiatan tersebut di atas terhadap indikator kinerja Persentase meningkatnya TKI yang berangkat
secara prosedural di kantong TKI non prosedural dengan target 92% terealisir sebesar 99,74% hal
tersebut dengan perhitungan sebagai berikut : Jumlah hasil sweeping sebesar 627 CTKI dibanding
dengan jumlah penempatan secara prosedural sejumlah 234.451 TKI dikalikan 100% maka didapat hasil
0,26%, maka persentase TKI yang ditempatkan secara prosedural sebesar 100%-0,26% = 99,74%,
sehingga capaian kinerja pada indikator kinerja presentase meningkatnya TKI yang berangkat secara
prosedural di kantong TKI non prosedural adalah 108%.
Capaian pada sasaran ini berdasarkan pada penilaian 4 indikator prosentase penyelenggaraan
pelayanan terpadu dan professional. Indikator ini sekaligus digunakan guna mengukur kinerja Sekretariat
Utama dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan dan dukungan administrasi dalam pelayanan
penempatan dan perlindungan TKI tahun 2016.
Tabel 47. Persentase penyelenggaraan pelayanan terpadu dan professional Tahun 2016
Tahun 2015 Tahun 2016 Naik/Turun
No Indikator Kinerja
Target Realisasi (%) Target Realisasi (%) (%)
1 Prosentase Unit Layanan
Publik (UPP) 30% 48% 160 50% 100% 200 199
Layanan Terpadu Satu Pintu
(LTSP) di 7 4
BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang 7 LTSP 100 3 LTSP 75 (25)
LTSP LTSP
mudah, murah dan cepat.
2 Persentase lembaga yang
terintegrasi
Sistem Pelayanan P2TKI
dalam tata kelola 70% 71% 101,43 80% 100% 125 40,85
TKI, termasuk transaksi non
tunai.
3 Nilai Capaian Reformasi
Birokrasi BNP2TKI 80 80 100 85 84,70 99,61 (0,39)
4 Opini BPK atas laporan
keuangan WTP WTP 100 WTP WTP 100 100
Keterangan: Indikator berdasarkan Renstra 2015-2019
Prestasi capaian sasaran ini dinilai dari indikator kinerja kegiatan yaitu :
5.1 Persentase Unit Layanan Publik (UPP) dan Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) di
BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang mudah, murah dan cepat.
Dalam rangka pemberian pelayanan Prima kepada TKI yang Mudah, Murah, Cepat dan
Aman, BNP2TKI mencanangkan pengembangan UPP dan LTSP pada 48 BP3TKI/LP3TKI/P4TKI
dengan standar pelayanan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian
kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka
pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.
Untuk tahun 2015 target sasaran ini sebesar 50% atau sebanyak 24 unit dari 48
BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang ada. Pembentukan UPP tahun 2015 sebanyak 18 UPP yaitu BP3TKI
(Aceh, Medan, Riau, Padang, Palembang, Lampung, Serang, Bali, Kupang, Banjarbaru, Pontianak,
Nunukan, Manado, Gorontalo, Makasar, Tj. Pinang) dan 2 LP3TKI Kendari dan Palu, sedangkan
LTSP sebanyak 8 LTSP yaitu BP3TKI (Bandung, Semarang, Surabaya, Mataram, Lampung, Bali,
Nunukan, Yokyakarta).
Dengan demikian capaian kinerja indikator ini yaitu sebanyak 48 unit UPP/LTSP atau
100%, apabila dibandingkan dengan target kinerja tahun 2016 yang sebesar 50% maka capaian
kinerja Persentase Unit Layanan Publik (UPP) 100% dan Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) di
BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang mudah, murah dan cepat mencapai 75%. Namun demikian walaupun
sudah terbentuk masih banyak pembenahan yang harus dilakukan, khususnya dari sisi sinergitas
pelayanan baik secara internal maupun eksternal.
5.2 Persentase lembaga yang terintegrasi sistem pelayanan P2TKI dalam tata kelola TKI, termasuk
transaksi non tunai. Semua instansi yang terlibat dalam pemberian pelayanan fasilitasi penempatan
dan perlindungan TKI di luar negeri sudah terintegrasi dengan SISKOTKLN demikian juga dengan
Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung Penempatan lainnya, sehingga target tahun 2016
sebesar 80% terlampaui dengan tingkat capaian keberhasilannya 100%. Sampai dengan posisi
akhir tahun anggaran 2016 lembaga yang terintegrasi dengan sistem pelayanan P2TKI berjumlah 6
Kemeterian/Lembaga dan 11 Perwakilan RI di luar negeri (Ditjen Dukcapil Kemendagri; Ditjen
Imigrasi Kemkumham; Kementerian Luar Negeri; Kementerian Tenaga Kerja; Kementerian
Keuangan, dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi; KBRI Singapura; KDEI Taiwan, KJRI Hongkong,
KBRI Banda Seri Begawan Brunei Darusallam, KBRI Kuala Lumpur, KBRI Kuwait, KJRI Penang,
KJRI Johor Bahru, KJRI Kota Kinabalu, KJRI Kucing, dan KRI Tawau). Sedangkan Sistem
pembayaran Non Tunai merupakan amanah yang dituangkan dalam MoU antara Bank Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Tenaga Kerja RI dan BNP2TKI pada tahun 2015.
Dalam MoU tersebut disepakati bahwa proses pembayaran terkait pelayanan Calon TKI/TKI akan
menggunakan sistem pembayaran Non Tunai melibatkan Perbankan Nasional (BRI, Mandiri dan
BNI) dan stakeholder terkait (sarkes, Asuransi, PPTKIS, Calon – TKI), meliputi : Pembayaran
Asuransi Pra, masa dan purna penempatan, Pembayaran ujian G to G EPS Topik Korea Selatan
untuk Paper Base Test dan Computer Base Test, dan Pembayaran Biaya medical untuk Negara
Brunei Darusallam.
Tabel di atas menunjukan peningkatan nilai PMPRB BNP2TKI tahun 2016 sebesar 84,70 lebih besar
apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 70,81 dan tahun 2015 sebesar 78,60. Ini
mengambarkan pelaksanaan reformasi di BNP2TKI mengalami kemajuan dan terus meningkat
sesuai target reformasi nasional. Capaian kinerja reformasi birokrasi BNP2TKI tahun 2016 dengan
target nilai 85, dengan realisasi nilai 84,70, maka persentase capaian kinerjanya mencapai 99,65%.
5.4 Opini BPK atas laporan keuangan. Indikator ini menjadi tolok ukur keberhasilan pengelolaan
keuangan yang baik dilingkungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia. Dalam bidang pertanggungjawaban keuangan telah mendapatkan predikat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari BPK RI selama 5 tahun berturut-turut (tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan
2012).
Untuk Tahun 2013 BNP2TKI mendapat opini WDP dan pada tahun 2014 dan 2015 BNP2TKI
kembali mendapat predikat WTP oleh BPK. Sebagai upaya untuk mempertahankan opini tersebut,
Biro Keuangan dan umum melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan pengelolaan keuangan dan penatausahaan persediaan;
b. Pembinaan pengelolaan keuangan dan penatausahaan BMN di tingkat Satker;
c. Penyusunan laporan keuangan secara berjenjang di lingkup BNP2TKI;
d. Pengendalian pelaksanaan anggaran secara berkala;
e. Monitoring dan evaluasi pengelolaan keuangan, penatausahaan BMN dan penyelesaian
kerugian Negara;
Laporan Keuangan BNP2TKI tahun anggaran 2016 sedang dilakukan pemeriksaan dan penilaian
oleh Tim Pemeriksa BPK RI sehingga BNP2TKI belum mendapatkan opini dari BPK RI untuk
Laporan Keuangan TA.2016.
Indikator sasaran kegiatan 13, 14 dan 15 yang mendukung pencapaian Sasaran Strategis 5
yaitu :
Anggaran yang tidak terserap sebesar Rp 68.144.392.875,00 yang terdiri : Belanja Pegawai sebesar
Rp 2.397.852.842,00, Belanja Barang sebesar Rp 60.565.628.546,00, Belanja Modal sebesar
Rp 5.180.911.487,00. Capaian penyerapan anggaran tahun anggaran 2016 hanya sebesar
Rp305.595.453.125,00 atau sebesar 81,77% dari target sebesar Rp373.739.846.000,00 yang
dikarenakan adanya kebijakan pemerintah terhadap penghematan anggaran (self blocking) sebesar
Rp 52,537 Miliar atau 14,06%.
NILAI NILAI
NO KOMPONEN YANG DILNILAI BOBOT NILAI 2013 BOBOT BOBOT
2014 2015
a Perencanaan Kinerja 35 19,95 30 21,03 30 21,03
b Pengukuran Kinerja 20 11,21 25 13,88 25 13,88
c Pelaporan Kinerja 15 10,61 15 9,77 15 9,77
d Evaluasi Kinerja 10 5,56 10 6,49 10 6,49
e Capaian KInerja 20 12,95 20 9,79 20 9,79
Nilai Hasil evalausi 100 60,28 100 60,96 100 60,96
Tingkat akuntabilitas KInerja CC B B
Laporan Kinerja BNP2TKI tahun anggaran 2016 akan segera diajukan untuk dilakukan penilaian oleh
Tim Evaluator Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan &
RB) sehingga BNP2TKI belum mendapatkan penilaian dari Kemenpan & RB untuk Laporan Kinerja
TA.2016.
3) Persentase Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) di BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang mudah, murah dan
cepat.
Dalam rangka pemberian pelayanan Prima kepada TKI pada BP3TKI/LP3TKI/P4TKI diperlukan
adanya Standar pelayanan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian
kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka
pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Untuk memenuhi standar
pelayanan yang ada pada BP3TKI/LP3TKI/P4TKI, maka dibentuk Unit Pelayanan Publik (UPP)
dengan target pada tahun 2016 sebesar 50% dari 48 BP3TKI/LP3TKI/P4TKI, terealisir sebanyak 48
Satker UPP yang terdiri dari 21 Satker BP3TKI, 3 Satker LP3TKI, 23 Satker P4TKI dan 1 Unit Kerja
Non Struktural di Kantor Pusat. Dalam rangka pelayanan terhadap TKI yang Mudah, Murah, Cepat
dan Aman, BNP2TKI mencanangkan pembentukan LTSP (Layanan Terpadu satu Pintu) dengan
Target sebanyak 8 LTSP (Bandung, Semarang, Surabaya, Mataram, Lampung, Bali, Nunukan,
Yokyakarta), namun belum semuanya dapat berjalan dengan baik karena ada beberapa kendala
menyangkut unit teknis terkait.
Capaian pada sasaran ini berdasarkan pada penilaian indikator Opini Publik terhadap
lembaga BNP2TKI. Indikator ini sekaligus digunakan guna mengukur kinerja Sekretariat Utama dalam
melaksanakan dan memberikan pelayanan dan dukungan administrasi dalam pelayanan penempatan
dan perlindungan TKI tahun 2016.
Tabel 50. Opini Publik Terhadap BNP2TKI
Pada tahun 2016, pemberitaan yang berkaitan dengan BNP2TKI dan TKI berjumlah 8.765 berita dari 16
media online dengan presentase 55% pemberitaan positif, 24% pemberitaan netral dan 21%
pemberitaan negatif. Apabila dianalisis berdasarkan presentase tersebut pada tahun 2016, pemberitaan-
pemberitaan yang muncul di media online lebih cenderung ke arah yang lebih positif seiring dengan
upaya perubahan layanan tata kelola penempatan dan perlindungan yang dilakukan oleh BNP2TKI.
Analisa Image Building BNP2TKI
No Media News
1 Tribun News 165
2 Detik 161
3 Republika 138
4 Kompas 124
5 Vivanews 123
6 Metro Tv 118
7 Suara Merdeka 116
8 Okezone 114
9 Liputan 6 113
10 Bisnis Indonesia 105
11 Berita Satu 98
12 Merdeka 91
13 Inilah 86
14 Rakyat Merdeka 85
15 Jawa Post National 76
Network
16 Kabarna 73
17 Seputar Indonesia 71
18 Suara News 61
19 Antara 55
20 Tempo Interaktif 54
BNP2TKI mendapatkan predikat Kepatuhan Standar Pelayanan Publik dari Ombudsman RI sesuai Surat
Nomor 1541/ORI-SRP/XI/2016 tanggal 24 November 2016 dengan perolehan nilai rata-rata 102,79
(Zona Kepatuhan Hijau).
Indikator sasaran kegiatan 16 yang mendukung pencapaian Sasaran Strategis 6 adalah
Persentase peraturan perundang-undangan dan tingkat kekosongan hukum, dengan uraian capaian
sebagai berikut; Dalam tahun 2016 ditargetkan penyusunan peraturan sebanyak 9 peraturan, terealisir
sebanyak 11 peraturan, dengan tingkat capaian 112%.
Indikator sasaran kegiatan 17 yang mendukung pencapaian Sasaran Strategis 6 adalah
Persentase terintegrasi sistem non tunai pada lembaga penempatan dan tata kelola TKI, dengan uraian
capaian sebagai berikut; Semua instansi yang terlibat dalam pemberian pelayanan fasilitasi penempatan
dan perlindungan TKI di luar negeri semua sudah terintegrasi dengan SISKOTKLN demikian juga dengan
Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung Penempatan lainnya, sehingga target tahun 2016
sebesar 80% terlampaui dengan tingkat capaian keberhasilannya 100%.
Sampai dengan posisi akhir tahun anggaran 2016 lembaga yang terintegrasi dengan system
pelayanan P2TKI berjumlah 6 Kemeterian / Lembaga dan 11 Perwakilan RI di luar negeri. Yaitu: Ditjen
Dukcapil Kemendagri; Ditjen Imigrasi Kemkumham; Kementerian Luar Negeri; Kementerian Tenaga
Kerja; Kementerian Keuangan, dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP); KBRI Singapura; KDEI
Taiwan, KJRI Hongkong, KBRI Banda Seri Begawan Brunei Darusallam, KBRI Kuala Lumpur, KBRI
Kuwait, KJRI Penang, KJRI Johor Bahru, KJRI Kota Kinabalu, KJRI Kucing, dan KRI Tawau. Sedangkan
Sistem pembayaran Non Tunai merupakan amanah yang dituangkan dalam MoU antara Bank Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Tenaga Kerja RI dan BNP2TKI pada tahun 2015. Dalam
MoU tersebut disepakati bahwa proses pembayaran terkait pelayanan Calon TKI / TKI akan
menggunakan system pemayaran Non Tunai yang melibatkan Perbankan Nasional (BRI, Mandiri dan
BNI) dan stakeholder terkait (sarkes, Asuransi, PPTKIS, Calon – TKI), meliputi : Pembayaran Asuransi
Pra, masa dan purna penempatan, Pembayaran ujian G to G EPS Topik Korea Selatan untuk Paper Base
Test dan Computer Base Test, dan Pembayaran Biaya medical untuk Negara Brunei Darusallam.
Tabel 51. Capaian Sasaran kegiatan 17 BNP2TKI Tahun 2015
Tahun 2015 Tahun 2016 Naik/Turun
No Indikator Kinerja
Target Realisasi (%) Target Realisasi (%) (%)
1 Persentase lembaga yang
terintegrasi Sistem Pelayanan 50% 100%
P2TKI dalam tata kelola TKI, 50% TNT 100 100% TNT 100 0
TNT TNT
termasuk transaksi non tunai
2 Rekomendasi hasil kajian
Litbang sebagai bahan 2 Kajian 2 Kajian 100 9 Kajian 4 Kajian 44 (56)
masukan kebijakan
Capaian pada sasaran ini berdasarkan pada penilaian Sasaran Kegiatan 18 dengan 2 (dua) Indikator
Kinerja Utama Tingkat Kapasitas APIP dan Tingkat Kematangan Implementasi SPIP. Indikator ini
sekaligus digunakan mengukur kinerja pengawasan internal di lingkungan BNP2TKI dalam mewujudkan
pengendalian intern yang memadai.
Tabel 53. Capaian Kapabilitas APIP dan Kematangan Implementasi SPIP Tahun 2015
Uraian capaiannya sebagai berikut, dalam rangka mewujudkan peran dan fungsi
pengawasan intern yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan penyelenggaraan
tata kelola pelayanan penempatan dan perlindungan TKI oleh BNP2TKI, BPKP telah melakukan proses
penjaminan kualitas terhadap hasil penilaian mandiri kapabilitas Inspektorat BNP2TKI.
Proses penilaian mandiri yang dilakukan oleh Inspektorat dilakukan dengan melakukan
penilaian mandiri yang diinput ke dalam aplikasi Intern Audit Capability Model (IACM) yang diikuti oleh
para pengendali teknis, ketua tim, anggota tim yang kemudian divalidasi oleh tim BPKP. Dari hasil
penilaian mandiri tersebut diperoleh hasil bahwa kapabilitas Inspektorat BNP2TKI “secara keseluruhan
berada pada level 2 dengan perbaikan” dengan tingkat masing-masing elemen sebagai berikut:
Dari hasil penjaminan kualitas penilaian mandiri atas kapabilitas Inspektorat BNP2TKI tahun 2015,
diperoleh simpulan bahwa kapabilitas Inspektorat BNP2TKI berada pada level 2 dengan hasil validasi
penjaminan kualitas atas tingkat kapabilitas pada msing-masing elemen sebagai berikut:
Untuk meningkatkan maturitas penyelenggaraan SPIP BNP2TKI ke tingkat berikutnya (terkelola dan
terukur) perlu dilakukan evaluasi atas hal-hal sebagai berikut:
SOP yang ada disesuaikan dengan kondisi yang ada, dan dibuat pemantauan atas kegiatan utama
secara online;
Pengendalian aplikasi sistem informasi yang digunakan organisasi/unit organisasi/unit kerja;
Pengamanan fisik asset;
Penerapan pemisahan tanggungjawab dan tugas organisasi;
SOP atas otorisasi transaksi dan kejadian penting;
Kebijakan/pedoman tentang tanggungjawab sumber daya keuangan, informasi kepegawaian, dsb;
Akuntabilitas pencatatan dan sumber daya;
Kebijakan/pedoman tentang informasi dan komunikasi kehumasan.
Penilaian tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP BNP2TKI Tahun 2016, disimpulkan bahwa secara
umum penyelenggaraan SPIP BNP2TKI telah dapat memenuhi kriteria pada tingkat “terdefenisi” dengan
skor sebesar 3,42.
LAKIP BNP2TKI TAHUN 2016 1.62
3.5. Memperkuat Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola TKI
Selain indikator kinerja utama yang telah dijelaskan di atas, program lainnya di BNP2TKI yang mendukung
capaian IKU terdapat program Memperkuat Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola TKI, dengan uraian sebagai
berikut:
4) Dalam rangka penguatan akan pencapaiain Undang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP) dalam kaitannya dengan pelaksanaan Instruksi Presiden RI Nomor 10 tahun 2016
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Kurupsi, maka BNP2TKI telah menjalankan Rencana Aksi
PPK tersebut dengan melaksanakan setiap aktivitas yang diperjanjikan dalam rencana aksi yang dipantau
oleh KSP dan Menteri PPN/Kepala Bapenas, berupa pencegahan dan Pengamanan TKI Non Prosedural
dan Rencana Aksi Pencgahan dan Pemberantasan Korupsi, dengan Renaksi Pengadaan barang dan
jasa serta pengelolaan BMN.
Upaya penguatan kualitas Sumber Daya Manusia aparatur di lingkungan BNP2TKI merupakan bagian dari
pembenahan manajemen SDM Aparatur dalam proses reformasi birokrasi yang dilaksanakan di BNP2TKI.
Upaya penguatan tersebut mencakup analisis jabatan dan beban kerja, pembenahan sistem rekrutmen
pegawai, seleksi dan promosi dalam jabatan struktural, penyusunan standard kompetensi jabatan, pemetaan
kompetensi pegawai melalui assessment center, peningkatan kualitas SDM melalui program pendidikan dan
pelatihan, maupun upaya peningkatan kesejahteraan pegawai melalui remunerasi. BNP2TKI berupaya untuk
melakukan penataan jumlah pegawai di unit kerja pusat maupun daerah berdasarkan hasil analisis jabatan
dan beban kerja.
Untuk memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan formasi yang ada, BNP2TKI berupaya
melaksanakan rekrutmen pegawai yang berdasarkan prinsip obyektif, transparan, akuntabel, dan bebas
KKN dengan menggunakan sistem Computer Assissted Test (CAT). Dalam hal pengembangan karier
pegawai khususnya dalam proses seleksi dan promosi dalam jabatan struktural, BNP2TKI berusaha
menerapkan sistem merit. Dalam rangka memperoleh pejabat tinggi yang kompeten berdasarkan sistem
merit, BNP2TKI melaksanakan rekrutmen terbuka bagi calon pejabat eselon I dan eselon II.
Demikian pula untuk mendapatkan pejabat struktural eselon II, III dan IV yang kompeten sesuai dengan
persyaratan jabatan, BNP2TKI melakukan seleksi dengan menggunakan assessment center.
Tabel 55. Realisasi Selama Lima Tahun Terakhir (Tahun 2012 – 2016)
Jika dilihat pagu anggarannya selama lima tahun terakhir dari tahun 2012 sampai 2016, BNP2TKI
tiga kali mendapat anggaran tambahan, yaitu tahun 2013, tahun 2014, dan tahun 2015. Sedangkan capaian rata-rata
pertahun sebesar 87,63%. Rrealisasi penyerapan anggaran BNP2TKI tahun 2014 terealisir sebesar Rp
351.793.731.042,00 atau sebesar 85,41%, tahun 2015 terealisir sebesar Rp 358.152.158.000,00 atau sebesar
78,05%. Penyerapan anggaran tahun 2014 - 2015 terjadi penurunan penyerapan anggaran sebesar 7%, sedangkan
penyerapan anggaran tahun 2016 sebesar Rp 305.595.453.125,00 atau 81,77% lebih tinggi dibandingka realisasi
tahun 2015 sebesar 3,81%.
Tabel 56. Realisasi Anggaran per Jenis Belanja
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan tata kelola pelayanan penempatan dan perlindungan TKI yang perlu
menjadi perhatian, antara lain:
1. Banyaknya pengangguran dan terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri sehingga memerlukan lapangan kerja
di luar negeri bagi TKI, kondisi yang seperti ini menyebabkan minat bekerja ke luar negeri yang sangat besar dan
sulit dibendung;
2. Peran pemerintah dalam memberikan informasi kepada Calon TKI masih sangat rendah, data menunjukan
prosentase TKI yang berangkat ke Luar Negeri karena sumber informasi dari pemerintah baru 5%, sisanya
sumber informasinya Calo, Keluarga dan PPTKIS;
3. Terbatasnya akses masyarakat terhadap informasi dan lemahnya koordinasi kelembagaan serta pelayanan
dokumen dalam penyiapan TKI sehingga memerlukan perbaikan dalam sosialisasi, koordinasi kelembagaan dan
penyiapan keberangkatan;
4. Belum optimalnya perlindungan dan banyaknya TKI bermasalah yang memerlukan penanganan khusus dan
intensif terutama dari sisi pemenuhan hak-hak TKI;
5. Terbatasnya kapasitas kelembagaan dalam pelayanan TKI terutama dari sisi kelembagaan BP3TKI, SDM,
sarana dan prasarana serta terbatasnya anggaran dalam mendukung operasional perwakilan RI dalam
perlindungan TKI;
6. Revisi UU No. 39 Tahun 2004 yang belum terwujud, menjadi kendala dalam upaya penegakan hukum dalam
penempatan dan perlindungan TKI;
7. Sarana kerja berupa gedung kantor BNP2TKI yang belum memadai, begitu juga dengan sebagian besar kantor
pelayanan di daerah;
8. Berbagai peraturan pemerintah yang menjadi dasar regulasi penempatan dan perlindungan TKI belu tersedia;
9. Tidak tersedianya tempat pelatihan bahasa Jepang dengan kapasitas 500 orang yang dapat digunakan,
sehingga tidak dapat meningkatkan jumlah pepnempatan TKI ke Jepang;
10. Kurangnya minat dan percaya diri Calon TKI untuk menjadi perawat dan careworker di Jepang;
11. Terbatasnya jumlah lembaga pelatihan Bahasa Jepang di daerah;
12. Integrasi sistem penempatan TKI Korea antara SISKOTKLN dengan HRD Korea belum optimal;
13. Pekerja Nelayan (Fishing) penyumbang TKI illegal terbesar perlu ditetapkan standar kompetensi dan persyaratan
di Korea;
14. Belum adanya sinkronisasi antara instansi terkait tentang pembentukan dan manfaat LTSP;
15. KUR tidak berjalan lancar karena Perbankan belum siap beroperasi secara optimal hanya melayani PPTKIS
yang dinilai baik;
16. PAP tidak optimal disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana, media dan modul pembelajaran serta
kualitas instruktur;
17. Sebanyak 16% lembaga penempatan tidak mentaati peraturan yang berlaku;
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir permasalahan yang ada antara lain:
1. Mengembalikan peran BNP2TKI sesuai UU dan Keputusan Mahkamah Agung sebagai pelaksana kebijakan
(operator) dalam penempatan dan perlindungan TKI;
2. Membuat berbagai peraturan pelaksanaan untuk meningkatkan peran dan regulasi BNP2TKI dan mempercepat
hasil revisi UU No. 39 Tahun 2004;
3. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan lintas sektor terkait dan para pemangku kebijakan terkait;
4. Diperlukan promosi dan peningkatan jaringan kerjasama luar negeri untuk memperluas lapangan kerja bagi TKI
khususnya Sektor formal. Jumlah TKI Sektor informal berangsur-angsur dikurangi jumlahnya dan ditingkatkan
kualitasnya;
5. Diperlukan peningkatan pelayanan penempatan melalui sosialisasi yang mencerdaskan masyarakat, peningkatan
koordinasi kelembagaan, penyiapan keberangkatan calon TKI dan perbaikan penempatan TKI oleh pemerintah;
6. Diperlukan optimalisasi perlindungan dan pelayanan cepat dan tuntas melalui crisis center untuk menyelesaikan
permasalahan TKI khususnya yang menyangkut aspek pemenuhan hak, pengamanan dan pemberdayaan TKI,
pencegahan TKI ilegal serta penegakan hukum;
7. Diperlukan dukungan kelembagaan yang kuat dengan pembentukan BP3TKI yang baru, peningkatan kualitas dan
kuantitas SDM, peningkatan sarana dan prasarana kantor di Pusat dan Daerah serta bantuan program untuk
pelayanan perlindungan TKI di perwakilan RI;
8. Harmonisasi peraturan pemerintah yang menjadi dasar regulasi penempatan dan perlindungan tenaga kerja
Indonesia;
9. Mengupayakan tempat pelatihan bahasa Jepang bekerjasama dengan lembaga-lembaga pelatihan, sehingga tidak
dapat meningkatkan jumlah penempatan TKI ke Jepang;
10. Melakukan pembinaan kepada Calon TKI untuk menjadi perawat dan careworker di Jepang guna meningkatkan
keterampilan untuk mampu dan percaya diri dalam bekerja;
11. Mengoptimalkan Integrasi sistem penempatan TKI Korea antara SISKOTKLN dengan HRD Korea;
12. Menetapkan standar kompetensi dan persyaratan Pekerja Nelayan (Fishing) untuk bekerja di Korea;
13. Sinkronisasi dan harmonisasi instansi terkait tentang pembentukan dan manfaat LTSP;
14. Mengoptimalkan peran Perbankan dalam pemberian KUR bagi CTKI/TKI;
15. Meningkatkan sarana dan prasarana, media dan modul pembelajaran serta kualitas instruktur PAP dan;
16. Meningkatkan pembinaan kepada lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan, agar memberikan
pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penilaian hasil akhir capaian indikator kinerja utama (IKU) BNP2TKI tahun 2016 merupakan rangkaian dari
akumulasi penilaian yang dilaksanakan secara berkala setiap 3 bulan, selama tahun 2016 dengan mengacu pada
RENSTRA BNP2TKI tahun 2015- 2 0 1 9 dan Penetapan Kinerja BNP2TKI tahun 2016 yang telah disepakati.
Penilaian ini dilakukan dengan mengukur, mengevaluasi dan menganalisa data kinerja yang hasilnya akan
memberikan gambaran keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran BNP2TKI.
Hasil penilaian terhadap 11 (sebelas) IKU BNP2TKI untuk mencapai 7 (tujuh) sasaran strategis BNP2TKI,
adalah sebagai berikut :
Realisasi
Target
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Capaian
Kinerja %
Kinerja
Meningkatnya Prosentase CTKI pendaftar
pemanfaatan jobsinfo jobsinfo yang berhasil
1 40% 17% 43
BNP2TKI dalam alur ditempatkan.
proses penempatan TKI
Meningkatnya Persentase pemanfatan layanan
Penempatan TKLN SISKOTKLN yang terintegrasi
2 memenuhi syarat kerja oleh pihak terkait dalam proses 70% 60% 85,71
dan prosedur berbasis pra pemberangkatan yang
Sistem P2TKI mudah, cepat, transparan.
Meningkatnya Persentase CTKI/TKI Bermasalah
Perlindungan sejak Pra, yang Tertangani
3 92% 95% 103,26
Selama, sampai dengan
Pemulangan.
Meningkatnya CTKI/TKI Persentase TKI Purna yang
4 34% 63% 185,29
Purna yang berwirausaha. Menjadi Wirausaha
Pelayanan Terpadu, Persentase Unit Layanan Publik
Profesional dan (UPP) dan Layanan Terpadu Satu
Bertanggungjawab, serta Pintu (LTSP) di 50% 54% 108
pengelolaan Keuangan BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang
yang efisien, efektif, mudah, murah dan cepat
transparan dan akuntabel Persentase lembaga yang
5 terintegrasi Sistem Pelayanan
80% 100% 125
P2TKI dalam tata kelola TKI,
termasuk transaksi non tunai
Nilai Capaian Reformasi Birokrasi
85% 84,70% 99,65
BNP2TKI
Opini BPK atas laporan keuangan WTP WTP 100
Citra terbaik untuk Opini Publik terhadap lembaga Baik Cukup
6 68,75
lembaga BNP2TKI BNP2TKI (80) (55)
Meningkatnya Tingkat Kapabilitas APIP Skor 1 2 200
Kompetensi, Integritas
7 Tingkat Kematangan
APIP dan Penyelengaraan Skor 1 3 300
Implementasi SPIP
SPIP.
Guna mengoptimalkan segenap sumber daya dan meningkatkan kinerja BNP2TKI, perlu dilakukan upaya-
upaya serta komitmen yang besar dari segenap jajaran BNP2TKI untuk mewujudkan kinerja yang baik dan
memuaskan segenap stakeholder khususnya masyarakat pekerja migran. Untuk itu perlu dilakukan beberapa
langkah-langkah perbaikan sebagai berikut:
1. Pencegahan TKI Non Prosedural
Dalam rangka pencegahan TKI Non Prosedural telah dilakukan kerjasama dengan Bareskrim POLRI, integrasi
rekomendasi paspor sebagai tindak lanjut Perjanjian Kerjasama dengan Ditjen Imigrasi Kemkumham yang
memungkinkan tersaringnya setiap TKI yang berangkat dan melewati pemeriksaan imigrasi, kerjasama
perlindungan dengan otoritas perbatasan dan penjagaan yang ketat akan mengurangi penempatan TKI non
prosedural.
2. Konsep Exit Strategy menuju Zero Informal. Penerapan moratorium selama ini belum dikuti dengan langkah-
langkah perbaikan dan antisipasi baik di dalam negeri dan luar negeri, hal ini untuk menghindari meningkatnya
TKI berangkat secara non prosedural, dalam kaitan tersebut perlu disusun konsep exit strategy penyelesaian
permasalahan TKI pasca kebijakan pemerintah melakukan moratorium penempatan ke Timur Tengah.
PERATURAN
KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN
DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
NOMOR : PER.10/KA/IV/2015
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
TAHUN 2015 - 2019
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 -
2019 yang selanjutnya disebut RPJMN sebagai dokumen perencanaan pembangunan nasional
Kementeria/Lembaga untuk periode 2015 - 2019, dipandang perlu menetapkan Rencana
Strategis Badan Nasional Penempatan dan Perlidungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2015 -
2019.
Mengingat : 1. Undang-undang R.I. Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, tambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286 );
2. Undang-undang R.I. Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional; ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104 , TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 );
3. Undang-undang R.I. Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025; ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700 );
4. Undang-undang R.I. Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri;
5. Peraturan Presiden R.I. Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tanaga Kerja Indonesia;
6. Peraturan Presiden R.I. Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Nasional Tahun 2015 - 2019;
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 3
Pasal 4
1. Target dan kebutuhan pendanaan yang terdapat dalam Rencana Strategis ini,
merupakan angka yang tertuang dalam RPJMN yang bersifat indikatif;
2. Perubahan target dan kebutuhan pendanaan sebagaimana dimaksud ayat (2) yang
terjadi setiap tahun pelaksanaan RPJMN dan Rencana Strategis disampaikan
kepada Sekretariat Utama sebagai bahan usulan kepada Menteri Perencanaan
Pembangunan/Kepala Bappenas untuk mendapatkan keputusan;
3. Perubahan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam rencana kerja
tahunan.
Pasal 6
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan Peraturan Kepala BNP2TKI ini dengan
penempatannya pada Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 April 2015
KEPALA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA
NUSRON WAHID
SASARAN STRATEGIS
N0 TUJUAN AR AH KEBIJAKAN STRATEGI
URAIAN IK U
1 Terwujudnya TKI yang Meningkatnya pemanfaatan Prosentase CTKI pendaftar Meningkatkan pemanfaatan jobsinfo 1. Tersedianya roodmap pemanfaatan jobsinfo sebagai tools terpercaya
Profesional, Bermartabat jobsinfo BNP2TKI dalam jobsinfo yang berhasil sebagai tools terpercaya dalam dalam proses penempatan
dan Sejahtera; alur proses penempatan ditempatkan pendaftaran CTKI dan pengguna/employer 2. Tersedia aplikasi jobsinfo online yang menjadi central database
TKI dalam proses penempatan lowongan pekerjaan TKI dan terhubung dengan seluruh PPTKIS dan
lembaga pendidikan dan pelatihan;
Meningkatkan kompetensi melalui up- 1. Melakukan kerjasama dengan lembaga pelatihan K/L lainnya dalam
grade/up-skill untuk mencapai kesetaraan rangka Up-grade/up-skill CTKI ;
dengan peluang kerja. 2. Melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam rangka
penyediaan CTKI berbasis permintaan luar negeri.
Meningkatkan peran Perwakilan RI sebagai 1. Tersedianya peluang kerja yang terakses ke Jobsinfo dari perwakilan RI;
Market Intelligent dalam penyediaan 2. Tersedianya permintaan dalam bentuk job indikasi/job order yang
peluang kerja di luar negeri yang terintegrasi dalam sistem online jobsinfo
terintegrasi dengan Jobsinfo
Meningkatkan kerja sama bilateral dan 1. Peningkatan kerjasama Luar Negeri dan perumusan perjanjian
internasional khususnya di bidang kerjasama bilateral dan multirateral dalam rangka permintaan tenaga
penempatan dan perlindungan TKI, dan kerja profesional dan skilled
penanganan tindak pidana lintas batas 2. Mempercepat pelaksanaan saling pengakuan sertifikasi kompetensi
Mutual Rocognition Arragement (MRA)
SASARAN STRATEGIS
N0 TUJUAN AR AH KEBIJAKAN STRATEGI
URAIAN IK U
2 Terwujudnya TKI yang Meningkatnya Penempatan Persentase pemanfaatan Meningkatkan tata kelola rekrutmen dan 1. Penguatan pelaksanaan registrasi pendaftaran CTKI secara online di
Profesional, Bermartabat TKLN memenuhi syarat layanan SISKOTKLN yang verifikasi dokumen CTKI berbasis Dinas ketenagakerjaan Kab/kota
dan Sejahtera; kerja dan prosedur berbasis terintegrasi dengan pihak terkait SISKOTKLN 2. Mengintegrasikan rekomendasi paspor oleh Dinas ketenagakerjaan
Sistem P2TKI dalam proses pra pemberang Kab/Kota dengan sistim penerbitan paspor di Imigrasi secara online
katan yang mudah, cepat, dalam Siskotkln
transparan 3. Roadmap implementasi sertifikasi ESO dalam business model process
layanan TKI di Pusat dan Daerah
1. Menyediakan Layanan Terpadu 1. Tersedianya roadmap implementasi pengembangan LTSP TKI di
Satu Pintu (LTSP) di seluruh daerah asal TKI
BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang didukung 2. Kesepakatan prinsip bersama K/L dan Kepala Daerah terkait
penuh Pemerintah Daerah Prop/Kab/Kota menyangkut integrasi layanan TKI dalam LTSP Daerah berbasis
2. SISKOTKLN
3. Menyediakan seluruh standar 1. Mempublikasikan standar pelayanan Pra Pemberangkatan dalam
pelayanan menyangkut pra-keberangkatan website dan atau media lainnya
secara online dalam website dan atau 2. Penyempurnaan website BNP2TKI menyangkut infrastruktur dan contain
media lainnya layanan yang dimuat didalamnya
3. Pemutakhiran teknologi/telekomunikasi dalam rangka peningkatan
kualitas dan kecepatan penyediaan layanan TKI
Reformasi Bisnis Model Proses l 1. Menyederhanakan Bisnis Model Proses Penempatan TKI dari 14 Tahap
Penempatan dan cost structure dalam menjadi 8 Tahap
pelayanan penempatan TKI 2. Menyiapkan dan mengkoordinasikan infrastruktur BLKLN, LSP, RSUD
sebagai sarana kesehatan dan LSP di Kab/Kota di kantong-kantong TKI
3. Sistem monitoring implementasi cost structure dan pelaksanaan
enforcementnya
4. Menekan biaya yang dikeluarkan TKI dengan cara mendapat bantuan
dari pemerintah
Peningkatan sosialisasi dan diseminasi 1. Melakukan sosialisasi dan diseminasi informasi bekerja di luar negeri
informasi bekerja di luar negeri secara secara benar dan aman yang menjangkau wilayah dan
benar dan aman yang menjangkau wilayah masyarakat/lembaga secara luas
dan masyarakat/lembaga secara luas 2. Melakukan pembinaan dan pemberian sanksi dan rating lembaga
penempatan dan lembaga pendukung penempatan yang diumumkan ke
publik secara periodik;
3. Sistem monitoring dan evaluasi kualitas infrastruktur dan kinerja PPTKIS
4. Tersedianya modul dan layanan sosialisasi pemahaman CTKI
menyangkut dokumen perjanjian hak dan kewajiban baik sebagai CTKI
maupun TKI
5. Tersedianya infrastruktur pelaksana penyediaan layanan sosialisasi dan
pendampingan hukum menyangkut dokumen perjanjian hak dan
kewajiban baik sebagai CTKI maupun TKI
Pembenahan Sumber Pembiayaan TKI 1. Mendorong kerjasama dengan negara penempatan menyangkut
penyediaan lembaga keuangan setempat untuk fungsi colection bagi
TKI.
2. Melakukan Kerjasama dan pengembangan lembaga keuangan untuk
penyediaan modal/dana awal TKI
3. Menyediakan skema kredit murah untuk membiayai pemberangkatan
TKI
Mewujudkan Transaksi Non Tunai 1. Roadmap implementasi pembayaran transaksi non tunai dalam
100% proses pelayanan TKI sejak pra- pelayanan TKI
keberangkatan sampai dengan kepulangan 2. Mewujudkan transaksi Non Tunai terintegrasi secara online sistem untuk
menggunakan transaksi secara non tunai semua layanan TKI
3. Mendortong BI untuk meminta otoritas Bank Sentral Negara
penempatan implelemntasikan non tunai
4. Program terintegrasi antar K/L dan Pemerintah Daerah menyangkut
implementasi pembayaran transaksi secara non tunai dalam pelayanan
TKI
100% Negara Penempatan menyelenggara Tersedianya infrastruktur untuk kegiatan rutin sosialisasi dan pembelajaran
kan welcoming program bagi TKI baru datang sebelum diserahkan kepada majikan
Peningkatan pelayanan CTKI di wilayah 1. Pembuatan roadmap penyediaan pelayanan CTKI di wilayah
perbatasan perbatasan
2. Kesepakatan prinsip bersama K/L dan Kepala Daerah terkait
menyangkut pengembangan centra pendidikan dan pemberdayaan TKI
di wilayah perbatasan.
3. Terbanggunnya Program terintegrasi lintas lembaga menyangkut
pengembangan centra pendidikan dan pemberdayaan TKI di wilayah
perbatasan
SASARAN STRATEGIS
N0 TUJUAN AR AH KEBIJAKAN STRATEGI
URAIAN IK U
3 Terwujudnya TKI yang Meningkatnya Perlindungan Persentase CTKI/TKI Fasilitasi pengaduan yg mudah diakses/ 1. Tersedianya crisis center yang mampu melayani pengaduan secara
Profesional, Bermartabat sejak Pra, Selama, sampai Bermasalah yang Tertangani terjangkau oleh TKI, Responsif dan Solutif online dengan beragam tools.
dan Sejahtera; dengan Pemulangan 2. Fasilitasi pengaduan yang diproses berbasis sistem integrasi dengan
K/L terkait/Perwakilan RI
3. Mewujudkan Kinerja Penyelesaian Masalah Pengaduan TKI sesuai
dengan Service Level Aggrement (SOP) yang dipublikasikan dalam
website
Langkah Deteksi Dini (early Warning 1. Menghadirkan layanan langsung ke TKI di luar negeri dengan
Sistem)) dan langkah cepat tanggap Penyediaan Simcard yang terinstal dengan beragam fitur layanan yaitu
(immediate response). Menegakkan hukum a. Fitur Layanan Pengaduan berupa pengaduan kasus, Klaim
secara optimal tehadap pelanggar asuransi
peraturan nasional terkait TKI b. Fitur Layanan Darurat berupa emergency call, emergency SMS,
100% TKI telah memiliki akses terhadap Panic Button,
fasilitas Early Warning System c. Fitur Keberadaan TKI berupa Pencarian lokasi berdasarkan poisisi
memanfatkan beragam tools HP
d. fitur Layanan Informasi berupa Pencarian alamat perwakilan,
prosedur pengaduan, frofil Negara penempatan, dll kesemuanya
tanpa biaya
2. Tersedianya aplikasi EWS yang bisa diakses secara mudah oleh
CTKI/TKI di seluruh negara penempatan.
3. Kerjasama dengan negara penempatan menyangkut hak dan kewajiban
penggunaan layanan sim card EWS
4. Kerjasama dengan negara penempatan menyangkut pelaksanaan
seleksi dan monitoring kualitas majikan/pengguna .
5. Terbangunnya infrastruktur unit layanan komunitas di negara
penempatan yang mudah diakses TKI.
6. Teersedianya dan beroperasinya sistem monitoring TKI di negara
penempatan
Penguatan Advokasi dan Mediasi terhadap 1. Fasilitasi Advokasi dan Mediasi CTKI/TKI dan TKI purna bermasalah
TKI 2. Tersedianya infrastruktur dan fasilitas penyediaan lawyer untuk TKI
bermasalah hukum di dalam negeri
3. Membantu penyelesaian kasus TKI bermasalah di luar negeri
bekerjasama dengan Kemlu
4. Tersedianya sistem monitoring pelaksanaan layanan perlindungan
hukum.
5. Tersedianya Crisis Management Protocol menyangkut penyelamatan
dan pengembalian TKI yang terintegrasi dengan pemberdayaan di dalam
negeri
Penguatan fungsi intelegen dalam 1. Melaksanakan fungsi Intelijen dalam melaksanakan pembinaan dan
pengawasan lembaga penempatan dan pengawasan lembaga penempatan dan lembaga pendukung
lembaga pendukung penempatan penempatan
2. Fungsi intelegen dalam pengaman pemberangkan dan kepulangan TKI;
3. melakukan langkah-langkah prepentif/Pencegahan dan Penindakan
Penempatan TKI non Prosedural
Meningkatnya TKI Purna yang Persentase TKI Purna yang Meningkatnya pemberdayaan TKI Purna 1. Tersedianya roadmap dan strategi pemulangan hingga pemberdayaan
berwirausaha Menjadi Wirausaha dan keluarganya TKI Purna yang terintegrasi
2. Melaksanakan pemberdayaan CTKI/TKI dan keluarganya demi
terwujudnya kesejahteraan’
3. Mendorong Tersedianya BLK/SMK dan atau infrastruktur fisik serta
pendukung (termasuk pengajar) untuk pelaksanaan pelatihan di seluruh
daerah asal TKI.
4. Tersedianya modul dan pengajar pelatihan secara berkualitas dalam
rangka pembekalan TKI Purna menjadi pekerja dan wirausaha
5. Tersedianya sistem monitoring dan layanan konsultasi bagi TKI yang
telah selesai menjalani pembekalan
Meningkatnya remintansi hingga 3 kali lipat 1. Tersedianya rekening bank dan pelatihan layanan bank (modul) bagi
CTKI yang akan diberangkatkan.
2. Tersedianya sertifikasi pemanfaatan layanan bank bagi CTKI yang akan
diberangkatkan
3. Kerjasama dengan negara penempatan menyangkut kewajiban
pembayaran gaji melalui bank dan penyediaan unit layanan keuangan
secara murah bagi TKI
4. Tersedianya rekening bank, kantor pos dan atau Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) untuk keuarga TKI dan pemahaman pemanfaatannya
5. Tersedia aplikasi layanan keuangan dan pembayaran yang mudah
diakses TKI di luar negeri
6. Tarif pengiriman uang TKI dari luar negeri dengan nilai kurs yang
kompetitif
100% mendapatkan layanan Tersedianya kerjasama dengan lembaga keuangan dan donor dalam
pendampingan usaha dan akses rangka menunjang pelaksanaan pembekalan dan penyediaan bantuan
permodalan modal.
TKI Purna menjadi wirausaha 1. TKI Purna berwirausaha yang berhasil
2. TKI purna yang berwirausaha dalam komunitas Kampung TKI
3. TKI purna yang tidak dapat berwirausaha dapat disalurkan pada
lapangan kerja di dalam negeri
4. Tersedianya kerjasama dengan perusahaan (asing dan lokal) untuk
menerima alokasi TKI Purna secara rutin
SASARAN STRATEGIS
N0 TUJUAN AR AK KEBIJAKAN STRATEGI
URAIAN IK U
4 Mengarusutamaan tata Pelayanan Terpadu, Profesi 1. Prosentase Layanan Penyiapan perencanaan yang kreatif, Peningkatan Kualitas Rencana Program dan Anggaran yang dfisesuaikan
kelola pemerintahan yang onal dan Bertanggungjawab, Terpadu Satu Pintu (LTSP) inovatif, rasional dan menjawab persoalan dengan kebutuhan masayrakat yang nyata (felt need), dijadikan stimulasi
baik serta pengelolaan Keuangan di BP3TKI/LP3TKI/P4TKI terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban
yang efisien, efektif, yang mudah, murah dan (response)
transparan dan akuntabel cepat;
2. Persentase lembaga yang Peningkatan keterbukaan informasi dan Meningkatnya keterbukaan informasi dan komunikasi Publik melaluli :
terintegrasi Sistem komunikasi Publik; a. Peningkatan pelayanan PPID;
Pelayanan P2TKI dalam tata b. Publik awareness campaign;
kelola TKI, termasuk
c. Publikasi proses perencanaan dan penganggaran;
transaksi non tunai;
d. Publikasi Laporan keuangan dan Kinerja.
3. Nilai Capaian Reformasi
Birokrasi BNP2TKI;
4. Opini BPK atas laporan Peningkatan kualitas pelayanan publik. Meningkatnya kualitas pelayanan publik melalui :
keuangan 1. Penyusunan standa pelayanan;
2. Penyusunan SOP Pelayanan;
3. Pendirian LTSP;
4. Unit pengaduan masyarakt berbasis IT;
5. Sistem Pelayanan berbasis IT;
Peningkatan Partisipasi Masyarkat dalam Meningkatan Partisipasi Masyarkat dalam perumusan kebijakan melalui :
perumusan kebijakan 1. Forum konsultasi publik;
2. Publikasi informasi program dan kegiatan prioritas;
3. Sistem publikasi yang accessible, interaktif dan mudah dipahami;
Penyusunan, penyempurnaan perangkat Menyempurnakan perangkat peraturan dan berperan aktif dalam proses
peraturan dan berperan aktif dalam proses penguatan kewenangan/otoritas kelembagaan serta pengelolaan informasi
penguatan kewenangan/otoritas kelemba dan kehumasan
gaan serta pengelolaan informasi dan
kehumasan
100% Pemerintah Daerah (Provinsi/Kab/ Tersedianya kerjasama dan pendampingan bersifat kolaboratif bersama
Kota memiliki peraturan (perda dan atau K/L untuk Pemda (Provinsi.Kab/Kota) yang memiliki komitmen
perbub) menyangkut penempatan dan meningkatkan kualitas penempatan dan perlindungan warganya yang
perlindungan tenaga kerja menjadi TKI.
Penyediaan sarana dan prasarana Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan penempatan dan
pelayanan penempatan dan perlindungan perlindungan serta penatausahaan keuangan yang tertib dan akuntabel
serta penatausahaan keuangan yang tertib
dan akuntabel
Pengkajian, penelitian dan pengembangan 1. Melakukan pengkajian, penelitian dan pengembangan
serta menyediakan sistem informasi dan 2. Pengembangan sistem informasi yang terintegrasi dengan K/L terkait
penyajian data yang akurat dan stakeholder secara terpadu dan penyajian data yang akurat
Citra terbaik untuk lembaga Opini Publik terhadap Pembangunan Image Building komunikasi Mewujudkan Image Building komunikasi kelembagaan melalui :
BNP2TKI lembaga BNP2TKI kelembagaan 1. Menjadi lead operator khusus TKI dengan mengkomunikasikan program
terkait TKI kepada kementerian yang bersangkutan;
2. Bekerjasama untuk membuat research dan feasibility study yang terkait
dengan TKI hasil akan digunakan untuk pengembangan TKI;
3. Mengkomunikasikan segala keputusan yang akan dibuat dengan
melakukan brainstorming dengan perwakilan TKI baik asosiasi maupun
LSM/NGO;
4. Menjadi Self Regulatory Organisation bagi pelaku industri yang
melakukan bisnis terkait TKI agar tercipta win-win solution
Meningkatnya Kompetensi, Tingkat Kapabilitas APIP 1. APIP memberikan keyakinan yang 1. Kebijakan, proses, dan prosedur di APIP telah ditetapkan,
Integritas APIP dan memadai atas ketaatan, kehematan, didokumentasikan, dan terintegrasi satu sama lain, serta merupakan
Penyelengaraan SPIP efisiensi, dan efektivitas pencapaian infrastruktur organisasi;
. tujuan penyelenggaraan tugas dan 2. Manajemen serta praktik profesional APIP telah mapan dan seragam
fungsi instansi pemerintah; diterapkan di seluruh kegiatan pengawasan intern;
2. APIP memberikan peringatan dini dan 3. Kegiatan pengawasan intern mulai diselaraskan dengan tata kelola dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko yang dihadapi;
risiko dalam penyelenggaraan tugas 4. APIP berevolusi dari hanya melakukan kegiatan secara tradisional
dan fungsi instansi pemerintah; dan menjadi mengintegrasikan diri sebagai kesatuan organisasi dan
3. APIP memelihara dan meningkatkan memberikan saran terhadap kinerja dan manajemen risiko;
kualitas tata kelola penyelenggaraan 5. Memfokuskan untuk membangun tim dan kapasitas kegiatan
tugas dan fungsi instansi pemerintah pengawasan intern, independesi serta objektivitas; serta
6. Pelaksanaan kegiatan secara umum telah sesuai dengan Standar Audit.
Tingkat Kematangan Tersusunnya SOP yang berbasis risiko 1. Memberikan pemahaman kepada pimpinan dan seluruh pegawai
Implementasi SPIP yang selanjutnya disosialisasikan untuk tentang strategi penerapan SPIP;
dapat diterapkan oleh pimpinan dan 2. Menjadi acuan dalam mengintegrasikan SPIP dalam penyelenggaraan
pegawai yang terkait dengan kegiatan;
pelaksananaan kegiatan sehingga 3. Menjadi basis dalam perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan
mencapai tingkat kematangan (maturity SPIP (Internal Control Plan);
level) Integrated atau optimized 4. Mendorong unit kerja di lingkungan BNP2TKI untuk melakukan
percepatan penyelenggaraan SPIP;
5. Mewujudkan implementasi Reformasi Birokrasi di lingkungan BNP2TKI.
KEPALA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN
DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
TENTANG
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/9/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman
Penyusunan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Instansi Pemerintah, maka perlu
ditetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2015-2019;
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 5
Peraturan Kepala BNP2TKI ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Kepala BNP2TKI ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 April 2015
KEPALA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA,
NUSRON WAHID
PENETAPAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA TAHUN 2015-2019
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA
Meningkatnya pemanfaatan jobsinfo BNP2TKI dalam alur Prosentase CTKI pendaftar jobsinfo yang berhasil
proses penempatan TKI ditempatkan
Persentase pemanfatan layanan Siskotkln yang
Meningkatnya Penempatan TKLN memenuhi syarat kerja
terintegrasi oleh pihak terkait dalam proses pra
dan prosedur berbasis Sistem P2TKI
pemberangkatan yang mudah, cepat, transparan
Meningkatnya Perlindungan sejak Pra, Selama, sampai
Persentase CTKI/TKI Bermasalah yang Tertangani
dengan Pemulangan
Meningkatnya CTKI/TKI Purna yang berwirausaha Persentase TKI Purna yang Menjadi Wirausaha
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 April 2015
KEPALA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA
NUSRON WAHID
A. Pendahuluan
Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key performance indicators (KPI) dapat diartikan sebagai ukuran
atau Indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan sasaran
strategis yang telah kita tetapkan.
Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan
masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak
terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar. Melalui kinerja Aparatur,
diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu
pelayanan publik secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Namun demikian komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya tetap menjadi kunci
utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen tersebut dalam menentukan sasaran
dan tujuan, merupakan modal utama untuk meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi. Menentukan
tingkat prestasi melalui indikator kinerjanya akan menyentuh langsung faktor-faktor yang menunjukkan
indikasi-indikasi obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang Aparatur, serta sejauh mana fungsi
dan tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan.
B. Pengertian Kinerja
Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja. Para pakar banyak
memberikan definisi tentang kinerja secara umum, dan dibawah ini disajikan beberapa diantaranya:
1. Kinerja: adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan
tertentu selama kurun waktu tertentu (Bernardin dan Russel, 1993);
2. Kinerja: Keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan (As'ad, 1991);
3. Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan pengorganisasian
seseorang (Kurb, 1986);
4. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya (Gilbert, 1977).
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang antara lain :
1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman tingkat sosial dan
demografi seseorang;
2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja;
3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan
(reward system).
C. Tujuan
1. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam kelompok setinggi tingginya.
Peningkatan prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja staf;
2. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja melalui prestasi
pribadi;
3. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang pekerjaan,
sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.
F. Karakteristik Indikator
Selanjutnya, setelah kita merumuskan KPI untuk setiap sasaran kinerja yang ada, maka tahapan
berikutnya adalah menentukan angka target untuk setiap KPI. Demikianlah, misalkan untuk KPI
pertumbuhan sales revenue maka angka target yang dipasang misalnya adalah 15 %. Sementara untuk
skor atau tingkat kepuasan pelanggan misalkan angka targetnya adalah 8 dari skala 1 – 10.
Penetapan angka target ini sebaiknya mengikuti metode SMART atau singkatan dari :
Citra terbaik untuk lembaga BNP2TKI Opini Publik terhadap lembaga BNP2TKI
Meningkatnya Kompetensi, Integritas APIP dan Tingkat Kapabilitas APIP
Penyelengaraan SPIP
. Tingkat Kematangan Implementasi SPIP
Persentase pemanfatan layanan Siskotkln yang terintegrasi oleh Persentase TKI Formal yang ditempatkan
pihak terkait dalam proses pra pemberangkatan yang mudah,
cepat, transparan
Persentase CTKI/TKI Bermasalah yang Tertangani Persentase masalah CTKI/TKI I
Persentase TKI Purna yang Menjadi Wirausaha Persentase TKI Purna yang berwirausaha
Prosentase Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) di Persentase Realisasi pembentukan LTSP
BP3TKI/LP3TKI/P4TKI yang mudah, murah dan cepat
Persentase lembaga yang terintegrasi Sistem Pelayanan P2TKI Persentase lembaga yang terintegrasi Sistem
dalam tata kelola TKI, termasuk transaksi non tunai Pelayanan P2TKI
Nilai Capaian Reformasi Birokrasi BNP2TKI Persentase nilai capaian RB oleh Kemenpan
RB
Opini BPK atas laporan keuangan Hasil Penilaian dari BPK atas pelaksanaan
anggaran BNP2TKI
Opini Publik terhadap lembaga BNP2TKI Hasil penilaian dari lembaga independen atas
organisasi BNP2TKI
Tingkat Kapabilitas APIP Skor
Tingkat Kematangan Implementasi SPIP Skor
Persentase pemanfatan layanan Siskotkln yang Dilakukan dengan menghitung Prosentase jumlah TKI
terintegrasi oleh pihak terkait dalam proses pra Formal yang ditempatkan
pemberangkatan yang mudah, cepat, transparan
Persentase CTKI/TKI Bermasalah yang Tertangani Dilakukan dengan menghitung Prosentase jumlah kasus
TKI yang bermasalah dan berhasil diselesaikan
Persentase TKI Purna yang Menjadi Wirausaha Dilakukan dengan memonitoring jumlah TKI Purna dan
Keluarganya yang telah diberikan Bimtek pelatihan
wirausaha dan edukasi perbankan dan berhasil menjadi
wirausaha
Prosentase Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) di Dilakukan dengan menghitung Prosentase Realisasi
BP3TKI/LP3TKI/P4TKI mudah, murah dan cepat pembentukan LTSP
Persentase lembaga yang terintegrasi Sistem Dilakukan dengan menghitung Persentase lembaga yang
Pelayanan P2TKI dalam tata kelola TKI, termasuk terintegrasi dengan SSIKO TKLN
transaksi non tunai
Nilai Capaian Reformasi Birokrasi BNP2TKI Dilakukan dengan menghitung Prosentase nilai capaian
RB oleh Kemenpan RB
Opini BPK atas laporan keuangan Hasil Penilaian dari BPK atas pelaksanaan anggaran
BNP2TKI
Opini Publik terhadap lembaga BNP2TKI Hasil penilaian dari lembaga independen atas organisasi
BNP2TKI
Tingkat Kapabilitas APIP Dilakukan dengan menghitung menggunakan Skor
Tingkat Kematangan Implementasi SPIP Dilakukan dengan menghitung menggunakan Skor
Opini BPK atas laporan keuangan 1. Laporan Pelaksanaan Tugas B/T/S/T Biro Keuangan
2. Laporan hasil pemeriksaan Inspektorat dan BPK
Opini Publik terhadap lembaga BNP2TKI 1. Laporan Pelaksanaan Tugas B/T/S/T Biro Hukum dan Humas
2. Laporan Hasil Survey Lembaga Independen
Tingkat Kapabilitas APIP Laporan Pelaksanaan Tugas B/T/S/T Inspektorat BNP2TKI
Tingkat Kematangan Implementasi SPIP Laporan Pelaksanaan Tugas B/T/S/T Inspektorat BNP2TKI
Tingkat Penilaian LAKIP Laporan Hasil Revieu Inspektorat
Hasil Penilaian Kemenpan RB
Demikian Penetapan Indikator Kinerja Utama BNP2TKI Tahun 2013 ini dibuat semoga menjadi
acuan dalam pelaksanaan kegiatan di lingkungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia.
NUSRON WAHID
TENTANG
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan BAB I Pasal 2 Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja,
dan Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka perlu ditetapkan
Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia tentang Penetapan Perjanjian Kinerja Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2016;
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Dokumen Penetapan Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan
perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki;
Pasal 2
Unit organisasi Eselon I menyusun penetapan perjanjian kinerja tingkat unit
organisasi setelah menerima dokumen pelaksanaan anggaran dan
ditandatangani oleh Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia;
Pasal 3
Satuan kerja dan unit kerja eselon II menyusun penetapan kinerja setelah
menerima dokumen pelaksanaan anggaran dan ditandatangani oleh pimpinan
unit organisasi dan pimpinan satuan kerja;
Pasal 4
Dokumen Penetapan perjanjian Kinerja memuat pernyataan dan lampiran
formulir yang mencantumkan sasaran strategis, indikator kinerja utama
BNP2TKI, beserta target kinerja dan anggaran;
Pasal 6
Dokumen Penetapan perjanjian Kinerja digunakan untuk:
a. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah
untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja
Aparatur;
b. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
c. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan
sanksi;
d. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring,
evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima
amanah;
e. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.
Pasal 7
Peraturan Kepala BNP2TKI ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Kepala BNP2TKI ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Februari 2016
KEPALA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA,
NUSRON WAHID
PENETAPAN KINERJA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA TAHUN 2015
KEPALA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA
KERJA INDONESIA
NUSRON WAHID
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel serta
berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan dibawah ini :
berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam
rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen
perencanaan.
Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
KEPALA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
NUSRON WAHID
KEPALA
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
INDONESIA
NUSRON WAHID
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran
perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak Kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi
terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan
dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran
perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak Kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi
terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan
dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran
perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak Kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi
terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan
dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
SASARAN
INDIKATOR KINERJA TARGET
PROGRAM/KEGIATAN
Prosentase pengaduan yang diproses di layanan crisis
senter berbasis sistem yang terintegrasi dengan K/L 100%
Pengaduan masalah TKI dilayani, terkait/Perwakilan RI
diproses, dan diselesaikan
Persentase TKI telah memiliki akses terhadap fasilitas
30%
Early Warning System memanfatkan beragam tools
Penguatan Advokasi dan Mediasi dalam Persentase menurunnya permasalahan CTKI/ TKI 25%
memenuhi hak-hak TKI sejak Pra, selama Persentase CTKI/TKI bermasalah yang mendapat
dan purna TKI 100%
pendampingan hukum
Jumlah pekerja migran/purna yang mendapat edukasi 5.200
pengelolaan keuangan dan wirausaha TKI Purna
Meningkatnya kemampuan TKI purna
penempatan untuk mengelola keuangan, Persentase TKI Purna yang Menjadi Wirausaha 34%
termasuk mengembang kan usaha mikro Persentase terpasilitasi pemulangan dan
pemberdayaan WNIO/TKIB/Pekerja migran bermasalah 30%
dalam proses re integrasi usaha di desa asalnya.
Persentase kerjasama dengan lembaga keuangan dan
Meningkatnya layanan pendampingan
donor dalam rangka menunjang pelaksanaan 30%
usaha dan akses permodalan
pembekalan dan penyediaan bantuan modal.
Persentase sistem monitoring perlindungan berbasis
Penguatan fungsi pembinaan dan informasi unit intelejen 30%
pengawasan pelaksanaan penempatan
dan perlindungan Persentase meningkatnya TKI yang berangkat secara
92% TKI
prosedural di kantong TKI non prosedural
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran
perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak Kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi
terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan
dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel serta
berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian
ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam
dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab
kami.
Pihak Kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap
capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian
penghargaan dan sanksi.