Professional Documents
Culture Documents
030.10.248
2014
BAB II
LAPORAN KASUS
NIM : 030.10.248
I. IDENTITAS
II. ANAMNESIS
Telah dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada hari kamis pukul 11.15 WIB, tanggal 5
Juni 2014 di ruang 703.
1
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan bab hitam 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Bab dirasakan lengket dan sedikit cair dengan frekuensi 1x perhari. Pasien merasa setiap ingin
bab merasa pusing dan saat bab perut terasa panas dan mules. Pasien juga mengeluh nyeri
pada ulu hati, kembung, nyeri dada dan sesak nafas terasa setelah makan.
Riwayat mual, muntah darah, nyeri kepala, batuk, pilek disangkal. Bak normal jernih dan
lancar.
4 bulan yang lalu pasien pernah dirawat di RS dengan keluhan yang sama yaitu bab hitam dan
telapak tangan dan kaki berwarna kuning, menurut pasien saat itu pasien sakit karena virus.
Riwayat maag (+), hipertensi (-), DM (-), penyakit paru-paru (-).
Paman pasien meninggal karena sakit liver kurang lebih 3 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi,
DM, Jantung disangkal pada keluarga.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku merokok sejak usia 15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari. Namun pasien
sudah berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Pasien jarang berolah raga, makan 2x perhari
namun tidak teratur dan pasien senang makan asam dan pedas. Pasien sering minum jamu
1x/hari dan minum pilkita setelah bekerja. Pasien juga memiliki riwayat minum alcohol namun
jarang tidak lebih dari 2x dalam 1 bulan.
Riwayat Pengobatan
Pasien pergi ke Puskesmas dengan keluhan bab hitam lalu dirujuk ke RS Budi Asih.
2
Riwayat alergi
Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal dirumah padat penduduk, pencahayaan baik tidak perlu memakai lampu pada
pagi hari, ventilasi cukup baik.
Kepala : Kepala pusing saat bab, mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan tidak ada keluhan.
Abdomen : Bab hitam, nyeri ulu hati, perut kembung, muntah darah disangkal.
Keadaan Umum
BB : 50kg
TB : 165cm
3
BMI : 18,3
Kesan : Normal
Status Generalis
Kulit
Warna kulit kuning langsat, pucat (+), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik, efloresensi
bermakna (-).
Kepala
Normochepali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, deformitas (-)
Mata : Ptosis (-), palpebra oedem (-), Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung (+/+).
Telinga : Normotia, nyeri tarik atau nyeri lepas (-/-), liang telinga lapang (+/+), serumen (-
/-)
Hidung : Deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-), kavum nasal tampak lapang (+/+)
Mulut : sianosis (-), bibir tidak kering, mukosa mulut kering, tidak ada efloresensi yang
bermakna, oral hygine baik, uvula letak di tengah, tidak hiperemis, arkus faring tidak
hiperemis dan tidak tampak detritus, tonsil T1/T1.
Leher
Palpasi : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar.
Toraks
4
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, gerak pernafasan simetris tidak
tampak pergerakan nafas yang tertinggal, tulang iga tidak terlalu vertikal maupun
horizontal, retraksi otot-otot pernapasana (-).
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan dada. Ictus cordis teraba setinggi ICS 5 1
cm dari garis midclavicula kiri.
- batas paru dengan hepar : setinggi ICS 5 linea midclavicula kanan dengan suara redup
- batas paru dengan jantung kanan : setinggi ICS 3 hingga 5 linea sternalis kanan dengan
suara redup
- batas paru dengan jantung kiri : setinggi ICS 5 1 cm linea midclavicula kiri dengan
suara redup
- batas atas jantung : setinggi ICS 3 linea parasternal kiri dengan suara redup
Auskultasi :
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, perut buncit, smiling umbilicus (-),
hernia umbilikalis (-), pulsasi abnormal (-), spider navy (-).
Perkusi : Didapatkan timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-).
Palpasi : Teraba kembung, tidak teraba massa , defence muscular (-), nyeri tekan
epigastrium. Nyeri lepas (-).
5
Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, tidak tampak efloresensi yang bermakna, oedem ekstremias superior (-
/-), oedem ekstremitas inferior (-/-), palmar eritema (-/-).
6
Albumin 2,9 g/dl 3,5-5,2
Globulin 2,2 g/dl 1,9-3,5
Waktu perdarahan 3,00 Menit 1-6
Waktu pembekuan 12,00 Menit 5-15
2. Endoskopi
- Gaster : Antrum tampak erosi, perdarahan tidak ada, lain-lain tak tampak kelainan
IV. RINGKASAN
Pasien seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan melena 2
hari SMRS, nyeri pada epigastrium, riwayat sakit kuning karena virus, maag, merokok usia
15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari, makan 2x perhari tidak teratur dan pasien senang makan
asam dan pedas, minum jamu 1x/hari dan minum pilkita setelah bekerja, riwayat minum
alkohol. Pada pemeriksaan didapatkan hipotensi, takipnoe, konjungtiva anemis. Perut
kembung dan nyeri tekan epigastrium.
Pada pemeriksaan lab didapatkan anemia gravis yaitu penurunan hb <7g/dl, penurunan eritrosit
dan hematokrit, nilai AST/SGOT yang diambang batas atas, dan hiperglikemi.
V. DAFTAR MASALAH
- Melena
- Anemia gravis
7
- Gastritis erosif
1. Melena
a. Melena adalah bab berwarna hitam seperti ter dan lengket serta berbau khas akibat
perdarahan saluran cerna bagian atas. Saluran cerna bagian atas yaitu diatas dari
ligamentum Treitz ( esophagus, gaster, duonenum, dan jejunum proksimal). Secara
epidemiologi di Indonesia penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian atas karena
pecahnya varises esophagus. Pada pasien didapatkan riwayat melena 2 hari SMRS, bab
dirasakan lengket dengan frekuensi 1x perhari.
b. Rencana diagnosis untuk memastikan adanya perdarahan dilakukan pemeriksaan tinja
lengkap berupa pemeriksaan secara makroskopik, mikroskopik atau secara kimia
(benzidine test), sedangkan untuk mengetahui penyebab melena diperlukan
pemeriksaan endoskopi dan tes fungsi hati yaitu SGOT/SGPT, protein total, albumin
dan globulin, masa perdarahan dan masa pembekuan. Pada pasien endoskopi sudah
dilakukan dengan hasil gastritis erosif ringan dan tak tampak perdarahan. SGOT/SGPT
normal, albumin menurun namun tidak ada ratio terbalik albumin globulin, masa
perdarahan dan masa pembekuan normal.
c. Rencana terapi pada melena yaitu transfusi PRC 400 cc, asering/8 jam, pantoprazole
1x1amp, tranexamid 3x1, vit k 3x1, sucralfat 4x1 cth, antasida 3x1 cth. non
medikamentosa yaitu istirahat yang cukup, makan teratur, makan yang lunak misalnya
bubur saring dan berprotein tinggi, hindari factor penyebab yaitu konsumsi jamu,
alkohol, soft drink.
2. Anemia gravis
a. Anemia gravis adalah menurunnya jumlah Hb dalam darah yaitu <5 atau 6 g/dl. Kadar
hemoglobin yang rendah menyebabkan oksigenasi keseluruh organ tubuh mulai dari
otak hingga otot kaki berkurang sehingga timbulah keluhan letih, lesu, mual, lemas dan
juga lemah. Biasanya gejala baru timbul bila kadar hemoglobin dalam darah <8 g/dl.
8
Pada pasien didapatkan keluhan seperti lemas dan pusing. Sedangkan pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan darah rutin didapatkan
jumlah Hb 3,2g/dl maka dapat dikategorikan anemia gravis. Anemia merupakan suatu
gejala akibat penyakit lain yang mendasarinya dan pada pasien anemia terjadi karena
gastritis erosif dan asupan makan yang kurang mengingat pada anamnesis dinyatakan
bahwa asupan makan pada pasien tidak adekuat.
b. Rencana diagnosis anemia dengan darah lengkap, dan SADT. pada pasien darah
lengkap sudah dilakukan dan didapatkan nilai Hb 3,2 g/dl.
c. Rencana terapi dengan pemberian Transfusi PRC 400cc. non medikamentosa yaitu
istirahat yang cukup, makan teratur, makan yang lunak misalnya bubur saring dan
berprotein tinggi, hindari factor penyebab yaitu konsumsi jamu, alkohol, soft drink.
3. Gastritis erosif
a. Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis dan difus atau local. Gastritis erosif dikatakan bila kerusakan
mukosa lambung yang tidak meluas sampai ke epitel. Pada pasien didapatkan keluhan
utama yaitu melena. Salah satu gejala utama pada gastritis erosif adalah melena. Pada
anamnesis didapatkan adanya keluhan dyspepsia berupa kembung, nyeri pada ulu hati,
perut terasa panas dan mules. Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan
pada epigastrium.
b. Rencana diagnostik yaitu dengan pemeriksaan endoskopi, pada pasien sudah dilakukan
dan didapatkan erosi pada antrum dengan kesan gastritis erosive ringan.
c. Rencana terapi yaitu pantoprazole 1x1amp, tranexamid 3x1, sucralfat 4x1 cth, antasida
3x1 cth. non medikamentosa yaitu istirahat yang cukup, makan teratur, makan yang
lunak misalnya bubur saring dan berprotein tinggi, hindari factor penyebab yaitu
konsumsi jamu, alkohol, soft drink.
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. USG Abdomen
2. Feses lengkap (makroskopik, mikroskopik dan kimia yaitu benzidine test).
3. SADT
VIII. PENATALAKSANAAN
9
a. Medikamentosa
1. Asering/8 jam
2. Pantoprazole 1amp
3. Vit k 3x1
4. Kalnex 3x1
5. Transfusi 400 cc
6. Sucralfat 4x1 cth
7. Antasida 3x1 cth
b. Non medikamentosa
1. Istirahat yang cukup
2. Hindari faktor penyebab misalnya stress, penggunaan obat-obat pilkita, alkohol, dapat
meningkatkan asam lambung
3. Makanan lunak misalnya bubur saring, hindari makan makanan yang pedas dan asam.
Makan berprotein tinggi misalnya putih telur, tempe, segala jenis ikan-ikan basah.
4. Hindari minuman yang merangsang asam lambung misalnya soft drink.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Follow up harian
Lab :
- Ureum
Creatinin
(N)
- Klorida 111
- Protein
total 5.1
g/dl
- Albumin
2.9 g/dl
- Globulin 2.2
g/dl
Hematologi
- Leukosit
2,3
- Eritrosit
3,3
- Hb 7,4
- Hematokrit
24
11
- Trombosit
49
- MCV 73,5
- MCH
22,6
- MCHC
30,7
- RDW 23,6
12
- Eritrosit
4,3
- Hb
10,3
- Hematokrit
32
- Trombosit
46
- MCV 75,3
- MCH
24,2
- MCHC
32,1
- RDW 22,5
14
- Trombosit
49
- MCV 75,3
- MCH
24,4
- MCHC
32,1
- RDW 22,4
Faal hemostasis
- Waktu pendarahan
3.00 menit
- Waktu pembekuan
12.00 menit
15
Abd : supel, NT (+),
NTE (+) timpani
Eks : akral hangat
(+/+)
9/06/2014
Hematologi
- Leukosit
3,0
- Eritrosit
4,4
- Hb
10,0
- Hematokrit
33
- Trombosit
68
- MCV 75,3
- MCH
22,9
- MCHC
30,4
- RDW 22,5
Hematologi
- Leukosit
2,7
- Eritrosit
4,2
- Hb
10,2
16
- Hematokrit
32
- Trombosit
60
- MCV 75,9
- MCH
24,5
- MCHC
32,3
- RDW 22,1
Endoskopi
- Esofagus :
mukosa normal,
tak tampak
kelainan
- Gaster : Antrum
tampak erosi,
perdarahan tidak
ada, lain-lain tak
tampak kelainan
- Duodenum :
mukosa normal,
tak tampak
ulkus ataupun
perdarahan.
• Kesan :
Gastritis
erosiva
ringan,
perdarahan
tidak ada.
17
BAB III
ANEMIA
2.1 Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell
mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer. Anemia gravis adalah kadar Hb 5 - 6 g/dl. Keluhan anemia terjadi bila
kadar Hb <8 g/dl berupa lemah, letih, lesu, lunglai dan diperlukan transfusi darah jika kadar Hb
<7 g/dl. 1
18
2.2 Kriteria
Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit adalah kadar
hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Harga normal hemoglobin sangat
bervariasi secara fisiologis tergantung jenis kelamin, usia, kehamilan dan ketinggian tempat
tinggal.
2.3 Klasifikasi
19
hemoglobin yang
menurun
2. GASTRITIS EROSIF
I. Definisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis dan difus atau local. Gastritis erosive bila terjadi kerusakan
mukosa lambung yang tidak meluas sampai epitel.
Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan
merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan local. Endotoksin bakteri (setelah
menelan makanan), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan pencetus yang lazim. Infeksi
Helicobacter pylori lebih sering dianggap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat
anti inflamasi non steroid (OAINS), sulfonamide, steroid juga diketahui mengganggu
sawar mukosa lambung.
II. Epidemiologi
Secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel
inflamasi neutrophil yang minimal.
21
IV. Patomekanisme
Gastritis bisa disebabkan karna stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Ketika mengalami stres akan terjadi
perangsangan saraf simpatis nervus vagus yang akan meningkatkan HCl didalam lambung.
HCl dilambung akan menimbulkan mual muntah.
Zat kimia maupun makanan yg merangsang menyebabkan sel epitel kolumner, yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Fungsi mukus untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Lapisan mukosa gaster terdapat sel
yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus)dan pembuluh darah.
Secara umum pasien gastritis erosive mengeluh dyspepsia. Dyspepsia adalah suatu
sindrom/kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa
terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Secara umum dyspepsia dibagi
menjadi empat yaitu: dyspepsia akibat tukak, dyspepsia akibat motilitas, dyspepsia akibat
refluks dan dyspepsia tidak spesifik.
Pada dyspepsia gangguan motilitas, keluhan yang paling menonjol adalah perasaan
kembung, rasa penuh ulu hati setelah makan, cepat merasa kenyang disertai sendawa. Pada
dyspepsia akibat refluks, keluhan yang menonjol berapa nyeri ulu hati dan rasa seperti
terbakar, harus disingkirkan adanya pasien kardiologi. Pasien tukak memberikan ciri
seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman, disertai muntah. Rasa sakit gastritis erosive timbul
setelah makan, berbeda dengan ulkus duodenum yang lebih enak setelah makan. Walaupun
demikian, rasa nyeri saja tidak cukup menegakkan gastritis erosive, selain itu dapat terjadi
juga perdarahan atau perforasi
22
Diagnosis
a. Non-medikamentosa
i. Istirahat
Stres dan kecemasan memegang peran penting dalam peningkatan
asam lambung. Sebaiknya pasien hidup tenang dan menerima stress dengan
wajar.
ii. Diet
b. Medikamentosa
i. Antasida
23
ii. Koloid Bismuth
iii. Sukralfat
iv. Prostaglandin
24
gastrin darah. PPI mencegah pengeluaran asam lambung, menyebabkan
pengurangan rasa sakit, mengurangi factor agresif pepsin dengan PH>4.
1. Omeprazol 2x20mg
2. Lanzoprazol/Pantoprazol 2x40mg
vii. Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
1. Terapi tripel
a. PPI 2X1 + Amoksilin 2x1000 + Klaritromisin 2x500
b. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 + Klaritromisin 2x500
c. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 + Amoksilin 2x1000
d. PPI 2X1 + Mertonidazol 3x500 + Tetrasiklin 4x500
2. Terapi Kuadrapel: jika gagal dengan terapi tripel. Regimen
terapinya yaitu: PPI 2X1. Bismuth 4x2, metronidazole 4x250,
tetrasiklin 4x500.
VII. Tindakan operasi
Tindakan operasi saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi medikamentosa.
Prosedur operasi yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus refrakter, darurat karena komplikasi
perdarahan dan perforasi, dan sangka keganasan. 4
ENDOSCOPI
Definisi
Endoscopi melihat kedalam, yang dalam hal ini berarti melihat kedalam tubuh manusia untuk
suatu alasan medis. Endoscopi adalah suatu alat yang menggunakan sistem fiberoptik dengan
sistem pencahayaan yang memungkinkan visualisasi kedalam bagian tubuh tertentu.
Teknik Endoscopi
Teknik Endoscopi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu diagnostik dan Terapeutik.
Pemeriksaan Saluran Cerna Bagian Atas disebut esofago Gastro Duodenoscopi (EGD) dan
Saluran Cerna Bagian Bawah disebut kolonoscopi.
Esofagogastroduodenoscopi (EGD)
a. Diagnostik
25
Esofagogastroduodenoscopi (EGD) dan biopsy
b. Terapeutik
- Skleroterapi dan ligasi varises esofagus
- Skleroterapi histoacryl varises esofagus
- Pemasangan stent esofagus
- Pemasangan flowcare
- Pemasangan Percutaneus Endoscopic Gastrostomy(PEG)
- Dilatasi esophagus dengan busi Savary-Guillard
- Polipektomi polip esofagus, gaster dan duodenum
- Hemostatis endoscopi (perdarahan non varises : adrenalin + aethoxysclerol, berryplast
endoclip dll).
- Endoscopic Mucosal Resection(EMR)
- Terapi laser pada tumor, perdarahan dll.
c. Indikasi
- Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
- Dispepsia
- Disfagia
- Odinofagia
- Nyeri Epigastrium Kronis
- Kecurigaan Obsruksi Outlet
- Survey Endoscopi curiga keganasan
- Nyeri dada tak khas
d. Kontra Indikasi Absolut:
- Tidak kooperatif
- Psikopat
- Alergi obat premedikasi
- Syok
- Infark miokard akut
- Respiratori distress
- Perdarahan masif
e. Kontra indikasi Relatif
26
- Kelainan kolumna vertebralis
- Gagal jantung
- Sesak nafas
- Gangguan kesadaran
- Infeksi akut
- Aneurisma aorta torakalis
- Tumor Mediastinum
- Stenosis esofagus
- Gastritis korosif akut
- Gastritis flegmonosis
f. Persiapan Pasien
- Pendekatan dan motivasi pasien sekaligus “Informe Consent”, sambil diterangkan
mengenai kegunaan pemeriksaan, jenis pemeriksaan yang akan dikerjakan, serta keadaan-keadaan
yang mungkin dirasakan pada waktu diperiksa seperti kembung, mual, sedikit rasa tak nyaman
dsb. Diterangkan kemungkinan terjadi komplikasi meskipun jarang.
- Hemoglobin >10 g/dl, Ht, Trombosit dalam batas normal. Pada pasien saat dilakukan
endoscopi Hb 10 g/dl, Ht 33%, dengan trombosit 68 ribu/ul dengan faal hemostatis yang normal.
- Puasa tidak makan tetapi dapat minum obat yang diperlukan, paling tidak 6 jam sebelum
pemeriksaan.
- Gigi palsu dan kacamata dilepas.
- Dilakukan penyuntikan xylocain spray pada tenggorokan.
- Bila perlu dilakukan penyuntikan obat.
- Cara menelan dan bernafas panjang diampilkan pada waktu pemeriksaan.
- Berbaring dengan posisi miring kekiri,tangan kiri dibawah bantal dan tangan kanan diatas
paha kanan.
g. Premedikasi
- Tidak selalu diberikan dan hanya diberikan pada pasien yang sensitif. Sedasi diberikan
diazepam 5-10mgiv/im atau midazolam 2,5mgiv Dapat juga diberikan pethidin 0,5-1mg/kg bb iv
30 menit sebelum pemeriksaan
- Gascon 15cc peroral 5-10 menit sebelum tindakan
- Sprai xilocain 10% merata keseluruh faring,uvula dan hipofaring
27
- 5-10 menit sebelum pemeriksaan.
h. Penyulit
- Perforasi
- Perdarahan
- Gangguan kardio pulmoner
- Reaksi obat-obatan
- Penularan infeksi
- Pneumonia aspirasi
- Instrument Impaction
i. Perawatan Pasca Endoscopi
- Pasien boleh makan dan minum setelah 1-2jam pasca endoscopi untuk menghindari
aspirasi
- Bila pasien diberi sedasi diobservasi diruang pemulihan sampai sadar
- Pasien rawat jalan tidak boleh membawa kendaraan sendiri.
- Bila dilakukan biopsi,dianjurkan makan makanan cair atau bubur saring selama beberapa
waktu tergantung apa yang ditemuka dan berapa banyak biopsi dilakukan. Bila ada perdarahan
pasien diminta menghubungi dokter.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adamson WJ et al, 2005, Anemia and Polycythemia in Harrison’s Principles of Internal
Medicine 16th edition ; NewYork : McGraw Hill.
2. Supandiman I dan Fadjari H, 2006, Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II edisi IV ; Jakarta : FKUI
3. Kuipers E, Blaser MJ. Acid peptic disease. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil Medicine.
24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 141.
4. Lee EL, Feldman M. Gastritis and gastropathies. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, eds.
Sleisenger and Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier; 2010:chap 51.
5. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi Gastrointestinal. Jilid I. Jakarta: Salemba Medika;2008.hlm.
51-52.69-72.
28
29