You are on page 1of 30

LAPORAN KASUS

ANEMIA GRAVIS ec MELENA PADA GASTRITIS EROSIVA

Pembimbing : Dr. R.A.Hanifatun.I.Ariestina,SpPD

Disusun oleh: Sely Fauziah

030.10.248

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD BUDHI ASIH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

2014
BAB II

LAPORAN KASUS

STATUS ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH JAKARTA

Nama : Sely Fauziah

NIM : 030.10.248

Pembimbing : Dr. R.A.Hanifatun.I.Ariestina,SpPD

I. IDENTITAS

Nama : Tn. I Pekerjaan : Supir Truk

Umur : 35 tahun Pendidikan : SD

Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam

Alamat : Kp. Kapuk No.25 Tanggal masuk : 4 Juni 2014

Status pernikahan : Menikah No. RM : 93.40.05

II. ANAMNESIS

Telah dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada hari kamis pukul 11.15 WIB, tanggal 5
Juni 2014 di ruang 703.

1
Keluhan Utama

Pasien datang dengan bab hitam 2 hari yang lalu SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan bab hitam 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Bab dirasakan lengket dan sedikit cair dengan frekuensi 1x perhari. Pasien merasa setiap ingin
bab merasa pusing dan saat bab perut terasa panas dan mules. Pasien juga mengeluh nyeri
pada ulu hati, kembung, nyeri dada dan sesak nafas terasa setelah makan.

Riwayat mual, muntah darah, nyeri kepala, batuk, pilek disangkal. Bak normal jernih dan
lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu

4 bulan yang lalu pasien pernah dirawat di RS dengan keluhan yang sama yaitu bab hitam dan
telapak tangan dan kaki berwarna kuning, menurut pasien saat itu pasien sakit karena virus.
Riwayat maag (+), hipertensi (-), DM (-), penyakit paru-paru (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Paman pasien meninggal karena sakit liver kurang lebih 3 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi,
DM, Jantung disangkal pada keluarga.

Riwayat Kebiasaan

Pasien mengaku merokok sejak usia 15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari. Namun pasien
sudah berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Pasien jarang berolah raga, makan 2x perhari
namun tidak teratur dan pasien senang makan asam dan pedas. Pasien sering minum jamu
1x/hari dan minum pilkita setelah bekerja. Pasien juga memiliki riwayat minum alcohol namun
jarang tidak lebih dari 2x dalam 1 bulan.

Riwayat Pengobatan

Pasien pergi ke Puskesmas dengan keluhan bab hitam lalu dirujuk ke RS Budi Asih.

2
Riwayat alergi

Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.

Riwayat Lingkungan

Pasien tinggal dirumah padat penduduk, pencahayaan baik tidak perlu memakai lampu pada
pagi hari, ventilasi cukup baik.

Anamnesis menurut sistem

Kulit : Tidak ada keluhan

Kepala : Kepala pusing saat bab, mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan tidak ada keluhan.

Leher : Nyeri menelan, sakit tenggorokan disangkal.

Dada : Nyeri dada dan sesak setelah makan, batuk disangkal.

Abdomen : Bab hitam, nyeri ulu hati, perut kembung, muntah darah disangkal.

Saluran kemih : Bak lancar, jernih dan lancar.

Genital : Tidak ada keluhan.

Ekstremitas : Pegal pada dengkul dan telapak kaki.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

TTV : TD 100 /80 mmHg N 86x/menit RR 29x/menit S 36,6oC

BB : 50kg

TB : 165cm

3
BMI : 18,3

Kesan : Normal

Status Generalis

Kulit

Warna kulit kuning langsat, pucat (+), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik, efloresensi
bermakna (-).

Kepala

Normochepali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, deformitas (-)

Mata : Ptosis (-), palpebra oedem (-), Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung (+/+).

Telinga : Normotia, nyeri tarik atau nyeri lepas (-/-), liang telinga lapang (+/+), serumen (-
/-)

Hidung : Deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-), kavum nasal tampak lapang (+/+)

Mulut : sianosis (-), bibir tidak kering, mukosa mulut kering, tidak ada efloresensi yang
bermakna, oral hygine baik, uvula letak di tengah, tidak hiperemis, arkus faring tidak
hiperemis dan tidak tampak detritus, tonsil T1/T1.

Leher

Inspeksi : Tak tampak benjolan KGB dan kelenjar tiroid

Palpasi : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar.

JPV : 5+2 cmH2O

Toraks

4
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, gerak pernafasan simetris tidak
tampak pergerakan nafas yang tertinggal, tulang iga tidak terlalu vertikal maupun
horizontal, retraksi otot-otot pernapasana (-).

Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan dada. Ictus cordis teraba setinggi ICS 5 1
cm dari garis midclavicula kiri.

Perkusi : Didapatkan perkusi sonor pada kedua lapang paru.

- batas paru dengan hepar : setinggi ICS 5 linea midclavicula kanan dengan suara redup
- batas paru dengan jantung kanan : setinggi ICS 3 hingga 5 linea sternalis kanan dengan
suara redup
- batas paru dengan jantung kiri : setinggi ICS 5 1 cm linea midclavicula kiri dengan
suara redup
- batas atas jantung : setinggi ICS 3 linea parasternal kiri dengan suara redup

Auskultasi :

- Jantung : Bunyi jantung I & II regular murmur (-) gallop (-).


- Paru : Suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronki (-/-).

Abdomen

Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, perut buncit, smiling umbilicus (-),
hernia umbilikalis (-), pulsasi abnormal (-), spider navy (-).

Auskultasi : BU (+) normal.

Perkusi : Didapatkan timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-).

Palpasi : Teraba kembung, tidak teraba massa , defence muscular (-), nyeri tekan
epigastrium. Nyeri lepas (-).

Hepar, lien tidak teraba, ballotemen (-).

5
Ekstremitas

Inspeksi : Simetris, tidak tampak efloresensi yang bermakna, oedem ekstremias superior (-
/-), oedem ekstremitas inferior (-/-), palmar eritema (-/-).

Palpasi : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

JENIS Hasil Satuan Nilai normal


PEMERIKSAAN
Leukosit 4,2 ribu/ul 3,8-10,6
Eritrosit 1,8 juta/ul 4,4-5,9
Hemoglobin 3,2 g/dl 13,2-17,3
Hematokrit 10 % 40-52
Trombosit 124 ribu/ul 150-440
MCV 58,0 fL 80-100
MCH 17,8 Pg 26-34
MCHC 33,4 g/dl 32-36
RDW 20,1 % <14
AST/SGOT 33 mU/dl <33

ALT/SGPT 35 mU/dl <50


Gula darah sewaktu 136 mg/dl <110
Ureum 40 mg/dl 13-43
Kreatinin 1,00 mg/dl <1,2
Na 141 mmol/l 135-155
K 3,9 mmol/l 3,6-5,5
Cl 111 mmol/l 98-109
Protein total 5,1 g/dl 6,4-8,3

6
Albumin 2,9 g/dl 3,5-5,2
Globulin 2,2 g/dl 1,9-3,5
Waktu perdarahan 3,00 Menit 1-6
Waktu pembekuan 12,00 Menit 5-15

2. Endoskopi

- Esofagus : mukosa normal, tak tampak kelainan

- Gaster : Antrum tampak erosi, perdarahan tidak ada, lain-lain tak tampak kelainan

- Duodenum : mukosa normal, tak tampak ulkus ataupun perdarahan.

• Kesan : Gastritis erosiva ringan, perdarahan tidak ada.

IV. RINGKASAN

Pasien seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan melena 2
hari SMRS, nyeri pada epigastrium, riwayat sakit kuning karena virus, maag, merokok usia
15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari, makan 2x perhari tidak teratur dan pasien senang makan
asam dan pedas, minum jamu 1x/hari dan minum pilkita setelah bekerja, riwayat minum
alkohol. Pada pemeriksaan didapatkan hipotensi, takipnoe, konjungtiva anemis. Perut
kembung dan nyeri tekan epigastrium.

Pada pemeriksaan lab didapatkan anemia gravis yaitu penurunan hb <7g/dl, penurunan eritrosit
dan hematokrit, nilai AST/SGOT yang diambang batas atas, dan hiperglikemi.

V. DAFTAR MASALAH
- Melena
- Anemia gravis
7
- Gastritis erosif

VI. PENGKAJIAN MASALAH

1. Melena
a. Melena adalah bab berwarna hitam seperti ter dan lengket serta berbau khas akibat
perdarahan saluran cerna bagian atas. Saluran cerna bagian atas yaitu diatas dari
ligamentum Treitz ( esophagus, gaster, duonenum, dan jejunum proksimal). Secara
epidemiologi di Indonesia penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian atas karena
pecahnya varises esophagus. Pada pasien didapatkan riwayat melena 2 hari SMRS, bab
dirasakan lengket dengan frekuensi 1x perhari.
b. Rencana diagnosis untuk memastikan adanya perdarahan dilakukan pemeriksaan tinja
lengkap berupa pemeriksaan secara makroskopik, mikroskopik atau secara kimia
(benzidine test), sedangkan untuk mengetahui penyebab melena diperlukan
pemeriksaan endoskopi dan tes fungsi hati yaitu SGOT/SGPT, protein total, albumin
dan globulin, masa perdarahan dan masa pembekuan. Pada pasien endoskopi sudah
dilakukan dengan hasil gastritis erosif ringan dan tak tampak perdarahan. SGOT/SGPT
normal, albumin menurun namun tidak ada ratio terbalik albumin globulin, masa
perdarahan dan masa pembekuan normal.
c. Rencana terapi pada melena yaitu transfusi PRC 400 cc, asering/8 jam, pantoprazole
1x1amp, tranexamid 3x1, vit k 3x1, sucralfat 4x1 cth, antasida 3x1 cth. non
medikamentosa yaitu istirahat yang cukup, makan teratur, makan yang lunak misalnya
bubur saring dan berprotein tinggi, hindari factor penyebab yaitu konsumsi jamu,
alkohol, soft drink.
2. Anemia gravis
a. Anemia gravis adalah menurunnya jumlah Hb dalam darah yaitu <5 atau 6 g/dl. Kadar
hemoglobin yang rendah menyebabkan oksigenasi keseluruh organ tubuh mulai dari
otak hingga otot kaki berkurang sehingga timbulah keluhan letih, lesu, mual, lemas dan
juga lemah. Biasanya gejala baru timbul bila kadar hemoglobin dalam darah <8 g/dl.
8
Pada pasien didapatkan keluhan seperti lemas dan pusing. Sedangkan pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan darah rutin didapatkan
jumlah Hb 3,2g/dl maka dapat dikategorikan anemia gravis. Anemia merupakan suatu
gejala akibat penyakit lain yang mendasarinya dan pada pasien anemia terjadi karena
gastritis erosif dan asupan makan yang kurang mengingat pada anamnesis dinyatakan
bahwa asupan makan pada pasien tidak adekuat.
b. Rencana diagnosis anemia dengan darah lengkap, dan SADT. pada pasien darah
lengkap sudah dilakukan dan didapatkan nilai Hb 3,2 g/dl.
c. Rencana terapi dengan pemberian Transfusi PRC 400cc. non medikamentosa yaitu
istirahat yang cukup, makan teratur, makan yang lunak misalnya bubur saring dan
berprotein tinggi, hindari factor penyebab yaitu konsumsi jamu, alkohol, soft drink.

3. Gastritis erosif
a. Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis dan difus atau local. Gastritis erosif dikatakan bila kerusakan
mukosa lambung yang tidak meluas sampai ke epitel. Pada pasien didapatkan keluhan
utama yaitu melena. Salah satu gejala utama pada gastritis erosif adalah melena. Pada
anamnesis didapatkan adanya keluhan dyspepsia berupa kembung, nyeri pada ulu hati,
perut terasa panas dan mules. Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan
pada epigastrium.
b. Rencana diagnostik yaitu dengan pemeriksaan endoskopi, pada pasien sudah dilakukan
dan didapatkan erosi pada antrum dengan kesan gastritis erosive ringan.
c. Rencana terapi yaitu pantoprazole 1x1amp, tranexamid 3x1, sucralfat 4x1 cth, antasida
3x1 cth. non medikamentosa yaitu istirahat yang cukup, makan teratur, makan yang
lunak misalnya bubur saring dan berprotein tinggi, hindari factor penyebab yaitu
konsumsi jamu, alkohol, soft drink.
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. USG Abdomen
2. Feses lengkap (makroskopik, mikroskopik dan kimia yaitu benzidine test).
3. SADT
VIII. PENATALAKSANAAN
9
a. Medikamentosa
1. Asering/8 jam
2. Pantoprazole 1amp
3. Vit k 3x1
4. Kalnex 3x1
5. Transfusi 400 cc
6. Sucralfat 4x1 cth
7. Antasida 3x1 cth
b. Non medikamentosa
1. Istirahat yang cukup
2. Hindari faktor penyebab misalnya stress, penggunaan obat-obat pilkita, alkohol, dapat
meningkatkan asam lambung
3. Makanan lunak misalnya bubur saring, hindari makan makanan yang pedas dan asam.
Makan berprotein tinggi misalnya putih telur, tempe, segala jenis ikan-ikan basah.
4. Hindari minuman yang merangsang asam lambung misalnya soft drink.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Follow up harian

Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan


5/06/2014 - bab hitam dan TD 100/60mmHg - Anemia PRC 200 cc
lengket 1x sore N 64x/menit gravis ec Asering/8 jam
hari RR 24x/menit melena Vit k 3x1
- nyeri perut S 36,7 oC - Susp PVO Kalnex 3x1
- kembung Mata : CA -/-, SI -/- Pantoprazole
- pusing Thx 1x1
- sesak sudah - Paru : Sn Antacid 3x1 cth
berkurang vesikuler
10
- pegal-pegal +/+, ronki -/-
, wheezing -
/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT (+),
NTE (+) timpani
Eks : akral hangat
(+/+)

Lab :
- Ureum
Creatinin
(N)
- Klorida 111
- Protein
total 5.1
g/dl
- Albumin
2.9 g/dl
- Globulin 2.2
g/dl
Hematologi
- Leukosit
2,3
- Eritrosit
3,3
- Hb 7,4
- Hematokrit
24
11
- Trombosit
49
- MCV 73,5
- MCH
22,6
- MCHC
30,7
- RDW 23,6

6/06/2014 - bab cair tapi TD 110/70mmHg - Anemia PRC 200 cc


sudah tidak N 76x/menit gravis ec Asering/8 jam
hitam RR 28x/menit melena dengan Vit k 3x1
- nyeri perut S 38 oC perbaikan Kalnex 3x1
- kembung Mata : CA -/-, SI -/- - Susp PVO Pantroprazole
- pusing Thx 1x1
- sesak sudah - Paru : Sn Ca glukonas 1x1
berkurang vesikuler Antacid 3x1 cth
- pegal-pegal +/+, ronki -/-
, wheezing -
/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT (+),
NTE (+) timpani
Eks : akral hangat
(+/+)
Hematologi
- Leukosit
3,3

12
- Eritrosit
4,3
- Hb
10,3
- Hematokrit
32
- Trombosit
46
- MCV 75,3
- MCH
24,2
- MCHC
32,1
- RDW 22,5

7/06/2014 - bab cair tapi TD 110/60 mmHg - Anemia Asering/8 jam


sudah tidak N 64x/menit gravis ec Vit k 3x1
hitam RR 20x/menit melena dengan Kalnex 3x1
- nyeri perut S 37,1oC perbaikan Pantroprazole
- sesak sudah Mata : CA -/-, SI -/- - Susp PVO 1x1
berkurang Thx - Susp ITP Antacid 3x1 cth
- sedikit batuk - Paru : Sn
vesikuler
+/+, ronki -/-
, wheezing -
/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT (+),
NTE (+) timpani
13
Eks : akral hangat
(+/+)

8/06/2014 - bab cair tapi TD 110/80 mmHg - Anemia Asering/8 jam


sudah tidak N 60x/menit gravis ec Vit k 3x1
hitam RR 19x/menit melena dengan Kalnex 3x1
- perut S 36,1oC perbaikan Pantroprazole
kembung Mata : CA -/-, SI -/- - Susp PVO 1x1
Thx Antacid 3x1 cth
- Paru : Sn Vitalzym 3x1
vesikuler
+/+, ronki -/-
, wheezing -
/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT (+),
NTE (+) timpani
Eks : akral hangat
(+/+)
Hematologi
- Leukosit
3,8
- Eritrosit
4,3
- Hb
10,5
- Hematokrit
33

14
- Trombosit
49
- MCV 75,3
- MCH
24,4
- MCHC
32,1
- RDW 22,4
Faal hemostasis
- Waktu pendarahan
3.00 menit
- Waktu pembekuan
12.00 menit

10/06/2014 Sudah tidak ada TD 110/70 mmHg - Anemia Asering/8 jam


keluhan N 68x/menit gravis ec Vit k 3x1
RR 19x/menit melena dengan Kalnex 3x1
S 36,7oC perbaikan Pantroprazole
Mata : CA -/-, SI -/- 1x1
Thx Antacid 3x1 cth
- Paru : Sn Vitalzym 3x1
vesikuler
+/+, ronki -/-
, wheezing -
/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)

15
Abd : supel, NT (+),
NTE (+) timpani
Eks : akral hangat
(+/+)

9/06/2014
Hematologi
- Leukosit
3,0
- Eritrosit
4,4
- Hb
10,0
- Hematokrit
33
- Trombosit
68
- MCV 75,3
- MCH
22,9
- MCHC
30,4
- RDW 22,5

Hematologi
- Leukosit
2,7
- Eritrosit
4,2
- Hb
10,2
16
- Hematokrit
32
- Trombosit
60
- MCV 75,9
- MCH
24,5
- MCHC
32,3
- RDW 22,1
Endoskopi
- Esofagus :
mukosa normal,
tak tampak
kelainan
- Gaster : Antrum
tampak erosi,
perdarahan tidak
ada, lain-lain tak
tampak kelainan
- Duodenum :
mukosa normal,
tak tampak
ulkus ataupun
perdarahan.
• Kesan :
Gastritis
erosiva
ringan,
perdarahan
tidak ada.
17
BAB III

ANEMIA

2.1 Definisi

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell
mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer. Anemia gravis adalah kadar Hb 5 - 6 g/dl. Keluhan anemia terjadi bila
kadar Hb <8 g/dl berupa lemah, letih, lesu, lunglai dan diperlukan transfusi darah jika kadar Hb
<7 g/dl. 1

18
2.2 Kriteria

Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit adalah kadar
hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Harga normal hemoglobin sangat
bervariasi secara fisiologis tergantung jenis kelamin, usia, kehamilan dan ketinggian tempat
tinggal.

Kriteria anemia menurut WHO adalah:

NO KELOMPOK KRITERIA ANEMIA

1. Laki-laki dewasa < 13 g/dl

2. Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl

3. Wanita hamil < 11 g/dl

2.3 Klasifikasi

Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologi. Klasifikasi morfologi


didasarkan pada ukuran dan kandungan hemoglobin.2

No Morfologi Sel Keterangan Jenis Anemia

1. Anemia makrositik Bentuk eritrosit yang - Anemia Pernisiosa


- normokromik besar dengan konsentrasi - Anemia defisiensi folat
hemoglobin yang normal

2. Anemia mikrositik Bentuk eritrosit yang - Anemia defisiensi besi


- hipokromik kecil dengan konsentrasi - Anemia sideroblastik
- Thalasemia

19
hemoglobin yang
menurun

3. Anemia normositik Penghancuran atau - Anemia aplastik


- normokromik penurunan jumlah - Anemia posthemoragik
eritrosit tanpa disertai - Anemia hemolitik
kelainan bentuk dan - Anemia Sickle Cell
konsentrasi hemoglobin - Anemia pada penyakit
kronis

2. GASTRITIS EROSIF

I. Definisi

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis dan difus atau local. Gastritis erosive bila terjadi kerusakan
mukosa lambung yang tidak meluas sampai epitel.

Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan
merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan local. Endotoksin bakteri (setelah
menelan makanan), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan pencetus yang lazim. Infeksi
Helicobacter pylori lebih sering dianggap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat
anti inflamasi non steroid (OAINS), sulfonamide, steroid juga diketahui mengganggu
sawar mukosa lambung.

II. Epidemiologi

Adanya kasus gastritis di masyarakat:


a. Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record suatu Rumah Sakit pada tahun
2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi pada saluran
pencernaan adalah 55% dengan diare, 34,5% dengan gastritis, 4% dengan infeksi
usus, 3,5% dengan peritonitis, dan 3% dengan penyakit infeksi lainnya.
b. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan lambungnya,
menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami kenaikan grafik. Di penjuru
20
dunia saat ini penderita gastritis mencapai 1,7 miliar. Hasil penelitian riset Brain &
Co dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1645 perponden di Medan,
Jakarta, Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dai jumlah responden
menderita gastritis.
c. Menurut dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi Gastroenterologi –
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo dari hasil
penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan
dyspepsia, didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan organic lebih lanjut
dengan menggunakan endoskopi. Suatu penelitian lain dengan jumlah pasien yang
cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi pada beberapa kota di Indonesia juga
menunjukkan tinggi penderita gastritis kronis. Dari 7092 kasus dyspepsia yang
dilakukan endoskopi, ditemukan 86,41% penderita mengalami dyspepsia
fungsional. Data-data penelitian dari luar negeri yang menunjukan angka yang
tidak terlalu berbeda. 3
III. Etiologi
a. Obat-obatan: Asam asetil salisilat (terutama), indomethacin, sulfonamide, OAINS
dan steroid. Misal, aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung.
b. Alkohol
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis.
d. Mencerna asam atau alkali kuat, dll
e. Inflamasi lambung yang dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung atau oleh Helicobacter pylori

Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda.

a. Jika karena stress, erosi ditemukan pada korpus dan fundus.


b. Jika karena OAINS, erosi terutama ditemukan di daerah
antrum, namun dapat juga menyeluruh

Secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel
inflamasi neutrophil yang minimal.

21
IV. Patomekanisme

Gastritis bisa disebabkan karna stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Ketika mengalami stres akan terjadi
perangsangan saraf simpatis nervus vagus yang akan meningkatkan HCl didalam lambung.
HCl dilambung akan menimbulkan mual muntah.

Zat kimia maupun makanan yg merangsang menyebabkan sel epitel kolumner, yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Fungsi mukus untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Lapisan mukosa gaster terdapat sel
yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus)dan pembuluh darah.

Vasodilatasi mukosa gaster menyebabkan produksi HCl meningkat.


Anoreksia menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ditimbulkan karena kontak HCl dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel
mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya sindrom dyspepsia.

V. Tanda dan Gejala

Secara umum pasien gastritis erosive mengeluh dyspepsia. Dyspepsia adalah suatu
sindrom/kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa
terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Secara umum dyspepsia dibagi
menjadi empat yaitu: dyspepsia akibat tukak, dyspepsia akibat motilitas, dyspepsia akibat
refluks dan dyspepsia tidak spesifik.

Pada dyspepsia gangguan motilitas, keluhan yang paling menonjol adalah perasaan
kembung, rasa penuh ulu hati setelah makan, cepat merasa kenyang disertai sendawa. Pada
dyspepsia akibat refluks, keluhan yang menonjol berapa nyeri ulu hati dan rasa seperti
terbakar, harus disingkirkan adanya pasien kardiologi. Pasien tukak memberikan ciri
seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman, disertai muntah. Rasa sakit gastritis erosive timbul
setelah makan, berbeda dengan ulkus duodenum yang lebih enak setelah makan. Walaupun
demikian, rasa nyeri saja tidak cukup menegakkan gastritis erosive, selain itu dapat terjadi
juga perdarahan atau perforasi
22
Diagnosis

Diagnosis gastritis erosive ditegakkan berdasarkan pengamatan klinis, pemeriksaan


penunjang (radiologi dan endoskopi), dan hasil biopsy untuk pemeriksaan kuman
Helicobacter pylori (Tarigan, P., 2007).
Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosive. Dengan endoskopi
memungkinkan visualisasi dan dokumentasi fotografik sifat ulkus, ukuran, bentuk dan
lokasinya dapat menjadi dasar referensi untuk penilaiian penyembuhan.
Pada pemeriksaan rediologi didapatkan gambaran niche atau crater. Pemeriksaan
tes CLO/PA untuk menunjukan apakah ada infeksi Helicobacter pylori dalam rangka
eredaksi kuman.
VI. Terapi

Terapi pada gastritis erosive terdiri dari terapi non-medikamentosa, medikamentosa


dan operasi. Tujuan terapi adalah menghilangkan keluhan, menyembuhkan atau
memperbaiki erosi, mecegah kekambuhan dan mencegah komplikasi.

a. Non-medikamentosa
i. Istirahat
Stres dan kecemasan memegang peran penting dalam peningkatan
asam lambung. Sebaiknya pasien hidup tenang dan menerima stress dengan
wajar.
ii. Diet

Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang mengandung


susu tidak lebih baik dari makanan biasa, karena makanan halus dapat
merangsang pengeluaran asam lambung. Cabai, makanan merangsang,
makanan mengandung asam dapat menimbulkan rasa sakit.

b. Medikamentosa
i. Antasida

Pada saat ini sudah jarang digunakan, sering untuk menghillangkan


rasa sakit. Dosis: 3x1 tablet.

23
ii. Koloid Bismuth

Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan


penangkal bersama protein pada dasar ulkus dan melindungi terhadap
pengaruh asam dan pepsin. Dosis: 2x2 sehari. Efek samping: tinja kehitaman
sehinggaa menimbulkan keraguan dengan perdarahan.

iii. Sukralfat

Mekanisme kerja kemungkinan melalui pelepasan kutub


alumunium hidroksida yang berkaitan dengan kutub positif molekul protein
membentuk lapisan fisikokemikall pada dasar ulkus, yang melindungi dari
asam dan pesin. Efek lain membantu sintesis prostaglandin dan menambah
sekresi bikarbonat dan mukuss, meningkatkan daya pertahanan dan
perbaikan mukosa.

iv. Prostaglandin

Mekanisme kerja dengan mengurangi sekresi asam lambung,


menambah sekresi mucus, bikarbonat dan menambah aliran darah muksa
serta pertahanan dan perbaikaan mukosa. Biasanya digunakan sebagai
penangkal ulkus gaster pada pasien yang menggunakan OAINS.

v. Antagonis Reseptorr H2/ARH2

Struktur homolog dengan histamine. Mekanisme kerjanya


memblokir efek histamine pada sel parietal untuk tidak memproduksi asam
lambung. Dosis: Simetidin 2x400mg, Ranitidin 300mg/hari, Nizatidin
1x300mg, Famotidin 1x40mg, Roksatidin 2x75mg.

vi. Proton Pump Inhibitor/PPI

Mekanisme kerja memblokir enzim K+H+ ATP ase yang akan


memecah K+H+ ATP menjadi energy yang digunakan untuk mengeluarkan
asam lambung. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kenaikan

24
gastrin darah. PPI mencegah pengeluaran asam lambung, menyebabkan
pengurangan rasa sakit, mengurangi factor agresif pepsin dengan PH>4.

1. Omeprazol 2x20mg
2. Lanzoprazol/Pantoprazol 2x40mg
vii. Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
1. Terapi tripel
a. PPI 2X1 + Amoksilin 2x1000 + Klaritromisin 2x500
b. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 + Klaritromisin 2x500
c. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 + Amoksilin 2x1000
d. PPI 2X1 + Mertonidazol 3x500 + Tetrasiklin 4x500
2. Terapi Kuadrapel: jika gagal dengan terapi tripel. Regimen
terapinya yaitu: PPI 2X1. Bismuth 4x2, metronidazole 4x250,
tetrasiklin 4x500.
VII. Tindakan operasi

Tindakan operasi saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi medikamentosa.
Prosedur operasi yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus refrakter, darurat karena komplikasi
perdarahan dan perforasi, dan sangka keganasan. 4
ENDOSCOPI
Definisi
Endoscopi melihat kedalam, yang dalam hal ini berarti melihat kedalam tubuh manusia untuk
suatu alasan medis. Endoscopi adalah suatu alat yang menggunakan sistem fiberoptik dengan
sistem pencahayaan yang memungkinkan visualisasi kedalam bagian tubuh tertentu.

Teknik Endoscopi
Teknik Endoscopi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu diagnostik dan Terapeutik.
Pemeriksaan Saluran Cerna Bagian Atas disebut esofago Gastro Duodenoscopi (EGD) dan
Saluran Cerna Bagian Bawah disebut kolonoscopi.

Esofagogastroduodenoscopi (EGD)
a. Diagnostik
25
Esofagogastroduodenoscopi (EGD) dan biopsy
b. Terapeutik
- Skleroterapi dan ligasi varises esofagus
- Skleroterapi histoacryl varises esofagus
- Pemasangan stent esofagus
- Pemasangan flowcare
- Pemasangan Percutaneus Endoscopic Gastrostomy(PEG)
- Dilatasi esophagus dengan busi Savary-Guillard
- Polipektomi polip esofagus, gaster dan duodenum
- Hemostatis endoscopi (perdarahan non varises : adrenalin + aethoxysclerol, berryplast
endoclip dll).
- Endoscopic Mucosal Resection(EMR)
- Terapi laser pada tumor, perdarahan dll.
c. Indikasi
- Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
- Dispepsia
- Disfagia
- Odinofagia
- Nyeri Epigastrium Kronis
- Kecurigaan Obsruksi Outlet
- Survey Endoscopi curiga keganasan
- Nyeri dada tak khas
d. Kontra Indikasi Absolut:
- Tidak kooperatif
- Psikopat
- Alergi obat premedikasi
- Syok
- Infark miokard akut
- Respiratori distress
- Perdarahan masif
e. Kontra indikasi Relatif
26
- Kelainan kolumna vertebralis
- Gagal jantung
- Sesak nafas
- Gangguan kesadaran
- Infeksi akut
- Aneurisma aorta torakalis
- Tumor Mediastinum
- Stenosis esofagus
- Gastritis korosif akut
- Gastritis flegmonosis
f. Persiapan Pasien
- Pendekatan dan motivasi pasien sekaligus “Informe Consent”, sambil diterangkan
mengenai kegunaan pemeriksaan, jenis pemeriksaan yang akan dikerjakan, serta keadaan-keadaan
yang mungkin dirasakan pada waktu diperiksa seperti kembung, mual, sedikit rasa tak nyaman
dsb. Diterangkan kemungkinan terjadi komplikasi meskipun jarang.
- Hemoglobin >10 g/dl, Ht, Trombosit dalam batas normal. Pada pasien saat dilakukan
endoscopi Hb 10 g/dl, Ht 33%, dengan trombosit 68 ribu/ul dengan faal hemostatis yang normal.
- Puasa tidak makan tetapi dapat minum obat yang diperlukan, paling tidak 6 jam sebelum
pemeriksaan.
- Gigi palsu dan kacamata dilepas.
- Dilakukan penyuntikan xylocain spray pada tenggorokan.
- Bila perlu dilakukan penyuntikan obat.
- Cara menelan dan bernafas panjang diampilkan pada waktu pemeriksaan.
- Berbaring dengan posisi miring kekiri,tangan kiri dibawah bantal dan tangan kanan diatas
paha kanan.
g. Premedikasi
- Tidak selalu diberikan dan hanya diberikan pada pasien yang sensitif. Sedasi diberikan
diazepam 5-10mgiv/im atau midazolam 2,5mgiv Dapat juga diberikan pethidin 0,5-1mg/kg bb iv
30 menit sebelum pemeriksaan
- Gascon 15cc peroral 5-10 menit sebelum tindakan
- Sprai xilocain 10% merata keseluruh faring,uvula dan hipofaring
27
- 5-10 menit sebelum pemeriksaan.
h. Penyulit
- Perforasi
- Perdarahan
- Gangguan kardio pulmoner
- Reaksi obat-obatan
- Penularan infeksi
- Pneumonia aspirasi
- Instrument Impaction
i. Perawatan Pasca Endoscopi
- Pasien boleh makan dan minum setelah 1-2jam pasca endoscopi untuk menghindari
aspirasi
- Bila pasien diberi sedasi diobservasi diruang pemulihan sampai sadar
- Pasien rawat jalan tidak boleh membawa kendaraan sendiri.
- Bila dilakukan biopsi,dianjurkan makan makanan cair atau bubur saring selama beberapa
waktu tergantung apa yang ditemuka dan berapa banyak biopsi dilakukan. Bila ada perdarahan
pasien diminta menghubungi dokter.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adamson WJ et al, 2005, Anemia and Polycythemia in Harrison’s Principles of Internal
Medicine 16th edition ; NewYork : McGraw Hill.
2. Supandiman I dan Fadjari H, 2006, Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II edisi IV ; Jakarta : FKUI
3. Kuipers E, Blaser MJ. Acid peptic disease. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil Medicine.
24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 141.
4. Lee EL, Feldman M. Gastritis and gastropathies. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, eds.
Sleisenger and Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier; 2010:chap 51.
5. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi Gastrointestinal. Jilid I. Jakarta: Salemba Medika;2008.hlm.
51-52.69-72.

28
29

You might also like