You are on page 1of 22

OPEN ACCESS

E-ISSN : 2549-6581
Artikel Hasil Penelitian
Diterima : 2 April 2017
Direview : 5 April 2017
Dimuat : April – Juli 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN ANAK


USIA 1-3 TAHUN DI DESA CANGKRINGSARI KECAMATAN SUKODONO KABUPETEN
SIDOARJO

Astri Poborini1, , Maulidha1, Dewi Larasati1


1
Midwifery Departement, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya

Email: ap_rini@ymail.com
HP +6281266279792

ABSTRACT
Preschoolers are children aged 3-5 years who come with many potentials. Motor development is a developing
process of body motion control that includes central and peripheral nerves activity, and the muscles as well. Motor
development can be categorized into two categories: gross motor and fine motor development. Every child will undergo
these two development processes. In preschool age, motor development increases rapidly from 50% to 80%. Behavioral
stimulation is one of the factors which may affect child’s motor development. Children who get targeted and regular
stimulation have faster progress than children who are less/not stimulated. This study aimed to identify the correlation
between behavioral stimulation and the motor development of prescoolers using DDST (Denver Development Screening
Test) assessment form in PAUD (Early Childhood Education) Kasih Bunda, Kotalama Sub-district, Kedungkandang
District, Malang. The design of this study was observational analytic using cross-sectional approach. Purposive sampling
method was used with the total respondents of 63 children. The data obtained were analysed using non-parametric
statistical analysis with Likelihood Ratio untilobtained a significant result on fine motor development variable α = 0.00;
while the same analysis technique obtained α = 0.055 on gross motor development variable. It can be concluded that
there is a correlation between behavioral stimulation and preschoolers fine motor development, but there is no correlation
between stimulation-giving behavior and preschoolers gross motor development in PAUD (Early Childhood Education)
Kasih Bunda, Kotalama Sub-district, Kedungkandang District, Malang.
Keywords: Preschooler, behavioral stimulation, motor development

ABSTRAK
Anak prasekolah adalah anak berusia 3-5 tahun yang memiliki berbagai macam potensi. Perkembangan
motorik merupakan proses perkembangan kontrol gerak tubuh melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan
otot. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua: perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Setiap
anak akan mengalami kedua proses perkembangan ini. Pada anak prasekolah, perkembangan motorik akan berkembang
pesat dari 50% menjadi 80%. Perilaku pemberian stimulasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan motorik anak. Anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
hubungan perilaku pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) dengan
menggunakan lembar DDST II (Denver Development Screening Test) di PAUD Kasih Bunda Kelurahan Kotalama,
Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah responden
penelitian sebanyak 63 anak. Hasil uji analisis statistik nonparametrik dengan Likelihood Ratio pada perkembangan
motorik halus didapatkan nilai signifikansi α=0,00; sedangkan pada perkembangan motorik kasar didapatkan nilai
signifikansi α=0,055. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara perilaku pemberian stimulasi dengan
perkembangan motorik halus, dan tidak terdapat hubungan antara perilaku pemberian stimulasi dengan perkembangan
motorik kasar pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) di PAUD Kasih Bunda Kelurahan Kotalama, Kecamatan
Kedungkandang, Kota Malang.
Kata Kunci : Anak prasekolah, perilaku pemberian stimulasi, perkembangan motorik
*Korespondensi: Astri Proborini. Surel: ap_rini@ymail.com
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

PENDAHULUAN terhadap 2.634 anak usia 0-72


Kemampuan orangtua dalam bulan. Hasil pemeriksaan
deteksi dini gangguan perkembangan tersebut ditemukan
perkembangan anak, terutama di data normal sesuai dengan usia
daerah pedesaan masih relatif sebesar 53%, meragukan
rendah. Hal ini dibuktikan dengan (membutuhkan pemeriksaan lebih
masih banyak orangtua yang tidak dalam) sebanyak 13%, dan
mengetahui kelainan yang terjadi penyimpangan perkembangan
pada anak, terutama menyangkut sebanyak 34%. Dari hasil data
gangguan perkembangan anak penyimpangan perkembangan, 10%
seperti gangguan bicara dan adalah motorik kasar, dan 30%
bahasa, retardasi mental yang motorik halus. Berdasarkan data di
berkaitan dengan gangguan atas terlihat bahwa angka
bahasa, motorik kasar, motorik meragukan dan penyimpangan
halus, kecerdasan dan autisme. perkembangan masih cukup besar
Rendahnya kemampuan orangtua di Indonesia.4
dalam deteksi dini, mengakibatkan Pemerintah Indonesia telah
orangtua sering ter-lambat menggalakkan sebuah program
memeriksakan atau berkonsultasi untuk kesehatan anak balita.
dengan dokter atau para medis Program tersebut bernama
lainnya.1Masalah lain yang terjadi Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
adalah masih banyak orangtua yang Tumbuh Kembang Balita yang
beranggapan bahwa perkembangan dilakukan minimal dua kali dalam
keterampilan motorik pada anak setahun pada anak balita usia 12-59
2
dapat berjalan dengan sendirinya. bulan yang harus dipantau secara
Pada tahun 2007, 35,4% berkelanjutan untuk memastikan
anak di Indonesia menderita kesehatan mereka selalu dalam
penyimpangan dalam motorik kasar, kondisi optimal.5 Selain program
motorik halus, serta penyimpangan tersebut, pemerintah Indonesia juga
mental emosional.3Ikatan Dokter bekerja sama pihak UNICEF dalam
Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur mengembangkan sebuah kerangka
juga melakukan pemeriksaan kebijakan yang komprehensif untuk
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

mengimplementasikan komponen- salah satu contoh perilaku orangtua


komponen yang saling berkaitan dalam melatih perkembangan
dengan Pendidikan Anak Usia Dini anak.11Perilaku merupakan hasil
(PAUD). Salah satu komponen dari segala macam pengalaman
tersebut adalah stimulasi pada serta interaksi manusia dengan
anak.6 lingkungannya yang terwujud dalam
Pada beberapa aspek bentuk pengetahuan, sikap dan
12
perkembangan seperti kognitif, fisik, tindakan.
motorik, dan psikososial seorang Berdasarkan studi
anak berkembang secara pesat dari pendahuluan yang telah dilakukan di
50% menjadi 80% pada saat TK AISYIYAH 20 Kecamatan
prasekolah.7 Salah satu aspek Kedungkandang pada bulan Mei
penting pada proses perkembangan 2016, dengan jumlah responden
anak pada usia prasekolah adalah sebanyak 15 orang ibu yang
perkembangan motorik, karena memiliki anak usia prasekolah (3-5
perkembangan motorik merupakan tahun), didapatkan hasil bahwa ibu
awal kecerdasan dan emosi sosial yang memiliki perilaku pemberian
anak.8 stimulasi kurang sebanyak 5 orang,
Keterlambatan motorik dapat cukup sebanyak 6 orang, dan baik
menyebabkan anak merasa rendah sebanyak 4 orang. Sedangkan pada
diri, kecemburuan terhadap anak observasi perkembangan motorik
lain, kekecewaan terhadap sikap anak, didapatkan hasil bahwa
orangtua, penolakan sosial, terdapat suspect pada motorik halus
ketergantungan dan malu.9 Oleh dan motorik kasar sebanyak
karena itu, stimulasi ini harus sebanyak 3 orang, suspect pada
diberikan secara rutin dan motorik kasar dan normal pada
berkesinambungan dengan kasih motorik halus sebanyak 3 orang,
sayang, metode bermain dan lain- suspect pada motorik halus dan
lain, sehingga perkembangan anak normal pada motorik kasar
dapat berjalan secara optimal.10 sebanyak 1 orang, serta normal
Aktivitas orangtua dalam pada motorik kasar dan motorik
memberikan stimulasi ini merupakan halus sebanyak 8 orang.Tujuan dari
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

penelitian ini untuk mengetahui Pengembangan Instrumen dan


adanya hubungan perilaku Teknik Pengumpulan Data
pemberian stimulasi dengan Instrumen yang digunakan
perkembangan motorik pada anak dalam penelitian ini berupa
usia prasekolah (3-5 tahun) dengan kuesioner perilaku pemberian
menggunakan lembar DDST II stimulasi dan lembar observasi
(Denver Development Screening DDST II (Denver Development
Test) di PAUD Kasih Bunda Screening Test). Dalam uji validitas
Kelurahan Kotalama, Kecamatan kuesioner perilaku pemberian
Kedungkandang, Kota Malang. stimulasi, didapatkan 16 pertanyaan
yang memiliki nilai r hitung > dari r
METODE tabel dengan nilai signifikansi (Sig.
Rancangan/Desain Penelitian (2-tailed)) <0.05 (rtabel = 0.514).
Desain penelitian yang Sedangkan dalam uji reabilitas
digunakan adalah observasional kuesioner didapatkan nilai
analitik dengan pendekatan cross Cronbach’s Alpha sebesar 0,955.
sectional. Karena nilai Cronbach’s Alpha>0.6
maka instrumen yang digunakan
Sumber Data dinyatakan reliabel.
Variabel independen dalam
penelitian ini adalah perilaku Teknik Analisis Data
pemberian stimulasi, dan variabel Data yang telah terkumpul
dependen adalah perkembangan ini, kemudian dianalisa
motorik pada anak usia prasekolah menggunakan Uji Likelihood Ratio
(3-5 tahun).. untuk melihat hubungan antara
perilaku pemberian stimulasi
Sasaran Penelitian dengan perkembangan motorik
Jumlah sampel sebanyak 63 pada anak usia prasekolah (3-5
anak prasekolah yang berusia 3-5 tahun). Dikatakan terdapat
tahun dan ibunya yang dipilih hubungan jika nilai signifikan
dengan teknik purposive sampling. α<0,05.
.
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

HASIL PENELITIAN b. Jenis kelamin anak


Karakteristik Umum  Laki-laki 23 37
 Perempuan 40 63
Tabel 1 Distribusi Karakteristik c. Urutan anak
Responden Ibu dan Murid  Ke-1 24 38
 Ke-2 24 38
PAUD Kasih Bunda Kelurahan  Ke-3 11 17
Kotalama, Kecamatan  Ke-4 3 5
 Ke-5 0 0
Kedungkandang, Kota Malang 1 2
 Ke-6
Karakteristik N % d. Jumlah saudara
responden  0 orang 10 16
Karakteristik ibu  1 orang 23 36
a. Usia ibu  2 orang 12 19
 15-25 tahun 16 25  3 orang 13 21
 26-35 tahun 34 54  4 orang 5 8
 36-45 tahun 13 21 Berdasarkan tabel 1 di atas
 46-50 tahun 0 0
0 0 dapat diketahui bahwa sebagian
 >50 tahun
b. Pendidikan terakhir besar ibu berusia 26-35 tahun
ibu 14 22
sebanyak 34 responden (54%),
 SD 21 33
 SMP/MTsN 28 45 berpendidikan terakhir
 SMA/MAN/SMK 0 0
SMA/MAN/SMK sebanyak 28
 D1/D2/D3 0 0
 S1/S2/S3 responden (45%), bekerja sebagai
c. Pekerjaan ibu ibu rumah tangga (tidak bekerja)
 Wiraswasta 12 19
sebanyak 40 responden (64%), dan
 Karyawan 11 17
 Tidak bekerja/IRT 40 64 berpendapatan perbulan
 Lain-lain 0 0
>Rp.1.000.000-Rp.2.000.000
d. Pendapatan
perbulan orangtua 3 5 sebanyak 31 responden (49%).
 ≤Rp.500.000 15 24 Selain itu didapatkan sebagian
> Rp.500.000- 31 49
Rp.1.000.000 10 16 besar anak berusia 4 tahun
> Rp.1.000.000- 4 6 sebanyak 43 responden (68%),
Rp.2.000.000
> Rp.2.000.000- berjenis kelamin perempuan
Rp.3.000.000 sebanyak 40 responden (63%),
 > Rp.3.000.000
urutan ke-1 dan ke-2 sebanyak 24
Karakteristik anak
a. Usia anak responden (38%), dan berjumlah
 3tahun 11 18
saudara 1 orang sebanyak 23
 4 tahun 43 68
 5 tahun 9 14 responden (36%).
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

Perilaku Pemberian Stimulasi  Suspect 0 0


Tabel 2 Distribusi Perilaku  Untestable
Motorik Kasar
Pemberian Stimulasi Ibu di PAUD Usia 3 tahun
Kasih Bunda Kelurahan  Normal 8 73
 Suspect 2 18
Kotalama, Kecamatan  Untestable 1 9
Kedungkandang, Kota Malang Usia 4 tahun
 Normal 34 79
Perilaku N % 8 19
 Suspect
pemberian 1 2
 Untestable
stimulasi
Usia 5 tahun
Kurang 23 37 9 100
 Normal
Cukup 31 49 0 0
 Suspect
Baik 9 14 0 0
 Untestable
Total 63 100
Berdasarkan tabel 3 di atas
Berdasarkan tabel 2 di atas
dapat disimpulkan bahwa sebagian
dapat disimpulkan bahwa 31 dari 63
besar anak prasekolah yang berusia
responden (49%) memiliki perilaku
3, 4, dan 5 tahun perkembangan
pemberian stimulasi kategori cukup.
motorik halusnnya adalah
Perkembangan Motorik
normal.Pekembangan motorik
Tabel 3Distribusi Perkembangan
normal pada anak usia 3 tahun
Motorik Halus dan Kasar
sebanyak 8 responden (73%), pada
Pada Anak Usia Prasekolah
usia 4 tahun sebanyak 29
(3-5 tahun) di PAUD Kasih Bunda
responden (68%), dan pada usia 5
Kelura- han Kotalama,
tahun sebanyak 7 responden (78%).
Kecamatan Kedung-
Sedangkan pada perkembangan
kandang, Kota Malang
motorik kasar, sebagian besar anak
Perkembangan N %
Motorik prasekolah yang berusia 3, 4, dan 5
Motorik Halus
tahun memiliki perkembangan
Usia 3 tahun
 Normal 8 73 motorik kasar yang normal.
 Suspect 2 18
Perkembangan motorik kasar yang
 Untestable 1 9
Usia 4 tahun normal pada anak usia 3 tahun
 Normal 29 68
sebanyak 8 responden (73%), pada
 Suspect 13 30
 Untestable 1 2 usia 4 tahun sebanyak 34
Usia 5 tahun rresponden (79%), dan pada usia 5
 Normal 7 78
2 22 tahun sebanyak 9 resonden (100%).
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

motorik halus. Sebanyak 23


Hubungan Perilaku Pemberian responden memiliki perilaku
Stimulasi Dengan Perkembangan pemberian stimulasi kategori
Motorik Pada Anak Usia kurang, 7 responden (11,1%)
Prasekolah (3-5 Tahun) diantaranya memiliki anak dengan
Tabel 4 Analisis Hubungan Perilaku perkembangan motorik halus yang
Pemberian Stimulasi Dengan normal, 15 responden (23,8%)
Perkembangan Motorik Halus memiliki anak dengan suspect pada
Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 perkembangan motorik halus, dan 1
Tahun) di PAUD Kasih Bunda responden (1,6%) sisanya memiliki
Kelura- han Kotalama, anak dengan untestable pada
Kecamatan Kedung- perkembangan motorik halus.
kandang, Kota Malang Sebanyak 9 responden memiliki

Perilaku
Perkembangan Motorik perilaku
Nila pemberian stimulasi
Halus i
Pember kategori baik, 8 responden (12,7%)
Untes- Tot Sig
ian Normal Suspect %
table al nifi
Stimula diantaranya memiliki anak dengan
kan
si N % N % N %
si α
Kurang 7 11, 1 23, 1 1, 23
perkembangan motorik halus yang
36, 0,0
1 5 8 6 5 normal,
00 dan 1 responden (1,6%)
Cukup 2 46, 2 3,2 - - 31 49,
9 0 2 sisanya memiliki anak dengan
Baik 8 12, - - 1 1, 9 14,
7 6 3 untestablepada perkembangan
Total 4 69, 1 27, 2 3, 63 100
4 8 7 0 2
motorik halus.
Berdasarkan tabel 4 di atas Berdasarkan uji statistik
dapat disimpulkan bahwa sebagian dengan menggunakan Likelihood
besar responden memiliki perilaku Ratio diperoleh nilai signifikan
pemberian stimulasi kategori cukup sebesar 0,00 (α <0,05) yang
sebanyak 31 responden dengan 29 menunjukan bahwa terdapat
responden (46%) diantaranya hubungan yang signifikan antara
memiliki anak dengan perilaku pemberian stimulasi
perkembangan motorik halus yang dengan perkembangan motorik
normal, dan 2 responden sisanya halus. Nilai signifikan 0,00 artinya
(3,2%) memiliki anak dengan semakin baik perilaku pemberian
suspect pada perkembangan stimulasi yang dilakukan oleh ibu,
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

maka tingkat perkembangan motorik normal, dan 2 responden sisanya


halus yang ditunjukkan cenderung (3,2%) memiliki anak dengan
normal.Hasil uji statistik diperoleh suspect pada perkembangan
p= 0,00 yang berarti H0 ditolak dan motorik kasar. Sebanyak 23
Ha diterima artinya bahwa terdapat responden memiliki perilaku
hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi kategori
perilaku pemberian stimulasi kurang, 15 responden (23,8%)
dengan perkembangan motorik diantaranya memiliki anak dengan
halus anak usia prasekolah (3-5 perkembangan motorik kasar yang
tahun). normal, 7 responden (11,1%)
Tabel 5 Analisis Hubungan Perilaku memiliki anak dengan suspect pada
Pemberian Stimulasi Dengan perkembangan motorik kasar, dan 1
Perkembangan Motorik Kasar responden (1,6%) sisanya memiliki
Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 anak dengan untestable pada
Tahun) di PAUD Kasih Bunda perkembangan motorik kasar.
Kelura- han Kotalama, Sebanyak 9 responden memiliki
Kecamatan Kedung- perilaku pemberian stimulasi
kandang, Kota Malang kategori baik, 7 responden (11,1%)
Perkembangan Motorik Halus Nilai diantaranya memiliki anak dengan
Perilaku
Untes Sig
Pemberi Normal Suspect Tot
table % nifik perkembangan motorik kasar yang
an al
ansi
Stimulasi N % N % N %
α normal, 1 resonden (1,6%) memiliki
Kurang 15 23,8 7 11,1 1 1, 23 36,5 0,05
6 5 anak dengan suspect pada
Cukup 29 46,0 2 3,2 - - 31 49,2
Baik 7 11,1 1 1,6 1 1, 9 14,3 perkembangan motorik kasar dan 1
6
Total 51 81,0 10 15,9 2 3, 63 100 responden (1,6%) sisanya memiliki
2
Berdasarkan tabel 5 di atas anak dengan untestablepada
dapat disimpulkan bahwa sebagian perkembangan motorik kasar.
besar responden memiliki perilaku Berdasarkan uji statistik dengan
pemberian stimulasi kategori cukup menggunakan Likelihood Ratio
sebanyak 31 responden dengan 29 diperoleh nilai signifikan sebesar
responden (46%) diantaranya 0,055 (α>0,05) yang menun-jukan
memiliki anak dengan bahwa tidak terdapat hubungan
perkembangan motorik kasar yang yang signifikan antara perilaku
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

pemberian stimulasi dengan bahwa perilaku stimulasi ibu


perkembangan motorik kasar. Hasil sebagian besar adalah baik
uji statistik diperoleh p=0,055 yang (62,50%).13 Hasil penelitian ini
berarti H0 diterima dan Ha ditolak sesuai, karena pada hasil tabulasi
artinya bahwa tidak terdapat silang peneliti didapatkan
hubungan yang signifikan antara responden yang memiliki perilaku
perilaku pemberian stimulasi pemberian stimulasi tingkat baik
dengan perkembangan motorik berpendidikan SMA, SMP, dan SD
kasar anak usia prasekolah (3-5 yang masing-masing berjumlah 3
tahun). responden (4,76%%), sedangkan
perilaku pemberian stimulasi tingkat
PEMBAHASAN cukup sebagian besar didapatkan
Perilaku Pemberian Stimulasi pada ibu yang berpendidikan SMA
Hasil penelitian mengenai sebesar 16 responden (25,4%).
perilaku pemberian stimulasi Pada penelitian Nabela (2013),
terhadap 63 orang ibu didapatkan sebagian besar responden yang
bahwa sebanyak 31 responden memiliki perilaku stimulasi tingkat
(49,2%) memiliki perilaku pemberian baik didapatkan pada ibu yang
stimulasi yang cukup, sebanyak 9 berpendidikan S1 yaitu sebesar 21
responden (14,3%) memiliki perilaku responden (32,8%). 13
pemberian stimulasi yang baik, dan Hal ini sesuai dengan
sebanyak 23 responden (36,5%) pernyataan Hidayat (2006) bahwa
memiliki perilaku pemberian pendidikan dan pengetahuan
stimulasi yang kurang. orangtua sangat berpengaruh
Hasil yang diperoleh peneliti terhadap pemberian stimulasi,
sesuai dengan penelitian yang karena dengan pendidikan dan
dilakukan oleh Nabela (2013) yang pengetahuan yang semakin tinggi,
berjudul profil pengetahuan, sikap, orangtua dapat mengarahkan anak
dan perilaku ibu dalam stimulasi sedini mungkin dan akan
perkembangan dan hubungannya mempengaruhi daya pikir anak
14
dengan perkembangan kognitif anak untuk berimajinasi. Latar belakang
prasekolah yang mendapatkan hasil
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

keluarga yang mendukung juga adalah gerakan yang menggunakan


15
mempengaruhi prestasi anak. otot-otot halus atau sebagian
Perkembangan anak dapat anggota tubuh tertentu yang
berlangsung sesuai tahapan dipengaruhi oleh kesempatan untuk
usianya baik melalui stimulasi belajar dan berlatih.17
langsung dari orangtua, melalui alat Pada penelitian ini,
permainan, anggota keluarga lain, presentase anak laki-laki dengan
sosialisasi anak dengan orang diagnosa normal memiliki
dewasa maupun teman sebaya di presentase lebih besar
lingkungan tempat dibandingkan anak perempuan,
tinggal.16Penelitian yang dilakukan dengan perbandingan 82,61% dan
oleh Barros dkk di Brazil dengan 62,5%. Hal tersebut sesuai dengan
Batelle’s DevelopmentInventory pernyataan Soetjiningsih
untuk menilai perkembangan, (2015)bahwa anak laki-laki
mendapatkan hasil bahwa anak- cenderung memiliki sifat agresif
anak yang mendapatkan stimulasi dibandingkan anak perempuan.
nilainya lebih tinggi dan kemampuan Kecenderungan ini menjadikan anak
perkembangannya lebih baik laki-laki lebih sering
daripada anak yang tidak mengekspresikan diri secara
mendapatkan stimulasi.8 terbuka tanpa rasa takut dan salah.
Perkembangan Motorik Perbedaan potensi dan
Perkembangan Motorik Halus kecenderungan sifat yang dimiliki
Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun) antara anak laki-laki dan perempuan
Hasil penelitian terjadi karena perbedaan
menunjukkan sebagian besar anak perkembangan fisik dan psikis yang
usia prasekolah (3-5 tahun) memiliki terjadi antara keduanya. Perbedaan
perkembangan motorik halus yang ini tentu berpengaruh pada
normal sebanyak 44 responden kemampuan anak laki-laki dan anak
(69,8%), suspect sebanyak 17 perempuan dalam
responden (27%), dan untestable perkembangannya. Anak laki-laki
sebanyak 2 responden (3,2%). perkembangan akademisnya akan
Perkembangan motorik halus
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

lebih baik dan lebih aktif dari pada bekerja terhadap perkembangan
18 21
anak perempuan. anak.
Berdasarkan urutan anak Perkembangan Motorik Kasar
dalam keluarga, sebagian besar Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun)
perkembangan motorik halus yang Hasil penelitian menunjukkan
normal didapatkan pada anak sebagian besar anak usia
pertama yaitu sebanyak 18 prasekolah (3-5 tahun) memiliki
responden (28,57%). Hal ini perkembangan motorik kasar yang
didukung oleh pernyataan Yanti normal sebanyak 51 responden
(2011) bahwa anak pertama (81%), suspect sebanyak 10
cendurung memiliki perkembangan responden (15,9%), dan untestable
yang bagus karena mereka dituntut sebanyak 2 responden (3,2%).
untuk lebih mandiri.Anak pertama Perkembangan motorik kasar
didorong untuk mencapai standar adalah aktivitas anak dengan
sangat tinggi oleh orangtua menggunakan otot-otot besar yang
sehingga orangtua cenderung lebih meliputi gerak dasar lokomotor, non
memperhatikan anak pertama.19 lokomotor dan manipulative.22
Sementara itu uji Marginal Pada penelitian ini,
Homogeneity pada variabel luar lain presentase anak laki-laki dengan
seperti umur ibu, tingkat pendidikan diagnosa normal memiliki
dan status pekerjaan tidak presentase lebih besar
memberikan hasil yang signifikan dibandingkan anak perempuan,
(p>0,05), yang berarti variabel- dengan perbandingan 86,96% dan
variabel tersebut secara statistika 77,5%. Hal tersebut sesuai dengan
tidak mempunyai hubungan yang pernyataan Soetjiningsih
bermakna dengan perkembangan (2015)bahwa anak laki-laki
motorik halus anak.20 Studi cenderung memiliki sifat agresif
perkembangan anak di Pakistan dibandingkan anak perempuan.
juga memberikan hasil bahwa tidak Kecenderungan ini menjadikan anak
ada perbedaan yang signifikan laki-laki lebih sering
antara ibu yang bekerja dan tidak mengekspresikan diri secara
terbuka tanpa rasa takut dan salah.
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

Perbedaan potensi dan ibudalam mengasuh anaknya


kecenderungan sifat yang dimiliki termasuk pemberian stimulasi.
antara anak laki-laki dan perempuan Sedangkan pada anak kedua dan
terjadi karena perbedaan seterusnya orangtua cenderung
perkembangan fisik dan psikis yang merasa sudah biasa dalam merawat
terjadi antara keduanya. Perbedaan anaknya dan lebih percaya diri
ini tentu berpengaruh pada sehingga kemampuan anak untuk
kemampuan anak laki-laki dan anak beradaptasi lebih cepat dan mudah
perempuan dalam meskipun perkembangan intelektual
perkembangannya. Anak laki-laki biasanya kurang apabila
perkembangan akademisnya akan dibandingkan dengan anak pertama,
lebih baik dan lebih aktif dari pada kecenderungan juga bergantung
anak perempuan. 18 pada keluarga(kurang percaya
14
Pada penelitian ini sebagian diri).
besar perkembangan motorik kasar Sementara itu uji Marginal
yang normal didapatkan pada anak Homogeneity pada variabel luar lain
kedua yaitu sebanyak 19 responden seperti umur ibu, tingkat pendidikan
(30,16%). Hal ini didukung oleh dan status pekerjaan tidak
pernyataan menurut Hidayat (2006) memberikan hasil yang signifikan ( p
bahwa posisi anak dalam keluarga > 0,05) yang berarti variabel-
dapat mempengaruhi variabel tersebut secara statistika
perkembangannya. Pada anak tidak mempunyai hubungan yang
pertama,anak akan cenderung bermakna dengan perkembangan
memilikikemampuan intelektual motorik kasar anak.20Studi
lebih menonjol dan cepat perkembangan anak di Pakistan
berkembang karena sering memberikan hasil bahwa tidak ada
berinteraksi dengan orang-orang di perbedaan yang signifikan antara
sekitarnya. Namun pada aspek ibu yang bekerja dan tidak bekerja
motorik anak justru kadang terhadap perkembangan anak.21
mengalami keterlambatan, hal ini Hubungan Perilaku Pemberian
dikarenakan kurangnya Stimulasi Dengan Perkembangan
pengalamaan yang dimiliki oleh
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

Motorik Halus Pada Anak Usia menggambar, menulis, dan


Prasekolah (3-5 tahun) mewarnai. Sehingga,
Hasil analisis hubungan perkembangan motorik halus anak
perilaku pemberian stimulasi dapat terlatih.16 Kartini Kartono
dengan perkembangan motorik (1995:21) menambahkan faktor
halus pada anak usia prasekolah yang dapat mempengaruhi
didapatkan nilai signifikansi dari uji perkembangan motorik halus anak
Likelihood Ratio sebesar 0,00 yaitu hereditas dan aktivitas anak
<α=0,05.Artinya apabila ibu memiliki sebagai subyek yang bebas yang
perilaku pemberian stimulasi tingkat berkemauan, kemampuan, punya
baik atau cukup, maka emosi serta mempunyai usaha
perkembangan motorik halus anak untuk membangun diri sendiri.23
lebih cenderung ke arah normal. Tahapan perkembangan
Sedangkan bila diuji menggunakan motorik halus pada masing–masing
Spearman Correlation didapatkan anak berbeda, ada anak yang tidak
hasil bahwa besarnya pengaruh dapat menulis tetapi dapat
perilaku pemberian stimulasi membaca. Menurut Erikson dalam
terhadap perkembangan motorik Wong (2001) anak usia prasekolah
halus sebesar 31% dengan nilai masih belajar dalam mengendalikan
Spearman Correlation sebesar diri dan memanipulasi lingkungan,
0,556. Hal ini tentu memberikan rasa inisiatif mulai menguasai anak,
kontribusi yang cukup besar anak lebih cenderung menuntut
dikarenakan banyak faktor lain yang melakukan tugas tertentu, misalnya
dapat mempengaruhi merapikan tempat tidur, dan
perkembangan motorik halus anak, merapikan mainannya. Hal ini
misalnya lingkungan. menyebabkan perkembangan
Selain faktor perilaku motorik halus setiap anak berbeda,
pemberian stimulasi, faktor lain yang yaitu sesuai dengan apa yang
dapat mempengaruhi diinginan dan inisiatifnya.24
perkembangan motorik halus yaitu Meskipun peran ibu dalam
faktor lingkungan. Hal ini dibuktikan pemenuhan kebutuhan dasar anak
saat di sekolah anak diajarkan untuk baik, tetapi masih terdapat
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

perkembangan motorik halus anak Likelihood Ratio sebesar 0,055


yang belum tercapai. Hal ini >α=0,05.Nilai signifikansi α=0,055
dibuktikan dengan masih ada anak- menunjukkan bahwa tidak terdapat
anak yang gagal dalam memenuhi hubungan antara perilaku
standar tugas yang ditentukan. pemberian stimulasi dengan
Misalnya pada saat menyusun perkembangan motorik kasar anak
balok-balok menjadi suatu usia prasekolah (3-5 tahun). Artinya
bangunan, kadang-kadang anak tidak ada pengaruh antara ibu yang
meruntuhkan sendiri balok tersebut memiliki perilaku pemberian
karena kurang konsentrasi, tidak stimulasi yang baik/cukup/kurang
dapat menggambar orang dengan 3 terhadap perkembangan motorik
bagian, dan membuat bentuk kasar anak yang
persegi. Pada usia 4-5 tahun normal/suspect/untestable.
koordinasi gerakan motorik halus Sedangkan bila diuji menggunakan
anak sudah baik, hal ini dibuktikan Spearman Correlation didapatkan
dengan mampunya anak dalam hasil bahwa besarnya pengaruh
mengkoordinasikan gerakan visual perilaku pemberian stimulasi
motorik, seperti mengkoordinasikan terhadap perkembangan motorik
gerakan mata dengan tangan, kasar sebesar 4,58% dengan nilai
lengan, dan tubuh secara Spearman Correlation sebesar
bersamaan, antara lain dapat dilihat 0,214. Pada presentase ini
pada waktu anak menulis atau didapatkan hubungan namun sangat
menggambar. lemah.
Hubungan Perilaku Pemberian Distribusi perkembangan
Stimulasi Dengan Perkembangan motorik kasar yang normal pada
Motorik Kasar Pada Anak Usia penelitian ini terlihat tidak merata
Prasekolah (3-5 tahun) antara ibu yang memiliki perilaku
Hasil analisis hubungan pemberian stimulasi baik dengan
perilaku pemberian stimulasi yang kurang, karena perkembangan
dengan perkembangan motorik motorik kasar yang dihasilkan
kasar pada anak usia prasekolah sebagian besar tidak terdapat
didapatkan nilai signifikansi dari uji perbedaan yang signifikan yaitu
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

sama-sama hasilnya normal. Hal ini dapat dilakukannya pada anak


dikarenakan dalam memberikan prasekolah. Tulang dan otot mereka
stimulasi motorik kasar pada anak semakin kuat, dan kapasitas paru
usia prasekolah ini relatif sederhana mereka semakin besar
dan mudah dilakukan. Tingginya memungkinkan mereka untuk
jumlah perilaku pemberian stimulasi berlari, melompat, dan memanjat
yang kurangpada perkembangan lebih cepat, lebih jauh, dan lebih
motorik kasardisebabkan karena baik seiring bertambahnya usia.25
banyaknya ibu yang berpendapat Pada penelitian ini sebagian
bahwa kegiatan menendang bola, besar didapatkan anak memiliki
melempar dan berlari itu sudah perkembangan motorik kasar yang
cukup dilakukan dengan teman- normal meskipun dengan perilaku
temannya tanpa harus ibu pemberian stimulasi yang kurang.
melatihnya. Pernyataan tersebut Hal ini disebabkan karena
bertolak belakang dengan Santrock ketrampilan motorik kasar akan
(2007) yang menyatakan bahwa berkembang lebih dulu daripada
kemajuan perkembangan akan lebih motorik halus, jika keterampilan
efektif, terkoordinasi, dan terkendali motorik kasar anak kurang baik,
apabila mendapatkan instruksi, maka akan mempengaruhi saraf
interaksi dan dukungan dari orang otak yang dapat menyebabkan
dewasa di sekitar mereka tinggal.8 kemandirian dan aktivitas anak akan
Pada dasarnya anak-anak terlambat. Namun hal itu juga
prasekolah mengalami kemajuan berdampak pada perkembangan
yang besar dalam ketrampilan anak yang lain seperti halnya
motorik kasar (gross motor skill), perkembangan motorik halus,
seperti berlari, melompat, yang aktivitas sosial, kemampuan
melibatkan penggunaan otot besar. konsentrasi, dan kemampuan motor
Perkembangan daerah sensoris dan planning yang juga akan kurang
motoris pada korteks baik.26 Dari pernyataan ini dapat
memungkinkan koordinasi yang disimpulkan bahwa anak akan lebih
lebih baik antara apa yang cenderung menguasai atau memiliki
diinginkan oleh anak dan apa yang ketrampilan pada aspek motorik
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

kasar dibandingankan dengan yang mengalami kesulitan meski


motorik halus. sudah terlatih).28Penyebab lainnya
Perkembangan motorik kasar pada yaitu kurangnya kesempatan anak
anak usia prasekolah berbeda-beda, untuk mempelajari ketrampilan
beberapa anak ada yang mengalami motorik, perlindungan orangtua
perkembangan yang lebih, ini yang berlebihan atau kurangnya
dibuktikan anak yang berusia 4 motivasi anak untuk mempelajarinya
tahun mampu melakukan akivitas dan kurangnya stimulasi.29
berdiri satu kaki selama 8 detik dan
berjalan dengan tumit kaki diangkat SIMPULAN
(jinjit) yang seharusnya dilakukan Terdapat hubungan antara perilaku
anak berusia 5-6 tahun. Anak yang pemberian stimulasi dengan
berusia 4 tahun, mereka memanjat perkembangan motorik halus pada
tangga dengan tangkas, sedangkan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di
anak anak yang berusia 5 – 6 tahun PAUD Kasih Bunda Kelurahan
mereka lebih suka melakukan Kotalama, Kecamatan
kompetisi dengan teman sebaya Kedungkandang, Kota Malang dan
seperti berlari cepat, bermain bola tidak terdapat hubungan antara
walaupun tidak akan mendapat perilaku pemberian stimulasi
medali, tetapi aktivitas tersebut dengan perkembangan motorik
merupakan suatu kasar pada anak usia prasekolah (3-
kebanggaan.27Namun tidak jarang 5 tahun) di PAUD Kasih Bunda
juga anak dapat mengalami
keterlambatan pada aspek
ini.Bahaya penyebab terlambatnya DAFTAR PUSTAKA
perkembangan motorik, sebagian 1. Soetjiningsih. Buku Ajar Tumbuh
dapat dikendalikan dan sebagian Kembang Remaja dan
lagi tidak. Terlambatnya Permasalahannya. Jakarta:
pekembangan motorik kasar dapat Sagung Seto. 2007.
disebabkan oleh gangguan organis 2. Ertem, O. I. et al. Mothers’
di otak yang berupa dispraxia Knowledge of Young Child
(gangguan di pusat-pusat tertentu Development A Developing
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

Country. Journal Compilation, Vol 8. Santrock, J. W.Life-Span


33, No.6. 2007; p. 728–737. Development: Perkembangan
3. Soedjatmiko. Peranan TPA Masa Hidup. Achmad
Dalam Upaya Pembinaan Chusairi & Juda Damanik
Tumbuh-Kembang Anak Dalam (penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Buku Ajar 2 Tumbuh Kembang 2007.
Anak Dan Remaja Edisi 1. 9. Hurlock, E. B. Psikologi
Jakarta: Sagung Seto. 2008. Perkembangan. Jakarta:
4. Nadhiroh, F. Deteksi Tumbuh Erlangga. 2006.
Kembang Anak Pecahkan Rekor 10. Dinkes. Profil Kementerian
Muri. Online [WWW]. Kesehatan Indonesia Pusat dan
http://surabaya.detik.com/read/20 Surveilans Epydemiologi
07/08/05/161244/813430/475/det Profil Kesehatan Indonesia.
eksi-tumbuhkembang-anak- Jakarta: Kementerian RI. 2009.
pecahkan-rekor-muri. [accessed 11. Notoatmodjo, S. Promosi
15 March 2016]. Kesehatan dan Ilmu
5. Kementerian Kesehatan RI. Profil Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta.
Kesehatan Indonesia Tahun 2007.
2013. Jakarta: Kementerian 12. Sarwono S. Sosiologi
Kesehatan RI. 2014. Kesehatan. Jakarta: Rineka
6. Keamey, Angela. Indonesia Cipta. 2004.
Laporan Tahunan 2012.Online 13. Nabela, Narulita. Profil
[WWW]. 2012. Pengetahuan, Sikap, Dan
http://www.unicef.org/indonesia/id Perilaku Ibu Dalam Stimulasi
/UNICEF_Annual_Report_(Ind)_1 Perkembangan Dan
30731.pdf. [accessed 15 June Hubungannya Dengan
2016]. Perkembangan Kognitif Anak
7. Kemendiknas RI. Pedoman Prasekolah Di KB-TK Selaras
Teknis Penyelenggaraan Taman Cita Malang. Skripsi. Tidak
Penitipan Anak.Jakarta: diterbitkan. Fakultas Kedokteran
Direktorat Jenderal Pendidikan Universitas Brawijaya Malang.
Non formal dan Informal. 2010. Malang.2013.
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

14. Hidayat, Alimul. Pengantar Padang.Online [WWW].


Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: 2011.http://journal.mercubaktijaya
Salemba Medika. 2006. .ac.id/downlotfile.php?file=7.pdf.
15. Ladd, G. W., Birch, S. H., & [accessed 25 November 2016].
Buhs, E. S. Children’s Social And 20. Kusuma, Irawan Fajar, dkk.
Scholastic Lives In Kindergarten: Hubungan Pengetahuan Ibu
Related spheres of influence. Tentang Stimulasi Dini Dengan
Child Development, 70. 2008; Perkembangan Motorik Pada
p.1373–1400. Anak Usia 6-24 Bulan di
16. Ariyana, D. & Rini, N. S. Kecamatan Mayang Kabupaten
Hubungan Pengetahuan Ibu Jember. Jurnal IKESMA Volume
Tentang Perkembangan Anak 9 Nomor 1 Maret 2013. Bagian
Dengan Perkembangan Motorik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kasar Dan Halus Anak Usia 3-5 Fakultas Kedokteran Universitas
Tahun di TK Bustanul Atfal 7 Jember.2013.
Semarang. Jurnal Keperawatan 21. Almani, Abdul S., et al. Study
Vol 2. 2009; p. 11-20. of the Effects of Working Mothers
17. Harlimsyah. Aspek-Aspek on the Development of
Pertumbuhan dan Children in Pakistan. International
Perkembangan. Jakarta: EGC. Journal of Humanity and Social
2007. Science Vol 2 (11). 2012; p. 164
18. Soetjiningsih. Tumbuh – 171.
Kembang Anak.Jakarta: EGC. 22. Samsudin. Pengembangan
2015. Motorik di Taman Kanak –
19. Yanti, Etri dkk. Hubungan Kanak. Jakarta: Fakultas
Stimulasi Terhadap Ilmu Keolahragaan
Perkembangan Motorik Halus Universitas Negeri Jakarta. 2005.
Anak Prasekolah Usia (3-5 23.
Tahun) Di Paud Almubaraqah 24. Kartono, Kartini. Psikologi
Ampang Kecamatan Kuranji Anak (Psikologi Perkembangan).
Tahun 2011.STIKes Bandung: Mandar Maju. 1995.
MERCUBAKTIJAYA
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

25. Wong, D. L.et al. Buku Ajar


Keperawatan Pediatrik Edisi 6
Tahun 2001.Agus Sutarna, Neti
Juniarti & H. Y. Kuncara
(penerjemah). Jakarta: EGC.
2009.
26. Papalia, dkk. Human
Development, Perkembangan
Manusia. Jakarta: Salemba
Humanika. 2008.
27. Irwan. Perkembangan
Motorik Kasar. Online [WWW].
2008.
http://dokteranakku.com/?p=84.
[accessed 05 December 2016].
28. Yulia, A. Working Mom and
Kids. Jakarta: Elex Media
Komputindo. 2007.
29. Tedjasaputra, Mayke S.
Bermain, Mainan dan Permainan
untuk Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Grasindo. 2001.
30. Hurlock, E. B. Perkembangan
Anak. Jakarta: Erlangga. 2000.
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18
Journal of Issues in Midwifery, Agustus – November 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

You might also like