You are on page 1of 5

1.

Keutamaan Ibadah dalam Al-Qur’an


Al-Baqarah : 21
َ‫اس ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم َوالَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬
Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang
sebelum kalian, agar kalian bertakwa.

Allah Swt. menjelaskan tentang sifat uluhiyyah-Nya Yang Maha Esa, bahwa Dialah yang memberi
nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan menciptakan mereka dari tiada ke alam wujud, lalu
melimpahkan kepada mereka segala macam nikmat lahir dan batin. Allah menjadikan bagi mereka
bumi sebagai hamparan buat tempat mereka tinggal, diperkokoh kestabilannya dengan gunung-
gunung yang tinggi lagi besar; dan Dia menjadikan langit sebagai atap.

Allah menurunkan air hujan dari langit bagi mereka. Yang dimaksud dengan lafaz as-sama’ dalam
ayat ini ialah awan yang datang pada waktunya di saat mereka memerlukannya. Melalui hujan,
Allah menumbuhkan buat mereka berbagai macam tumbuhan yang menghasilkan banyak jenis
buah, sebagaimana yang telah disaksikan. Hal tersebut sebagai rezeki buat mereka, juga buat
ternak mereka, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ayat lainnya.

Kesimpulan makna yang dikandung ayat ini ialah bahwa Allah adalah Yang Menciptakan, Yang
memberi rezeki, Yang memiliki rumah ini serta para penghuninya, dan Yang memberi mereka
rezeki. Karena itu, Dia sematalah Yang harus disembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya
dengan selain-Nya.

Di dalam hadis Sahihain disebutkan dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan:

‫ وهو خلقك" الحديث‬،‫ "أ َ ْن ت َ ْج َع َل ه َّلِله نهدًّا‬:‫ظ ُم؟ قَا َل‬


َ ‫ب أ َ ْع‬ ُّ َ ‫ أ‬،‫ّللاه‬
‫ي الذَ ْن ه‬ ُ ‫ َيا َر‬: ُ‫قُ ْلت‬
َ ‫سو َل‬
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar di sisi Allah? Beliau menjawab,
"Bila kamu mengadakan sekutu bagi Allah, padahal Dialah Yang menciptakanmu,'" hingga akhir
hadis.

Demikian pula yang disebutkan di dalam hadis Mu'az yang menyebutkan.

َ ‫ش ْيئًا" ْال َحد‬


‫هيث‬ َ ‫ّللاه َعلَى هعبَا هد هه؟ أ َ ْن يَ ْعبُدُوهُ ََل يُ ْش هر ُكوا به هه‬
َ ‫"أَت َ ْد هري َما َح ُّق‬
Tahukah kamu apa hak Allah yang dibebankan pada hamba-hamba-Nya?" lalu disebutkan,
"Hendaklah mereka menyembah-Nya dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun,"
hingga akhir hadis.

Di dalam hadis lain disebutkan seperti berikut:

"‫ ث ُ َم شَا َء فُ ََل ٌن‬،ُ‫ّللا‬ َ ‫ َما شَا َء‬:‫"َل َيقُولَ َن أ َ َحدُ ُك ْم‬
َ ‫ َولَ هك ْن هل َيقُ ْل َما شَا َء‬،‫ّللاُ َوشَا َء فُ ََل ٌن‬ َ
Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian mengatakan, "Ini adalah yang dikehendaki oleh
Allah, dan yang dikehendaki oleh si Fulan," tetapi hendaklah ia mengatakan, "Ini yang
dikehendaki oleh Allah" kemudian, "Ini yang dikehendaki oleh si Fulan.

Semua itu ditandaskan demi memelihara dan melindungi ketauhidan.

Muhammad ibnu Ishak mengatakan, telah menceritakan kepada-nya Muhammad ibnu Abu
Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 21) Ayat ini
ditujukan kepada kedua golongan secara keseluruhan, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang
munafik. Dengan kata lain, esakanlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-
orang sebelum kalian.

Dalam ayat selanjutnya disebutkan dalam firman-Nya: Karena itu, janganlah kalian mengadakan
sekulu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui. (Al-Baqarah: 22) Maksudnya, janganlah
kalian mempersekutukan Allah dengan selain-Nya, yaitu dengan tandingan-tandingan yang tidak
dapat menimpakan mudarat dan tidak dapat memberi manfaat, padahal kalian mengetahui bahwa
tidak ada Tuhan yang memberi rezeki kepada kalian selain Allah. Kalian telah mengetahui apa
yang diserukan oleh Muhammad kepada kalian —yaitu ajaran tauhid— adalah perkara yang hak
yang tiada keraguan di dalamnya.

Qs. Luqman ayat 13

‫ظ ْل ٌم َع هظي ٌم‬
ُ َ‫اّلِله هإ َن الش ْهر َك ل‬
َ ‫ي ََل ت ُ ْش هر ْك هب‬ ُ ‫ان َل ْبنه هه َو ُه َو َي هع‬
َ َ‫ظهُ َيا بُن‬ ُ ‫َو هإ ْذ قَا َل لُ ْق َم‬
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Allah Swt. menceritakan tentang nasihat Luqman kepada anaknya. Luqman adalah anak Anqa
ibnu Sadun, dan nama anaknya ialah Saran, menurut suatu pendapat yang diriwayatkan oleh
Imam Baihaqi.

Allah Swt. menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan yang baik, bahwa Dia telah
menganugerahinya hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang merupakan buah hatinya, maka
wajarlah bila ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya sesuatu yang paling utama dari
pengetahuannya. Karena itulah hal pertama yang dia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya
ia menyembah Allah semata, jangan mempersekutukannya dengan sesuatu pun. Kemudian
Luqman memperingatkan anaknya, bahwa:

‫ظ ْل ٌم َع هظي ٌم‬
ُ َ‫هإ َن الش ْهر َك ل‬
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman: 13)

Yakni perbuatan mempersekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.
‫ َع ْن َع ْب هد‬، َ‫ َع ْن َع ْلقَ َمة‬،‫يم‬ َ ‫ َع ْن إهب َْرا هه‬،‫ َع هن ْاْل َ ْع َم هش‬،‫ير‬ ٌ ‫ َحدَثَنَا َج هر‬،ُ‫ي َحدَثَنَا قُت َ ْيبَة‬ ‫قَا َل ْالبُخ ه‬
ُّ ‫َار‬
ْ }‫ظ ْل ٍم‬
:‫[اْل َ ْنعَ هام‬ ُ ‫سوا إهي َمانَ ُه ْم به‬ُ ‫ {الَذهينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلبه‬:‫ت‬ ْ َ‫ لَ َما نَزَ ل‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ّللاُ َع ْنه‬
َ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ‫ َر ه‬،‫ّللاه‬َ
‫ أَيُّنَا لَ ْم يَ ْلبس‬:‫ َوقَالُوا‬،‫ّللاُ عليه وسلم‬ َ ‫صلَى‬ َ ‫ّللاه‬ َ ‫سو هل‬ ُ ‫ب َر‬ ‫ص َحا ه‬ ْ َ ‫ ش ََق ذَ هل َك َعلَى أ‬، ]82
‫ أ َ ََل ت َ ْس َم َع هإلَى قَ ْو هل‬،‫اك‬
َ َ‫ْس هبذ‬َ ‫ "أنه لَي‬:‫سلَ َم‬ َ ‫صلَى‬
َ ‫ّللاُ َعلَ ْي هه َو‬ َ ‫ّللاه‬َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ظ ْل ٍم؟ فَقَا َل َر‬ُ ‫هإي َمانَهُ هب‬
‫ظ ْل ٌم َع هظي ٌم‬ُ َ‫اّلِله هإ َن الش ْهر َك ل‬
َ ‫ي ََل ت ُ ْش هر ْك هب‬َ َ‫ َيا بُن‬: َ‫لُ ْق َمان‬
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada
kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang menceritakan bahwa
ketika diturunkan firman-Nya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik). (Al-An'am: 82) Hal itu terasa berat bagi para sahabat Nabi Saw.
Karenanya mereka berkata, "Siapakah di antara kita yang tidak mencampuri imannya dengan
perbuatan zalim (dosa)." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Bukan demikian yang dimaksud
dengan zalim. Tidakkah kamu mendengar ucapan Luqman: 'Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar.' (Luqman: 13)

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama.

Kemudian sesudah menasihati anaknya agar menyembah Allah semata. Luqman menasihati pula
anaknya agar berbakti kepada dua orang ibu dan bapak. Perihalnya sama dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

َ ‫ضى َرب َُّك أََل ت َ ْعبُدُوا هإَل إهيَاهُ َو هب ْال َوا هلدَي هْن هإ ْح‬
‫سانًا‬ َ َ‫َوق‬
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Al-Isra: 23)

Di dalam Al-Qur'an sering sekali disebutkan secara bergandengan antara perintah menyembah
Allah semata dan berbakti kepada kedua orang tua. Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-
Nya:

َ ‫ان ِب َوا ِل َد ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬


‫علَى َو ْهن‬ َ ‫س‬َ ‫ص ْينَا اإل ْن‬
َّ ‫َو َو‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. (Luqman: 14)

Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan al-wahn ialah penderitaan mengandung anak.
Menurut Qatadah, maksudnya ialah kepayahan yang berlebih-lebihan. Sedangkan menurut Ata Al-
Khurrasani ialah lemah yang bertambah-tambah.

Firman Allah Swt.:


}‫صالُهُ فهي َعا َمي هْن‬
َ ‫َوفه‬
dan menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14)

Yakni mengasuh dan menyusuinya setelah melahirkan selama dua tahun, seperti yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:

}َ‫ضاعَة‬ َّ ‫َاملَ ْي ِن ِل َم ْن أ َ َرا َد أ َ ْن يُتِ َّم‬


َ ‫الر‬ ِ ‫{وا ْل َوا ِلدَاتُ يُ ْر ِض ْع َن أ َ ْوال َد ُه َّن َح ْولَ ْي ِن ك‬
َ
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. (Al-Baqarah: 233), hingga akhir ayat.

Berangkat dari pengertian ayat ini Ibnu Abbas dan para imam lainnya menyimpulkan bahwa
masa penyusuan yang paling minim ialah enam bulan, karena dalam ayat lain Allah Swt.
berfirman:

}‫ش ْه ًرا‬ َ ُ ‫صالُهُ ثَالث‬


َ ‫ون‬ َ ِ‫{و َح ْملُهُ َوف‬
َ
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15)

Dan sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan jerih payah ibu dan penderitaannya dalam mendidik
dan mengasuh anaknya, yang karenanya ia selalu berjaga sepanjang siang dan malamnya. Hal itu
tiada lain untuk mengingatkan anak akan kebaikan ibunya terhadap dia, sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

}‫يرا‬ َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي‬


ً ‫ص ِغ‬ ْ ‫ب‬ِ ‫{وقُ ْل َر‬
َ
Dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra: 24)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

ْ ‫{أ َ ِن ا‬
ُ ‫شك ُْر ِلي َو ِل َوا ِل َد ْيكَ إِلَ َّي ا ْل َم ِص‬
}‫ير‬
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(Luqman: 14)

Yakni sesungguhnya Aku akan membalasmu bila kamu bersyukur dengan pahala yang
berlimpah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Abu Syaibah dan Mahmud ibnu Gailan. Keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu
Ishaq, dari Sa'id ibnu Wahb yang menceritakan bahwa Mu'az ibnu Jabal datang kepada kami
sebagai utusan Nabi Saw. Lalu ia berdiri dan memuji kepada Allah, selanjutnya ia mengatakan:
Sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah Saw. kepada kalian (untuk menyampaikan),
"Hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Hendaklah kalian taat kepadaku, aku tidak akan henti-hentinya menganjurkan kalian berbuat
kebaikan. Dan sesungguhnya kembali (kita) hanya kepada Allah, lalu adakalanya ke surga atau
ke neraka sebagai tempat tinggal yang tidak akan beranjak lagi darinya, lagi kekal tiada kematian
lagi.

You might also like