You are on page 1of 9

1.

Aqiqah Untuk Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan

Yang afdhal untuk anak laki-laki disembelihkan 2 ekor kambing/domba yang mirip
dan umurnya bersamaan. Dan untuk anak perempuan 1 ekor.
Dari Ummu Karz Al-Ka'biyah berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw.
bersabda:
‫ و عن الجارية شاة‬. ‫عن الغالم شاتان متكأ فئتان‬
" Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang mirip, dan untuk anak perempuan satu
ekor." Dan dibolehkan satu ekor domba untuk anak laki-laki . Rasulullawh saw.
pernah melakukan yang demikian untuk Hasan dan Husain r.a., seperti pada hadits
yang lalu.

“Dahulu kami dimasa jahiliyah apabila salah seorang diantara kami mempunyai anak,
ia menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing itu. Maka
setelah Allah mendatangkan islam, kami menyembelih kambing, mencukur atau
menggundul kepala si bayi dan melumurinya dengan minyak wangi.” [HR. Abu Daud
juz 3 hal 107].

Di hadits lain yang berisikan tentang sejarah aqiqah yang diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban “Dari Aisyah ia berkata ‘Dahulu orang orang pada masa jahiliyah apabila
mereka beraqiqah untuk seorang bayi, mereka melumuri kapas dengan darah aqiqah,
lalu ketika mencukur rambut si bayi mereka melumurkan pada kepalanya’. Maka
Nabi saw bersabda, ‘Gantilah darah itu dengan minyak wangi.’” [HR Ibnu Hibban juz
12 hal 124].
2. Alasan Hukum Aqiqah Mentah dan Masak

Hukum Aqiqah, Aqiqah, Akikah, Aqiqah Peduli, Harga Kambing Aqiqah 2016, Paket
Aqiqah Murah, Catering Aqiqah, Jual Hewan Aqiqah, Layanan Qurban Dan Aqiqah,
Jasa Qurban Dan Aqiqah, Pusat Layanan Qurban Dan Aqiqah, Pusat Aqiqah, Jual
Hewan Qurban Dan Aqiqah, Sentra Aqiqah, Kurban Aqiqah, Aqiqah Bandung,
Layanan Aqiqah Di Bandung, Kambing Aqiqah Bandung, Harga Kambing Akikah,
Akikah Dan Kurban

Membagikan daging aqiqah dengan dimasak dulu, kemudian ditambah dengan nasi
seperti sebuah perhelatan atau walimahan biasa, itu tidak berdasarkan dari contoh
Nabi Muhammad Saw.

Adapun urusan aqiqah ini adalah urusan ubudiyyah dimana pikiran serta perasaan
tidak boleh ikut campur untuk mengaturnya. Aqiqah tidak diperkenankan ditukar
dengan beras sekalipun pada saa itu beras lebih diperlukan, atau ditukar dengan
pakaian meskipun harganya mahal, atau dibagikan uangnya seharga kambing atau
domba yang akan dijadikan aqiqah, walaupun dengan alasan lebih bermanfaat
menurut pikiran dan perasaan kita.
Soal-soal taabbudi kita wajib melakukan segala sesuatunya sesuai dengan yang telah
disyariatkan oleh Allah SWT. dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Dalam riwayat yang sohih, Siti Aisyah r.a menerangkan "Sesungguhnya Rasulullah
Saw memerintahkan mereka beraqiqah buat anak laki-laki dua ekor kambing (atau
domba) yang sama dan buat anak perempuan satu ekor kambing (atau domba),"
(Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)
Dalam lain Rasulullah Saw, bersabda "Disembelih aqiqah buat anak-anak itu pada
hari yang ketujuh," (Riwayat Ibnu Majah)
Dalam kitab Al Muhadzdzab disebutkan bahwa aqiqah itu disedekahkan setelah
dimasak. masakannya mesti banyak gula agar anaknya menjadi manis.
keterangan diatas bukan dari quran bukan pula dari hadits nabi. Yang dijadikan dasar
bagi ketetapan tersebut ialah riwayat Aisyah yang menerangkan "(Aqiqah) itu
dimasak sepenggal-sepenggal (Juduulan), dan tidak dipecahkan baginya tulang."

Juduulan adalah jamak dari kata jidlun, artinya "anggota". Bila kita teliti keterangan
Aisyah ini, maka aqiqah itu mesti dipotong dengan cara seanggota-anggota tubuhnya,
tidak boleh direcah sehingga anggota-anggota tubuhnya terpotong-potong, tidak
boleh pula tulangnya pecah-pecah atau terpotong-potong.
Dalam Al Muhadzdzab, rawi hadis tersebut tidak diterangkan, tidak pula diterangkan
tingkatan sah serta tidaknya. Untuk itu kita dapat membacanya dalam Majmu Syarah
Muhadzdzab, yaitu "Adapun hadis Aisyah yang satu lagi dalam hal memasak aqiqah
dengan juduulan (berpenggal-penggal) adalah hadis gharib, dan diriwayatkan oleh Al
Bahaiqi (bahwa riwayat tersebut) adalah ucapan dari Atha bin Rabah." (8:4283)
Dalam kitab Al Muhalla terdapat hadis seperti diatas, tetapi lafaznya sungguh
berlainan, sebab bukan tuthbahu (dimasak), melainkan taqtha'u (dipotong sepenggal-
sepenggal).
"Dipotong-potong juduulan (sepenggal-penggal) dan tidak dipecahkan satu tulang
pun." Riwayat ini adalah dari Al Hakim. ternyata riwayat ini bertentangan, sebab
sungguh jauh pengertian "memasak" dengan "memotong". Kemudian ternyata pula
ucapan itu bukan sabda Nabi saw yang dapat dijadikan hujjah.
Adapun dalam keterangan yang diberikan Atha dikatakan
dipotong aaraban, seanggota-anggota, dan dihadiahkan kepada tetangga-tetangga
serta kawan-kawan, dan tidak sedikitpun dari padanya disedekahkan. (Wa laa
yatashaddaqu minhaa bi syain), jelaslah bukan keterangan dari Nabi. tambahannya
pun satu sama yang lainnya bertentangan.
Dalam riwayat Aisyah diterangkan "Ia makan, memberi makan dan bersedekah".
Sedangkan dalam riwayat Atha dinyatakan "Sama sekali tidak disedekahkan".
Oleh karena itu keterangan-keterangan di atas tidak dapat dijadikan alasan.
Sedangkan perihal menyedekahkan aqiqah dengan dagingnya yang masih mentah
lebih ringan daripada dimasak.
Sekiranya Islam dalam hal ini memperbolehkan dua cara tersebut memasak dan
mentah, maka Rasulullah Saw senantiasa memilih asyaruhum yang teringan dari dua
perkara yang dapat dipilih.
Ternyata disini tidak ada keterangan yang kuat agar aqiqah dimasak dahulu. bahkan
ada keterangan yang menegaskan bahwa aqiqah itu adalah nusuk sebagaimana halnya
kurban. Dalam hal ini sudah jelas bahwa Rasulullah Saw membagikan nusuk (ibadah
dengan cara menyembelih seperti kurban) itu, sebagaimana sabdanya "Man syaa'a
iqtatha'a". siapa yang mau, boleh memotongnya sendiri.
Sabdanya lagi, "Barang siapa yang dilahirkan baginya seoarang anak, dan mau
melakukan nusuk, maka lakukanlah untuk anak laki-laki dua ekor kambing (atau
domba) dan untuk anak perempuan satu ekor kambing (atau domba)." (Riwayat Abud
dawud dan An Nasa'i Misykat : 363)
Diambil dari buku Hukum Qurban, Aqiqah dan Sembelihan. Karangan K.H. E
Abdurrahman
3. Hewan untuk Aqiqah

Hewan sembelihan aqiqah boleh dengan kambing (boleh jantan maupun betina),
domba. Tidak sah aqiqah jika dilakukan dengan hewan selain diatas, seperti ayam,
kelinci, atau burung.Hewan aqiqah harus dalam keadaan sehat, tidak boleh ada cacat
dan dalam keadaan sakit.Hewan aqiqah harus merupakan hewan yang sudah layak
disembelih seperti mana halnya kurban. Jika kambing, maka minimal sudah berusia
satu tahun.

Disunnahkan dimasak terlebih dahulu.

"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka


aqiqah untuk anak laki-laki dua kambing, dan anak perempuan satu kambing". [HR
At Tirmidzi dan Ibnu Majah].

Ketentuan kambingnya disini tidak dijelaskan jenisnya, harus jantan atau boleh juga
betina. Namun para ulama menyatakan, bahwa kambing aqiqah sama dengan
kambing kurban dalam usia, jenis dan bebas dari aib dan cacat. Akan tetapi mereka
tidak merinci tentang disyaratkan jantan atau betina. Oleh karena itu, kata "syah"
dalam hadits di atas, menurut bahasa Arab dan istilah syari’at mencakup kambing
atau domba, baik jantan maupun betina. Tidak ada satu hadits atau atsar yang
mensyaratkan jantan dalam hewan kurban. Pengertian "syah" dikembalikan kepada
pengertian syariat dan bahasa Arab.

Dengan demikian, maka sah bila seseorang menyembelih kambing betina dalam
kurban dan aqiqah, walaupun yang utama dan dicontohkan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam ialah kambing jantan yang bertanduk. Wallahu a’lam.

Distribusi Masakan aqiqah :

Setelah disembelihnya hewan aqiqah, maka para ulama menganjurkan untuk


membaginya menjadi tiga bagian. Sepertiga pertama untuk ahlul bait (kerabat dekat)
sepertiga kedua untuk diberikan kepada orang lain sebagai hadiah, dan sepertiga
terakhir untuk dijadikan sebagai sedekah.

Dianjurkan pula bahwa pemberian untuk sedekah dan hadiah, lebih utama jika
dilakukan setelah daging tadi dimasak oleh ahlulbait, tidak dibagikan dalam keadaan
masih mentah. Hal ini mengingat tidak semua fakir miskin dalam keadaan mampu
untuk memasak daging yang diberikannya, dan kalaupun sanggup akan menambah
beban mereka. Maka yang paling utama adalah meringankan beban mereka dan
memberikan kebahagiaan dan kesenangan bagi mereka.
Jumlah Hewan aqiqah :

Jumlah hewan Aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor sedangkan untuk anak
perempuan satu ekor. Akan tetapi jika tidak mampu dua ekor untuk anak laki-laki
maka seekorpun boleh. Hal ini InsyaAllah tidak akan mengurangi nilai Aqiqah, Asal
kita jujur dan tidak berpura-pura tidak mampu. Sebab, sebagimana tampak dalam
hadist yang bersumber dari Ibnu Abbas, Rasulullah pernah meng-Aqiqahi Hasan dan
Huein masing-masing seekor kibasy.

4. Pelaksanaan Aqiqah

Para ulama berpendapat dan sepakat bahwa waktu aqiqah yang paling utama adalah
hari ketujuh dari hari kelahirannya. Namun mereka berselisih pendapat tentang
bolehnya melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh atau sesudahnya. Al-Hafidz
Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya “Fathul Bari” (9/594) :

“Sabda Rasulullah pada perkataan ‘pada hari ketujuh kelahirannya’ (hadist no.2), ini
sebagai dalil bagi orang yang berpendapat bahwa waktu aqiqah itu adanya pada hari
ketujuh dan orang yang melaksanakannya sebelum hari ketujuh berarti tidak
melaksanakan aqiqah tepat pada waktunya. bahwasannya syariat aqiqah akan gugur
setelah lewat hari ketujuh. Dan ini merupakan pendapat Imam Malik. Beliau berkata :
“Kalau bayi itu meninggal sebelum hari ketujuh maka gugurlah sunnah aqiqah bagi
kedua orang tuanya.”

Sebagian membolehkan melaksanakannya sebelum hari ketujuh. Pendapat ini dinukil


dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud” hal.35. Sebagian
lagi berpendapat boleh dilaksanakan setelah hari ketujuh. Pendapat ini dinukil dari
Ibnu Hazm dalam kitabnya “al-Muhalla” 7/527.

Sebagian ulama lainnya membatasi waktu pada hari ketujuh dari hari kelahirannya.
Jika tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh maka boleh pada hari ke-14, jika
tidak bisa boleh dikerjakan pada hari ke-21. Berdalil dari riwayat Thabrani dalm kitab
“As-Shagir” (1/256) dari Ismail bin Muslim dari Qatadah dari Abdullah bin Buraidah
:

“Kurban untuk pelaksanaan aqiqah, dilaksanakan pada hari ketujuh atau hari ke-14
atau hari ke-21.” [Penulis berkata : “Dia (Ismail) seorang rawi yang lemah karena
jelek hafalannya, seperti dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam ‘Fathul Bari’
(9/594).” Dan dijelaskan pula tentang kedhaifannya bahkan hadist ini mungkar dan
mudraj]
5. Pemberian nama anak dalam aqiqah

Disunnahkan memberi nama yang baru dilahirkan dengan nama-nama yang baik, ini
dengan harapan kelak anak tersebut menjadi baik karena dalam nama itu terkandung
doa dan harapan orang tua.

Nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah, Abdur Rahman, dll. Juga
diperbolehkan memakai nama-nama malaikat atau para nabi dan juga nama-nama
baik lainnya.

Namun di makhruhkan memberi nama dengan nama Yasar (kaya), Rabah (banyak)
dan Aflah (bahagia) karena dikhawatikan apabila ada yang menanyakan apakah dia
demikian, jawabannya tidak.

6. Mencukur Rambut

Disunnahkan mencukur rambut bayi yang baru dilahirkan sampai habis kemudian
rambutnya ditimbang dengan perak/emas lalu disedekahkan senilai perak/emas tadi
kepada faikr miskin. Rasullullah SAW, memerintahkan kepada Fatimah RA, beliau
bersabda:

“Tumbanglah rambut Husain dan bersedekahlah dengan berat rambut tersebut


dengan perak dan berikanlah kaki Aqiqah kepada satu suku bangsa” (HR. Baihaqi
dari Ali RA)

Banyak hikmah yang terkandung didalamnya. Pertama menghilangkan penyakit


karena rambut bawaan bayi mengandung kotoran yang akan mengundang penyakit.
Kedua menguatkan syaraf-syaraf kepala sang bayi. Ketiga mempererat ikatan dengan
fakir miskin dengan mensedekahkan kepadanya dan hikmah lainnya.

Ahli fiqih membolehkan juga mengadakan walimah Aqiqah dengan mengundan fakir
miskin, kaum kerabat dan yang lainnya untuk makan bersama berkumpul guna
mempererat Ukhuwah Islamiyah.
7. Do’a menyembelih hewab aqiqah

َ ‫ َه ِذ ِه‬، ‫ الله ُه هم ِم ْن َك َولَ َك‬، ‫َّللاُ أ َ ْكبَ ُر‬


ُ‫ع ِقيقَة‬ ‫ ه‬، ِ‫ِب ْس ِم هللا‬
‫فُالَن‬
Bismillah Allahu Akbar Allaahumma minka wa laka, haadzihi ‘aqiiqotu fulaan
(Dengan Nama Allah, Allah adalah Yang Terbesar, Ya Allah ini dariMu dan
untukMu. Ini adalah aqiqoh fulaan)

Penyebutan ‘fulaan’ itu diganti dengan nama anak yang diaqiqohi tersebut.

8. Do’a untuk bayi yang baru lahir

Adapun untuk anjuran dari Nabi Muhammad Saw kepada seluruh umatnya untuk
Bayi yg baru lahir agar terhindar dari Gangguan Setan, yg pertama ialah dengan cara
mengadzani pada telinga kanan dan membaca iqamat di telinga kiri pada bayi anda yg
baru lahir dan hal tersebut seperti Sabda Nabi Muhammad Saw yg berbunyi, ” Barang
siapa yg mendapati seorang bayi yg baru lahir, kemudian ia diazankan pada telinga
kanannya dan di iqamatkan pada telinga kirinya maka dia tidak akan diganggu oleh
setan yg selalu menggangu anak kecil. (HR. Ibn Sunny dari Hasan Ibn Aki Ra)”. hal
itu dikarenakan setan akan lari sejauh – jauhnya apabila mendengarkan suara azan.
Lalu untuk Anjuran yg kedua ialah dengan membaca Doa Untuk Bayi Yang Sudah
Lahir Surat Ali Imran Ayat 36 seperti diatas karena Surat Ali Imran tersebut
dibacakan dg tujuan untuk memohon perlindungan dari Alloh dari godaan ataupun
gangguan dari setan yg terkutuk. Kemudian untuk anjuran selanjutnya ialah dengan
membaca Surat Al Ikhlas di kedua telinganya dan ajarkanlah kalimat Laa ilaaha
illallahu kepada anak – anak mu yg baru lahir sebagai kalimat pertama yg ia
dengarkan (HR. Al Hakim).

Mungkin hanya seperti saja pembahasan tentang Doa Untuk Bayi Baru Lahir di
Ajaran Islam yg telah saya berikan menurut anjuran Nabi Muhammad Saw dan
semoga saja apa yg sudah saya tuliskan ini dapat berguna atau bermanfaat untuk
kalian semua para Orang Tua Muslim di Seluruh Dunia dan untuk tambahan saja
bahwa hal yg terpenting yg bisa kalian lakukan untuk Anak Yang Baru Lahir ialah
mengAdzankan di telinga kanan dan membaca Iqamah di telinga kiri Anak kalian
agar tidak diganggu oleh gangguan setan.

9. Hikmah Aqiqah

Aqiqah Menurut Syaikh Abdullah nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil
Islam sebagaimana dilansir di sebuah situs memiliki beberapa hikmah diantaranya :

1. Menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam dalam


meneladani Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala
menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail alaihissalam.

2. Dalam aqiqah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat
mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadits, yang artinya:
“Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya.”. Sehingga Anak yang telah ditunaikan
aqiqahnya insya Allah lebih terlindung dari gangguan syaithan yang sering
mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Al Imam Ibunu Al Qayyim
Al Jauziyah “bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh aqiqahnya”.
3. Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua
orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan:
“Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan
aqiqahnya)”.

4. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala


sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang
dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan lahirnya sang anak.

5. Aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan


syari’at Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak
umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.

6. Aqiqah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) diantara masyarakat.

You might also like