You are on page 1of 11

Jurnal Studi Agama dan Masyarakat ISSN: 1829-8257; E ISSN: 2540-8232

Vol. 14, No 01, Juni 2018, p. 01-11 1

Penetapan Status Daerah Khusus Ibu Kota Negara dalam


Mewujudkan Kesejahteraan Ummat
Utang Rosidin a,1
a
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung,Jawa Barat, Indonesia
1
utangrosidin@uinsgd.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: This paper is aimed at investigating the status determination of


Received : 2018-04-09 State Capital City and its influence in establishing people welfare.
Revised : 2018-06-29 The method used in this study is descriptive analysis method by
Accepted : 2018-06-30 explaining a whole general description and systematic phenomena
occurred. Determination of territory becoming state capital city as a
special territorial unit in accordance with Article 18B of the 1945
Constitution of the Republic of Indonesia is regulated by historical
factor, regional needs factor, and regional atmosphere factor. Then, it
is regulated through specific laws established by the government on
the basis of philosophical, juridical, and sociological aspects. The
regional government of capital city has an important role to achieve
welfare, with various aspects of community life related to the aspects
Keywords: of justice, law enforcement, respect for human rights, acceleration of
Special capital city economic development, improvement and development for existed
State objectives communities in the region, which is not only determined by the
People welfare government, but also based on individual aspiration (citizens),
especially the majority of Muslim communities, in order to realize
the Indonesian nation in protecting the entire Indonesian nation,
advancing general welfare, educating nation life, and involving in
realizing people welfare.
Copyright © 2018 IAIN Palangka Raya.
All rights reserved.

dikatakan sudah berdaya untuk melakukan


I. Pendahuluan apa saja secara mandiri. Adapun konsep
Penyelenggaraan otonomi daerah dalam dasar otonomi daerah adanya penyerahan
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan
diarahkan agar daerah lebih mandiri dalam dalam hubungan domestik pada daerah.(19)
menentukan seluruh kegiatan. Pemerintah UUD 1945 telah mengatur
daerah diharapkan mampu memainkan penyelenggaraan pemerintahan daerah pasca
peranan membuka peluang memajukan reformasi yang menunjukkan kejelasan arah
daerah tanpa intervensi dari pihak lain, dengan dicanangkannya desentralisasi
disertai dengan pertanggungjawaban kepada otonomi seluas-luasnya, suatu daerah
masyarakat daerahnya sendiri dan kepada memiliki kewenangan yang luas untuk
pemerintah pusat, sebagai konsekuensi dari mengatur dan mengelola rumah tangga
dipilihnya bentuk Negara Kesatuan Republik daerahnya sendiri dengan upaya sendiri.
Indonesia, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Demi mewujudkan keadilan bagi daerah,
ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia selain adanya penyelenggaraan kewenangan
Tahun 1945.(28) otonomi seluas-luasnya, diperlukan juga
Otonomi apabila dimaknai secara sempit adanya pengakuan dan penghormatan dari
berarti “mandiri”, sedangkan secara luas negara terhadap satuan pemerintahan yang
mengandung makna “berdaya”. Otonomi bersifat khusus dan istimewa.(4) Amanat
daerah berarti kemandirian suatu daerah amandemen Undang-Undang Dasar Negara
dalam kaitan pembuatan dan pengambilan Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
keputusan mengenai kepentingan daerahnya penyelenggaraan pemerintahan daerah
sendiri. Jika daerah sudah otonom maka dirumuskan lebih lanjut melalui Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999, yang
DOI: 10.23971/jsam.v14i1. W : http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/jsam
E : Jsam.iainpky@gmail.com
2 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 14, No. 01, Juni 2018, p. 01-11

kemudian direvisi melalui Undang-Undang pemerintahan di Daerah Khusus Ibukota


Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah negara sangat berbeda dengan pemerintah
direvisi dengan Undang-undang Nomor 23 daerah lainnya, dimana urusan pemerintahan
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. yang ada di daerah khusus ibukota negara
Penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak dapat dikenali jumlahnya, sangat
dengan sistem otonomi maupun otonomi kompleks. Segala aspek kehidupan
khusus, tidaklah mudah direalisasikan. Hal ini bermasyarakat, terutama yang berkaitan
tergantung pada kondisi dari suatu daerah, dengan pelayanan urusan dan kepentingan
seperti kondisi geografis, kekayaan alam, umum, baik di bidang politik, hukum,
tingkat kesuburan, jumlah penduduk, kualitas ekonomi, sosial, maupun budaya mungkin
penduduk, jumlah kaum intelektualnya setiap dapat menjadi urusan pemerintahan. Selain
daerah yang berbeda-beda. Kondisi inilah sangat luas, urusan pemerintahan dapat
yang dapat menimbulkan banyak senantiasa meluas sejalan dengan meluasnya
permasalahan dalam tercapainya pelaksanaan tugas negara atau pemerintahan untuk
otonomi daerah maupun otonomi khusus di mewujudkan kesejahteraan umum.
suatu daerah di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, untuk
Berdasarkan Pasal 18B ayat (1) Undang- menciptakan penyelenggaraan pemerintahan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang mendorong untuk mewujudkan tujuan
1945, “Negara mengakui dan menghormati negara, maka harus dipikirkan lebih lanjut
satuan-satuan pemerintahan daerah yang bagaimana penetapan suatu daerah khusus
bersifat khusus atau bersifat istimewa yang ibukota negara harus benar-benar
diatur dengan undang-undang.” Ketentuan dipertimbangkan secara mendalam, sehingga
Pasal 18B Undang-Undang Dasar Tahun keberlangsungan ibukota negara dalam suatu
1945 ini menyiratkan bahwa Negara Republik negara kesatuan diharapkan mampu
Indonesia memberikan peluang kepada mewujudkan kesejahteraan ummat. Maka,
daerah untuk menyelenggarakan otonomi penting untuk melakukan kajian yang
khusus, daerah khusus ibukota negara, berfokus pada permasalahan bagaimana
maupun daerah Istimewa. penetapan suatu daerah khusus ibukota dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
Penyelenggaraan pemerintahan di bawah
bagaimana pengaruh Daerah Khusus Ibukota
konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara dalam mewujudkan kesejahteraan
tetap dimungkinkan adanya pola-pola
ummat?
pengaturan yang bersifat pluralisme seperti
pemberlakuan daerah dengan otonomi khusus
Aceh dan Papua,(3) daerah istimewa, II. Kajian Pustaka
sebagaimana yang diberlakukan dalam Konsep Negara kesatuan pada prinsipnya
penyelenggaraan pemerintahan Daerah lebih dekat pada kebersamaan untuk
Istimewa Yogyakarta. mencapai tujuan nasional dengan tetap
Secara harfiah, istilah “khusus” dan memperhatikan perbedaan yang khas diantara
“istimewa” itu sebenarnya sama, namun daerah di Indonesia. Prinsip kebersamaan
secara teknis, penggunaannya mengandung dalam memandang tujuan nasional ini sangat
nuansa perbedaan. Provinsi Papua penting dalam kaitannya untuk menjaga
berdasarkan undang-undang menggunakan kesatuan bangsa. Tidak dapat dipungkiri
istilah otonomi khusus, begitu juga dengan kesatuan bangsa yang diwujudkan sekarang
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini tidak terlepas dari kebersamaan sehingga
menggunakan istilah otonomi khusus, tanpa ada kebersamaan di antara daerah
meskipun sebelumnya dikenal sebagai Daerah dalam memahami tujuan nasional sulit
Istimewa Aceh. Sedangkan Jakarta terpenuhi suatu wujud bangun Negara
menggunakan istilah Daerah Khusus Ibukota, Kesatuan.(23)
dan Yogyakarta disebut dengan Daerah Negara kesatuan dengan sistem
Istimewa Yogyakarta. desentralisasi yang diterapkan dalam sistem
Adanya pengaturan tentang daerah khusus pemerintahan Indonesia pada dasarnya
ibukota negara melalui undang-undang seluruh kekuasaan dimiliki oleh pemerintah
khusus menunjukan bahwa penyelengggaraan pusat, sehingga hanya peraturan-peraturan

Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232


Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 3
Vol. 14, No. 1, Juni 2018, p. 01-11

dari pemerintah pusat yang menentukan daerah-daerah. Sentralisasi yang disertai


bentuk dan susunan pemerintah daerah pemencaran organ-organ yang menjalankan
otonom. Macam dan luasnya kekuasaan untuk sebagian wewenang pemerintahan pusat di
mengatur dan mengurus rumah tangganya daerah dikenal sebagai dekonsentrasi
sendiri menurut inisiatifnya sendiri (otonom) (centralisatie en deconcentratie).
dan atau turut mengatur dan mengurus hal-hal Desentralisasi akan didapat apabila
pusat dalam daerahnya adalah menurut kewenangan mengatur dan mengurus
instruksi-instruksi dari pemerintah pusat penyelenggaraan pemerintahan tidak semata-
(central government). Dalam hal ini mata dilakukan oleh pemerintah pusat
pemerintah pusat tetap mengendalikan (central government), melainkan oleh satuan-
kekuasaan pengawasan terhadap daerah- satuan pemerintahan tingkat lebih rendah
daerah otonom itu. Adapun penyelenggaraan yang mandiri (zelfstandig) bersifat otonom
sendi dekonsentrasi menghasilkan wilayah- (teritorial atau pun fungsional).(13)
wilayah administrasi, yaitu provinsi,
Hak melakukan pemerintahan sendiri
kabupaten, kotamadya, dan kecamatan.(15)
sebagai sendi kerakyatan dalam sebuah
Ditinjau dari mekanisme pemberian negara kesatuan (unitary state) tidak lain
otonomi dalam negara kesatuan (unitary berarti otonomi, yaitu hak untuk mengatur
state), otonomi diberikan oleh pemerintah dan mengurus rumah tangga sendiri. Dengan
pusat (central government), sedangkan demikian, makin kuat alasan bahwa
pemerintah daerah hanya menerima pemerintahan dalam susunan negara kesatuan
penyerahan dari pemerintah pusat. Berbeda tidak lain dari pemerintahan yang disusun
halnya dengan otonomi di negara federal, atas dasar otonomi.(12)
dimana otonomi yang telah melekat pada
Penyerahan, pelimpahan, dan penugasan
negara-negara bagian, sehingga urusan yang
kewenangan kepada pemerintah daerah dari
dimiliki oleh pemerintah federal pada
waktu ke waktu selalu mengalami dinamika
hakikatnya adalah urusan yang diserahkan
yang secara langsung mempengaruhi konsep
oleh negara bagian.(14)
hubungan pusat dan daerah dalam
Otonomi Daerah sendiri dapat diartikan pelaksanaan pemerintahan. Terkadang, daerah
sebagai hak wewenang dan kewajiban daerah diposisikan hanya sebagai “wakil”
untuk mengatur dan mengurus rumah pemerintah pusat di daerah dan bukan sebagai
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan “institusi otonom” yang berfungsi sebagai
perundang-undangan yang berlaku. Secara penyalur aspirasi rakyat di daerah.(10)
prinsipil terdapat dua hal yang tercakup Formulasi hubungan yang demikian
dalam otonomi, yaitu hak wewenang untuk memberikan ruang penonjolan asas
memanajemeni daerah, dan tanggung jawab dekonsentrasi daripada desentralisasi dalam
terhadap kegagalan dalam memanajemeni pelaksanaan pemerintahan di daerah.
daerahnya tersebut. Sementara Daerah dalam Kenyataan ini kemudian membawa
arti Local State Government adalah pemahaman ekstrim bahwasanya otonomi
pemerintah di daerah yang merupakan daerah hanya merupakan bentuk manipulasi
kepanjangan tangan dari pemerintah pusat.(8) dari demokrasi atau justru merupakan
penguatan sentralisasi yang terbingkai dalam
Aspek penting dari penyelenggaraan
demokrasi.
negara dan pemerintahan adalah persoalan
yang berkaitan dengan penyelenggaran Hal tersebut menjadi sangat vital karena
otonomi dan desentralisasi sebagai subsistem sesungguhnya roh desentralisasi merupakan
dalam negara kesatuan. Menurut Van Der sendi pemerintahan demokratis, yang secara
Pot, setiap negara kesatuan (unitary state) langsung akan memberikan kesempatan atau
dapat disusun dan diselenggarakan menurut keleluasaan pada daerah yang dimaknai
asas dan sistem sentralisasi atau dengan kebebasan berotonomi. Kewenangan
desentralisasi. Suatu pemerintahan daerah tidak terlepas dari ikatan kesatuan
sentralisasi dapat sepenuhnya dilaksanakan pemerintah di pusat yang harus diatur secara
oleh dan dari pusat pemerintahan (single tegas dalam bingkai aturan hukum mengenai
centralized government) atau oleh pusat pendelegasian kewenangan antara pemerintah
bersama-sama organnya yang dipancarkan di pusat dengan pemerintah daerah dalam

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat)


4 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 14, No. 01, Juni 2018, p. 01-11

pelaksanaan pemerintahan. Implikasi dokumen lainnya yang diambil dari buku-


penyerahan atau pelimpahan kewenangan buku penunjang penelitian ini,(18) yang
tersebut tidak melepaskan campur tangan berkaitan dengan penetapan status daerah
secara intensif dari pemerintah pusat dalam khusus ibukota negara dalam Negara
mengawasi perkembangan pelaksanaan Kesatuan Republik Indonesia untuk
pemerintahan di daerah karena hal tersebut mewujudkan kesejahteraan ummat.
merupakan prinsip yang terhimpun dalam
negara kesatuan.(26)
IV. Hasil dan Pembahasan
Pemberlakuan otonomi di daerah a. Penetapan Status Daerah Khusus
diorientasikan supaya daerah akan lebih Ibukota dalam Penyelenggaraan
mandiri dalam menentukan seluruh
Pemerintahan Negara Kesatuan
kegiatannya dan Pemerintah Pusat diharapkan
Republik Indonesia
tidak terlalu aktif mengatur daerah.(28)
Penerapan otonomi daerah sesungguhnya Orang Otonomi daerah tidak akan terlepas
ditujukan untuk mendekatkan proses dari sistem pembagian kewenangan secara
pengambilan keputusan kepada kelompok vertikal dalam Negara Kesatuan Republik
masyarakat yang paling bawah, dengan Indonesia. Kewenangan daerah dalam suatu
memperlihatkan ciri khas budaya dan negara kesatuan tidak dapat diartikan adanya
lingkungan setempat, sehingga kebijakan kebebasan penuh dari suatu daerah untuk
publik dapat diterima dan produktif dalam menjalankan hak dan fungsi otonomnya
memilih kebutuhan serta rasa keadilan menurut kehendaknya tanpa
masyarakat.(9) mempertimbangkan kepentingan nasional
Apabila dikaitkan dengan paham negara secara keseluruhan. Perbedaan antara
kesejahteraan, urusan pemerintahan tidak kebebasan berotonomi dan mempertahankan
dapat dikenali jumlahnya. Segala aspek kesatuan bangsa seharusnya tidak dapat
kehidupan bermasyarakat, terutama yang menimbulkan suatu konflik jika persepsi
berkaitan dengan pelayanan urusan dan terhadap konstruksi otonomi daerah dalam
kepentingan umum, baik di bidang politik, negara kesatuan tetap terjaga.(23)
ekonomi, sosial, maupun budaya mungkin Pemikiran tentang otonomi daerah
dapat menjadi urusan pemerintahan. Selain mengandung pemaknaan terhadap eksistensi
sangat luas, urusan pemerintahan dapat otonomi terhadap penyelenggaraan
senantiasa meluas sejalan dengan meluasnya pemerintahan daerah. Pemikiran pertama,
tugas negara dan atau pemerintahan untuk bahwa prinsip otonomi daerah dengan
mewujudkan kesejahteraan umum. menggunakan prinsip otonomi seluas-
luasnya. Arti seluas-luasnya ini mengandung
III. Metodologi Penelitian makna bahwa daerah diberikan kewenangan
membuat kebijakan daerah, untuk memberi
Penelitian ini dikaji dengan menggunakan
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa,
metode deskriptif analisis, untuk memperoleh
dan pemberdayaan masyarakat yang
gambaran umum yang menyeluruh dan
bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
sistematis serta menguraikan fenomena-
rakyat. Pemikiran kedua, bahwa prinsip
fenomena yang ada, sedangkan metode
otonomi daerah dengan menggunakan prinsip
pendekatan yang digunakan adalah
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
pendekatan hukum normatif, yaitu metode
Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip
yang mengkaji norma-norma yang terdapat
bahwa untuk menangani urusan pemerintahan
dalam peraturan perundang-undangan,
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang,
rancangan peraturan perundang-undangan,
dan kewajiban yang nyatanya telah ada, serta
putusan-putusan pengadilan dan
berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang
berkembang sesuai dengan potensi dan
hukum.(22) Jenis data yang dipilih dan sesuai
kekhasan daerah. Dengan demikian, isi dan
dengan jenis penelitian hukum ini adalah
jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu
jenis data kualitatif, yaitu berupa data
sama dengan daerah lainnya. Adapun
deskriptif, yakni sumber data yang diambil
otonomi yang bertanggung jawab adalah
dari kata-kata, tindakan, data tertulis dan
otonomi yang dalam penyelenggaraannya

Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232


Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 5
Vol. 14, No. 1, Juni 2018, p. 01-11

harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan istimewa yang diatur dengan undang-
maksud pemberian otonomi, yang pada undang.”
dasarnya untuk memberdayakan daerah
Sepanjang penyelenggaraan pemerintahan
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
daerah dalam Negara Kesatuan Republik
yang merupakan bagian utama dari tujuan
Indonesia, kita mengenal penetapan status
nasional.(24)
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai
Pemerintah pusat tidak akan mampu Ibukota Negara Indonesia, sebagaimana
menjalankan tugas dan kewajiban dalam dituangkan dalam Penetapan Presiden
organisasi kekuasaan negara yang sangat luas, Republik Indonesia (Penpres) Nomor 2 Tahun
dan di sisi lain, pemerintah daerah tidak akan 1961 tentang Pemerintahan Daerah Khusus
mendapat kekuasaan (power) yang berbentuk Ibukota Jakarta Raya yang kemudian menjadi
kewenangan (authority) untuk mengatur dan Undang-undang PNPS No. 2 Tahun 1961.
mengurus rumah tangganya bila tidak Landasan hukum berikutnya adalah Undang-
diberikan oleh pemerintah pusat yang diatur Undang Nomor 10 Tahun 1964 tentang
melalui peraturan perundang-undangan. Pada Pernyataan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
prinsipnya kebijakan otonomi daerah Raya Tetap Sebagai Ibu Kota Negara
dilakukan dengan mendesentralisasikan Republik Indonesia Dengan Nama Jakarta.
kewenangan-kewenangan yang tersentralisasi Undang-undang ini pun hanya berisi dua
pada tangan pemerintah pusat. Pelaksanaan pasal yang menegaskan status Jakarta sebagai
desentralisasi di Indonesia sebenarnya bukan Daerah Khusus Ibukota serta masa berlaku
merupakan sesuatu yang baru. Tercatat surutnya dari 22 Juni 1964, yaitu sejak
pembahasan desentralisasi ini sudah mulai Presiden Soekarno mengumumkan Daerah
diperbincangkan pada tahun 1950-an seiring Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai
dengan pembaharuan-pembaharuan terhadap Ibukota Negara Republik Indonesia dengan
sistem demokrasi di negara-negara nama Jakarta.
berkembang. Agenda besar pelaksanaan
Bagian pertimbangan dan penjelasan
desentralisasi, termasuk di Indonesia,
umum Undang-Undang Nomor 10 Tahun
merupakan suatu upaya penguatan peran
1964 tercantum bahwa penegasan ini
pemerintah dalam menyelenggarakan negara
diperlukan mengingat Jakarta telah
melalui pendayagunaan pemerintah lokal.(20)
termasyhur dan dikenal, serta kedudukannya
Dalam proses desentralisasi, kekuasaan
yang merupakan kota pencetusan Proklamasi
pemerintah pusat dialihkan dari tingkat pusat
Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal
ke pemerintahan daerah sebagaimana
17 Agustus 1945 dan pusat penggerak segala
mestinya, sehingga terwujud pergeseran
kegiatan, serta merupakan kota pemersatu
kekuasaan dari pusat ke daerah kabupaten dan
dari pada seluruh aparat, revolusi dan
kota. Kebijakan otonomi dan desentralisasi
penyebar ideologi Panca Sila keseluruh
kewenangan ini dinilai sangat penting,
penjuru dunia.
terutama untuk menjamin agar proses
integrasi nasional dapat dipelihara dengan Pada tahun 1990, Presiden Soeharto
sebaik-baiknya.(3) mencabut kedua undang-undang tersebut
dengan mengundangkan Undang-Undang
Proses integrasi nasional dalam
Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan
penyelenggaraan pemerintahan di bawah
Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara
konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia
Republik Indonesia Jakarta. Sebagai Ibukota
memungkinkan adanya pola-pola pengaturan
Negara Republik Indonesia, Jakarta memiliki
yang bersifat pluralisme seperti pemberlakuan
kedudukan dan peranan yang penting, baik
daerah dengan otonomi khusus Aceh dan
dalam mendukung dan memperlancar
Papua,(3) daerah istimewa, sebagaimana yang
penyelenggaraan pemerintahan Negara
diberlakukan dalam penyelenggaraan
Republik Indonesia maupun dalam
pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta.
membangun masyarakatnya yang sejahtera,
Hal ini sesuai dengan Pasal 18B ayat (1)
dan mencerminkan citra budaya bangsa
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Pada tahun 1998, Presiden Habibie
Indonesia Tahun 1945, “Negara mengakui
mengubah payung hukum Jakarta sebagai
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
Daerah Khusus Ibukota Negara melalui
daerah yang bersifat khusus atau bersifat

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat)


6 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 14, No. 01, Juni 2018, p. 01-11

Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 sosial kemasyarakatan lain yang memerlukan


tentang Pemerintahan Propinsi Daerah pemecahan masalah secara sinergis melalui
Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia berbagai instrumen dengan tujuan untuk
Jakarta. Undang-undang ini mempertegas meningkatkan partisipasi dan pemberian
kekhususan Jakarta karena statusnya sebagai pelayanan publik (public service) yang
Ibukota Negara. Sementara pada masa semakin baik.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, lahir
Berdasarkan uraian di atas, lebih jauh
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007
dapat ditemukan bahwa penetapan suatu
tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
daerah menjadi daerah khusus ibukota dalam
Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota
negara kesatuan harus diwujudkan melalui
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
suatu peraturan perundang-undangan, yang
Setelah lahirnya undang-undang Nomor harus menyesuaikan dengan tahapan maupun
29 tahun 2007, bermunculan juga usulan landasan pembentukan peraturan perundang-
pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke undangan, yakni memiliki pokok-pokok
daerah lain. Sutiyoso (Mantan Gubernur DKI pikiran yang mengandung unsur filosofis,
Jakarta), pernah menyampaikan gagasan yuridis, dan sosiologis sebagai latar belakang
perluasan ibukota melalui konsep pembuatannya.
Jabodetabekjur, yakni Jakarta yang didukung
Aspek filosofis mengandung makna
oleh kota-kota sekitarnya, meliputi Bogor,
bahwa peraturan perundang-undangan yang
Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur.
terkait dengan penetapan suatu daerah khusus
Konsep ini juga didukung oleh Presiden
ibukota negara haruslah berlandaskan pada
Susilo Bambang Yudhoyono yang
kebenaran dan cita rasa keadilan serta
menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres)
ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat,
Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan
kelestarian ekosistem, dan supremasi hukum.
Ruang Kawasan Bopunjur (Bogor-Puncak-
Aspek yuridis, dimaksudkan bahwa peraturan
Cianjur) untuk mengatasi banjir di
perundang-undangan tentang penetapan suatu
Jakarta.(30)
daerah khusus ibukota negara menjunjung
Usulan pemindahan ibu kota kembali tinggi supremasi dan kepastian hukum serta
muncul dibicarakan pada masa pemerintahan tidak bertentangan dengan peraturan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada perundang-undangan lainnya (baik yuridis
Oktober 2010, yang menawarkan solusi untuk formil maupun materil). Sedangkan aspek
mengatasi kemacetan di Ibu Kota Jakarta. sosiologis, berarti bahwa peraturan
Pertama, mempertahankan Jakarta sebagai perundang-undangan yang dibuat dalam
ibukota negara maupun pusat pemerintahan penetapan suatu daerah khusus ibukota
dengan pembenahan total. Kedua, Jakarta muncul dari harapan, aspirasi, dan sesuai
tetap menjadi ibukota negara, tetapi pusat dengan kebutuhan sosial masyarakat
pemerintahan dipindahkan ke daerah lain.(2) setempat.(21)
Terjadinya perubahan pengaturan Daerah Lubis menambahkan, selain ketiga
Khusus Ibukota negara sampai munculnya landasan yang disebutkan di atas, landasan
usulan pemindahan ibukota negara pembentukan suatu peraturan perundang-
menunjukkan bahwa penyelenggaraan undangan juga dipengaruhi oleh landasan
pemerintahan dalam suatu daerah khusus politis, yaitu garis kebijakan politik yang
ibukota berbeda dengan pemerintah daerah menjadi dasar selanjutnya bagi kebijakan-
lainnya. Oleh karena itu daerah khusus kebijakan dan pengarahan ketatalaksanaan
ibukota negara perlu diberikan kekhususan pemerintahan negara.(16)
tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab
Berdasarakan hal tersebut, maka dapat
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
dirumuskan bahwa penetapan suatu daerah
karena dihadapkan dengan karakteristik
dengan status daerah khusus ibukota negara
permasalahan yang sangat kompleks dan
dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
berbeda dengan daerah lain, diantaranya
Kesatuan Republik Indonesia mempunyai
berhadapan dengan masalah urbanisasi,
dasar dan kriteria yang berbeda, yaitu dengan
keamanan, transportasi, lingkungan,
adanya faktor yang mempengaruhi,
pengelolaan kawasan khusus, dan masalah
diantaranya adalah faktor historis daerah,

Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232


Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 7
Vol. 14, No. 1, Juni 2018, p. 01-11

faktor kebutuhan daerah yang berbeda-beda, hanya menjadi objek kekuasaan yang
faktor keadaan daerah yang berbeda-beda, dijalankan oleh Pemerintah. Permasalahan ini
dan faktor lain yang membuat suatu daerah terjadi pada suatu negara, terutama ketika
menjadi suatu daerah khusus ibukota negara, abad 19, pada saat terjadinya pemerintahan
yang kemudian diatur melalui sebuah undang- kolonialisme atau pun pemerintahan dengan
undang khusus, dengan tetap memperhatikan corak absolut.(27)
aspirasi masyarakat.
Kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah
b. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota pada hakikatnya berasal dari rakyat, dikelola
Negara dalam Mewujudkan oleh rakyat, dan untuk kepentingan seluruh
Kesejahteraan Ummat rakyat itu sendiri. Jargon yang kemudian
dikembangkan sehubungan dengan ini adalah
Ketika diproklamirkan Negara Republik
kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
Indonesia, dinyatakan bahwa Kemerdekaan
rakyat. Bahkan dalam sistem participatory
atas Nama Bangsa Indonesia, karenanya
democracy, dikembangkan pula tambahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
bersama rakyat, sehingga menjadi kekuasaan
merupakan negara demokratis
pemerintahan itu berasal dari rakyat, untuk
konstitusional,(28) sehingga setiap kebijakan
rakyat, oleh rakyat, dan bersama rakyat.(3)
tentang penyelenggaraan pemerintahan harus
berdasarkan suara rakyat yang dilandasi Berdasarkan hal tersebut, maka
dengan sebuah peraturan perundang- penyelenggaraan pemerintahan dalam Negara
undangan. Hal ini bisa kita lihat dalam Pasal Kesatuan Republik Indonesia harus
1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi : senantiasa berdasarkan pada kebijakan yang
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan berdasarkan pada aspirasi dan kehendak
dilaksanakan menurut Undang-Undang rakyat. Untuk menilai seberapa jauh
Dasar”. kebijaksanaan pemerintah itu dapat berhasil,
harus didasarkan pada seberapa jauh
Negara-negara demokrasi modern
kebijaksanaan pemerintah itu dapat
dilihat dari sudut analisis makro, nilai-nilai
mempengaruhi masyarkat untuk
dasar politik masyarakat adalah kemerdekaan
melaksanakannya. Setiap kebijaksanaan yang
(liberty), persamaan (equality), dan
dilakukan pemerintah dalam pembangunan
kesejahteraan (welfare). Untuk memajukan
terkait dengan pengalokasian sumber daya
kemerdekaan, maka kekuasaan pemerintah
alam, sumber daya manusia, dan sumber
harus dibagi sedemikian rupa sehingga
pemerataan pendapatan masyarakat, terdapat
individu mampu dilindungi dari tindakan
empat kriteria yang dipakai untuk menilai
yang sewenang-wenang (constitutional
kebijakan pemerintah, yaitu : Satu, Keadilan,
effect). Untuk memajukan persamaan, maka
dimana pemerintah harus bertindak adil,
kekuasaan pemerintah harus dibagi
meskipun ukuran adil tersebut sulit
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
ditetapkan. Oleh karena itu harus dicari
kesempatan-kesempatan yang luas bagi warga
ukuran keadilan yang berlaku umum. Dua,
negara untuk berpartisipasi dalam
Efisiensi Ekonomis, yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan politik (democratic
kebendaan, berorientasi pada kesejahteraan
effect). Sedangkan untuk memajukan
materil, meminimalkan biaya dan
kesejahteraan, maka kekuasaan pemerintah
memaksimalkan hasil/keuntungan. Hasilnya
harus dibagi sedemikian rupa, sehingga
kemudian digunakan untuk meningkatkan
efektif untuk kepentingan dan kebutuhan
keterampilan pengusaha lemah, agar
rakyat dipenuhi (fasilitating effect).(25)
pendapatannya meningkat. Tiga, Sikap
Hubungan antara pemerintah dengan kebapaan (paternalisme), pemerintah
masyarakat bersifat sangat dinamis. Pada menyelenggarakan pendidikan demi masa
awalnya, pemerintah yang dibentuk oleh depan rakyatnya. Hal ini seperti bapak
masyarakat yang menjalankan fungsi utama memikirkan masa depan anaknya. Rakyat
melayani masyarakat yang memberikan diberi kesempatan mengenyam pendidikan
kewenangan kepadanya. Akan tetapi dalam yang lebih tinggi agar hidupnya lebih baik.
perjalanannya, pemerintah kemudian menjadi Empat, Kebebasan individu, pemerintah harus
sangat berkuasa dan kemudian “menelan” memikirkan bahwa tindakannya itu jangan
masyarakat yang membentuknya. Masyarakat berakibat memberatkan beban rakyat sama

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat)


8 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 14, No. 01, Juni 2018, p. 01-11

dengan mengganggu dan mengurangi telah dicapai diharapkan mempercepat upaya


kebebasan individu. Tetapi di lain pihak, pemberdayaan masyarakat dalam
kebebasan individu juga jangan sampai meningkatkan kesejahteraan ummat. Hal ini
berlebihan. (5) sesuai dengan apa yang diatur dalam Pasal
278 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
Sebagai suatu negara yang berkedaulatan
yang menentukan:
rakyat, berdasarkan hukum, dan
menyelenggarakan pemerintahan negara (1) Penyelenggara Pemerintahan Daerah
berdasarkan konstitusi, sistem pengelolaan melibatkan peran serta masyarakat dan
negara harus sesuai dengan aturan pokok sektor swasta dalam pembangunan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang Daerah.
Dasar 1945, dengan tujuan untuk masyarakat
(2) Untuk mendorong peran serta masyarakat
yang adil dan makmur, baik spriritual maupun
dan sektor swasta sebagaimana dimaksud
material, secara merata yang berdasarkan
pada ayat (1), penyelenggara
Pancasila.(1) Pembukaan UUD 1945 alenia
Pemerintahan Daerah dapat memberikan
ke-4 tertuang cita-cita negara Republik
insentif dan/atau kemudahan kepada
Indonesia sebagaimana tujuan yang
masyarakat dan/atau investor yang diatur
dimaksudkan dalam konsep negara
dalam Perda dengan berpedoman pada
kesejahteraan, yaitu :
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
Sejalan dengan lingkup pembangunan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
nasional, agenda pembangunan daerah yang
kesejahteraan umum, mencerdaskan
harus terus diperhatikan adalah pembangunan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
yang operasionalnya diarahkan pada hal-hal
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
sebagai berikut :
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pertama, meningkatkan peran serta aktif
Untuk mencapai tujuan kesejahteraan
masyarakat dalam pembangunan yang
ummat, negara dituntut ikut campur dalam
ditandai dengan ciri-ciri masyarakat yang
segala aspek kehidupan sosial. Dengan
partisipatif, demokratis, profesional, dan
demikian, tidak satu pun aspek kehidupan
melaksanakan pembangunan sesuai dengan
masyarakat yang lepas dari campur tangan
law and order enforcement menuju
pemerintah.(11) Kekuasaan Pemerintahan
pengelolaan yang baik (good governance).
tidak ditentukan oleh Penguasa (Pemerintah)
belaka, akan tetapi berdasarkan aspirasi dari Kedua, memperbaiki perkonomian baik di
individu-individu (warga) negara tersebut. tingkat mikro (masyarakat) maupun tingkat
Hubungan antara pemerintah pusat dengan makro agregat sehingga tercipta situasi
daerah terefleksi dalam intergovernmental dengan iklim usaha yang sehat, keuangan
fiscal relations. Pelimpahan tugas kepada negara yang makin kuat, pemulihan
pemerintah daerah dalam otonomi harus kepercayaan terhadap lembaga pengelolaan
disertai dengan pelimpahan keuangan. keuangan, dan utang luar negeri yang dikelola
Pendelegasian pengeluaran sebagai dengan baik.
konsekuensi diberikannya kewenangan yang Ketiga, pemantapan kelembagaan sosial,
luas serta tanggung jawab pelayanan publik ekonomi, politik, hukum, dan administrasi
(public service) tentunya harus diikuti dengan pemerintahan.
adanya pendelegasian pendapatan.(13)
Keempat, pemantapan mekanisme
Kesiapan masyarakat dalam pembangunan perencanaan pembangunan yang
dapat dinilai dari pengalaman membangun mengikutsertakan masyarakat secara
selama ini dengan melanjutkan dan aktif.(13)
memantapkan hal-hal yang telah berhasil
dicapai. Meneruskan yang baik, Pengembangan ekonomi daerah ini
menyempurnakan yang belum sesuai, tentunya harus berdasarkan pada
mengganti yang tidak sesuai, dan pembangunan yang demokratis, yakni
menambahkan yang kurang. Dengan pembangunan yang berdasarkan aspirasi
pemahaman ini maka identifikasi, evaluasi, masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk
dan formulasi kembali langkah-langkah yang kepentingan masyarakat. Pembangunan ini

Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232


Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 9
Vol. 14, No. 1, Juni 2018, p. 01-11

perlu memberikan dukungan luas bagi masih rendah; (8) Adanya benturan budaya
terbukanya peluang untuk mewujudkan: (SARA) yang destruktif; (9) Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme yang masih merajalela; (10)
(1) Peran serta aktif masyarakat dalam proses
Lemahnya akuntabilitas publik.(17)
pembangunan ekonomi yang lebih
demokratis melalui penerapan nyata Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
kebersamaan yang saling menguntungkan kekuasaan pemerintahan tidak ditentukan
sebagai perwujudan proses dari, oleh, dan oleh penguasa (pemerintah) belaka, akan
untuk rakyat. tetapi berdasarkan aspirasi dari individu-
individu (warga) negara tersebut. Namun
(2) Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat
demikian, aspirasi tersebut tentunya harus
berkaitan dengan pemantapan otonomi
ditetapkan oleh suatu pemerintahan yang
daerah yang diselenggarakan secara nyata
dalam hal ini adalah Badan Legislatif, sebagai
dan dinamis.
konsekuensi negara Indonesia merupakan
(3) Pemantapan perubahan struktur dengan negara yang berdasarkan atas hukum (aturan)
penajaman pada modernisasi masyarakat yang pada tahap terakhir kekuasaan untuk
yang dilandasi nilai-nilai ahlak mulia. memutuskannya adalah Badan Legislatif.(6)
(4) Keterpaduan dan keterkaitan antar Sebagai individu yang membentuk suatu
manusia, antar daerah, antar sektor masyarakat dalam penyelenggaran
kegiatan ekonomi, serta antara kegiatan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
makro dan mikro nasional. (17) Indonesia, khususnya dalam penyelenggaraan
Tuntutan kesejahteraan yang selalu pemerintahan daerah khusus ibukota negara,
diharapkan dengan lahirnya otonomi daerah Masyarakat muslim yang mayoritas memiliki
melahirkan sistem pengamanan sosial (social konsep (doktrin) yang konkrit untuk
security) yang akan memberatkan pemerintah menciptakan kondisi masyarakat yang
daerah, sehingga daerah harus mampu diharapkan mampu mewujudkan
menggali sumber potensi pendapatan asli kesejahteraan ummat, sebagaimana tertuang
daerah dalam upaya mencapai kesejahteraan dalam Pembukaan UUD Negara Republik
masyarakat melalui pengembangan ekonomi. Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi
Dalam negara kesejahteraan, untuk mencapai segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
tujuan kesejahteraan masyarakat, negara Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
dituntut ikut campur dalam segala aspek mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
kehidupan sosial, mulai dari buaian ibu terlibat dalam mewujudkan perdamaian
sampai liang kubur (from the craddle to the dunia.
grave). Dengan demikian, tidak satu pun Penetapan status daerah khusus ibukota
aspek kehidupan masyarakat yang lepas dari negara dimaksudkan untuk mewujudkan
campur tangan pemerintah.(11) keadilan, penegakan supremasi hukum,
Secara umum penyelenggaraan penghormatan terhadap hak warga,
pemerintah daerah dalam Negara Kesatuan percepatan pembangunan ekonomi,
Republik Indonesia masih mengalami banyak peningkatan kesejahteraan dan kemajuan
masalah, yang tentunya akan menjadi sebuah masyarakat yang ada di daerah, dalam rangka
tantangan dalam penyelenggaraan kesetaraan dan keseimbangan dengan
pemerintahan, khususnya pemerintahan kemajuan provinsi lain, namun pada sisi lain,
daerah khusus ibu kota, diantaranya : (1) lahirnya daerah dengan status otonomi
Ketidakcukupan sumber daya finansial; (2) khusus, daerah khusus, maupun daerah
Minimnya jumlah pegawai yang memiliki istimewa juga dikhawatirkan akan
keterampilan dan keahlian; (3) Prosedur dan mengerahkan pada terjadinya disintegrasi
sistem pengendalian manajemen yang tidak nasional dalam negara kesatuan, sehingga
memadai; (4) Rendahnya produktivitas setiap daerah terus melakukan upaya untuk
pegawai; (5) Infrastruktur yang kurang mengajukan status daerah otonomi khusus
memadai; (6) Lemahnya perangkat hukum maupun daerah istimewa.
(aparat penegak hukum dan peraturan hukum)
serta kesadaran masyarakat terhadap
penegakan hukum; (7) Keinginan politik yang

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat)


10 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 14, No. 01, Juni 2018, p. 01-11

V. Kesimpulan 11. Hadjon PM. Hukum Tata Negara dan


Pembangunan Ekonomi. Jember: [date
Penetapan suatu daerah dengan status unknown].
daerah khusus ibukota negara dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia mempunyai 12. Huda N. Hukum tata negara Indonesia.
dasar dan kriteria yang berbeda, ditentukan Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
oleh faktor kekhususan yang 13. Huda N. Hukum Pemerintahan Daerah.
mempengaruhinya, diantaranya adalah faktor Bandung: Nusamedia, 2012.
historis suatu daerah, faktor kebutuhan 14. Juanda. Hukum pemerintahan daerah: pasang
daerah, faktor keadaan daerah, yang surut hubungan kewenangan antara DPRD
kemudian diatur melalui sebuah undang- dan kepala daerah. Bandung: Alumni, 2004.
undang khusus yang dibentuk oleh
15. Kusnardi M, Saragih BR. Ilmu negara.
pemerintah pusat, dengan memperhatikan
Bandung: Gaya Media Pratama, 2000.
landasan filosofis, yuridis, maupun sosiologis.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah khusus 16. Lubis MS. Landasan dan Teknik Perundang-
ibukota negara memiliki peran penting untuk undangan. Bandung: Mandar Maju, 1989.
mewujudkan kesejahteraan ummat, dengan 17. Mardiasmo. Otonomi dan Manajemen
segala aspek kehidupan masyarakatnya, demi Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit
mewujudkan kemaslahatan ummat. ANDI, 2002.

Daftar Pustaka 18. Moleong LJ. Metodologi penelitian kualitatif.


Bandung: Remadja Karya, 1989.
1. Ahmadi W. Perlindungan Hukum Bagi Wajib
Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak. 19. Prasojo E. Desentralisasi & pemerintahan
Bandung: Refika Aditama, 2006. daerah: antara model demokrasi lokal &
efisiensi struktural. Departemen Ilmu
2. Andryanto D. Master Plan Presiden Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Soekarno, Palangkaraya Ibu Kota Indonesia Politik, Universitas Indonesia, 2006.
[Online]. Tempo: 2017.
https://nasional.tempo.co/read/889532/master 20. Pratama AY. Pelaksanaan Desentralisasi
-plan-presiden-soekarno-palangkaraya-ibu- Asimetris Dalam Tata Kelola Pemerintahan
kota-indonesia [5 Apr. 2018]. Daerah Di Era Demokrasi. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3. Asshiddiqie J. Konstitusi dan 28, 2016.
Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:
Konstitusi Press, 2005. 21. Ranggawidjaja R. Pengantar Ilmu
Perundang-Undangan Indonesia. Bandung:
4. Baharudin. Desain Daerah Khusus/ Istimewa Mandar Maju, 1998.
Dalam Sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia Menurut Konstitusi. Masalah- 22. Soekanto S. Pengantar Penelitian Hukum.
Masalah Hukum 45: 85–92, 2016. Jakarta: UI Press, 2007.
5. Basri YZ. Keuangan negara dan analisis 23. Subarno H. Memandu Otonomi Daerah
kebijakan utang luar negeri. RajaGrafindo Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta: Sinar
Persada, 2003. Grafika, 2007.
6. Budiardjo M. Dasar-Dasar Ilmu Politik. 24. Sunarno S. Hukum Pemerintahan Daerah di
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002. Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
7. Djaenuri M, Aisyah S. Hubungan Pusat dan 25. Sunindhia YW, Widiyanti N. Praktek
Daerah. 2014. penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Bina Aksara, 1987.
8. Dwidjowijoto RN. Otonomi Daerah:
Desentralisasi Tanpa Revolusi. Jakarta: PT 26. Tresna R. Bertamasya ke Taman
Elex Media Komputindo, 2000. Ketatanegaraan. Bandung: Dibya, 2000.
9. Fauzi N. Otonomi Daerah Sumber Daya 27. Wasistiono S. Kapita Selekta
Alam Lingkungan. Jakarta: Lipera Pustaka Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Utama, 2003. Bandung: Fokusmedia, 2003.
10. Gadjong AA. Pemerintahan Daerah; Kajian 28. Widjaja H. Otonomi Daerah dan Daerah
Politik dan Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia, Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007. 2002.

Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232


Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 11
Vol. 14, No. 1, Juni 2018, p. 01-11

29. Wijayanti SN. Hubungan Antara Pusat dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang
Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Otonomi Khusus di Propinsi Nanggro Aceh
Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Darusalam (NAD)
Nomor 23 Tahun 2014. Jurnal Media Hukum
Undang-undang Nomor 21 tahun 2001 tentang
23: 186–199, 2017.
Otonomi Khusus di Propinsi Papua.
30. Fahri: Gagasan Sutiyoso Soal Ibu Kota
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Negara Rasional [Online]. Republika Online:
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
2017. http://republika.co.id/share/oskia1 [5
Apr. 2018]. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Peraturan Perundang-undangan
Pemerintahan Daerah
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Utang Rosidin (Mewujudkan Kesejahteraan Ummat)

You might also like