Professional Documents
Culture Documents
ALKALOID
KELOMPOK 6
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Alkaloid”. Makalah ini telah dibuat
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan adanya
kritik dan saran yang bisa menunjang untuk perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan juga penulis khususnya.
Kelompok VI
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
lemak yang digunakan oleh tumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya ataupun
dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk
pemisahan, metode analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau
senyawa semi sintetik yang diperoleh dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku
obat. Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme khusus adalah istilah untuk
jalur dan molekul kecil produk dari metabolisme yang tidak mutlak diperlukan
sekunder telah banyak digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-
obatan dan sebagainya. Oleh karena itu, dibuatlah makalah tentang biosintesis
alkaloid.
1.2 Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
dikenal pula alkaloid purin yang biosintesisnya berasal dari purin. Mekanisme
biosintesis tidak semuanya dapat dipahami dengan pendekatan reaksi kimia secara
kompleks.
terbentuk dari dua cincin segilima terpadu melalui atom nitrogen sebagai fusi.
Biosintesis pirolisidin berasal dari dua molekul asam amino ornitin. Kelompok
senyawa ini tersebar luas pada tumbuahn marga boraginaceae, compositae, dan
COOH +
1
H2N
NH2
H2N
Ornitin Putresin NH2
NH2
CHO NH2
NH2 NH2
3 2 N
H H
N N
Homospermidin
4
H CHO
NH2 5 CHO
6
N N N
OH
HO
H
Retronesin
mempunyai sifat racun dan dapat membahayakan bagi ternak, terutama bila
dikonsumsi secara berlebihan. Salah satu jenis keracunan dari indolizidin alkaloid
Indolisidin ditandai dengan keranka dasar yang terdiri dari cincin lima
terpadu dengan atom nitrogen sebagai fusi, terlihat sebagai hibrida antara
dari precursor lisin melalui senyawa antara asam pipekolit yang didukung oleh
terhadap virus HIV, karena dapat menghambat enzim glukosidase yang terlibat
agen anti-HIV. Alkaloid ini juga beracun bagi hewan karena menyebabkan
ini adalah struktur dasar dari indolisidin dan struktur swainsonin, kartanospermin,
OH OH
8 OH OH
1 H H
7 9 HO
2
N OH
6
4 N N
3
5
Indolisin Swainsonin HO
Kastanospermin
OH
OH
H
HO
N
O
6-O-butanoilkastanospermin
Australia Barat. Ternak yang biasanya mengkonsumsi tanaman ini adalah sapi,
fisiologi dengan Swainsona spp. yang pernah meracuni hewan ternak di Australia
Barat. Faktor-faktor yang menjadi penyebab keracunan pada ternak dari tanaman
tersebut sulit dipahami sampai tahun 1979 ketika diteliti di Universitas Murdoch
hingga periode/musim kering ketika makanan hijauan sudah tidak mencukupi dan
binatang ternak mengkonsumsi sejumlah besar biji-bijian. Diare yang berat adalah
tanda-tanda yang paling banyak dalam keracunan, disertai badan lemah. Radang
sebagai berikut:
COOH COOH
COOH COOH
NH2 NH2
NH2 O N NH
HSCoA
Lisin Aminoadipat Piperadin asam karboksilat
Asetil CoA
O O
H OH H H
N N NH
O SCoA
OH
OH OH
H H
OH OH
N N
Swainsonin
sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Sebagai contoh geramin. eleagnin
dan haran adalah tiga indol sederhana yang dihasilkan triptopan. Contoh reaksinya
adalah:
bergabung dengan 5 cincin imidazol. Purin sendiri tidak ada di alam, tetapi
metabolit sekunder dan turunannya berupa xantin. Tiga contoh yang paling
teobromin (3,7-dimetilxantin).
Minuman seperti teh dan kopi sama-sama memiliki efek stimulan pada
bahannya. Kafein menstimulasi susunan saraf pusat dan memiliki efek diretik
Teofillin pada umunya memiliki struktur yang sama dan sangat efektif untuk
merelaksasi otot tak sadar. Kafein merupakan alkaloid turunan xantin, yaitu
1,3,7-trimetilxantin bersifat basa lemah dan garamnya mudah terurai dalam air.
Teh (Camellia sp) merupakan tanaman yang sering dikonsumsi sebagai minuman
yang diperoleh dari seduhan serbuk teh. Serbuk teh diperoleh dari daun teh yang
serta katekin, sehingga teh memiliki berbagai manfaat yang baik bagi tubuh,
kolesterol dalam darah, dan melancarkan sirkulasi darah. Teh juga mengandung
kantuk, mengurangi kelelahan dan sebagai diuretik. Bagian yang paling banyak
mengandung kafein pada tanaman the adalah daunnya. Kadar kafein yang
terkandung dalam daun teh yaitu sebesar 1-5 %. Isolasi kafein dalam teh dapat
kayu aro, kafein diisolasi dari 25 gram sampel serbuk teh dengan cara difraksinasi
dan dikristalisasi sehingga diperoleh 102 mg kristal kafein. Kristal kafein hasil
bentuk serbuk halus, warna putih kehijauan, rasa pahit, bau khas. Titik leleh yaitu
196 oC. Spektrum inframerah menunjukkan adanya gugus O-H asam pada
bilangan gelombang 2700-2500 cm-1, dimana gugus fungsi ini tidak ada pada
nm. Profil kromatografi lapis tipis dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase
inframerah kafein murni dan kafein hasil kristalisasi terlihat bahwa daerah sidik
jari dan gugus fungsi dari keduanya hampir sama dan menghasilkan jenis ikatan
yang hampir sama pula. Pada daerah bilangan gelombang 3000-2850 cm-1
menunjukkan adanya gugus C-H, gugus C=O pada daerah 1725-1675 cm-1,
ikatan C=C pada daerah 1680-1600 cm-1, dan gugus C=N pada daerah 1675-1500
cm-1 serta pada daerah sidik jari 1450-1375 cm-1 adanya ikatan CH3, sedangkan
terlihat adanya gugus O–H asam sedangkan pada kafein hasil kristalisasi tidak
ada.
Kemudian penentuan panjang gelombang serapan maksimum untuk kafein
murni, kafein hasil kristalisasi dan kafein benzoat dalam pelarut kloroform pada
konsentrasi 6 µg/mL. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 200-400
kafein hasil kristalisasi, dan kafein benzoat dapat dilihat pada Gambar 7, 8, dan 9.
Hasil dari penentuan panjang gelombang serapan maksimum larutan kafein murni
memiliki panjang gelombang maksimum dan daerah serapan yang tidak jauh
berbeda yaitu panjang gelombang maksimum kafein murni adalah 275 nm,
(KLT). Menggunakan silika gel 60 F254 sebagai penjerap fase diam dan kloroform
dan etanol sebagai fase gerak dengan perbandingan 99:1. Pengamatan jarak
noda antara kafein murni dengan kafein hasil kristalisasi memiliki nilai Rf yang
sama yaitu 0,325 sedangkan kafein benzoat memiliki nilai Rf 0,35. Jadi dari
memiliki karakterisasi yang berbeda dengan kafein hasil kristalisasi dan kafein
serbuk halus, warna putih kehijauan, rasa pahit, bau khas. Titik leleh 196 oC,
2500 cm-1 terlihat adanya gugus O–H asam dan pada bilangan gelombang 1725-
1700 cm-1 adanya gugus C=O sedangkan pada kafein hasil kristalisasi tidak ada,
Rf untuk kafein murni dan kafein hasil kristalisasi adalah 0,325, sedangkan nilai
Fauziah, F., Zulharmita., dan Ningsih, W., 2017, Pembuatan Kafein Benzoat
Secara Semisintesis Dari Serbuk The Kayu Aro, Jurnal Farmasi Higea,
9(1): 9-19.