You are on page 1of 23

MAKALAH

PROFESIONALITAS GURU DALAM PAK

Ditunjukan Kepada Dosen Pengampuh


Kode Etik dan Professionalisme Guru PAK
Disusun oleh:
Darlin Samuel Millu
20168608

STT MAWAR SARON LAMPUNG


MEI 2018

1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………..……..1-6

BAB II : STANDAR KOMPETENSI GURU PAK ……………………7-11

BAB III : FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN KULITAS PENDIDIKAN……..…11-16

BAB IV : MASALAH YANG DIHADAPI GURU…………………………………..……17-21

BAB V : DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….………22

2
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan Agama Kristen merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan gereja

dan umat Tuhan. Dalam konteks Indonesia, pendidikan agama Kristen mempunyai peran yang

penting, hal ini dikarenakan kita sebagai murid Kristus dalam kehidupan sehari-harinya harus

menunjukan diri sebagai murid sang Guru Agung.

Menurut Abdul Majid bahwa:

istilah pembelajajaran (instruction) bermakna sebagai, upaya untuk membelajarkan


seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi.,
metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncananakan”.1
Pendidikan agama Kristen seharusnya membuat siswa Kristen berbeda dengansiswa-

siswi yang lain. Pendidikan Agama Kristen bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan semata,

tetapi lebih dari itu pendidikan agama Kristen merupakan sarana untuk menanamkan nilai-nilai

kristiani kepada anak didik menuju kesempurnaan seperti Kristus.

Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari bagaimana para pendidik (guru)

mengajar secara profesional Karena dengan mencapai profesionalitas maka seorang guru akan

meningkatkan kualitas pendidikan agama Kristen. Sering yang menjadi kendala adalah guru

yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama Kristen bukanlah guru yang kompeten di

bidangnya. Hal ini sudah sering terjadi dalam dunia pendidikan khususnya pendididkan agama

Kristen, sering yang mengajar mata pelajaran agama adalah guru mata pelajaran lain atau

1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. remaja Rosdakarya)4.

3
pendeta yang tidak profesional untuk mengajar pendidikan agama Kristen dikarenakan tidak

tersedianya guru pendidikan agama Kristen di sekolah.

a. Profesionalitas Guru Pak

Menurut Kho Yunus, bahwa:

“kata Profesional” memiliki beragam definisi, definisi pertama mengatakan “profesional’

khususnya dalam bidang olahraga dan seni, dan istilah “pemain bayaran’ dan ada pula

“pemain amatiran”. 2

Profesionalitas adalah kemampuan untuk merancang dan melakukan segela sesuatu secara

profesional dalam bidang yang digelutinya. Berbicara tentang guru pendidikan agama Kristen

Profesionalitas berarti: kemampuan untuk bekerja secara profesional dalam bidang pendidikan

agama Kristen, merancang pendidikan agama Kristen secara menarik dalam proses belajar

mengajar. Jadi menurut penulis apabila berbicara mengenai guru dalam pendidikan agama

Kristen, , maka guru mempunyai arti sebagai pengajar, penyampai pengetahuan, mendidik,

menasehati, membimbing, pembina moralitasdan aklak para murid atau siswa.

a. Yesus sang Guru Agung

Yesus adalah Anak Allah yang menjalankan misi-Nya di dunia dengan cara mengajar

para murid dan umat-Nya untuk mengenal siapa sesungguhnya Allah itu. Ia mengajar orang

untuk bergaul dengan Allah dan mencapai pertumbuhan iman dan dengan sendirinya

meningkatkan kualitas hidup mereka yang percaya kepada Allah.

2
Kho Yunus, Diktat Profesi Keguruan,Hal 2.

4
Menurut Warren W. Wiarsbe, berpendapat bahwa guru yang profesional harus“Ikutilah

Teladan para Pemimpin, maju mundurnya suatu lembaga bergantung pada kepemimpinan, baik

itu keluarga maupun jemaat setempat.3

Jadi seorang guru yang professional, harus tetap berpondasi dengan Firman Tuhan

Dimana seorang guru yang professional membawa peserta didik dalam pengenalan akan

Kristus dan memiliki karakter seperti Yesus Kristus sebaga Guru Agung.

c. Karakter

Dalam hal ini perlu diketahui mengenai karakter. Karakter menyangkut

kepribadian yang utuh dari seorang guru pendidikan agama Kristen.

Seorang guru pendidikan agama Kristen selalu mengacu kepada sosok Yesus

Kristus sebagai Guru Agung. Kepribadian

sangat menentukan keberhasilan guru untuk mengembangkan sumber daya manusia,

karena guru berperan sebagai pembimbing, dan sekaligus sebagai panutan.

Karakteristik kepribadian guru berkaitan dengan keberhasilan dalam

melaksanakan pekerjaan meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan

psikologis, untuk guru pendidikan agama Kristen ditambah dengan komitmen iman

dalam pelayanan. Dalam Alkitab perjanjian Lama, yaitu :Amsal 1:7 berbicara tentang:,

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat

dan didikan”.

3
Warren W. Wiersbe, Setia Di Dalam Kristus, Hal 43

5
Artinya orang yang taat dan takut akan Tuhan adalah awal dari permulaan

pengetahuan, tetapi dapat dilihat orang yang pintar tanpak takut akan Tuhan akan

menjadi orang yang sombong dan tidak dapat bersyukur dan di katakana sama seperti

orang bodoh.

d. Integritas

Integritas adalah kosistensi antara perkataan dan perbuatan yang menjadi teladan

bagi peserta didik. Seorang guru harus menunjukkan bahwa hidupnya menjadi

teladan dan sebagai contoh bagi peserta didik. Kesamaan antara kata dan

perbuatan dalam hidup seorang guru khususnya guru pendidikan agama Kristen

sendirinya menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik untuk mengalami perubahan

dalam hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

e. Profesionalitas Guru pendidikan Agama Kristen

Dalam bukunya Nanang Fattah, yang berjudul Analisis Kebijakan Pendidikan


menjelaskan tentang: “undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, bahwa,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritural keagamaan, penegendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa , dan negara.4

Guru yang profesional adalah guru yang mampu membawa peserta didik

memahami serta menjalankan nilai-nilai agama yang dipelajarinya. Rendahnya

penghargaan terhadap guru pendidikan agama Kristen berdampak kepada pemahaman

4
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, Hal 39.

6
tentang profesionalisme. Oleh karena itu guru yang professional betul-betul

memahami apa yang akan di terapkan dalam mengajar. Mampu mengatasi setiap

masalah yang akan dihadapi untuk mewujudkan proses pembelajaran agar terencana

dan tercapai dengan baik.

BAB II
KOMPETENSI STANDAR KOMPETENSI GURU PAK

setelah penulis melihat diktat Kho Yunus, mengenai kompetensi standar kompetensi guru

PAK, penulis mengambil tiga standar kompetensi guru pendidikan agama Kristen meliputi:

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang mendidik,


dialogis, dan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik meliputi: pemahaman
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki.
Kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
Professional guru adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran atau bidang studi
secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru.5

5
Ibid, Hal 8-9.

7
Dari ketiga kompetensi tersebut, penulis dapat beranggapan bahwa, pentingnya

peningkatan kemampuan guru yang professional atau guru sebagai jabatan professional. Dalam

hal ini penulis dapat meyakinkan setiap orang khususnya pada setiap guru bahwa pekerjaanya

merupakan pekerjaan professional dan merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam

rangka pencapaian standar proses pendidikan sesuai dengan harapan. Mengapa demikian? Sebab

dapat diketahui bahwa banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa guru

merupakan jabatan professional. Karna dapat dilihat semua orang bisa jadi guru, asal paham

materi pelajaran yang akan diajarkannya. Hanya sebagai proses penyampaian materi

pembelajaran, pendapat semacam itu ada benarnya. Dalam hal ini konsep beranggapan juga

bahwa konsep mengajar yang demikian, tuntuntannya sangat sederhana,yaitu asal paham

informasi yang akan diajarkannya kepada siswa, maka ia akan dapat menjadi guru. Tetapi,

mengajar tidak sesedrhana itu bukan? Mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan materi

pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Oleh sebab itu, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam proses mengajar

terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas

perkembangannya, melatih keterampulan baik keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan

berani hidup di masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi siswa agar

mereka dapat memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan

dan rintangan, membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif, dan lain

sebagainya, dengan guru memiliki kemampuan merancang dan memplementasikan sebagai

strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf

8
perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan sebagai sumber dan media

pembelajaran untuk menjamin afektifitas pembelajaran.

a. Persyaratan dan kinerja guru pendidikan Agama Kristen yang professional

Untuk menjadi seorang guru yang professional dalam suatu bidang atau mata

pelajaran, maka seorang guru perlu memiliki pesyaratan untuk memastikan bahwa

seorang guru tersebut sudah layak untuk mengajar. Beberapa pesyaratan itu adalah:

Memiliki Kualitas Pendidikan Yang Memadai, Memiliki Kompetensi Mengajar,

Memiliki Karunia dan Pengalaman Rohani Memiliki Keteladanan.

Menurut E. Mulyasa, dalam bukunnya Standar Kompetensi dan sertifikasi guru,


menjelaskan bahwa: “ setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung
jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya
sehingga terjadi proses konservasi nilai, karena melalui proses pendidikan diusahakan
terciptanya nilai-nilai baru.6

oleh karena itu penulis beranggapan bahwa guru pendidikan Agama Kristen yang

prtofesional tidak hanya dituntut menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode

pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan

wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman

yang mendalam tentang hakikat manusia, dan budaya kinerja guru, serta loyalitasnya

terhadap profesi pendidiklan. Demikian halnya dalam pembelajaran, guru harus

mampu mengembangkan budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna,

kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis, sehingga menyenangkan bagi peserta didik

maupun guru.

6
E. Mulyasa, standar Kompetensi dan sertifikasi guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)18.

9
b. Memiliki Kualitas pendidikan

Untuk menghasilkan sauatu kualitas pendidikan yang di inginkan bersama, maka

dituntut juga guru yang profesiobal di bidangnya. Kualitas pendidikan seorang

guru merupakan salah satu dari unsur dalam peningkatan kualitas pendidikan.

Pendidikan yang tepat harus terus diusahakann agar seorang guru memiliki

penguasaan bahan yang dapat diandalkan.

Karna dapat dilihat dari Dalam bukunya Abdul Majid, yang berjudul perencanaan
pembelajaran menjelaskan bahwa: Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 42 disebutkan bahwa pendidikan
harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar yang dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
Dengan
demikian untuk menjadi guru Pendidikan Agama Kristen kualifikasi minimal
DII/DIII PAK untuk TK, S1 untuk SD-SMA/SMK, dan S2 program S2 program studi
PAK untuk menjadi dosen PAK pada PTU dan S2 Dosen pada Perguruan Tinggi
Agama/Teologia Kristen. Dengan memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai,
maka diharapkan memiliki kewenangan untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru
PAK.7

Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa guru harus memiliki standar dimana

dapat berfunsi sebagai alat untuk menjamin bahwa program-program pendidikan suatu

profesi dapat memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon

sebelum masuk kedalam profesi yang bersangkutan.

c. Memiliki kompetensi Mengajar

Memiliki kompetensi untuk mengajar sudah menjadi sesuatu yang mutlak bagi

seoran guru. Seorang guru yang professional memiliki kompetensi mengajar yang

baik. Kompetensi profession adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan

7
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Hal 5.

10
profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan.

Kompetensi professional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan

tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang

tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

d. Memiliki Karunia dan pengalaman rohani

Mengigat bahwa materi pembelajaran yang

disampaikan oleh guru adalah seperangkat kompetensi yang diharapkan dari peserta

didik berupa konsep dan pengalaman rohani, serta perubahan sikap dan perilaku

sebagai akibat pembelajaran pendidikan agama Kristen, maka seorang guru

pendidikan agama Kristen harus memiliki pengalaman rohani. Dalam 2 Timotiud pasal

4, menjelaskan tentang memenuhi panggilan pelayanan, dimana Rasul Paulus telah

mengalami pertobatan dari pada Tuhan Yesus, sehingga lewat pengalamanya dapat

mengajarkan atau mendidik Timotius kejalan yang benar dan mengajarkan sesuai

dengan kebenaran Firman Tuhan, sehingga Timotius adalah pemuda yang luar biasa

yang berbeda dengan anak muda lainnya. Sebab Rasul paulus menerapkan teladan

yang baik dan dipercaya.

e. Memiliki teladan

Dalam proses pembelajaran, keteladan seorang guru pendidikan agama Kristen

adalah sangat penting dan dibutuhkan. Dua aspek untuk menanamkan keteladanan

yaitu urgensi keteladanan yang meliputi seorang guru akan menjadi teladan bagi

peserta didiknya, peserta didik akan menjadi sama dengan gurunya. Serta aspek yang

kedua yaitu implikasi keteladanan bagi pendidikan agama Kristen yang meliputi untuk

11
menghasilkan keteladan bagi peserta didik, maka seorang guru harus hidup dalam

realitas pengajarannya sebagai teladan supaya firman Tuhan yang diajarkan

menghasilkan transformasi.

BAB III
FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN KUALITAS

Dalam dunia pendidikan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, yaitu:

a. Lingkungan sekolah

Sekolah memainkan peran yang amat penting dalam pendidikan. Melalui

sekolah suatu aktifitas belajar mengajar bisa berjalan dengan baik. Dimana dalam

sekolah terdapat guru,siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini dalam

lingkungan sekolah tentunya faktor sarana dan prasarana sangatlah penting. Sarana

adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran

proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,

perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya, sedangkan prasarana adalah segala

segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses

pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil,

dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantuguru dalam

penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana

merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

Menurut H. Wina Sanjaya,dalam bukunya Strategi Pembelajaran


Berorientasi Standar Proses Pendidikan menjelaskan bahwa: “Perlu diketahui
bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan

12
sarana dan prasaran. Pertama, kelengkapan saranba dan prasarana dapat
menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua
dimensi, yaitu sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai proses
pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jika mengajar
dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana
pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif
dan efisien, sedangkan manakala mengajar dipandang sebagai proses mengatur
lingkungan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana yang berkaitan
dengan berbagai sumber belajara yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Dengan demikian, ketersediaan sarana yang lengkap memungkinkan guru
memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi
mengajarnya, dengan demikian, ketersediaan ini dapat meningkatkan gairah
mengajar mereka. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan
berbagai pilihan pada siswa untuk belajarsiswa yang bertipe auditif akan lebbih
mudah belajar melalui pendengaran, sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih
mudah belajar melalui penglihatan. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
memudahkan siswa memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.8

Jadi dari penjelasan diatas tersebut,penulis dapat di simpulkan bahwa

disamping alat pelayanan, sekolah Kristen berfungsi pula sebagai alat kesaksian

pendidikan dalam persekutuan bersama. Dan dalam pelaksanaan pendidikan agama

Kristen di sekolah perlu diantisipasi dengan memperhatikan situasi dan kondisi

setempat. Supaya proses pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang

sudah di rencanakan.

b. Guru

Kualitas guru sangat memainkan peran penting dalam proses belajar

mengajar. Guru adalah segala-galanya artinya banyak segi dari kedudukan dan

peranan guru dalam tugas mengajar. Guru yang berkualitas akan menentukan

8
H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Hal 55.

13
peningkatan mutu pendidikan yang berkualitas juga. Khususnya untuk pendidikan

agama kristen dan pendidikan Indonesia secara umum.

Menurut H Cece Wijaya, dalam bukunya, Sarana Pengembangan Mutu


Sumber Daya Manusia, menjelaskan bahwa : “guru yang progresif dan inovatif
bersikap tanggap terhadap gagasan pembaharuan pendidikan dan pengajaran di
sekolah, ia menempatkan diri sebagai agen perubahan yang tangguh dan
melibatkannya dalam setiap usaha memerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran.9

Jadi menurut penulis bahwa guru dalam proses pembelajaran memegang

peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan

dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televise, radio,

computer dan lain sebagainya. Sebab, siswa adalah organism yang sedang

berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.

c. Siswa

Pendidikan agama Kristen tidak lepas dari peserta didik (siswa). Siswa

adalah melakukan aktivitas dan kegiatan dikelas yang ditempatkan sebagai objek

dan karena area perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka

siswa bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai subjek. Artinya siswa bukan

barang atau objek yang hanya dikenai akan tetapi juga merupakan objek yang

memiliki potensi dan pilihan untuk bergerak. Siswa adalah organisme yang unik

9
H. Cece Wijaya, Sarana Pengembangan Mutu Sumber daya manusia, Hal 17.

14
dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak

adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama

perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses

pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu,

disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Dalam hal ini juga

penulis beranggapan aspek latar belakang dari pada siswa dapat dilihat dari jenis

kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari

keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain, sedangkan dilihat dari sifat

yang memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokan pada siswa

berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang termasuki kemampuannya

tinggi biasannya ditunjukan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian,

dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya, siswa yang

tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar,

tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuki menyelesaikan

tugas, dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan

yang berbeda pula baik dalam penempatan atau mengelompokan siswa maupun

dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikan juga halnya

dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang

memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya, akan mempengaruhi

proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki

tentang hal itu.

d. Peningkatan kualitas Pendidikan

15
Peningkatan kualitas pendidikan agama Kristen didasarkan pada

beberapa hal mendasar yaitu: kerohanian, minat belajar, sikap dan tindakan, serta

hubungan dengan sesama. Dalam hal ini penting sekali dalam pendidikan agama

Kristen, karena sebagai guru professional harus dapat menerapkan strategi-strategi

yang dapat membuat peserta didik semakin bertumbuh dalam Kristus,

pengetahuan yang mantap dalam proses pembelajaran dan dapat mengaplikasikan

di mana siswa itu berada. Dengan itu, pasti peningkatan akan kualitas akan muncul

dengan adanya perubahan-perubahan yang positif akan peserta didik dalam

mengajarkan nilai-nilai yang harus mereka terapkan dalam kehidupan mereka

sebagai garam dan terang dunia.

e. kerohanian

Berbicara tentang pendidikan agama Kristen, maka tidak akan lepas dari

kerohanian siswa. Pengajaran agama Kristen adalah untuk membantu peserta

didik dalam perjumpaan dengan tradisi kristiani dan wahyu Allah guna memahami,

memikirkan, menyakini, dan mengambil keputusan berdasarkan isi pengajaran.

Kerohanian siswa berhubungan dengan hubungan siswa dengan Allah untuk

mencapai pada kedewasaan iman. Peningkatan kualitas kerohanian siswa dapat

dilihat dari bagaimana intensitas siswa menggunakan waktu untuk berdoa,

membaca alkitab dan mempunyai waktu untuk bersekutu dengan Allah.

Peningkatan kualitas kerohanian tidak lepas dari bagaimana peran aktif seorang

guru pendidikan agama Kristen untuk mengarahkan siswa mengalami

16
pertumbuhan kerohaniannya. Pengajaran agama Kristen diharapkan supaya

siswa mengasihi sesamanya oleh karena Tuhan telah mengasihi mereka sendiri.

f. Pengetahuan

Dalam hal ini penulis beranggapan sebagai guru tentuhnya harus memiliki

panggilan sebagai guru. Karena dengan itu guru punya kesadaran akan bagaimana

cara mencerdaskan pengetahuan peserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Guru yang professional pastinya akan menjelaskan atau

mengajarkan pelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak bosan

melainkan tetap bergairah untuk mengikuti setiap materi yang akan disampaikan

oleh guru tersebut. Oleh karena itu guru penting memiliki strategi-strategi dalam

mengikuti perkembangan zaman, guru semakin menari dan tidak membosankan.

g. Karakter

Karakter berhubungan erat dengan sikap dan tindakan dari siswa.

Karakter yang baik akan menghasilkan sikap dan tindakan yang baik. Sering

terjadinya tauran antar pelajar, siswa yang terjerat dalam narkoba dan obat-obat

terlarang sertaterlibat dalam perkumpulan-perkumpulan yang merisaukan

masyarakat dipengauhi oleh karekter dari siswa yang kurang bagus.

Melihat dari hal ini maka karakter sangat mempengaruhi peningkatan kualitas

pendidikan agama Kristen. Karena karakter berbicara tentang sikap dan

tindakan dari siswa baik di sekolah, di rumah, maupun dalam lingkungan

pergaulannya.

17
BAB IV
MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI GURU

Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan

salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam

proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh

sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak

dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu

sendiri. Filsofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan

fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak

jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di

tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-

nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik.

Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua

anak didik dalam proses pendidikan secara global. Begitu

pula dalam khasanah bahasa Indonesia, dikenal adanya sebuah peribahasa yang

berunyi “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Semua perilaku

guru akan menjadi panutan bagi anak didiknya. Sebuah posisi yang mulia dan

sekaligus memberi beban psikologis tersendiri bagi para guru kita.

Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang

dihadapi guru di Indonesia, yaitu :

18
pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih

kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masaah kesejahteraan guru.

a. Masalah kualitas guru

Kualitas guru kita, saat inidisinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan

data tahun 2002/2003, dari 1,2juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3%nya yang

berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi

kualitas anak didik yang dihasilkan.Belum lagi masalah, dimana seorang guru

sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang, bukan

merupakan corn/inti dari pengetahuan yang dimilikinya, telah menyebabkan

proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal.

b. Jumlah guru yang masih kurang

Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila

dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid

per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan masih kurang

proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di isi lebih dari 30

anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses belajar dan

mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari

15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang

maksimal.

c. Masalah distribusi guru

Masalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah

tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di daerah-daerah terpencil,

19
masing sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam suatu wilayah, baik

karena alasan keamanan maupun faktor-faktor lain, seperti masalah fasilitas

dan kesejahteraan guru yang dianggap masih jauh yang diharapkan.

d. Masalah kesehjahteraan guru

Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat

memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi

mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini, telah

merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok

mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis dilingkungan sekolah dimana mereka mengajar

tenaga pendidik. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesinalisme

guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah.

Adapun dari semua penjelasan yang penulis paparka dan mencoba mencari dari berbagai

informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi guru . dalam hal ini sebagai gugu Kristen yang

professional tidak boleh ketinggalan zaman, melainkan dapat mengikuti dan semakin luar biasa

lagi. Menurut Weinata Sairin, bahwa:

tujuan utama sekolah Kristen dan tujuan pelengkap yang membedakan dengan sekolah bukan Kristen. Contoh:
mencerdaskan bangsa dan mendidik angkatan/ generasi masa depan bangsa. Hal diatas bukan tujuan utama sekolah
Kristen, karena sekolah lain-lain pun mempunyai tujuan itu.
Membantu pemerintah dalam pengadaan fasilitas belajar/persekolahan. Contoh ini juga bukan tujuan utama sekolah
Kristen, karena tujuan ini bersifat temporer. Member pendidikan yang bersifat Kristiani. Kalimat tersebut bukan
tujuan utama, karena bukan tugas utama sekolah Kristen tetapi tugas orang tua dan juga gereja. Menolong anak-anak
mengenal Yesus Kristus, menolong anak bertumbuh dalam pengenalan akan Yesus dan mengabarkan Injil kepada
anak-anak. Tujuan tersebut bukan tujuan utama gereja dan orangtua, meskipun dalam sekolah Kristen juga
diperhatikan. Menyediakan wadah untuk pertumbuhan yang singkron/serasi antara perkembangan skolastik
intelektual dan perkembangan iman Kristen pada diri anak.10

10
Weinata Sairin, Identitas Dan Ciri khas Pendidikan Kristen di Indonesia Antara konseptual dan Operasional, Hal
112.

20
Itulah tujuan utama sekolah Kristen dan sekaligus cirri khas sekolah Kristen, yaitu

menyediakan wadah terhadap proses yang serasi antara perkembangan Intelektuak dan

perkembangan iman. Itulah tugas utama sekolah Kristen, karena tugas tersebut tidak bisa

dilakukan oleh orang tua maupun gereja. Tugas utama orangtua, gereja, dan sekolah Kristen

adalah menolong anak berkembang. Namun, tiap lembaga tersebut mempunyai porsi dan titik

pusat/tugas utama terhadap perkembangan anak sendiri-sendiri. Dalam hal ini penulis

beranggapan orang tua berperan menolong anak, mengembangankan aspek fisik, kepribadian,

moral, iman, kognitif, dan intelektual, gereja juga berperan menolong anak mengembangkan

aspek pertumbuhan iman, kepribadian, dan moral dan sekolah Kristen menolong anak

mengembangkan aspek intelektual; kepribadian, moral, fisik, dan iman. Jadi, penulis mengambil

kesimpulan bahwa, tugas utama sekolah Kristen adalah menolong perkembangan anak supaya

terjadi perkembangan yang serasi antara perkembangan intelektual tersebut, bersama-sama atau

di berangi oleh perkembangan imannya. Itulah cirri khas sekolah Kristen.

21
KESIMPULAN

Profesionalitas guru PAK dalam dunia pendidikan agama Kristen perlu disesuaikan

dengan perkembangan zaman dan tuntutan pembangunan dalam era globalisasi yang semakin

maju, supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Pendidikan agama menunjang

pengembangan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perlu ada kesinambungan

antara nilai-nilai agama yang ditanamkan di dalam keluarga dan di sekolah serta nilai-nilai di

dalam masyarakat. Guru agama perlu juga memahami dasar-dasar psikologi perkembangan dan

pendidikan anak serta tahap-tahap perkembangan agama pada anak ia mampu menerapkan

model-model BM yang meliputi branah kognitif, afektif, dan psikomotor. Lektur yang digunakan

dalam pendidikan agama perlu ditinjau ulang dan di perbaharui sesuai dengan transformasi

pendidikan. Dan kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang agama di laksanakan sebagai pelengkap

dan pengayaan kegiatan kurikuler sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa serta bermakna

untuk peningkatan sumber daya manusia dan bagi pembangunan Indonesia.

22
DAFTAR PERPUSTAKAAN

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Reamaja Rosdakarya 2003.


Kho Yunus, Diktat Profesi Keguruan 2018.
Warren W. Wiersbe, Setia Di Dalam Kristus 2012.
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2000
E. Mulyasa, standar Kompetensi dan sertifikasi guru,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2013.
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2013
H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan 2013
H. Cece Wijaya, Sarana Pengembangan Mutu Sumber daya manusia, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2006
Weinata Sairin, Identitas Dan Ciri khas Pendidikan Kristen di Indonesia Antara konseptual dan
Operasional, 2010

23

You might also like