Professional Documents
Culture Documents
Perencanaan Pembelajaran
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
MARET 2019
1
1. Perumusan Tujuan Pembelajaran
Pengajaran atau pembelajaran berdasarkan pada sistem instruksional
adalah suatu pengajaran yang berorientasi pada tujuan atau sering disebut
dengan istilah output oriented. Artinya orientasi pokoknya adalah untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan.
Karena tujuan belajar berfungsi sebagai acuan dari semua komponen
rancangan atau desain instruksional,maka tujuan belajar harus dirumuskan
secara tepat/jitu sesuai dengan tingkah laku/kemampuan aktual yang harus
dimiliki oleh peserta didik setelah selesai belajar sebagai suatu kebulatan
kompetensi. Memahami dan menguasai bagaimana merumuskan tujuan
pembelajaran sebagai bagian tujuan instruksional merupakan keniscayaan bagi
setiap instructor (dosen/guru, trainer) maupun pendesain instruksional
(instructional designer).
2
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas,
pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi
tidak efektif.
TP = Tujuan Pembelajaran
MB = Materi Belajar
KB = Kegiatan Belajar
EHB = Evaluasi Hasil Belajar
MMSB = Metode, Media, dan
3
C. Taksonomi Tujuan Pendidikan (Bloom)
Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan
pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan
kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-
domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini
para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom
(Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan
taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).
Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah,
yaitu:
4
D. Rumus ABCD
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus
terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1) perilaku terminal, (2) kondisi-
kondisi dan (3) standar ukuran. Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno,
2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama,
yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar
dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu
dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku
tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan
minimum yang dapat diterima.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai
atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi
tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil
belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran
adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Berkenaan dengan
perumusan tujuan yang berorientasi performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno,
2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus
menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2)
menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang
hadir pada waktu anak didik berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria yang
digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada
tujuan.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis
penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD.(TPK = tujuan pengajaran
khusus)
5
A = Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik
lainnya), adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran,
yaitu siswa. Dalam TPK harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti
pelajaran itu. Keterangan mengenai kelompok siswa yang akan manjadi
kelompok sasaran pembelajaran diusahakan sespesifik mungkin. Misalnya,
siswa jenjang sekolah apa, kelas berapa, semester berapa, dan bahkan
klasifikasi pengelompokan siswa tertentu. Batasan yang spesifik ini
penting artinya agar sejak awal mereka yang tidak termasuk dalam batasan
tersebut sadar bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan atas dasar
TPK itu belum tentu sesuai bagi mereka.
Mungkin bahan pembelajarannya terlalu mudah, terlalu sulit. Atau
tidak sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pembelajaran berwawasan
gender, penyebutan siswa perempuan dan siswa laki-laki alam TPK
kadangkadang ditekankan, terutama jika jenis perilaku yang menjadi target
belajar bagi kedua jenis kelamin dibedakan levelnya, misalnya dalam
pelajaran olahraga. Begitu pula, dalam pembelajaran terhadap kelas yang
dibagi atas beberapa kelompok yang bahan pembelajarannya diklasifikasi
atas dasar kemampuan individu siswa, maka penyebutan klasifikasi siswa
tersebut juga perlu tercantum pada TPK masing-masing.
6
yang digunakan pada saat siswa diuji kinerja belajarnya. TPK yang baik di
samping memuat unsur penyebutan audiens (siswa sebagai sasaran belajar)
dan perilaku, hendaknya pula mengandung unsur yang memberi petunjuk
kepada penyusun tes mengenai kondisi atau dalam keadaan bagaimana
siswa diharapkan mempertunjukkan perilaku yang dikehendaki pada saat
diuji.
D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima), adalah derajat atau
tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai siswa dalam
mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang diharapkan
dapat berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, pada
ketinggian tertentu, atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya. Tingkat
keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu
perilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas itu, siswa dianggap
belum mencapai tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkaN
7
dengan bidang kerja Teknik Kendaraan Ringan Otomotif. Menampilkan
kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
B. Kompetensi Dasar
D. Tujuan Pembelajaran
8
4.3.1 Dengan menggunakan trainer sistem injeksi bensin, peserta didik
dapat melakukan perawatan sistem injeksi bensin sesuai SOP secara
mandiri.
4.3.2 Dengan menggunakan trainer sistem injeksi bensin, peserta didik
mampu mengontrol hasil perawatan sistem injeksi bensin dengan
tepat dan benar.
Keterangan warna :
Merah : condition
Orange : audience
Kuning : behaviour
Biru : degree
Keterangan tambahan :