Professional Documents
Culture Documents
DENGAN HIPERTENSI
Disusun Oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019/2020
A. Pengertian
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda
maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk
penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara langsung
membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain
yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti, 2013).
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan
darah bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Triyanto,
2014).
B. Manifestasi Klinis
Pada umumnya gejala hipertensi antara lain (Dalimartha 2008) :
1. Pusing.
2. Mudah marah.
3. Telinga berdenging.
4. Mimisan (jarang).
5. Sukar tidur.
6. Sesak napas.
7. Rasa berat di tengkuk.
8. Mudah lelah.
9. Mata berkunang-kunang.
C. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Hipertensi esensial atau primer Penyebab pasti dari hipertensi esensial
sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai 3rimin diduga
turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya
umur, 3rimin psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, 3rimin lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan
lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat
dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus
Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi
primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan
ini menyokong bahwa 3rimin 3rimina mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi 3rimina dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan 4rimin stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Adapun klasifikasi- klasifikasi hipertensi
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun
luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah
sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan
diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi
pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana
hipertensi (disadur dari A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension 2013)
Kategori Sistolik Diastolik
<120 <80
Optimal
120-129 80-84
Notmal
130-139 84-89
Normal tinggi
140-159 90-99
Hipertensi derajat 1
160-179 100-109
Hipertensi derajat 2
>180 >110
Hipertensi derajat 3
D. Penatalaksanaan
Hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Selain
pengobatan untuk hipertensi, pengobatan untuk faktor resiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipdemia juga harus
dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi (Yogiantoro,
2007).
1. Pentalaksanaan Non Farmakologi
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,
bersepeda atau berenang.
2. Farmakologi
E. Patofisiologi
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan
usia, terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah, dan kemampuan
meregang pada arteri besar. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai
dengan penurunan kelenturan pembuluh darah arteri besar, resistensi perifer
yang tinggi, pengisian diastolik yang abnormal, dan bertambahnya masa
ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan output jantung disertai
kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut
usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik memiliki output jantung,
volume intravaskuler, aliran darah ke ginjal dan aktivitas plasma renin yang
lebih rendah, serta terjadi resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem
syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan
penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik sehingga
terjadi penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah
Geriatri, 2008). Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional
padaarteri besar yang membawa darah dari jantung yang menyebabkan
semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.
F. Pathways Hipertensi
G. KOMPLIKASI
Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan
tenaga yang ekstra keras. Otot jantung semakin menebal dan lemah sehingga
kehabisan energi untuk memompa lagi. Gejalanya yaitu pembengkakan pada
pergelangan kaki, peningkatan berat badan, dan napas yang tersengal-sengal.
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat sisa
yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh
darah di ginjal akan rusak dan ginjal tidak mampu lagi untuk menyaring darah
dan mengeluarkan zat sisa. Umumnya, gejala kerusakan ginjal tidak tampak.
Namun, jika dibiarkan terus menerus akan menimbulkan komplikasi yang
lebih serius.
H. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Klien
b. Usia
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Alamat
f. Komposisi Anggota Keluarga :
Jenis Hub dgn
Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
No. Kelamin Klien
Peran informal :
V. Fungsi Keluarga.
1. Fungsi afektif :
2. Fungsi sosialisasi :
3. Fungsi perawatan keluarga :
VI. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek :
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah :
3. Strategi koping yang digunakan :
4. Strategi adaptasi disfungsional :
VII.Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
Nama
Tanda Tangan
VIII. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hipertensi
(Nanda, 2015) :
1. Resiko perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular cerebral
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
IX. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Mempertahankan tirah
2. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan
baring
dengan peningkatan tindakan keperawatan
2. Berikan tindakan non
tekanan vascular diharapkan nyeri
farmakologi untuk
cerebral berkurang atau hilang
menghilangkan sakit
dengan kriteriahasil:
kmepala, misalnya
1. Pasien kompres dingin pada dahi,
mengungkapkan pijat punggung dan leher,
tidak adanya sakit tenang, redupkan lampu
kepala kamar, tekhnik relaksasi.
2. Pasien tampak 3. Hilangkan atau
nyaman minimalkan aktivitas fase
3. TTV dalam batas kontriksi yang dapat
normal meningkatkan sakit
kepala, misalnya
mengejam saat bab, batuk
panjang, membungkuk.
Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Julianti D, dkk. 2009. Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus. Jakarta: Puspa Swara.