You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN HIPERTENSI

PUSKESMAS CILACAP UTARA I

Dosen Pembimbing : Widyoningsih, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Sonia Okta Indriati (108116018)

Anjas Upi Rachmawati (108116056)

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES AL- IRSYAD AL- ISLAMIYYAH CILACAP

2019/2020
A. Pengertian

Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda
maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk
penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara langsung
membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain
yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti, 2013).
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan
darah bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Triyanto,
2014).

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan


tekanan darah di atas normal, dengan nilai istolik > 140 mmHg dan sistolik >
90 mmHg (Sylvia dalam Nurarif A.H & Hardhi K., 2015).
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan
darah kita secara teratur.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (2riminal2). Tekanan darah
kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah
tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan 2riminal2. Hipertensi
biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

B. Manifestasi Klinis
Pada umumnya gejala hipertensi antara lain (Dalimartha 2008) :
1. Pusing.
2. Mudah marah.
3. Telinga berdenging.
4. Mimisan (jarang).
5. Sukar tidur.
6. Sesak napas.
7. Rasa berat di tengkuk.
8. Mudah lelah.
9. Mata berkunang-kunang.
C. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Hipertensi esensial atau primer Penyebab pasti dari hipertensi esensial
sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai 3rimin diduga
turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya
umur, 3rimin psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, 3rimin lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan
lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat
dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus
Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi
primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan
ini menyokong bahwa 3rimin 3rimina mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi 3rimina dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan 4rimin stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Adapun klasifikasi- klasifikasi hipertensi
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun
luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah
sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan
diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi
pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana
hipertensi (disadur dari A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension 2013)
Kategori Sistolik Diastolik

<120 <80
Optimal
120-129 80-84
Notmal
130-139 84-89
Normal tinggi
140-159 90-99
Hipertensi derajat 1
160-179 100-109
Hipertensi derajat 2
>180 >110
Hipertensi derajat 3
D. Penatalaksanaan
Hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Selain
pengobatan untuk hipertensi, pengobatan untuk faktor resiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipdemia juga harus
dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi (Yogiantoro,
2007).
1. Pentalaksanaan Non Farmakologi
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,
bersepeda atau berenang.
2. Farmakologi

Terdapat berbagai beberapa golongan obat yang digunakan dalam


terapi antihipertensi, yaitu : diuretik, β-bloker, ACE inhibitor,
Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB),
vasodilator dan golongan antihipertensi lain yang penggunaannya lebih
jarang dibandingkan golongan obat yang disebutkan.

Berdasarkan JNC 7, terapi farmakologis antihipertensi diberikan


berdasarkan pertimbangan berat ringannya derajat hipertensi. Pasien
dengan hipetensi derajat 1 memulai terapi dengan monoterapi.
Kebanyakan dimulai dengan terapi tiazid diuretik karena selain efektif
pada hipertensi derajat ringan, tiazid diuretik juga relatif terjangkau, atau
dapat juga dipertimbangkan monoterapi dari golongan lain
(ACEinhibitor, ARB, BB, CCB). Apabila masih belum mencapai target
terapi, dapat dilakukan optimalisasi dosis. Namun bila masih tetap tidak
mencapai target terapi dapat dipertimbangkan terapi kombinasi dengan 2
golongan obatyang berbeda. Sedangkan untuk hipertensi derjat 2, terapi
inisial dimuali dengan kombinasi dua macam obat (tiazid diretik + ACE
inhibitor/ARB/BB/CCB). Pasien dengan compelling indication
terapinya akan disesuaikan dengan jenis compelling indication yang
dimilikinya

E. Patofisiologi
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan
usia, terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah, dan kemampuan
meregang pada arteri besar. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai
dengan penurunan kelenturan pembuluh darah arteri besar, resistensi perifer
yang tinggi, pengisian diastolik yang abnormal, dan bertambahnya masa
ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan output jantung disertai
kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut
usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik memiliki output jantung,
volume intravaskuler, aliran darah ke ginjal dan aktivitas plasma renin yang
lebih rendah, serta terjadi resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem
syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan
penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik sehingga
terjadi penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah
Geriatri, 2008). Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional
padaarteri besar yang membawa darah dari jantung yang menyebabkan
semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.
F. Pathways Hipertensi
G. KOMPLIKASI

Tekanan darah yang menetap tinggi membawa resiko berbahaya.Biasanya,


muncul berbagai komplikasi. Berikut ini komplikasi hipertensi yang dapat
terjadi (Julianti 2009) :

1. Kerusakan dan gangguan pada otak

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh


darah sulit meregang sehingga aliran darah ke otak berkurang dan
menyebabkan otak kekurangan oksigen. Pembuluh darah di otak sangat
sensitif sehingga apabila terjadi kerusakan atau gangguan di otak akan
menimbulkan perdarahan yang dikarenakan oleh pecahnya pembuluh darah.

2. Gangguan dan kerusakan mata

Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah di


belakang mata.Gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang.

3. Gangguan dan kerusakan jantung

Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan
tenaga yang ekstra keras. Otot jantung semakin menebal dan lemah sehingga
kehabisan energi untuk memompa lagi. Gejalanya yaitu pembengkakan pada
pergelangan kaki, peningkatan berat badan, dan napas yang tersengal-sengal.

4. Gangguan dan kerusakan ginjal

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat sisa
yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh
darah di ginjal akan rusak dan ginjal tidak mampu lagi untuk menyaring darah
dan mengeluarkan zat sisa. Umumnya, gejala kerusakan ginjal tidak tampak.
Namun, jika dibiarkan terus menerus akan menimbulkan komplikasi yang
lebih serius.

H. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Klien
b. Usia
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Alamat
f. Komposisi Anggota Keluarga :
Jenis Hub dgn
Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
No. Kelamin Klien

2. Tipe keluarga : Keluarga inti (nuclear family)


3. Suku bangsa :
4. Agama :
5. Status sosial ekonomi keluarga :
6. Aktivitas rekreasi keluarga :
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
3. Riwayat keluarga inti :
4. Riwayat keluarga sebelumnya :
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
2. Karakteristik tetangga dan komunitas :
3. Mobilitas geografis keluarga :
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyakarat :
5. Sistem pendukung keluarga :
IV. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga :
2. Struktur kekuatan keluarga :
3. Struktur peran keluarga.
Peran formal:

Peran informal :

V. Fungsi Keluarga.
1. Fungsi afektif :
2. Fungsi sosialisasi :
3. Fungsi perawatan keluarga :
VI. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek :
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah :
3. Strategi koping yang digunakan :
4. Strategi adaptasi disfungsional :
VII.Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga

Nama

Tanda Tangan
VIII. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hipertensi
(Nanda, 2015) :
1. Resiko perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular cerebral
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
IX. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi

dilakukan 1. Mempertahankann tirah


1. Resiko perfusi Setelah
baring selama fase akut
jaringan serebral tindakan keperawatan
berhubungan dengan pasien tidak terjadi 2. Pantau tanda-tanda vital
jaringan 3. Beri tindakan
peningkatan tekanan kerusakan
nonfarmakologi untuk
intrakranial. dengan kriteria hasil:
menghilangkan sakit
1. Melaporkan nyeri
kepala, Misal ; kompres
atau
dingin pada dahi, beri
ketidaknyamanan
pijatan di leher atau
hilang atau terkontrol,
punggung
2. Mengikuti
4. Ajarkan teknik relaksasi
regimenfarmakologi
5. Hilangkan atau
yang diresepkan
minimalkan aktivitas
vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala
Misal ; mengejan saat
buang air besar, batukm
panjang, membungkuk
6. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
terapi analgetik.

1. Mempertahankan tirah
2. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan
baring
dengan peningkatan tindakan keperawatan
2. Berikan tindakan non
tekanan vascular diharapkan nyeri
farmakologi untuk
cerebral berkurang atau hilang
menghilangkan sakit
dengan kriteriahasil:
kmepala, misalnya
1. Pasien kompres dingin pada dahi,
mengungkapkan pijat punggung dan leher,
tidak adanya sakit tenang, redupkan lampu
kepala kamar, tekhnik relaksasi.
2. Pasien tampak 3. Hilangkan atau
nyaman minimalkan aktivitas fase
3. TTV dalam batas kontriksi yang dapat
normal meningkatkan sakit
kepala, misalnya
mengejam saat bab, batuk
panjang, membungkuk.

1. Observasi keadaan umum


3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan
2. Kaji tingkat aktivitas
berubungan dengan tindakan keperawatan
pasien
kelemahan fisik diharapkan pasien dapat
3. Bantu pasien dalam
melakukan aktivitanya
melakukan aktivitas
secara mandiri dengan
4. Anjurkan keluarga untuk
kriteria hasil:
membantu pasien dalam
1. Aktivitas dapat
memenuhi kebutuhan
dilakukan secara
5. Beri dorongan untuk
optimal,
melakukan aktivitas atau
2. Aktivitas dapat
perawatan diri bertahap
dilakukan sendiri
jika dapat ditoleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.

Corwin, EJ. 2009. Buku saku patofisiologi. 3 edn. Jakarta: EGC.

Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.

Herdman, T. Heather. 2015. Nanda Internasional Diangnosis


Keperawatan:Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Julianti D, dkk. 2009. Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus. Jakarta: Puspa Swara.

Kusuma, I. 2014. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi


Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Panti Wredha Dharma Bakti
Kasih Surakarta. Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada:
Surakarta. (online) http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-
gdl-devitaindr-567-1-skripsi-0.pdf diunduh pada tanggal 25 April 2018.

Nur, Erlyna Syahrini, Dkk. 2012. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Primer Di


Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Vol. 1, Nomor 2 Tahun 2012. Hal 315 – 325 FKM UNDIP.

Nurarif, Amin Huda., Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction.

Pudiastuti, D.W. 2013. Penyakit-penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahmawati. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.I Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi Pada Ny.S Di Desa Kebon Baru
Kartasura. Program Studi Diploma Iii Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. (online)
http://eprints.ums.ac.id/33711/1/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
diunduh pada tanggal 25 April 2018.
Seke, P. 2016. Hubungan Kejadian Stres Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lansia
Dibalai Penyatuan Lanjut Usia Senja Cerah Kecamatan Mapaget Kota
Manado. Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi:
Manado. (online)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/12880/12470
diunduh pada tanggal 25 April 2018.

Soenarta, A; Erwinanto; Mumpuni, a; Barack, R; dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana


Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia. (online)
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada
_penyakit_Kardiovaskular_2015.pdf diunduh pada tanggal 25 April 2018.

Utomo, T. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan


Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Blulukan
Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakrta: Surakarta. (online)
http://eprints.ums.ac.id/26548/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf diunduh pada
tanggal 25 April 2018.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC


Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC

You might also like