You are on page 1of 6

BAB V

MENNONIT

Aliran mennonit merupakan bagian dari gerakan Anabaptis yang muncul di daratan

Eropa tak lama sesudah Martin Luther mencanangkan Refrormasi. Aliran Mennonit termasuk

salah satu aliran yang sudah lama hadir di indonesia. Nama Menninit berasal dari nama Menno

Simons, tokoh gerakan Anabtis di Belanda , yang menganut garis moderat dan anti-kekerasan.

A. Latar Belakang Dan Sejarah Kemunculannya

1. Zwingil dan Anabaptisme di Swiss dan jerman

Pada mukadimah pengakuam Iman Mennonit yang dikutip diatas dikatakan bahwa Gereja

Menonnit dimulai di Swiss tahun 1525. Di Swiss dapat dikatakan bahwa Reformasi dicanangkan

oleh Ulrich Zwingli (1484-1531) dan kawan-kawan. Sebelum menjadi reformator, sama seperti

Luther , Zwingli adalah seorang imam GKR. Tetapi berbeda dengam Luther, Zwingli sangat

dipengaruhi oleh Humanisme dari Erasmus dan karena itu memberi tempat yang penting bagi

akal budi dalam rangka memahami ajaran gereja. Sejak 1516 zwingli sudah mulai berpikir untuk

mengupayakan reformasi gereja, dan itu dilakukannya berlandaskan keyakinan bahwa Alkitab

merupakan otoritas tertinggi dan terakhir didalam gereja dan masyarakat. Pada tahun 1522

Zwingli dan sejumlah orang yang sepandangan dengannya mengeluarkan pernyataan yang berisi

tuntutan pembaruan secara radikal dalam gereja. Dalam waktu singkat pemerintah kota itu

melihat bahwa proses dan gerakan Reformasi ini perlu dikendalikan, karena ada tuntutannya

yang mengandung kosekuensi politis yang besar, sehingga sulit diterima pemerintah. Kompromi

Zwingli dengan pemerintah ini oleh sebagian warga jemaat pendukung gerakan Reformasi di

Zurich dianggap menggiring jemaat reformatoris itu kearah status gereja-negara, sehingga

menimbulkan rasa tidak puas. Selanjutnya kelompok ini mengajukan dua pokok pikiran:
(1)membentuk partai reformasi sebagai partai politik baru dikota Zurich (dengan harapan akian

menang dan menghasilkan dewan dan pemerintah kota yang sepenuhnya akan mendukung laju

reformasi),dan (2) baptisan anak tidak sah, karena tidak memungkinkan calon babtisan untuk

lebih dahulu menyatakan respons pribadi atas pengampunan dosa yang ditawarkan Kristus

maupun untuk menyatakan ketaatan serta pertobatan, sebagaimana diamanatkan di dalam

Alkitab.

2. Anabaptisme di Belanda

Paham anababtis tiba di Belanda terutama berkat kiprah melchior hoffman(1493-1543),

baik melalui kehadiran dan khotbahnnya sendiri maupun melalui pengkhotbah-pengkhotbah

anababtis yang ia utus. Salah seorang yang terpengaruh oleh ajaran dan nubuat Hoffiman

adalah jan matthijs, tukang roti darihaarlem, yang kemudian mengklaim diri sebagai

pemimpin anababtis di Amsterdam. Ia mengutus dua belas rasul untuk menobatkan

masyarakat. Akan tetapi seoraqng uskup kota mengerahkan tentara dengan dukungan para

pangeran setempat, lalu mematahkan kekuatan gerakan itu. matthujs sendiri tewas , dan

kepemimpinan beralih kepada jan van leiden yang tyernyata lebih gila lagi. Ia

memproklamasikan dirinya sebagai raja Daud dan memerintah dengan tangan besi sambil

membenarkan poligami. Dengan peristiwa diatas mereka menjadi sangat kecewa, bahkan

semakin menderita, karena sejak itu semua kalangan anababtis diindentikkan dengan kaum

anababtis munster, yaitu pengkhayal dan revolusioner.

3. Menno Simons dan Anababtisme Moderat

Untunglah tidak semua kalangan anababtis di belanda mengikuti kelompok munster ,

bahkan juga tidak mengikuti nubuat Hoffiman. Salah seorang itu adalah menno simons
(1496-1561). Sudah sejak masa kepemimpinan menno simons kaum anababtis di belanda(

mulai sekarang sudah bisa disebut mennonit) menghadapi banyak pergumulan.

4. Kaum Mennonit sepeninggal Menno Simons

Pandangan dan ajaran menno simons dan kaum mennonit (belanda) ini tentu bagi kita

sangat mengesankan dan sulit untuk tidak dikatakan alkitabiah-paling tidak berdasarkan

yang disajikan para tokoh dan penulis dari kalangan mennonit). Dalam hal ini bagi

penerusnya banyak mengalami penolakan dan pertentangan bagi negara, akan tetapi mereka

tetap memiliki tekad bahwa dalam penindasan yang mereka alami dan juga penderitaan itu

kelihatannya sudah merupakan harga yang harus mereka bayar untuk mempertahankan iman

mereka. Karena itu mereka melakoninya tanpa melakukan perlawanan, sambil berusaha

melihat peluang-peluang dan harapan-harapan baru.

5. Selayang pandang Gereja-gereja mennonit di Indonesia

Pada tahun 1994 gereja-gereja mennonit di Indonesia boleh merayakan ulangtahunnya

ke- 140 bila Babtisan pertama yang dilayangkan Zendeling pinter jansz, utusan badan

penginjilan -mennonit, doops , zendingsvereeniging (DZV) tanggal 16 maret 1854 atas lima

orang pribumi di desa cumbiring dekat jepara dapat dijadikan tanggal kelahiran gereja-

gereja ini. Pada awal pasal ini telah dicatat bahwa kedua gereja mennonit di Indonesia ini

sebenarnya tidak murni mennonit. Itu antara lain terlihat dalam rumusan pernyataan iman

PGKMI yang disahkan sidang sinodenya pada tanggal 31 januari 1958, kita melihat bahwa

sebagian besar dari ke-20 pasal isinya merupakan saduran (kalau bukan terjemahan) dari

pernyataan imam GCMC dan gereja-gereja mennonit lainnya di AS.

6. Mennonit dan Fundamentalisme pada abad ke-20


Sejak awal abad ini kaum mennonit bergumul dengan semangat dan paham

fundamentalisme (lihat pasal 10).semula, pada sekitar dua dasawarsa pertama abad ini,

kaum mennonit melihat paham ini sejalan dengan apa yang diyakininya. Sama dengan kaum

fundamentalis, kaum mennonit menolak paham modernisme (sebagaimana antara lain

terlihat pada teori evolusi darwin) serta penerapannya atas Alkitab (lahirnya teori dan kritik

ilmiah dalam studi alkitab).

B. Beberapa Pokok Ajarannya

1. Alkitab sebagai satu-satunnya patokan iman dan perilaku

Kaum mennonit memandang alkitab sebagai sumber kebenaran dan pemilik

kewibawaan tertinggi, serta menggunakan alkitab bukan terutama untuk membangun suatu

sistem teologi, melainkan untuk membebaskan manusia dari dosa.

2. Kuasa Roh Kudus

Karena masing-masing orang boleh membaca dan menafsirkan Alkitab sesuai

denagan kebebasan hati nuraninya, maka bisa terjadi perbedaan pemahaman. Untuk

mencega masing-masing orang membuat pemahamanya sendiri, Alkitab harus dibaca

dan dipahami didalam perhimpunan jemaat. Bila orang Kristen berhimpun, Firman

diberitakan, sebagian mendengar, sebagian bernubuat, sebagian mempertimbangkan

isinya, disitulah Roh Kudus akan memimpin mereka kepada pengertian yang sama.

Karena itu kaum mennonit menolak otoritas final dari para teolog ataupun berbagai

raja-raja di dalam gereja.

3. Penetapan-penetapan (ordinances) di dalam perjanjian Baru

Kaum mennonit tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan penetapan.

Salah satu alasan adalah: sesuai dengan semboyan imamat am semua orang percaya
(yang mereka ambil dari luther), bukan hanya pendeta yang berhak melayangkan

upacara-upacara gerejawi, melainkan juga warga jemaat. Khusus tentang babtisan,

penetapan itu hanya dilayangkan bagi mereka yang sudah mampu menghayati dan

melaksanakan panggilan imannya. Karena itu, hanya boleh dilayangkan bagi orang

dewasa yang sungguh-sungguh menerima panggilan pertobatan dan hidup baru (jadi

bukan pada sembarang orang dewasa). Sebab babtisan tidak hanya berisi janji

pengampunan, melainkan tantangan untuk merubah sikap dan perilaku.

4. Nir (tidak menggunakan) kekerasan: kaum mennonit menolak penggunaan kekerasan

dalam segala bentuknya. Penolakan ini didasarkan pada berbagai nas didalam PB,

dan berdasarkan amanat Kristus untuk “menjadikan semua bangsa murid” (Mat.

28:19).

5. Larangan bersumpah

Larangan ini didasarkan pada amanat Kristus pada Matius 5:33-37 dan 23:16-22

dan Yakobus 5:12. Ini sejalan dengan larangan untuk menuntut seseorang secara

hukum atau menyeretnya kedepan pengadilan dan/atau mengajarkannya (bnd. 1 Kor.

6:1-7). Karena itu kalau kaum mennonit diminta untuk bersumpah, yang boleh ia

lakukan hanyalah afirmasi (mengiakan membenarkan).

6. Kepatuhan Iman

Sejak condrad Grebel sampai kepada kaum anabaptis, termasuk mennonit, sangat

ditekankan kepatuhan pada ajaran dan perintah Tuhan berdasarkan iman kepada-Nya.

Dalam rangka kepatuhan ini jugalah mereka rajin bersaksi tentang iman mereka,

kendati harus menghadapi banyak penindasan dan maut. Kepatuhan ini juga

mencakup perilaku kehidupan sehari-hari: tidak berdusata, tidak menipu, tidak


berbahasa kasar, tidak berpesta pora, bergaya hidup sederhana, memberi perhatian

pada sesama yang miskin dan menderita (karena itu mereka memberi banyak

perhatian pada karya sosial, antara lain lewat MCC yang sudah disebut diatas), rendah

hati, sabar dan seterusnya.

You might also like