You are on page 1of 8

Basic legal knowledge; Legal analysis; Supportive arguments; System

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Pencegah Insider


Trading untuk Meningkatkan Integritas Pasar Modal di Indonesia

Oleh Karno Sutiyono


Fakultas Hukum, Kampus Unpad Jatinangor
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Kaupaten Sumedang 45363 Jawa Barat
karnosutiyono@gmail.com/0821220683346

Pendahuluan
Hukum merupakan suatu cerminan yang memantulkan seluruh kepentingan masyarakat
yang selalu berubah. Oleh karena itu maka hukum secara operasional dituntut untuk selalu
berubah. Salah satu bentuk kepentingan hukum yang terkait dengan masyarakat, khususnya
masyarakat intelek yaitu mengenai keberadaan pasar modal. Perkembangan pasar modal dilihat
dari beberapa indikator menunjukan perkembangan yang sangat pesat dan mempunyai peran
yang strategis dalam perekonomian1. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam
perekonomian dikarenakan dapat menjadi wadah bagi pendanaan usaha untuk mendapatkan
dana dari masyarakat (investor). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam pasar modal
terdapat beberapa tidak kejahatan yang sudah ada sejak lama serta berbagai pelanggaran yang
dinilai merugikan banyak pihak.
Pasar modal (capital market) suatu tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli,
dimana objek yang diperjualbelikannya berupa surat utang (obligasi), eikuiti (saham), rekasa
dana, instrument derivative seperti option, future dan lainnya2. Pasar Modal di Indonesia saat
ini diatur dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasar modal
pertama diaktifkan pada tahun 1977 dimana sejak saat itu fenomena pasar modal sudah menjadi
salah satu cara pengembangan ekonomi di Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai
upaya demi memajukan pasar modal di Indonesia agar lebih menjanjikan di bidang perusahaan
salah satunya melalui suatu lembaga independen yang disebut otoritas jasa keuangan (OJK),
dimana lembaga tersebut diatur sesuai dengan dasar hukum Undang-Undang No. 21 Tahun
2011 tentang OJK. OJK memiliki fungsi sebagai sistem penyelenggara peraturan dan
pengawasan yang terintegerasi terhadap seluruh kegiatan pada sektor jasa keuangan (pasal 5).
Namun kenyataanya hingga sampai ini tujuan tersebut masih belum terealisasi secara
sempurna, mengingat munculnya berbagai permasalahan terkait keberlangsungan pasar modal
di Indonesia seperti keberadaan insider trading yang menjadi kasus paling sering muncul.

1
Alim Mustofa dan Hendry Cahyono, Analisis Kontribusi Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Usaha Bagi
Perusahaan Serta Multiple Effect Yang Ditimbulkan Dalam Perekonomian, Jurnal Ekonomi UNESA 2012
2
Tavinayati dan Yulia Q., Hukum Pasar Modal di Indonesia, Sinargrafika Jakarta, 2009.
Basic legal knowledge; Legal analysis; Supportive arguments; System

Berdasarkan UUPM insider trading termasuk kedalam salah satu jenis kejahatan pasar modal
dimana tertuang dalam pasal 95 sampai 98. Meskipun diberlakukannya UU No 8 Tahun 1995
sebagai dasar hukum pasar modal, namun undang-undang tersebut tidak pernah mampu
menjadi dasar hukum untuk menjerat pelaku kejahatan pasar modal khususnya insider trading.
Berbicara mengenai sanksi yang ditujukan kepada tindak kejahatan pasar modal sesuai
yang dicantumkan dalam UUPM terdiri dari dua jenis sanksi yaitu administratif yang diatur
dalam Bab XIV pasal 102 dan sanksi pidana yang diatur dalam Bab XV tentang “Ketentuan
Pidana” (Pasal 103‑ Pasal 110). Penegakan hukum di bidang pasar modal dalam tatanan
praktek mengalami kendala, diantaranya tidak satupun kasus pelanggaran terhadap pasar
modal diproses dengan sistem pidana, namun pelaku cendrung diterapkan menggunakan sanksi
administratif 3.
Insider trading merupakan bentuk kejahatan fatal yang terjadi selama keberlangsungan
pasar modal, dimana dapat menghambat perkembangan pasar modal dan melemahnya bursa
efek di Indonesia. Menurut Buckley, Mark Q. Connely istilah insider trading lebih
memberikan batasan kepada transaksi sekuritas yang dilakukan minimum oleh pegawai dan
direktur perusahaan4. Sampai sekarang solusi pasti untuk mengatasi kasus insider trading
masih belum ada. Salah satu cara untuk mencegah dan meminimalisir kasus tersebut dengan
menanamkan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) dalam suatu perusahaan serta
merujuk kembali terhadap penegakan hukum UUPM dan pengawasan oleh lembaga Otoritas
Jasa Keuangan.
Istilah GCG didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Pada dasarnya
praktek insider trading sangat bertentangan dengan prinsip keterbukaan, dimana keterbukaan
merupakan suatu kewajiban besar bagi suatu perusahan untuk menjual sahamnnya melalui
rantai bursa. Prinsip-prinsip GCG pada dasarnya memiliki tujuan memberikan kemajuan
terhadap kinerja suatu perusahaan dan diharapkan dapat mengendalikan perilaku manajemen
agar pengelolaan perusahaan dapat dilakukan secara terbuka dan transparan.
Kejahatan di pasar modal khusunya insider trading bukanlah merupakan masalah baru
yang akan dihadapi oleh penegak hukum kita tetapi mungkin merupakan masalah yang

3
Munir Fuady, Pasar Modal Modern Tinjauan Hukum (Bandung Citra Aditya Bakti) halaman 105
4
F.H. Buckley, et.al., Corporation: Principles and Policies Emond Montgomery, Publication Ltd, Toronto
Canada, 1988. hlm. 657
Basic legal knowledge; Legal analysis; Supportive arguments; System

mungkin akan sangat sulit untuk pembuktiannya5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal pada dasarnya sudah cukup bagus untuk mengakomodir terlaksananya
pasar modal yang bersih dari insider trading karena pengaturannya sendiri telah cukup jelas di
dalam pasal-pasalnya, akan tetapi mengingat kejahatan yang terjadi selama keberlangsungan
pasar modal akan mengkuti perkembangan zaman yang lebih modern serta tindakan yang lebih
intelektual, maka salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah menciptakan kolaborasi
antara penerapan sistem peraturan oleh Bapepam-LK dan penerapan prinsip GCG dalam
pengolahan perusahaan go public untuk menciptakan karakter integritas dalam pasar modal
sehingga diharapkan dapat mencegah dan mengurangi kasus insider tranding, sehingga hal
tersebut dapat membatu dalam masalah penegakan hukum pasar modal. Oleh karena itu,
adapun rumusan masalah yang penulis angkat adalah bagaimana peran Bapepam-LK dalam
penegakan hukum pasar modal, bagaimana penerapan prinsip GCG dalam pengelolaan
perusahaan di bidang pasar modal.

Urgensi Masalah

Tujuan Penulisan

5
Hamud, Kejahatan di Pasar Modal, Jakarta 1994 halaman 221-222
Basic legal knowledge; Legal analysis; Supportive arguments; System

Pembahasan
Kebutuhan dalam dunia usaha terhadap permodalan seiring waktu akan semakin besar
terutama ditujukan pada kegiatan produksi. Oleh karena itu, untuk memudahkan masyarakat
dan produsen dalam mendapatkan permodalan, maka pemerintah bersama lembaga ekonomi
menyelenggarakan suatu kegiatan yang mendukung usaha permodalan yaitu pasar modal.
Pengertian pasar modal menurut Undang-undang No.8 Tahun 1995 Pasal 1 Angka 13 adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dn profesi yang
berkaitan dengan efek.
Ditinjau dari segi fungsi, pasar modal mempunyai kelebihan di bandingkan dengan
beberapa bidang usaha lain, hal tersebut dikarenakan pasar modal merupakan sumber
pembiayaan yang andal untuk memobilitasi dana6. Salah satu kelebihan pasar modal adalah
kemampuan dalam menyediakan modal dengan jangka waktu panjang dan tanpa batas. Dengan
demikian jika suatu saat pengusaha ataupun masyarakat yang memerlukan biaya investasi
dengan proyek jangka panjang bisa menggunakan dana yang disediakan di dalam pasar modal.
Namun apabila membuthkan biaya investasi jangka pendek biasanya dapat digunakan dana
yang berasal dari perbankan.
Secara umum pasar modal memiliki beberapa manfaat yang secara tak langsung dapat
dirasakan oleh beberapa investor yang tergabung, diantaranya keberadaan pasar modal dapat
menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha serta alokasi dana secara
optimal, memberikan keberagaman wahana investasi bagi investor serta memberikan leading
indicator bagi perkembangan perekonomian negara7. Keberjalanan pasar modal di Indonesia
tidak selalu mulus dan memberikan keuntungn yang banyak terhadap masyarakat khusunya
bagi para investor pengguna jasa pasar modal, hal tersebut dikarenakan keberlangsungan pasar
modal juga tak terlepas dari berbagai tidak kejahatan seperti penipuan, manipulasi pasar dan
peradangan orang dalam (insider trading). Dalam pembahasan kali ini penulis lebih
menekankan bentuk kejahatan pasar modal pada tindak perdagangan orang dalam (insider
trading), hal tersebut dikarenakan efek yang ditimbulkan sangat fatal dibandingkan bentuk
lainnya yaitu dapat menghambat perkembangan pasar modal dan melemahnya bursa efek di
Indonesia.

6
Bambang Ali Kusumo. Kebijakan Hukum Pidana Materiil Di Bidang Pasar Modal. Wacana Hukum : 2009
7
Ibid. halaman 1
Basic legal knowledge; Legal analysis; Supportive arguments; System

Dalam UU No. 8 Tahun 1995 yang membahas tentang pasar modal, insider trading
termasuk kedalam salah satu jenis kejahatan pasar modal yang tertuang dalam pasal 95 sampai
pasal 998. Tindak pidana di bidang pasar modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu
antara lain adalah “barang” yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu
pelaku tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya
pencurian atau perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan untuk
membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi9. Dengan adanya
insider trading tersebut akan menyebabkan terjadinya ketidakadilan informasi yang diperoleh
sejumlah orang tertentu dengan tujuan memperoleh keuntungan sendiri, dimana hal tersebut
dapat merugikan banyak orang.
Insider trading merupakan istilah teknis yang hanya dikenal di pasar modal. Istilah
tersebut mengacu kepada praktek di mana orang dalam (corporate insider) melakukan
transaksi sekuritas dengan menggunakan informasi eksklusif yang mereka miliki yang belum
tersedia bagi masyarakat atau investor. Pengaturan mengenai tindak pidana pasar modal dapat
di temukan dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 110 Undang-Undang Pasar Modal (UUPM).
Dari perumusan UUPM dalam pasal-pasal dimaksud agar disimpulkan bahwa norma atau
kaidah yang terkandung di dalamnya berbentuk larangan yang apabila dilanggar dapat dijatuhi
pidana baik berupa kurungan, penjara maupun denda10. Secara garis besar yang termasuk
kedalam kategori tindak kejahatan pasar modal sesuai pasal 90 sampai 110 UUPM hanya
mengarah pada tindak kejahatan manipulasi pasar dan penipuan saja, sulitnya mendeteksi
tindak pidana pasar modal insider trading memang suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, namun
apabila ada orang yang mendengar informasi orang dalam secara tidak sengaja atau secara
kebetulan, tidaklah dilarang. Sedangkan yang dilarang adalah mereka yang memang tujuannya
memperoleh informasi orang dalam secara tidak sah.
Ditinjau dari tindak kasus pidana terhadap kejadian insider trading memang sangat
sulit, bahkan untuk dibawa ke meja hijau sekalipun akan memerlukan waktu yang cukup lama
dan bukti yang sangat minim. Oleh karena itu tindak kasus insider trading secara hukum bisa
ditegakan dengan melakkan perubahan peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Seyhun tahun 1992 jika volume abnormal profit dari insider
trading meningkat ketika sanksi untuk insider meningkat, maka ancaman hukuman terhadap

8
Suryati, Pengembangan Jaring Jerat Hukum Dalam Upaya perlindungan Atas Praktik Insider Trading: Kajian
terhadap kebijakan dan kinerja OJK. 2017
9
The Indonesia Capital Market Institute. Kejahatan Di Bidang Pasar Modal (Penipuan, Manipulasi Pasar,
Dan Perdagangan Orang Dalam). Modul Hukum Etika WPEE, 2016 halaman 1
10
Ibid. halaman
Basic legal knowledge; Legal analysis; Supportive arguments; System

pelaku insider akan meningkat sehingga memberika efek jera terhadap berbagai pelaku. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Statmant tahun 2009 bahwa di Amerika khususnya untuk
pelaku insider trading memiliki ancaman yang amat berat sehingga tindak kasus insider trading
bisa dicegah. Jika di Indonesia menerapkan sistem yang demikian dari segi hukum, hipotesa
yang muncul adalah pengurangan kasus perdagangan orang dalam atau insider trading dapat
terlaksana.
Paradigma good corporate governance (GCG) masih menjadi tuntutan utama dalam
segala aktivitas perekonomian. Ketika suatu perusahaan disebuah negara dapat mencapai
kondisi GCG dalam pelaksanaanya maka akan terwujudnya suatu perusahaan yang bersih dan
terbentuknya tata kelola yang baik dalam sistemnya. Sehingga GCG memiliki pengaruh besar
terhadap nilai perusahaan. Artinya apabila prinsip tersebut dapat diterapkan dalam sistem
tatanan pasar modal, maka akan tercipta pula sistem pasar modal yang bersih dan tata kelola
yang baik. GCG sendiri merupakan prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam
memberikan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan11. Adapun tujuan
corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak uang berkepentingan
(stakeholder). Adapun lima prinsip dasar GCG adalah (1) Transparansi, merupkan keterbukaan
informasi baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan. (2) Akuntabilitas, adalah kejelasan fungsi, struktur,
sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif. (3) Responsibilitas, pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian
(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku. (4) Independensitas, merupakan kemandirian suatu
keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. (5) Keadilan, perlakuakn adil dan setara di dalam pemenuhan hak-hak
stakeholder yang timbul berdasar perjanjian serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku12.

11
Tria Safitri, Nila F., dan Ferina N., Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan,
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
12
Mas Achmad Daniri, Log. Cit., 2005, hlm:9. Lihat Johny Sudharmono, Good Governed Company Panduan
Praktis bagi BUMN untuk menjadi G2C dan Pengelolaannya Berdasarkan Suara Hati, PT. elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004, hlm:8.
Basic legal knowledge; Legal analysis; Supportive arguments; System

Penerapan tata kelola perusahaan atau Good corporate governance (GCG) di Indonesia
saat ini masih terbilang rendah. Menurut survei yang dilakukan oleh ACGA (Asian Corporate
Governance Association) terhadap perilaku bisnis di Asia, yang menunjukkan bahwa Indonesia
masih menduduki urutan ke-10 di bidang Good Corporate Governance (GCG). Berikut data
yang menunjukan kedudukan Indonesia di bidang GCG.

Tabel 1. Market Rangking GCG di asia 2016 (www.new.acga-asia.org )

Tahun 2003, CLSA melaporkan hasil kajian tentang penerapan GCG di Asia yang
menunjukan bahwa Indonesia di urutan terbawah atau terburuk di Asia dengan skor 1,5 untuk
masalah penegakan hukum, 2,5 untuk mekanisme institusinal dan budaya corporate
governance, dengan total nilai 3,2. meskipun skor Indonesia di tahun 2004 lebih baik
dibandingkan dengan tahun 2003, namun, Indonesia masih tetap berada di urutan terbawah di
antara negara-negara Asia3, seperti tertera dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2. Corporate Governance in Asia (2004) Continuing Under Performance


(Achmad Daniri, 2005)
Basic legal knowledge; Legal analysis; Supportive arguments; System

Berdasarkan data dari dua tabel diatas Indonesia berada diurutan terbawah penerapan
GCG dikarenakan kurangnya kesadaran akan suatu nilai dan praktek dasar dalam menjalankan
bisnis, seharusnya dengan adanya penerapan GCG mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Hal tersebut juga menunjukan begitu lemah peraturan perundang-undangan di negara
Indonesia yang mengatur aktivitas bisnis, hal tersebut erat kaitannya dengan dunia pasar modal
di Indonesia dimana transparansi dan keterbukaan yang lemah memicu tingkat kejahatan pasar
modal.

You might also like