You are on page 1of 44

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TERPADU (FA 4142)

PERCOBAAN VI
SISTEM KARDIOVASCULAR
Tanggal Percobaan : 8 Oktober 2018
Tanggal Pengumpulan :15 Oktober 2018
Kelompok 2 Shift Senin
Nama NIM Tugas
Metodologi, pembahasan hematocrit, prinsip pengukuran
hematocrit, hemoglobin fungsi dan struktur, kelainan akibat
11615001 Siti Haura Khairani
kekurangan dan kelebihan Hb, hemostasis, waktu perdarahan dan
pembahasannya.
Editor, metodologi, tujuan, hasil pengamatan, dan pembahasan
percobaan antihipertensi pada tikus, Komponen dan elemen
11615012 Acep Hendra Punja Unggara
darah, karakteristik dan fungsi darah, jenis-jenis anemia dan
penyebabnya
Anatomi jantung, Jenis- katup jantung dan fungsinya, sistem
11615015 Nd. St. Tamara Chrysanthy sirkulasi, peredarah darah tertutup dan terbuka, faktor yang
mempengaruhi tekanan darah
Metodologi, pembahasan leukosit, proporsi leukosit, fungsi dan
11615024 Jessica Nathania karakteristik sel leukosit, leucopenemia, leukimia, plasma darah,
protein plasma, dan trombosit
Golongan darah dan prinsip penentuan, jenis golongan darah,
11615031 Cut Yasinta Dewi N. triple response, hiperemia, faktor yang mempengaruhi tekanan
sistol diastol, prinsip alat tail cuff
Pembahasan obat golongan antiplatet, antiaritmia, antiangina,
11615038 Theresia Kirana
antihipertensi, anticoagulan, antianemia, dan glikosida jantung

Asisten Praktikum :
Lia Nurul Sakinah - 11614011

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TERPADU


PROGRAM STUDI FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
I. TUJUAN
1. Menentukan jumlah sel darah merah menggunakan hemocytmeter
2. Menentukan jumlah sel darah putih pada pria dan wanita menggunakan hemocytometer.
3. Menentukan rata-rata nilai hematokrit dan pengujian unpaired t-test pada nilai
hematocrit laki- laki dan perempuan.
4. Menentukan nilai rata-rata kadar hemoglobin darah setiap kelompok dengan metode
Sahli dan Tallquist.
5. Menentukan rata-rata waktu pendarahan.
6. Menentukan rata-rata waktu koagulasi darah.
7. Menentukan pengaruh posisi atau kegiatan terhadap tekanan darah.
8. Menentukan perbandingan nilai rata-rata dan simpangan baku tekanan darah responden
dengan nilai tekanan darah normal menggunakan metode auskultasi
9. Menentukan efek antihipertensi pada tikus dan uji paired t-test

II. PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang bertanggung jawab dalam sirkulsi darah yang
terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan
mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam
proses metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler pada umumnya mempunyai mekanisme
yang bervariasi agar fungsi regulasi dapat merespon secara cepat dari aktivitas tubuh
manusia, salah satunya yaitu dengan meningkatkan aktivitas suplai darah dan oksegen ke
berbagai jaringan agar tetap terpenuhi. Pada keadaan berat umumnya aliran darah akan
didahulukan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan
mempertahankan keseimbangan sistem sirkulasi itu sendiri.

Darah juga merupakan jaringan ikat cair yang bersirkulasi di dalam tubuh dan berfungsi
mengatur keseimbangan suplai oksigen di dalam tubuh. Darah mempunyai fungsi penting
dalam sirkulasi. Secara umum fungsi darah adalah sebagai alat transportasi oksigen,
karbondioksida, zat gizi dan sisa metabolism untuk mempertahankan keseimbangan asam
basa, mengatur cairan jaringan baik cairan intrasel maupun cairan ekstrasel, mengatur suhu
tubuh, dan sebagai pertahanan tubuh dengan mengedarkan antibodi dan sel darah putih
(Goorha et al, 2003). Elemen darah tersusun atas sel darah (eritrosit, leukosit dan platelet)
masing-masing akan bersirkulasi dalam cairan yang dikenal sebagai plasma (Meyer and
Harvey 2004). Total volume darah darah secara keseluruhan merupakan persentase sel darah
dengan proporsi sebanyak 40% (30-55). Eritrosit atau sel darah merah menempati bagian
yang paling banyak dengan jumlah sekitar 5,5-8.5 x 10^6 per mikroliter darah pada mamalia.
Jumlah eritrosit samgat khas tergantung pada setiap spesies yang berbeda-beda.

III. METODOLOGI
Anatomi darah
1. Karakteristik dan morfologi elemen darah

1
a. Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan
Jari dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi etanol 70%, lalu dibiarkan
etanol menguap. Lancet steril ditempatkan pada penyangga lanset, kemudian
ditusukkan pada ujung jari yang telah dibersihkan. Darah dibiarkan mengalir dengan
sendirinya tanpa ditekan.
b. Pengukuran jumlah sel darah merah
Darah diambil dengan cara jari ditusuk dengan lanset steril setelah sebelumnya
jari dibersihkan dengan alkohol. Darah yang diambil kemudian diencerkan 200 kali
dengan natrium sitrat. Kemudian dari suspensi darah dalam natrium sitrat
dimasukkan ke dalam hemocytometer kemudian diamati dibawah mikroskop dan
dihitung jumlah sel darah merah.
c. Pengukuran jumlah sel darah putih
Jari manis dibasahi etanol 70% dan dibiarkan menguap. Lancet steril ditempatkan
pada lancet holder dan ditusukkan ada ujung jadi yang telah dbersihkan. Darah
dibiarkan mengalir. Darah diletakkan pada plat dan di ambil menggunakan
mikropipet sebanyak 100 μL yang dimasukkan dalam tabung reaksi. Pada tabung
reaksi yang sama, darah diencerkan sebanyak 20 kali menggunakan larutan asam
asetat 0,1%. Tabung reaksi di kocok selama dua menit. Campuran darah di ambil 1-2
tetes dan diletakkan pada hemocytometer yang sudah di pasang tutupnya terlebh
dahulu. Setelah ½ menit, hemocytometer diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 100x dan sel darah putih, yang terletak pada 4 kotak besar di sudut-sudut
hemocytometer, di hitung. Perhitungan sel darah putih di hemocytometer adalah
bagian tengah dan pinggir kiri dan atas hemocytometer.

Fisiologi Darah
1. Penentuan nilai hematokrit
Sampel darah diambil dari pembuluh darah kapiler responden dengan lancet steril. Darah
dimasukkan ke tabung kapiler sampai mengisi ¾ tabung. Darah dalam tabung diberikan
heparin kemudian lubangnya ditutup oleh lilin. Tabung disentrifugasi selama beberapa
menit. Hasil sentrifugasi darah diukur panjangnya dan dibandingkan panjang antara
sedimen yang terbentuk dengan bagian cairan. Hematokrit ditentukan
2. Penentuan Kadar Hemoglobin
a. Metode Sahli
Sampel darah diambil menggunakan lancet steril dari pembuluh darah kapiler di
jari responden yang telah diusap dengan alkohol 70%. Darah dimasukkan ke
mikropipet hemocytometer sampai tanda. Darah dipindahkan ke tabung hemometer
dan darah diencerkan dengan asam klorida. Warna darah dibandingkan dengan
larutan standar. Kadar Hb ditentukan melalui skala.
b. Metode Tallquist
Sampel darah diambil menggunakan lancet steril dari pembuluh darah kapiler di
jari responden yang telah diusap dengan alkohol 70%. Darah diteteskan ke atas
kertas tes Tallquist. Warna yang diperoleh dibandingkan dengan kartu pembanding.
Kadar Hb ditentukan.

2
3. Waktu Pendarahan
Sampel darah diambil menggunakan lancet steril dari pembuluh darah kapiler di jari
responden yang telah diusap dengan alkohol 70%. Ketika timbul tetes darah pertama,
waktu dicatat. Setiap darah yang keluar dikeringkan dengan kertas penyerap. Saat darah
berhenti keluar, waktu dicatat. Waktu pendarahan dihitung dari pertama kali darah
muncul sampai darah berhenti mengalir.
4. Waktu Koagulasi
Sampel darah diambil menggunakan lancet steril dari pembuluh darah kapiler di jari
responden yang telah diusap dengan alkohol 70%. Ketika timbul tetes darah pertama,
waktu dicatat. Darah yang keluar dimasukkan ke pipa kapiler secukupnya. Setiap
beberapa detik, ujung pipa kapiler dipatahkan sampai benang fibrin diperoleh. Waktu
benang fibrin diperoleh dicatat. Waktu koagulasi darah dihitung dari waktu pertama kali
darah muncul sampai terbentuk benang fibrin.

Tekanan Darah
Dililitkan ban dari perangkat sfignomanometer pada lengan atas. Ban diikat sedemikian
sehingga tabung karet mengarah ke bagian bawah. Kemudian penentuan tekanan darah
dengan cara perabaan denyut nadi. Ditutup sekrup pentil pada bola karet yang dipegang
dengan tangan kanan, dan dengan ibu jari tangan kiri diraba nadi pada pergelangan tangan
yang akan diukur tekanannya. Kemudian berangsur-angsur ban dengan dipompa bola karet
dan diperhatikan tekanan pada saat denyut nadi menghilang. Dinaikkan tekanan 10 mmHg
lagi diatas tekanan tadi. Kemudian diturunkan tekanan berangsur-angsur dengan cara
perlahan membuka sekrup pentil. Tekanan manometer di saat munculnya kembali denyut
nadi untuk pertama kali adalah tekanan sistolik.
Penentuan tekanan darah dengan cara aulkultasi yaitu dililitkan ban pada lengan atas.
Kemudian ditempatkan stetoskop pada percabangan arteri brakhial menjadi arteri ulnaris
dan arteri radialis. Dinaikkan tekanan dalam ban, sehingga aliran dalam arteri radialis dan
arteri ulnaris dihambat. Diturunkan tekanan berangsur dengan dibuka sekrup pentil, dan
dicatat pertama saat bunyi terdengar untuk pertama kali yang merupakan tekanan sistolik.
Diturunkan terus tekanan dalam ban, sampai pada saat suatu bunyi tidak terdengar lagi.
Tekanan yang terbaca pada saat bunyi hilang adalah tekanan diastolik. Kemudian dicatat.
Uji Hipertensi
Kelompok tikus dibagi menjadi tujuh kelompok, dimana kelompok 1,2,3,4 (oral atenolol
9mg/kgBB) kelompok 5,6,7 (oral Na-CMC). Kemudian masing-masing diukur tekanan darah
normal (baseline) sebagai T0, diamkan 30 menit kemudian diinjeksikan adrenalin masing
masing dengan dosis 0.5 mg/kgBB. Diamkan 30 menit dan kembali ukur tekanan darah
sebagai T1.

IV. HASIL PENGAMATAN

Pengukuran jumlah sel darah merah


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pengukuran Jumlah Sel Darah Merah Kelompok 1 dan 3
Kelompok 1 Jumlah Kelompok 3 Jumlah
Kotak 1 21 Kotak 1 57
Kotak 2 8 Kotak 2 10

3
Kotak 3 18 Kotak 3 112
Kotak 4 14 Kotak 4 69
Kotak 5 14 Kotak 5 53

Jumlah sel darah merah kelompok 1 : 75 x 10.000 = 750.000/mm3


Jumlah sel darah merah kelompok 3 : 301 x 10.000 = 3.010.000/mm3
Rata – rata sel darah merah dari dua kelompok : 1.880.000/mm3

Pengukuran jumlah sel darah putih


Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pengukuran Jumlah Sel Darah Putih Kelompok 2 dan 4
Letak pengamatan hemocytometer terhadap WBC Total
Kelompok Keterangan Kanan Kanan WBC
Kiri atas Kiri bawah
atas bawah (sel/mm3)
Jumlah WBC
Kelompok 2 dalam 23 36 48 48 155
(Responden hemocytometer
: pria) Perhitungan 23 x 50 = 36 x 50 = 48 x 50 = 48 x 50 =
7750
WBC 1150 1800 2400 2400
Jumlah WBC
Kelompok 4 dalam 60 35 56 47 198
(Responden hemocytometer
: wanita) Perhitungan 60 x 50 = 35 x 50 = 56 x 50 = 47 x 50 =
9900
WBC 3000 1750 2800 2350
155+198
Rata-rata : Jumlah WBC dalam hemocytometer = 2
= 176,5
7750+9900
Perhitungan WBC = 2
= 𝟖𝟖𝟐𝟓 𝒔𝒆𝒍/𝒎𝒎3

Penentuan Hematokrit
Tabel 4.3 Nilai Hematokrit Setiap Kelompok
Kelompok Jenis Kelamin Nilai Hematokrit
1 Perempuan 53%
2 Perempuan 35%
3 Perempuan 43%
4 Perempuan 50%
5 Laki - laki 46%
6 Laki - laki 54%
7 Laki - laki 50%
Rata – rata nilai hematokrit: 47, 28%

Penentuan Hemoglobin
Tabel 4.4 Data Kadar Hemoglobin Kelompok 5 -7 Menggunakan Metode Sahli dan Tallquist
Kelompok (Jenis Metode Sahli Metode Tallquist
Kelamin Responden Kadar Hb (g/dL) Keterangan Kadar Hb (g/dL) Keterangan
5 (Wanita) 80 Rendah (Sugestif 22 Tinggi
Anemia)
6 (Wanita) 70 Rendah (Sugestif 10,4 Rendah
Anemia
7 (Wanita) 100 Normal 11 Rendah

4
Rata - rata 83,34 Normal 14,47 Normal
Waktu Pendarahan
Tabel 4.5 Waktu Pendarahan Tiap Kelompok
Kelompok Waktu
1 55 detik
3 45 detik
5 1 menit 42 detik
7 1 menit 47 detik
Rata – rata waktu pendarahan 1 menit 17 detik
Waktu Koagulasi
Tabel 4.6 Waktu Koagulasi Tiap Kelompok
Kelompok Waktu
2 4 menit 30 detik
4 2 menit 30 detik
6 2 menit
Rata – rata waktu koagulasi 3 menit 6 detik

Tekanan Darah
Table 4.7 tekanan darah sistol palpitasi
DUDUK BERBARING BERDIRI SETELAH LARI
130 120 110 170
110 120 120 125
118 110 120 116
115 110 120 130
80 76 86 110
105 105 115 110
80 76 82 94

Table 4.8 tekanan darah sistolik auskultasi


DUDUK BARING BERDIRI AFTER RUN
130 130 110 170
110 120 100 125
118 118 118 130
115 110 120 125
92 100 106 126
110 100 110 115
125 150 150 160

Table 4.9 tekanan darah diastol palpitasi


AFTER
DUDUK BARING BERDIRI RUN
80 60 70 70
80 70 70 80
90 90 90 90

5
60 50 60 70
70 78 86 70
60 55 70 65
85 75 90 90

AntiHipertensi
Table 4.10 Rata-rata tekanan darah percobaan tail cuff
Rataan Sistolik Rataan Diastolik
Oral Kelompok (mmHg) (mmHG)
1 147,125 111,75
2 140,6 96,7
Atenolol
3 152 112
4 156,25 106
5 171,2 115,4
NaCMC 6 157,6 116,3
7 131,57 92

V. PEMBAHASAN
Darah merupakan suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid yang cair serta
mengandung sejumlah komponen elektrolit (Baldy, 2006). Darah juga merupakan jaringan
ikat cair yang bersirkulasi di dalam tubuh yang berfungsi mengatur keseimbangan suplai
oksigen ke berbagai jaringan di seluruh tubuh. Darah mempunyai fungsi penting dalam
sirkulasi yaitu sebagai alat transportasi oksigen, karbondioksida, nutrisi dan sisa metabolisme
untuk mempertahankan keseimbangan pH asam basa, mengatur cairan jaringan baik pada
intrasel maupun ekstrasel serta mengatur suhu tubuh dan sebagai sistem pertahanan tubuh
dengan mengedarkan antibodi dan sel darah putih (Goorha et al, 2003). Sel-sel darah
tersebut mempunyai umur tertentu yang disebut sebagai usia uzur dalam jangka waktu
kurang lebih tiga bulan, sehingga dibutuhkan pembentukan sel-sel darah baru yang disebut
sebagai proses hematopoesis.

Hematopoesis merupakan mekanisme pembentukan sel darah baru yang terjadi di dalam
bone marrow atau sumsum tulang belakang. Proses tersebut dapat berlangsung apabila
terjadi degradasi sela darah karena masa usia uzurnya selesai sehingga perlu pembentukan
sel baru pada sumsum tulang belakang, kemudian setelah usia sel dewasa akan bermigrasi ke
bagian darah perifer. Ada dua stem sel yang mengatur proses mekanisme hematopoiesis
yaitu stem sel myeloid dan stem sel limfoid. Stem sel limfoid sangat berkaitan dengan organ
thymus dimana sel limfosit akan dihasilkan. Stem sel tersebut juga mengatur pembentukan
beberapa sel imunitas. Stem sel myeloid lebih kompleks dibanding dengan stem sel limfoid
dikarenakan dapat berdiferensiasi menjadi enam jenis sel darah yaitu eritrosit, trombosit,
neutrofil, eosonofil, basofil dan monosit/makrofag.

Darah tersusun atas dua jenis sel darah yaitu eritrosit dan leukosit serta platelet. Masing-
masing akan bersirkulasi dalam cairan yang dikenal sebagai plasma (Meyer and Harvey 2004).
Total volume darah darah secara keseluruhan merupakan persentase sel darah dengan

6
proporsi sebanyak kurang lebih 45% dan 55% ditempati plasma (Martini, 2012). Eritrosit atau
sel darah merah menempati bagian yang paling banyak dengan jumlah sekitar 5,5-8.5 juta
sel/ mm3 darah. Jumlah eritrosit sangat khas tergantung pada setiap spesies yang berbeda-
beda. Komponen terbanyak kedua adalah platelet atau trombosit dengan jumlah 2-5 x 10^5
sel/ mm3. Jumlah leukosit atau sel darah putih lebih sedikit dibandingkan eritrosit dan
trombosit. Leukosit terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu granulosit (basofil, neutrfil dan
eosinofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit).

Morfologi eritrosit sangat bervariasi tergantung kepada ras dan jenis kelamin. Eritrosit
mamalia tidak berinti sedangkan eritrosit bangsa camellidae, reptil dan aves memiliki inti.
Eritrosit memiliki bentuk oval dan bikonkaf yang menunjang terhadap fungsinya sebagai
pengikat oksigen untuk respirasi sel. Sel darah merah mempunyai ketebalan sel 2,1-2,13 μm
dan diameter rata-rata 6,2 μm atau sekitar 5,7-7 μm. Waktu hidup sel darah dikenal sebagai
usia uzur darah yaitu selama 120 hari. Fungsi utama dari sel darah merah adalah untuk
mengangkut oksigen yang akan berikatan dengan haemoglobin sehingga membentuk HbO2
(oksihemoglobin) yang berperan sebagai pembawa oksigen untuk disirkulasikan ke berbagai
jaringan. Membran yang bersifat permeabel menutupi komponen sel darah merah yang
tersusun atas lipid, protein dan karbohidrat. Perubahan komposisi lipid membran dapat
menghasilkan bentuk sel darah merah yang abnormal. Ketidaknormalan membran protein
juga mungkin menghasilkan bentuk tidak normal dari sel darah merah. Jumlah eritrosit (RBC)
sering digunakan untuk menentukan diagnosa terhadap penyakit anemia (Thrall, 2004).

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih terhadap parameter sel darah
merah termasuk konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut
kriteria WHO anemia merupakan kadar hemoglobin di bawah 13 g/dL pada pria dan di bawah
12 g/dL pada wanita. Namun berdasarkan kriteria yang dipaparkan WHO dan National Cancer
Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g/dL pada pria dan di bawah 12 g/dL
pada wanita. Anemia merupakan keadaan yang tidak normal dan harus dicari terkait
penyebabnya. Anamnesis merupakan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
sederhana berguna dalam evaluasi penderita anemia. Penyebab anemia dapat
diklasifikasikan berdasarkan morfologi atau ukuran sel darah merah pada apusan darah tepi
dan parameter automatic cell counter. Sel darah merah normal mempunyai volume 80-96
femtoliter (1 fL = 10^15 liter) dengan diameter kira-kira 7-8 micron dan dengan inti limfosit
kecil. Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada apusan darah
tepi disebut makrositik. Sedangkan sel darah merah yang berukuran lebih kecil dari inti
limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic cell counter memperkirakan volume sel darah
merah dengan sampel jutaan sel darah merah dengan mengeluarkan angka mean
corpuscular volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut. Angka dispersi tersebut
merupakan koefisien variasi volume sel darah merah atau RBC distribution width (RDW).
RDW normal berkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW menunjukkan adanya variasi
ukuran sel. Berdasarkan morfologi anemia dibagi menjadi tiga jenis, berikut merupakan
perbedaan ketiganya.

7
Tabel 5.1 Perbedaan jenis anemia
Anemia Makrositik Anemia Mikrositik Anemia Normositik
MCV di atas 100 fL. MCV kurang dari 80 fL MCV normal (antara 80-
Anemia makrositik dapat Penyebab anemia 100 fL). Keadaan ini dapat
disebabkan oleh : tersebut : disebabkan oleh :
- Peningkatan retikulosit - Berkurangnya Fe - Penyakit ginjal kronik.
- Metabolisme abnormal - Berkurangny sintesis - Sindrom anemia
asam nukleat heme kardiorenal: anemia,
- Gangguan maturasi sel - Berkurangnya sintesis gagal jantung, dan
darah merah (sindrom haemoglobin penyakit ginjal kronik.
mielodisplasia, leukemia - Anemia hemolitik:
akut) Anemia hemolitik karena
- Penggunaan alcohol kelainan intrinsik sel
- Penyakit hati darah merah
- Hipotiroidisme. - Anemia hemolitik karena
kelainan ekstrinsik sel
darah merah

Plasma darah merupakan 55% penyusun komponen darah yang berwarna kuning
(Aryulina, 2006). Umumnya, plasma darah di sintesis dan dilepaskan di hati sebanyak 90%.
Plasma darah terdiri dari protein, air dan zat-zat lain. Protein plasma terdiri dari tiga jenis
protein yaitu albumin, fibrinogen dan globulin. Albumin adalah 60% komponen penyusun
plasma darah yang berguna untuk mengatur tekanan osmotik plasma darah. Selain itu,
albumin berguna untuk tranportasi asam lemak, hormon-hormon dan berbagai substrat lain.
Globulin adalah komponen penyusun plasma sebanyak 35% yang berguna untuk pertahanan
tubuh dengan menjadi imunoglobulin untuk menyerang patogen. Selain itu, glubulin berguna
untuk transportasi ion-ion, hormon-hormon dan sennyawa-senyawa tidak larut air pada
darah. Fibrinogen adalah 4% komponen plasma darah, berguna untuk membantu
pembekuan darah. Pembekuan darah terjadi dengan pengubahan fibrinogen (protein larut
air) menjadi fibrin (protein tidak larut air). Zat-zat lain yang ada di plasma adalah nutrisi,
elektrolit, hormon, dan sisa-sisa metabolisme. Nutrisi pada plasma dalah berguna untuk
pembentuk energi melalui ATP dan untuk pertumbuhan tubuh (pertumbuhan sel). Dalam
nutrisi plasma terdapat lemak (asam lemak, kolesterol, gliserida), karbonhidrat (glukosa), dan
asam amino. Elektrolit berguna untuk aktivitas sel tubuh, yang terdiri dari Na+, K+, Ca2+, Mg2+,
Cl-, HCO3-, HPO4-, dan SO4-. Hormon yang terdapat pada plasma adalah insulin, prolactin (PRL),
thyroid-stimulating hormone (TSH), folicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Sisa-sisa metabolisme di plasma merupakan hasil eksresi tubuh yang terdiri
dari urea, asam urat, kreatinin, bilirubin, dan ion ammonium (Martini, 2012).

Hiperemia adalah situasi dimana ada darah secara berlebihan didalam pembuluh darah
atau keadaan yang disertai meningkatnya volume darah dalam pembuluh darah
yangmelebar. Hiperemia dibagi menjadi 2 jenis yaitu aktif dan pasif. Hiperemi aktif
didefinisikan sebagai banyak darah mengalir ke dalam suatu daerah pembuluh darah lebih
dari biasanya. Hal ini terjadi karena adanya dilatasi arteriol atau kapiler yang bekerja sebagai
katup yang mengatur aliran ke dalam mikrosirkulasi lokal, akibat terangsangnya syaraf
vasodilator atau kelumpuhan vasokonstriktornya. Contoh: hyperemia pada radang akut,

8
warna merah pada wajah, yang timbul akibat respon terhadap stimulus neurogenik.
Hiperemia pasif merupakan gangguan aliran darah dari suatu daerah pada pembuluh darah.
Hal ini terjadi karena jumlah darah vena atau aliran darah vena berkurang atau terjadi
gangguan pengosongan darah vena. Contoh: obstruksi pada lumen karena thrombosis.
Hiperemia pasif dibagi berdasarkan lama waktu berlangsungnya, yaitu hiperemia pasif akut
merupakan berlangsung relatif dalam waktu singkat dan tidak adapengaruh dari jaringan
yang terkena. Sedangkan hiperemia pasif kronik perlangsungannya lama dan daapat terjadi
perubahan-perubahan yang permanen pada jaringan (hipoksia, atrofi, nekrosis)

Sel darah putih adalah bagian dari komponen darah yang terbentuk dari sumsum tulang
yang berguna untuk sistem imun tubuh. Fungsi dari sel darah putih adalah untuk membunuh
agen-agen penyebab infeksi tubuh (cancer.gov). Karakterisitik dari sel darah putih adalah
memiliki inti, bentuk sel tidak tetap (berubah-ubah), dan tidak berwarna. Secara umum pada
pria dan wanita, jumlah sel darah putih dalam tubuh adalah 5.000-10.000 sel/ mm3 (Martini,
2012). Leukosit terdiri dari dua jenis, yaitu leukosit granulosit yang terdiri dari neutrofil,
eosinofil, dan basofi, dan leukosit agranulosit yang terdiri dari limfosit dan monosit (Martini,
2012). Eosinofil yang merupakan 2-4% dari komponen sel darah putih dengan granul
berwarna merah (eosin). Neutrofil merupakan 50-70% komponen sel darah putih yang
mengandung enzim lisosom dan bactericidal (komponen pembunuh bakteri). Kedua
komponen ini berguna untuk membunuh bakteri dengan membunuh langsung bakteri yang
telah ditandai antibodi (bactericidal) atau berubah menjadi degranulosit sehingga neutrofil
dapat masuk dalam membran bakteri dan membunuh bakteri. Namun, netrofil akan mati
ketika membunuh 1-2 bakteri. Tetapi, setelah mati, neutrofil tersebut akan mengirim sinyal
untuk neutrofil lain datang ke daerah bakteri dan membunuh bakteri lain. Eosinofil bekerja
dengan menyerang zat asing bersama dengan antibodi. Umumnya, eosinofil bekerja pada
infeksi karena parasit (seperti cacing gelang) dan saat terjadi alergi. Pada reaksi alergi,
eosinofil akan menempel pada daerah inflamasi dan memberi sinyal pada sel mast dan
neutrofil untuk mengeluarkan enzim untuk mengurangi inflamasi. Oleh karena itu, eosinofil
banyak muncul saat terjadi infeksi dan reaksi alergi. Basofil merupakan 1% dari komponen sel
darah putih yang berwarna ungu gelap atau biru. Basofil bekerja pada daerah yang
mengalami luka dengan basofil bermigrasi pada daerah luka melewati kapilari endotelium
untuk berkumpul di daerah jaringan rusak karena luka dan berubah dari granul basofil
menjadi cairan interstitial karena sinyal dari sel mast. Basofil terdiri dari histamin (untuk
dilatasi pembuluh darah) dan heparin (pencegah koagulasi darah) (Martini, 2012).

Monosit merupakan komponen penyusun sel darah putih (2-8%) dengan bentuk seperti
ginjal yang tidak bergranul. Monosit berguna untuk membunuh zat asing dengan berubah
menjadi makrofag, mengeluarkan zat kimia untuk mestimulasi neutrofil, monosit dan
makrofag lain serta menstimulasi fibroblast datang ke daerah luka. Limfosit adalah
komponen sel darah putih (20-30%) yang yang berbentuk bulat, tak bergranul. Limfosit
berkerja untuk menghantarkan sel T (cell-mediated immunity, untuk perlawanan zat asing
dan sebagai imun respon), sel B (humoral antibody, yang memproduksi antibodi untuk bunuh
antigen), dan natural killer cell (immune surveillance, untuk membunuh zat asing) dalam
darah dan jaringan (Martini, 2012).

9
Dalam sel darah putih, ada istilah yang di kenal dengan leukopenia, leukositosis, dan
leukemia. Leukopenia adalah jumlah leukosit yang tidak memadai dalam darah, yaitu ˂ 5000
sel/ mm3. Leukopenia umumnya terjadi dikarenakan kondisi patofisioogi, seperti penyakit
AIDS. Leukositosis adalah tingginya kadar leukosit dalam darah akibat infeksi. Nilai seseorang
terkena leukositosis adalah >10.000 sel/mm3. Leukimia adalah keadaan leukosit tinggi di
darah, yaitu >20.000 sel/ mm3. Hal ini mengakibatkan sel darah putih mengganggap
komponen darah sebagai zat asing dan membunuh komponen tersebut (Martini, 2012).

Area empat kotak di sudut hemocytometer adalah area penghitungan leukosit yang telah
tercampur dengan asam asetat. Asam asetat dalam uji digunakan untuk melisiskan eritrosit
sehingga hanya leukosit yang terdapat pada hemocytometer. Perhitungan dilakukan dengan
menghitung banyaknya leukosit pada satu kotak, kemudian nilainya dikalikan 50 dan
keempat kotak dijumlahkan sehingga didapatkan nilai leukosit responden. Pada percobaan,
responden pria (kelompok 2) mendapat nilai sel darah putih adalah 7.750 sel/mm3 dan
responden wanita (kelompok 4) mendapat nilai sel darah putih adalah 9.900 sel/mm3. Bila
dibandingkan dengan nilai normal sel darah putih tubuh, yaitu 5.000-10.000 sel/mm3, dapat
dikatakan bahwa kedua responden memiliki nilai sel darah putih mormal. Dalam melakukan
pengamatan, terdapat kesulitan penghitungan jumlah leukosit yang dikarenakan terjadi
penumpukan sel sehingga leukosit tidak dapat dihitung. Selain itu, asam asetat yang
digunakan kurang terkocok sehingga banyak eritrosit yang tidak lisis sehingga terdapat pada
hemocytometer. Kesalahan praktikan meletakkan campuran darah terlalu banyak pada
hemocytometer mengakibatkan terjadi penumpukan sel.

Platelet merupakan komponen dalam darah yang memiliki inti sel, yang berguna untuk
membantu proses pembekuan darah. Platelet merupakan fragmentasi dari megakariosit.
Platelet memiliki karakteristik berwarna merah, tidak beraturan (seperti bintang), berinti sel,
memiliki ukuran 2-3 μm. Platelet di bentuk di sumsum tulang dengan lama hidup platelet
adalah 9-12 hari. Kadar normal platelet di tubuh adalah 150.000-500.000 trombosit/mL
darah atau dengan konsentrasi rata-rata adalah 350.000/L. Dalam platelet dikenal dengan
istilah trombositopenia, trombositosis, dan Disseminated Intravascular Coagulatin (DIC).
Trombositopenia adalah menurunnya jumlah platelet dalam tubuh diakibatkan kerusakan
platelet. Nilai konsentrasi dari trombositopenia adalah 80.000/L. Akibat dari trombositopenia
adalah adanya pendarahan di saluran cerna, dalam kulit, dan CNS (Central Nervous System).
Trombositosis adalahh naiknya jumlah platelet tubuh karena adanya infeksi, peradangan,
atau kanker. Nilai konsentrasi trombositosis adalah 1.000.000/L (Martini, 2012).
Disseminated Intravascular Coagulatin (DIC) adalah peningkatan platelet dan terjadinya
pembekuan darah pada pembuluh darah kecil yang mengakibatkan kerusakan organ tubuh
(Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS). Pembekuan terjadi untuk menghentikan
pendarahan serius akibat operasi (emedicine.medscape.com)

Hematokrit adalah rasio dari elemen – elemen yang telah terbentuk dibandingkan dengan
volum darah total (Martini, 2012). Elemen – elemen yang telah terbentuk yang dimaksud
adalah sel – sel darah seperti sel darah merah, sel darah putih serta platelet. Umumnya nilai
hematokrit dinyatakan dalam persentase atau desimal dan nilai normal untuk laki – laki
dewasa adalah 42 – 54% sedangkan untuk perempuan dewasa adalah 38 – 46% (Davis, 2017).

10
Untuk mengukur hematokrit, darah diambil dari seorang relawan kemudian dimasukkan ke
tabung kapiler sampai mengisi ¾ panjang tabung. Heparin ditambahkan ke dalam tabung
untuk mencegah koagulasi dalam darah. Kemudian kedua ujung tabung diberi lilin agar darah
tidak mengalir keluar tabung ketika proses sentrifugasi. Tabung kemudian disentrifugasi
dengan selama 4 menit. Proses sentrifugasi ini dilakukan dengan tujuan memisahkan objek
berdasarkan kerapatannya. Objek yang lebih rapat akan berada di bawah tabung membentuk
semacam sedimen, sedangkan yang tidak rapat akan berada di bagian atas. Dari proses
sentrifugasi diperoleh sel- sel darah terkumpul di bawah tabung dan plasma darah berada di
atas tabung. Dari hasil percobaan yang kami lakukan, hematokrit responden kami yang
berjenis kelamin perempuan adalah 35,17%. Hasil ini merupakan nilai yang lebih rendah
daripada nilai standar yaitu 38-46% (Davis, 2017). Hasil yang lebih rendah ini disebabkan
responden memang memiliki kondisi anemia. Penentuan nilai hematokrit di bawah standar
dapat mengindikasikan kondisi seperti pendarahan, kekurangan nutrisi seperti zat besi dan
asam folat serta anemia. Sedangkan apabila nilai hematokrit di atas standar dapat
mengindikasikan kondisi dehidrasi, kekurangan oksigen, atau eritrositosis (Davis, 2017).

Setelah itu, dilakukan perbandingan antara nilai hematokrit di perempuan pada kelompok
1-4 dan nilai hematokrit laki-laki di kelompok 5-7. Setelah data diolah menggunakan unpaired
t-test, diperoleh bahwa nilai hematokrit pada laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan
yang signifikan (p = 0.3962, dikatakan berbeda signifikan apabila p < 0.05).

Hemoglobin (Hb) merupakan protein yang terkandung dalam sel darah merah yang
berfungsi sebagai pembawa gas-gas respirasi (Martini, 2012). Gas respirasi yang dimaksud
adalah oksigen dan karbon dioksida. Bagian dari hemoglobin yang berikatan dengan gas-gas
tersebut adalah besi. Hemoglobin yang terikat dengan oksigen disebut oksihemoglobin
(HbO2), hemoglobin yang terikat dengan karbon dioksida disebut karbaminohemoglobin
(CO2Hb) dan hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen disebut dengan
deoksihemoglobin. Struktur dari hemoglobin adalah struktur kompleks kuartener, dengan
dua rantai polipeptida-alfa dan dua rantai polipeptida-beta. Setiap rantai merupakan subunit
protein globular dan dilengkapi dengan satu molekul heme (Martini, 2012). Pada heme inilah
terdapat zat besi. Dibandingkan dengan oksigen, heme memiliki afinitas yang lebih tinggi
dengan karbon monoksida sehingga pada kasus – kasus toksisitas karbon monoksida, korban
menunjukkan ciri – ciri kekurangan oksigen (Martini, 2012).

Kadar hemoglobin yang normal untuk laki – laki dewasa adalah 14 – 17,5 g/dL, dengan
rata – rata 15,7 g/dL dan pada wanita dewasa adalah 12,3 – 15,3 g/dL, dengan rata – rata
13,8 g/dL. Pada anak – anak, nilai ini bisa berbeda, contoh untuk anak berumur 6 – 12 tahun,
nilai rata – rata adalah 13,5 g/dL (Merritt, 2014). Apabila terdapat kadar yang lebih rendah
daripada ini dapat mengindikasikan kondisi seperti anemia, hidrasi berlebihan, dan
kehamilan, sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat mengindikasikan polisitemia.
Jumlah hemoglobin seseorang dapat dipengaruhi juga oleh umur, kebiasaan merokok
(Rizkiawati, 2012), ketinggian tempat tinggal, jenis kelamin, dan keberadaan penyakit.

Dalam percobaan kali ini, dilihat kadar hemoglobin dari beberapa subjek. Metode
pengujian yang dilakukan ada dua yaitu Metode Sahli dan Metode Tallquist. Metode Sahli

11
mengandalkan perbandingan warna dari sampel darah yang telah diencerkan dalam larutah
asam klorida dengan warna larutan standar. Darah dicampurkan dengan asam klorida
terlebih dahulu untuk memperoleh asam hematin yang berwarna coklat (Pravati, 2006).
Pengenceran dilakukan sampai warna coklat yang dihasilkan tabung berisi darah responden
sama dengan warna pembanding. Ketika warna sudah sama, skala volume yang terdapat di
tabung berisi darah dibaca. Metode ini termasuk ke dalam metode semi kualitatif. Hasil yang
didapatkan dari rata – rata 3 responden wanita dari 3 kelompok yang berbeda, diperoleh
konsentrasi hemoglobin sebesar 14,47 g/dL. Konsentrasi ini masih masuk ke dalam rentang
normal kadar hemoglobin pada wanita. Kemudian, dilakukan pengukuran kadar hemoglobin
menggunakan Meode Tallquist. Metode ini hanya mengandalkan perbandingan warna darah
dengan kertas berwarna yang telah terstandardisasi. Setiap warna merepresentasikan
persentase kadar hemoglobin. Metode ini merupakan metode kualitatif. Perempuan
dikatakan mengalami anemia apabila konsentrasi hemoglobin berada di rentang 30 – 60%,
sedangkan laki – laki di rentang 30 – 70%. Perempuan dinyatakan sugestif anemia apabila
konsentrasi hemoglobin berada di rentang 70 – 80% dan laki – laki di 70 – 85%. Nilai normal
tercapai apabila kadar hemoglobin perempuan berada di rentang 80 – 100% dan laki – laki 85
– 100%. Hasil pengujian kami menggunakan Metode Tallquist menghasilkan rata – rata
sebesar 83,33% dari 3 wanita. Nilai ini masuk ke rentang nilai normal. Jika dibandingkan,
Metode Sahli lebih akurat dibandingkan Tallquist karena menggunakan pembanding dan
terdapat skala dalam bentuk angka, sedangkan Metode Tallquist sangat bergantung kepada
persepsi penguji terhadap warna. Namun, kedua metode ini tidak paling akurat karena dapat
dilihat dari responden yang sama dapat diperoleh dua simpulan yang berbeda dari dua
metode berbeda. Pengukuran hemoglobin paling akurat dilakukan secara kuantitaitf
menggunakan spektrofotometer.

Hemostasis merupakan proses pemberhentian perdarahan ketika terjadi kerusakan pada


dinding pembuluh darah (Martini, 2012). Hemostasis terdiri dari tiga fase yaitu fase vaskular,
adhesi dan koagulasi. Fase vaskular berlangsung sekitar 30 menit setelah terbentuk luka. Sel
endotelium berkontraksi dan mengeluarkan endotelin. Endotelin akan memerintahkan otot
halus untuk berkontraksi dan pembelahan endotelium. Sel endotelium kemudian menjadi
lengket untuk menjadi tempat penempelan platelet. Fase platelet dimulai dengan
penempelan platelet pada permukaan endotelium. Setelah itu, platelet mengalami aktivasi
dan mengeluarkan sejumlah senyawa kimia (ADP, PDGF, Ca2+ dan faktor platelet). ADP dan
Ca2+ akan membantu proses agregasi platelet, thromboxane A2 dan serotonin untuk proses
kontraksi pembuluh, faktor penggumpal untuk proses penggumpalan dan faktor platelet
untuk perbaikan pembuluh. Fase koagulasi dimulai 30 detik setelah terjadi luka. Fase ini
sangat bergantung kepada faktor – faktor koagulasi yang terdiri dari Ca2+ dan sebelas faktor
penting lainnya. Terdapat tiga jalur yang berkontribusi dalam fase koagulasi yang berujung
pada perubahan fibrinogen yang larut menjadi benang – benang fibrin. Terdapat dua jalur
awal yaitu ekstrinsik dan intrinsik.

Pada jalur ekstrinsik, kaskade dipicu oleh kejadian kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan
akan memicu pembentukan tissue factor (III) yang kemudian dapat mengubah faktor VII
menjadi VIIa. Faktor VIIa kemudian dapat mengubah faktor X menjadi faktor Xa. Faktor Xa
nanti kemudian akan digunakan di jalur umum (common pathway). Pada jalur intrinsik,

12
kaskade dipicu oleh kontak pada permukaan yang kemudian akan mengubah faktor XII
menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa ini kemudian akan mengubah faktor XI menjadi XIa. Faktor IX
akan diubah oleh faktor XIa menjadi IXa. Faktor IXa dengan bantuan faktor VII, fosfolipid dan
Ca2+ akan mengaktivasi faktor X menjadi faktor Xa. Faktor Xa ini akan berlanjut di common
pathway. Faktor Xa kemudian akan mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin ini
akan menjadi aktivator faktor XIII dan mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Faktor XIII akan
menjadi faktor XIIIa yang kemudian akan membantu benang – benang fibrin mengalami
penggumpalan. Setelah proses pemulihan luka selesai, gumpalan ini akan mengalami
fibrinolisis yang dibantu dengan enzim plasmin. Benang fibrin kemudian akan terlarut dalam
darah.

Waktu pendarahan adalah waktu darah pertama kali keluar setelah terjadi luka sampai
darah berhenti mengalir. Waktu pendarahan ini menggambarkan fase vaskular sampai fase
adhesi. Hasil dari percobaan yang kami lakukan diperoleh rata – rata waktu pendarahan dari
empat kelompok yang melakukan percobaan adalah 1 menit 17 detik. Waktu normal dari
pendarahan adalah 1 – 9 menit, namun pada anak – anak lebih lama sekitar 1 – 13 menit.
Waktu pendarahan pada wanita sedikit lebih lama daripada laki – laki namun masih dalam
rentang waktu normal. Waktu pendarahan yang abnormal dapat menandakan kondisi
kekurangan vitamin C, leukimia, atau gagal ginjal (Charbek, 2016). Penentuan dari waktu
pendarahan dapat menentukan fungsi dari platelet dan kemampuan tubuh untuk
membentuk bekuan darah. Selain itu, penentuan waktu pendarahan juga dapat digunakan
sebagai parameter respon terhadap obat antikoagulan. Apabila setelah pemberian obat
antikoagulan waktu pendarahan menjadi lebih lama, dapat disimpulkan obat bekerja.

Waktu koagulasi adalah waktu darah pertama kali keluar setelah terjadi luka sampai benang
fibrin terbentuk. Waktu koagulasi menggambarkan waktu dari fase vaskular sampai fase
koagulasi. Hasil dari percobaan yang kami lakukan diperoleh rata – rata waktu koagulasi dari
4 kelompok yaitu 3 menit 6 detik. Waktu yang normal untuk proses koagulasi adalah 4 – 10
menit (labpedia.net, 2018). Hasil yang diperoleh berada di bawah rentang. Waktu koagulasi
yang abnormal dapat menentukan kondisi tertentu. Apabila koagulasi terlalu lama dapat
mengindikasikan penyakit hemofilia, dan apabila koagulasi terjadi terlalu cepat dapat
mengindikasikan trombofilia.

Pada penggolangan darah sistem AB dan 0


dikenal istilah golongan darah A, B, AB dan O.
masing-masing sistem tersebut ditandai dengan
adanya antigen permukaan pada masing-masing sel
darah. Berikut table pembagian sistem
penggolongan darah berdasarkan sistem ABO.
Rhesus adalah sistem penggolongan darah
berdasarkan ada atau tidaknya antigen D di
permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah
Gambar 5.1 Tabel Sistem penggolongan ABO faktor Rhesus atau faktor Rh. Orang yang tidak memiliki
https://www.edubio.info/2015
faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki
golongan darah Rh- (Rhesus Negatif). Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel

13
darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+ (Rhesus Positif). Jenis penggolongan
ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO dengan menambahkan “+” bagi
pemilik faktor rhesus atau “-“ bagi yang tidak memiliki faktor rhesus dalam darahnya,
sehingga kita mengenal golongan darah A+ atau A-, B+ atau B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O-.

Jantung adalah organ dalam sistem kardiovaskular yang berfungsi untuk memompa darah
ke seluruh tubuh. Jantung terdiri dari 4 ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan
dan ventrikel kiri. Peredarah darah manusia merupakan peredaran darah tertutup, yaitu
darah dialirkan ke seluruh tubuh dalam pembuluh yang tertutup. Darah dari seluruh tubuh
yang membawa karbondioksida akan masuk ke atrium kanan kemudian ke ventrikel kanan
yang kemudian darah dialirkan menuju paru-paru kemudian terjadi pertukaran gas sehingga
darah membawa oksigen. Darah yang membawa oksigen dari paru kemudian masuk ke
atrium kiri lalu dialirkan menuju ventrikel kiri kemudian ventrikel kiri akan memompa darah
yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. (Matrini, 2012)

Pada jantung juga memiliki katup yang berfungsi sebagai pangatur aliran darah agar tidak
terjadi pembalikan aliran darah (back-flow) yang juga berfungsi mengatur bunyi jantung.
Katup jantung terdiri dari katup atrioventrikular yang membatasi antara atrium dan ventrikel
dan katup semilunar yang berada pada perbatasan aorta dengan ventrikel kiri dan pembuluh
paru-paru dengan ventrikel kanan. Pada atrium-ventrikel kanan terdapat katup yang disebut
juga katup trikuspidalis, sedangkan pada atrium-ventrikel kiri terdapat katup yang disebut
juga katup bikuspidalis. (Matrini, 2012)

Bunyi jantung yang terdengar melalui stetoskop terdiri dari 4 bunyi yang disebut S1, S2,
S3 dan S4. Bunyi yang tedengar jelas adalah bunyi S1 dan S2. Bunyi S1 atau yang disebut juga
bunyi lubb adalah bunyi yang terdengar ketika katup atrioventrikular tertutup dan jantung
memulai kontraksi ventrikel. Bunyi S2 atau yang disebut juga bunyi dupp adalah bunyi yang
terdengar ketika katup semilunar tertutup dan aliran darah mulai mengisi ventrikel.
Sedangkan bunyi S3 dan S4 tidak berhubungan dengan katup jantung namun bunyi S3 adalah
bunyi aliran darah yang mengalir ke ventrikel dan bunyi S4 adalah bunyi ketika terjadi
kontraksi atrium. Kelainan pada bunyi jantung disebut murmur yaitu ketika katup jantung
tidak menutup secara sempurna. (Matrini, 2012)

Detak jantung adalah ketika jantung mempompa darah yang diatur oleh suatu sistem
yang disebut konduksi jantung. Detak jantung diawali dengan adanya potensial aksi yang
dimulai oleh pacemaker atau nodus SA (sinoatrial). Kemudian stimulus tersebar pada
permukaan atrial hingga mencapai nodus AV (atrioventricular), saat stimulus mencapai
nodus AV, terjadi kontraksi atrium. Kemudian stimulus tersebar melalui bundle AV yang
kemudian mencapai purkinje fiber, saat impuls mencapai purkinje fiber dan tersebar
melewati ventricular miokardium, atrium akan selesai berkontraksi dan ventrikel mulai
berkontraksi. Saat kontraksi jantung inilah yang disebut dengan detak jantung. (Martini,
2012)

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi detak jantung adalah sistem saraf otonom
dan hormon. Sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf parasimpatik dan saraf simpatik.
Saraf parasimpatik bersifat sebagai pusat kardioinhibitor sehingga menurunkan denyut

14
jantung sedangkan saraf simpatik bersifat pusat kardioakselerator sehingga menaikkan
denyut jantung. Hormon yang dapat mempengaruh denyut jantung antara lain efinefrin,
norefinefrin dan tiroid yang memberikan efek meningkatkan denyut jantung. (Martini, 2012)

Selain dua faktor diatas, denyut jantung juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu
suhu udara, posisi tubuh, kondisi psikologis, ukuran tubuh dan penggunaan obat. Denyut
jantung normal adalah 60-100 denyut per menit dalam kondisi istirahat. Apabila suhu udara
tinggi jantung cenderung menaikkan denyut nadi untuk mengalirkan darah yang lebih
banyak. Normalnya, posisi tubuh berbaring, duduk dan berdiri tidak memberikan perbedaan
dalam denyut nadi namun saat pertama kali berdiri denyut jantung akan sedikit meningkat
namun kemudian akan turun kembali ke denyut normal. Denyut jantung juga akan
meningkat dalam kondisi cemas atau stres dan juga setelah olahraga atau beraktivitas.
Karena setelah olahraga dan beraktivitas tubuh atau kondisi stres tubuh akan menghasilkan
adrenalin atau epinefrin yang akan meningkatkan denyut jantung. Ukuran tubuh umunya
tidak mempengaruhi banyak pada denyut jantung namun pada kondisi obesitas denyut
jantung akan lebih tinggi dibanding dengan orang normal. Penggunaan obat mempengaruhi
denyut jantung antara lain beta bloker akan menurunkan denyut jantung sedangkan tiroid
akan menaikkan denyut jantung. (AHA, 2015)

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk
menggerakkan darah keseluruh tubuh. Darah membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh
bagian tubuh. Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, mengacu pada kondisi
dimana darah dipompa keseluruh tubuh pada tekanan tinggi. Ada beberapa faktor yang
memepengaruhi tekanan darah yaitu volume darah, semakin besar volume darah maka
semakin tinggi tekanan darah. Viscositas darah, semakin besar viskositas, semakin besar
resistensi terhadap aliran. Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah
meningkat. Kapasitas pembuluh darah, makin basar kapasitas pembuluh darah maka makin
tinggi tekanan darah. Posisi tubuh, baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah turun
dan berusaha menstabilankan tekanan darah. Aktivitas fisik, membutuhkan energi sehingga
butuh aliran yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik). Temperatur,
menggunakan sistem renin-angiontensin-vasokontriksi perifer. Usia, semakin bertambah
umur semakin tinggi tekan darah (berkurangnya elastisitas pembuluh darah). Jenis kelamin,
cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak
lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakara. Emosi, akan menaikan tekanan darah
karena pusat pengatur emosi akan memerintahkan baroresepsor untuk menaikan tekanan
darah.

Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri.
Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup. Ketika manset
diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan jaringan bawah manset. Jika
kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri
terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba di arteri perifer. Jika
tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana terdapat
gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet.

15
Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer
air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.

Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan mempercepat
kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat
didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut.
Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka
selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga
sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika
tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka
terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir
dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah
manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi
normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan
tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena
turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.

Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.


Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara
pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari;
sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan
mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).

Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui arteri. Untuk
membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik; kontraksi dan
relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan
dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga dapat mewakili
detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Quan, 2006).

PMI atau Point of Maximal Impulse dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2
inci ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula
biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop. Tekanan
darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh
darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong
terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi
jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan
sistol dan diastol. Sistol dan diastol merupakan dua periode yang menyusun satu siklus
jantung. Diastol adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian
diikuti oleh periode kontraksi atau sistol. (Saladin, 2003)

Pada hasil percobaan auskultasi sistol dan diastol didapat nilai p> 0,05 dengan metode
one way anova untuk menentukan pengaruh posisi terhadap tekanan darah dan metode t-
test dengan untuk menentukan pengaruh jenis kelamin terhadap tekanan darah. Dalam hasil
percobaan didapatkan hasil p > 0,05 pada one way ANOVA yaitu tidak ada perbedaan
bermakna antara tekanan darah sistol dan diastol secara auskultasi maupun palpitasi
terhadap perubahan posisi. Didapatkan pula hasil p> 0,05 pada t-test yaitu tidak ada

16
perbedaan bermakna antara tekanan darah dan jenis kelamin. Hal ini dapat disebabkan oleh
variansi biologis serta pengukuran yang bias. Dan pada saat pengukuran terdapat kesalahan
pada saat mengukur tekanan darah yang kurang tepat.

Prinsip kerja pengukuran tekanan darah adalah Cuff digelembungkan sampai mencapai
tekanan darah di atas tekanan darah sistolik, tekanan darah normal tikus yaitu ≥ 129 (sistolik)
/ 91 (diastolik) mmHg, sehingga nadi menghilang kemudian tekanan cuff dikurangi perlahan-
lahan. Pada saat tekanan darah mencapai di bawah tekanan sistolik nadi akan muncul
kembali, cara pengukuran ini sesuai dengan cara pengukuran tekanan darah menggunakan
sphigmomanometer pada manusia. Pengukuran tekanan darah pada metode Tail Cuff, selain
digunakan pada tikus juga dapat digunakan pada mencit, anjing, dan primata kecil (Ngatijan,
2006 dalam Tista, 2011). Pada percobaan uji antihipertensi kali ini digunakan tujuh ekor
kelompok tikus, yang mana kelompok 1,2,3,4 sebagai kelompok yang diberi oral atenolol, dan
kelompok 5,6,7 diberi NaCMC sebagai kontrol yang kemudian diinduksi adrenalin secara IP
kemudian diukur tekanan darah menggunakan alat tail cuff. Berdasarkan analisis data
menggunakan t-test unpaired didaptakan p value untuk sistolik antara atenolol dan NaCMC
sebesar 0.1085 (p > 0.05) dan p value untuk diastolik antara atenolol dan NaCMC 0.3103 (p >
0.05) menunjukkan bhwa data tersebut tidak berbeda bermakana. Berdasarkan teoritis
seharusnya data tersebut mempunyai perbedaan bermakna karena aktivitas atenolol sebagai
antihipertensi. Namun pemberian atenolol tidak berpengaruh signifikan jika dibandingkan
dengan kontrol negatif pemberian NaCMC. Hal tersebut terjadi karena handling tikus yang
tidak sesuai yang menyebabkan tekanan darah yang diukur pada T0 menjadi lebih tinggi
karena tikus menjadi stres dari keadaan normal sehingga efek dari atenolol yang dihasilkan
tidak begitu berpengaruh.

Tabel 5.2 Obat antiplatelet


Golongan Obat Contoh Mekanisme Kerja
NSAID khusus Aspirin Menghambat agregasi platelet, memperpanjang
waktu pendarahan
Ticlopidine, Ticlopidine, Mengurangi agregasi platelet
clopidogrel, clopidogrel, prasugrel
prasugrel
Blokade reseptor Abciximab, Menghambat pembentukan fibrinogen dan
glikoprotein platelet eptifibatide, tirofiban agregasi platelet
IIB/IIIA
Lainnya Dipyridamole, Merangsang vasodilatasi dan mencegah agregasi
cilostazol platelet

Tabel 5.3 Obat antikoagulan


Golongan Obat Contoh Mekanisme Kerja
Indirect thrombin heparin Menghambat clotting cofactor (faktor X),
inhibitor thrombin, fibrin
Oral direct Faktor Xa Rivaroxaban, Menghambat faktor koagulasi (faktor Xa)
Inhibitor apixaban
Direct thrombin Hirudin, argatroban Berikatan dengan sisi aktif thrombin
inhibitor
Coumarin warfarin Blockade pembentukan vitamin K sehingga

17
anticoagulant menghambat faktor koagulasi dan mencegah
pendarahan

Tabel 5.4 Obat trombolitik


Golongan Obat Contoh Mekanisme Kerja
Agen spesifik fibrin Alteplase, reteplase, Mengikat fibrin sehingga plasminogen terhambat
tenecteplase dan pembentukan trombus tidak terjadi

Agen non spesifik Streptokinase, Berikatan dengan plasminogen yang bebas untuk
fibrin anistreplase membentuk kompleks

Tabel 5.5 Obat anti hipertensi


Golongan Obat Contoh Mekanisme Kerja
Diuretik thiazida Hidroklorotiazid Blockade transporter Na/Cl pada tubulus
kontortus distal di ginjal, sehingga mengurangi
volume darah
Diuretik loop Furosemide Blockade transporter Na/K/Cl pada lengkung
Henle di ginjal sehingga mengurangi volume
darah dengan efek yang lebih besar daripada
thiazide
Diuretik hemat Spironolakton, Blockade reseptor aldosterone pada tubulus
kalium amiloride, epleronone pengumpul ginjal, sehingga meningkatkan
eksresi Na dan menurunkan ekskresi K
Sympathoplegics, Klonidin, metildopa Mengaktivasi alfa-2 adrenoreseptor, sehingga
centrally acting mengurangi laju kerja saraf simpatetik
Blokade saraf Reserpine, guanetidin Blockade reseptor amina pada saraf
simpatetik pusat noradrenergik dan menurunkan jumlah
penyimpanan amina, sehinggga mengurangi
seluruh efek simpatetik
Alpha blocker Prazosin, terazosin, Secara selektif memblokade alfa-1
doxazosin adrenoreseptor, sehingga mencegah konstriksi
pembuluh saraf
Beta blocker Metoprolol, carvedilol, Blokade reseptor beta 1, sehingga mencegah
propranolol, atenolol stimulasi jantung
Calcium channel verapamil, diltiazem, Blokade kanal kalsium pada pembuluh darah,
blocker amlodipine, nifedipin sehingga mengurangi resistensi vascular dan
mengurangi detak jantung
Vasodilator Hydralazine, minoxidil, Merangsang pelepasan nitrooksida dan
nitroprusside, membuka kanal kalium pada otot pembuluh
diazoxide darah, sehingga mengakibatkan vasodilatasi dan
mengurangi resistensi vascular
Angiotensin Captopril, lisinopril, Menghambat angiotensin converting enzyme,
converting enzyme enalapril, ramipril, sehingga mengurangi vasokonstriksi dan
inhibitor (ACEI) perindapril produksi aldosterone, meningkatkan bradykinin
Angiotensin receptor Losartan, candesartan, Menghambat reseptor angiotensin sehingga
blocker (ARB) irbesartan mengurangi vasokonstriksi dan produksi
aldosterone
Inhibitor renin Aliskiren Menghambat enzim renin, sehingga mengurangi
langsung angiotensin I, angiotensin II, dan aldosterone

18
Tabel 5.6 Obat anti angina
Golongan Obat Contoh Mekanisme Kerja
Nitrat Nitroglisedin, ISDN, Melepaskan nitrit oksida pada otot polos,
ISMN sehingga terjadi vasodilatasi, meningkatkan laju
darah
Beta blocker Propanolol, atenolol, Blokade beta adrenoreseptor sehingga
metoprolol menurunkan detak jantung, tekanan darah, dan
kebutuhan darah ke jantung
Calcium channel Verapamil, diltiazem, Blockade kanal kasium pada pembuluh darah
blocker (CCB) nifedipine sehingga mengurangi resistensi vaskular
Misellaneous ranolazine Mengurangi kebutuhan oksigen ke jantung dan
meningkatkan efisiensi penggunaan oksigen di
jantung

Tabel 5.7 Obat anti aritmia


Golongan Obat Contoh Mekanisme Kerja
Kelas 1A Prokainamid, Blokade pompa natrium (kerja primer) dn
(Sodium channel quinidine, blockade pompa kalium (kerja sekunder)
blocker) disopyrimide sehingga memperlambat laju konduksi,
memperpanjang potensial aksi, antidepresan
pada nodus SA dan AV
Digunakan untuk aritmia atrium dan ventrikular
Kelas 1B Lidokain, mexiletine Blokade pompa natrium sehingga
(Sodium channel memperpendek potensial aksi
blocker) Digunakan untuk takikardia ventrikular
Kelas 1C Flecainide, Blokade pompa natrium, sehingga
(Sodium channel propafenone, memperlambat detak jantung.
blocker) moricizine Digunakan untuk aritmia supraventrikular
Kelas 2 Propranolol, esmolol Blokade reseptor beta sehingga memperpanjang
(Beta blocker) potensial aksi, memperlambat konduksi SA dan
AV. Digunakan untuk aritmia atrium
Kelas 3 Amiodarone, Blokade kanal kalium (kerja primer) dan blockade
(Potassium channel dofetilde, sotalol, kanal lainnya seperti natrium, kalsium, reseptor
blocker) ibutilde, dronedarone, beta sehingga memperlambat detak jantung
vernakalant Digunakan untuk aritmia ventricular dan fibrilasi
atrial
Kelas 4 Verapamil, diltiazem Blokade kanal kasium, sehingga menurunkan
(Calcium channel kontraktilitas jantung dan mengurangi tekanan
blocker) darah. Digunakan untuk takikardia ventricular,
hipertenso. Angina
Miscellaneous Adenosine, Interaksi dngan kanal Na/K-ATPase,
magnesium, meningkatkan permeabilitas membran kalium
potassium sehingga memperlambat konduksi pada jantung
Digunakan untuk digitalis-induced arrhythmia,
atau aritmia yang berhubungan dengan
hipokalemia

19
Tabel 5.8 Obat antianemia
Golongan Obat Contoh Mekanisme Kerja
Zat besi Fe-sulfat, fe-glukonat, Bahan untuk produksi heme
fe-fumarat
Kelat zat besi Doferoxamine, agen pembuat kelat terhadap kelebihan zat besi
defarpsirox
Vitamin B12 Sianokobalamin, Membantu metabolism asam lemak, asam
hidroksikobalamin amino, dan sintesis DNA
Asam folat folacin Membantu metabolism asma amino dan sintesis
DNA
Erythrocyte Epoetin alfa, Menginduksi pelepasan retikulosit pada sumsum
stimulating agent darbapoetin alfa tulang belakang
Myeloid growth Fligrastim, Stimulasi sistem imun untuk membantu anemia
factor sargramostim, yang berhubungan dengan sistem imun, seperti
pegfilgrastim neutropenia kongenital
Megakaryocyte Oprelvekin, Meningkatkan jumlah platelet dan neutrophil,
growth factor romiplostim untuk pasien dengan trombositopenia

Tabel 5.9 Obat hipolipidemia


Golongan Obat Contoh Mekanisme Kerja
Statin Atorvastatin, Menghambat sintesis kolesterol dan produksi
simvastatin, LDL serta TG
rosuvastatin
Fibrat Fenofibrat, genfibrozil Menurunkan sekresi VLDL, menaikkan HDL,
menaikkan kerja LPL
Bile acid sequestrant Colestipol, Menurunkan LDL, mengurangi absorpsi lemak
cholestyramine,
colesvelam
Sterol absorption Ezetimibe Mencegah resorpsi kolesterol, menurunkan LDL
inhibitor
Niacin niacin Menaikkan DL, menurunkan Lp(a), LDL, TG

VI. KESIMPULAN
1. Jumlah RBC berdasarkan perhitungan adalah sebanyak 1.880.000/mm3.
2. Jumlah WBC berdasarkan perhitungan adalah sebanyak 8825 sel/mm3.
3. Nilai hematokrit rata – rata adalah 47,28% dan nilai hematocrit antara pria dan wanita
berdasarkan uji t-test unpaired tidak menunjukkan berbeda bermakna dengan nilai p =
0,3962.
4. Nilai kadar Hb menurut Metode Sahli sebesar 83,34% dan menurut Metode Talliquist adalah
14,47 g/dL dan keduanya tidak menunjukkan tanda anemia (kadar Hb normal).
5. Waktu pendarahan rata-rata dari 4 responden tiap kelompok adalah 1 menit 17 detik.
6. Waktu koagulasi rata-rata dari 3 responden tiap kelompok adalah 3 menit 6 detik.
7. Tidak ada perbedaan bermakna pada perubahan posisi dan tekanan darah sistolik palpitasi
karena p > 0,05.
8. Pemberian atenolol pada percobaan tidak mempunyai perbedaan bermakna, nilai p value t-
test baik sistol maupun diiastol p > 0,05.

20
VII. SARAN

Percobaan tail cuff lebih baik tikus diadaptasikan terlebih dahulu pada alat sebelum
dilakukan percobaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan keadaan teoritis.

DAFTAR PUSTAKA

AHA. 2015. All About Heart Rate (Pulse). http://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-


pressure/the-facts-about-high-blood-pressure/all-about-heart-rate-pulse Diakses pada 13
Oktober 2018 pukul 18.58 WIB

Aryulina, Diah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, Endang W. Winarni. 2006. Biologi 2 SMA dan MA
untuk kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 120.

Baldy, C. M. 2006. Gangguan Sel Darah Putih dan Sel Plasma. Dalam: Price, S. A., L. M. Wilson.
2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC, 271-284.

Charbek, Edward, dan Eric B. Staros. 2016. Bleeding Time.


https://emedicine.medscape.com/article/2085022-overview diakses pada 13 Oktober 2018
pukul 16.45

Davis, Charles Patrick dan William C. Shiel Jr. Hematocrit Blood Test.
https://www.emedicinehealth.com/hematocrit_blood_test/article_em.htm#what_does_a_lo
w_hematocrit_mean diakses pada 13 Oktober 2018 pukul 11.23

G.K, Pal & Pravati Pal. 2006. Textbook of Practica Physiology, 2nd Edition. Chennai: Orient
Longman, Hal 13

Goorha, Y. K., M. P. Deb., L. C. T. Chatterjee., C. P. S. Dhot dan Prasad. 2003. Artifical blood.
Medical journal Armed Forces India 5 (9): 45-50.

Labpedia.net. Clotting Time. http://www.labpedia.net/test/45 diakses pada 13 Oktober 2018


pukul 22.13

Martini, Frederic H.; Judi L. Nath dan Edwin F. Bartholomew. 2012. Fundamentals of Anatomy &
Physiology. San Fransisco : Pearson Education, Inc. (Hal 641-642, 652-660, 670,678,684-
686,693-695,697-699)

Meyer, D. J. And J. W. Harvey. 2004. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. Elsivier
Saunders. USA.

Rizkiawati, Aulia. 2012. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kadar Hemoglobin (Hb) dalam
Darah pada Tukang Becak di Pasar Mranggen Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume
1, Nomor 2, Tahun 2012, Hal.663-669

Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition.McGraw-
Hill

21
Quan, Kathy. 2006. Vital Signs: How to Take a Pulse. diambil dari: http://health
fieldmedicare.suite101.com/article.cfm/vital_signs_how_to_take_a_pulse.

Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders Company: USA

Tista, G.N.B., 2011. Pemberian Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Menurunkan
Tekanan Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus) yang Hipertensi, Program
Pascasarjana Universitas Udayana

https://www.healthline.com/health/coagulation-tests#procedure

https://www.edubio.info/2015/10/golongan-darah-sistem-abo.html diakses pada 13 oktober


2018 pukul 21.01

https://www.scribd.com/doc/90338463/GANGGUAN-SIRKULASI diakses pada 13 oktober 2018


pukul 20.19

http://www.uobabylon.edu.iq/eprints/publication_11_29929_362.pdf diakses pada 13 oktober


2018 pukul 20.49

https://www.rhesusnegatif.com/article-detail.php?id=157 diakses pada 13oktober 2018 pukul


21.18

https://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/2786423/hal-yang-mempengaruhi-tekanan-
darah diakses pada 13 oktober 2018 pukul 21.24

https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/white-blood-cell diakses
tanggal 13 Oktober 2018 pukul 23.05

https://emedicine.medscape.com/article/199627-overview diakses 23 Oktober 2018 pukul 23.54

22
LAMPIRAN

Tabel Gambar Pengamatan WBC Count

Letak pengamatan hemocytometer terhadap WBC


Keterangan
Kiri atas Kiri bawah Kanan atas Kanan bawah

WBC
kelompok 2

WBC
kelompok 4

Tabel Gambar Pengamatan RBC Count

RBC kelompok 1 RBC kelompok 3

23
Tabel Uji T-test Unpaired Sistolik

Table Analyzed Unpaired t test data

Column A ATENOLOL
vs. vs,
Column B NA-CMC

Unpaired t test
P value 0,6887
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No
One- or two-tailed P value? Two-tailed
t, df t=0,4247 df=5

How big is the difference?


Mean ± SEM of column A 149 ± 3,362, n=4
Mean ± SEM of column B 153,5 ± 11,63, n=3
Difference between means -4,463 ± 10,51
95% confidence interval -31,48 to 22,55
R squared (eta squared) 0,03481

F test to compare variances


F, DFn, Dfd 8,969, 2, 3
P value 0,1085
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No

Tabel Deskripsi Statistik Sistolik

Number of values 4 3

Minimum 140,6 131,6


25% Percentile 142,2 131,6
Median 149,6 157,6
75% Percentile 155,2 171,2
Maximum 156,3 171,2

Mean 149 153,5


Std. Deviation 6,724 20,14
Std. Error of Mean 3,362 11,63

Lower 95% CI 138,3 103,4


Upper 95% CI 159,7 203,5

24
Tabel Uji T-test Unpaired Diastolik

Column A ATENOLOL
vs. vs,
Column B NA-CMC

Unpaired t test
P value 0,8768
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No
One- or two-tailed P value? Two-tailed
t, df t=0,1632 df=5

How big is the difference?


Mean ± SEM of column A 106,6 ± 3,583, n=4
Mean ± SEM of column B 107,9 ± 7,954, n=3
Difference between means -1,287 ± 7,891
95% confidence interval -21,57 to 19
R squared (eta squared) 0,005297

F test to compare variances


F, DFn, Dfd 3,696, 2, 3
P value 0,3102
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No

Tabel Deskripsi Statistik Diastolik

Number of values 4 3

Minimum 96,7 92
25% Percentile 99,03 92
Median 108,9 115,4
75% Percentile 111,9 116,3
Maximum 112 116,3

Mean 106,6 107,9


Std. Deviation 7,166 13,78
Std. Error of Mean 3,583 7,954

Lower 95% CI 95,21 73,68


Upper 95% CI 118 142,1

25
Tabel nilai hematokrit
Nilai Hematokrit Laki - laki Nilai hematokrit Perempuan

0.46 0.53

0.54 0.35

0.5 0.43

0.5

Table T-test Unpaired hematokrit


Table Analyzed Unpaired t test data

Column B Perempuan

vs. vs.

Column A Laki - laki

Unpaired t test

P value 0.3962

P value summary ns

Significantly different (P < 0.05)? No

One- or two-tailed P value? Two-tailed

t, df t=0.9276 df=5

How big is the difference?

Mean ± SEM of column A 0.5 ± 0.02309, n=3

Mean ± SEM of column B 0.4525 ± 0.04008, n=4

Difference between means -0.0475 ± 0.05121

95% confidence interval -0.1791 to 0.08413

R squared (eta squared) 0.1468

F test to compare variances

F, DFn, Dfd 4.016, 3, 2

P value 0.4116

26
P value summary ns

Significantly different (P < 0.05)? No

Unpaired t test data


0.60

0.55

0.50

0.45

0.40

0.35

0.30
ki a n
la
- pu
ki m
La re
Pe

Gambar Grafik Hasil Unpaired t-test Nilai


Hematokrit Kelompok 1 – 7

27
ANOVA
AUSKULTASI
Table Analyzed DIASTOL
D : AFTER
Data sets analyzed A : DUDUK B : BARING C : BERDIRI RUN

ANOVA summary
F 0,7314
P value 0,5434
P value summary ns
Significant diff. among
means (P < 0.05)? No
R square 0,08377

Brown-Forsythe test
F (DFn, DFd) 0,1696 (3, 24)
P value 0,9159
P value summary ns
Are SDs significantly
different (P < 0.05)? No

Bartlett's test
Bartlett's statistic
(corrected) 0,5616
P value 0,9052
P value summary ns
Are SDs significantly
different (P < 0.05)? No

F (DFn,
ANOVA table SS DF MS DFd) P value
Treatment (between F (3, 24) =
columns) 323 3 107,7 0,7314 P=0,5434
Residual (within
columns) 3533 24 147,2
Total 3856 27

Data summary
Number of treatments
(columns) 4
Number of values (total) 28
Tabel Auskultasi Diastol

28
Tabel Auskultasi Sistolik
ANOVA
AUSKULTASI
Table Analyzed SISTOL
B: C: D : AFTER
Data sets analyzed A : DUDUK BARING BERDIRI RUN

ANOVA summary
F 2,38
P value 0,0947
P value summary ns
Significant diff. among
means (P < 0.05)? No
R square 0,2293

Brown-Forsythe test
F (DFn, DFd) 0,2043 (3, 24)
P value 0,8924
P value summary ns
Are SDs significantly
different (P < 0.05)? No

Bartlett's test
Bartlett's statistic
(corrected) 1,467
P value 0,69
P value summary ns
Are SDs significantly
different (P < 0.05)? No

F (DFn,
ANOVA table SS DF MS DFd) P value
Treatment (between F (3, 24) =
columns) 2067 3 689 2,38 P=0,0947
Residual (within
columns) 6947 24 289,5
Total 9014 27

Data summary
Number of treatments
(columns) 4
Number of values
(total) 28

29
Tabel ANOVA auskultasi sistol
ANOVA
Table Analyzed PALPITASI
B: C: D : SETELAH
Data sets analyzed A : DUDUK BERBARING BERDIRI LARI

ANOVA summary
F 1,366
P value 0,277
P value summary ns
Significant diff.
among means (P <
0.05)? No
R square 0,1459

Brown-Forsythe test
F (DFn, DFd) 0,09355 (3, 24)
P value 0,9629
P value summary ns
Are SDs significantly
different (P < 0.05)? No

Bartlett's test
Bartlett's statistic
(corrected) 0,8606
P value 0,8349
P value summary ns
Are SDs significantly
different (P < 0.05)? No

ANOVA table SS DF MS F (DFn, DFd) P value


Treatment (between F (3, 24) =
columns) 1611 3 536,9 1,366 P=0,2770
Residual (within
columns) 9432 24 393
Total 11043 27

Data summary
Number of treatments
(columns) 4
Number of values
(total) 28

30
Tabel t-test palpitasi sistol

Table Analyzed T-TEST SISTOL PALPITASI

Column B Female
vs. vs,
Column A Male

Unpaired t test
P value 0,0009
P value summary ***
Significantly different (P < 0.05)? Yes
One- or two-tailed P value? Two-tailed
t, df t=3,706 df=29

How big is the difference?


Mean ± SEM of column A 121,3 ± 4,116, n=14
Mean ± SEM of column B 99,65 ± 4,07, n=17
Difference between means -21,64 ± 5,838
95% confidence interval -33,58 to -9,698
R squared (eta squared) 0,3214

F test to compare variances


F, DFn, Dfd 1,188, 16, 13
P value 0,7639
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No

31
Tabel t-test auskultasi sistol

Table Analyzed T-TEST SISTOL AUSKULTASI

Column B Female
vs. vs,
Column A Male

Unpaired t test
P value 0,38
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No
One- or two-tailed P value? Two-tailed
t, df t=0,8911 df=30

How big is the difference?


Mean ± SEM of column A 123,9 ± 3,96, n=14
Mean ± SEM of column B 118,2 ± 4,707, n=18
Difference between means -5,69 ± 6,386
95% confidence interval -18,73 to 7,351
R squared (eta squared) 0,02579

F test to compare variances


F, DFn, Dfd 1,817, 17, 13
P value 0,2795
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No

32
Tabel t-test auskultasi diastol

Table Analyzed T-TEST DIASTOL AUSKULTASI

Column B Female
vs. vs,
Column A Male

Unpaired t test
P value 0,7048
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No
One- or two-tailed P value? Two-tailed
t, df t=0,3825 df=30

How big is the difference?


Mean ± SEM of column A 73,57 ± 3,867, n=14
Mean ± SEM of column B 75,33 ± 2,737, n=18
Difference between means 1,762 ± 4,607
95% confidence interval -7,646 to 11,17
R squared (eta squared) 0,004853

F test to compare variances


F, DFn, Dfd 1,553, 13, 17
P value 0,3906
P value summary ns
Significantly different (P < 0.05)? No

33
Jawaban Modul 5 halaman 111

34
Jawaban Modul 5 halaman 112

35
Jawaban Modul 5 halaman 113

36
Jawaban Modul 5 halaman 114

37
Jawaban Modul 5 halaman 115

38
Jawaban Modul 5 halaman 116

39
Pertanyaan Hal 108-109
1. Bandingkan kadar Hb berdasarkan hasil pengukuran kedua metode di atas!
Belum ada data. Normalnya paa wanita : 12-16 gram/ 100 mL dan priia 13,5-18 gram / 100 mL
2. Bagaimana pengaruh bobot badan dan jenis kelamin terhadap kadar Hb?
Pengaruh bobot badan : bobot badan sangat mempengaruhi volume cairan fisiologis tubuh,
dikarenakan luas permukaan tubuh dengan volume darah yang dimiliki akan mensuplai nutrisi dan
oksigen ke seluruh tubuh. Semakin besar bobot badan seseorang, maka akan semakin besar area
yang memerlukan oksigen, maka dari itu semakin banyak volume darah yang dimiliki maka kadar
hemoglobin juga semakin tinggi
Pengaruh jenis kelamin : Pada laki-laki umumnya memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi
dari wanita (Pria : 13,5-17,5 g/dL dan wanita : 12-16 g/dL), karena laki-laki memiliki kadar
testosteron lebih tinggi sehingga memicu stimulasi RBC lebih banyak. Testosterone berfungsi
meningkatkan stimulasi RBC dalam tubuh. Dan juga wanita mengalami menstruasi yang dapat
menyebabkan kehilangan darah banyak sehingga akan sangat menurunkan kadar Hb. (Dipiro,
2011)
3. Faktor apa sajakah yang berpengaruh pada waktu pendarahan?
 Luas permukaan luka
 Kemampuan spasme vascular jantung
 Keberadaan hormon serta faktor pembekuan darah, ion-ion Ca2+, vitamin K
 Jumlah platelet
 Status kesehatan
4. Berikan contoh beberapa obat yang mempengaruhi waktu pendarahan!
 Asam aminokaproat → akan menghambat perdarahan berat dikarenakan adanya
fibrinolisis yang berlebihan dengan menghambat protein plasminogen dan plasmin.
 Asam traneksamat → sebagaai antiplasmin (menghambat plasmonogen dan plasmin),
obat tersebut akan mencegah degradasi fibrin, meningkatkan agregasi platelet,
memperbaiki kerapuhan vaskular, meningkatkan aktivasi faktor koagulasi darah.
 Karbozokrom Na Sulfonat (ADONA) → berfungsi menghambat peningkatan permeabilitas
membrane kapiler dan meningkatkan retensi kapiler tubuh.
5. Bagaimanakah mekanisme tubuh menghentikan pendarahan?
Ada 3 fase dalam blood clotting (hemostasis) :
Fase vaskular : fase tersebut akan berlangsung selama 30 menit sejak terjadi luka. Sel
endothelial pembuluh darah berkontraksi dan melepas endothelin yang akan menstimulasi
kontraksi otot-otot polos serta perubahan permeabilitas endotel akan menjadi lengket dan
dapat menarik platelet dan sel endotel ke area yang luka.
Fase platelet : dimulai pada saat penempelan platelet pada permukaan endotel yang
lengket. Saat platelet menjadi aktif, platelet melepaskan zat mediator kimia seperti ADP,
PDGF (platelet-derived growth factor), ion Ca2+, faktor clotting, tromboxane A2 dan
serotonin akan meningkatkan stimulasi agregasi, vascular spasme, clotting, dan perbaikan
pembuluh darah
Fase koagulasi : proses clotting yang membutuhkan proses kompleks. Intinya adalah
lbeberapa langkah untuk mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang dapat
mengikat keberadaan platelet untuk membentuk blood clot untuk menutup luka dan

40
menghentikan pendarahan. Jalurnya : common pathway, intrinsic pathway, extrinsic
pathway

Dipiro, 2011

6. Apa perlunya kita menentukan waktu pendarahan dan waktu koagulasi?


Bisanya terkait dengan pasien dengan kondisi patologis tertentu. Pasien yang mengalami kelainan
jumlah platelet atau gangguan pada faktor pembekuan darah sehingga perlu secara rutin
dikontrol waktu pendarahan dan waktu koagulasi sebagai salah satu bentuk monitoring kondisi
pasien.
7. Pada kondisi apa sajakah waktu perdarahan dan waktu koagulasi menjadi abnormal panjang?
Pada kondisi persalinan saat melahirkan. Abnormalitas yang terjadi adalah karena
hipofibrinogenemia familial. Pada wanita hamil akan menyebabkan kadar fibrinogen meningkat,
namun pada ibu penderita hipofibrinogenemia familial hal tersebut tidak meningkat sehingga saat
persalinan waktu pendarahan meningkat atau semakin lama.
Pada kondisi hemofilia. Hemofilia merupakan kelainan genetik dimana pada kromosom X yang
mengalami mutasi sehingga faktor koagulasi darah akan menurun. Hal ini menyebabkan tubuh
tidak dapat membekukan darah secara normal lagi, pembekuan akan telat atau lama.
8. Patologi apa saja yang dapat ditunjukkan dari abnormalitas kedua parameter di atas?
Abnormalitas waktu pendarahan dan waktu koagulasi dapat disebabkan oleh kekurangan
trombosit (trombositopenia), riwayat keluarga dengan defisiensi faktor pembekuan darah,
defisiensi vitamin K, abnormalitas platelet yang diwariskan, afibrinogenemia (tidak ada
fibrinogen), disfibrinogemia (kelainan fibrinogen), efek samping dari penggunaan obat
antikoagulan (seperti warfarin) ataupun antiplatelet.
9. Apakah manfaat penentuan golongan darah seseorang?
 Mempermudah proses transfusi darah
Apabila pasien yang membutuhkan transfusi darah telah diketahui sebelumnya golongan
darahnya, dapat diberikan darah dengan golongan darah yang sesuai agar tidak terjadi
penolakan oleh sistem imun
 Memprediksi permasalahan kesehatan yang muncul pada keturunan akibat pernikahan
dengan kombinasi golongan darah tertentu
Pada kasus golongan darah rhesus, wanita yang memiliki rhesus negatif dan menikah
dengan pria dengan rhesus positif mungkin hamil anak dengan rhesus positif, hal itu
dapat menjadi permasalahan karena setelah hamil dengan anak pertama yang memiliki

41
rhesus positif, wanita akan memiliki sistem imun terhadap rhesus positif. Ketika hamil
anak kedua dengan rhesus yang sama, janin mungkin diserang oleh sistem imun ibunya
sehinga terjadi eritoblastosis fetalis
 Menentukan kecenderungan menderita penyakit tertentu
Beberapa penelitian menyatakan bahwa pasien dengan golongan darah tertentu
mempunyai kecenderungan menderita penyakit tertentu disebabkan suatu komposisi
protein penyusun darah.
 Penentuan diet yang tepat
Para ahli gizi menyatakan bahwa komposisi makanan sesuai golongan darah dapat
menentukan sifat tubuh dalam menerima asupan nutrisi

10. Apakah yang terjadi jika saudara ditransfusi dengan darah dari golongan darah yang lain?
Faktor pembeda antar golongan darah adalah adanya protein plasma. Dalam protein plasma
terdapat antigen (dalam sel darah merah) dan antibodi (dalam plasma darah). Bila ketika
menerima donor darah pasien mendapatkan golongan darah yang tidak sesuai, maka sistem
kekebalan tubuh pasien akan menyerang darah donor. Akibatnya, sel darah merah dari darah
donor menggumpal (aglutinasi) kemudian akan menyumbat pembuluh darah dan menghentikan
sirkulasi darah ke bagian tubuh lain. Hal ini dapat berakibat fatal.
11. Apa sajakah yang harus diperhatikan pada darah yang akan didonorkan?
Darah tidak mengandung pembawa penyakit menular (donor tidak boleh menderita AIDS, sifilis,
hepatitis B atau C, tuberkulosis), kadar hemoglobin dan hematocrit normal (tidak boleh lebih),
kadar gula darah normal, tidak mengandung obat-obatan tertentu dan tidak ada kelainan daran

Pertanyaan Hal 121


1. Dari data seluruh anggota, apakah ada perbedaan antara tekanan darah wanita dan pria?
Hasil percobaan menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah wanita
dan pria. Namun menurut teori harusnya ada karena perbedaan ukuran tubuh, aktivitas, dan
fungsi fisiologis yang berbeda antara pria dan wanita. Menurut teori, tekanan darah pria sedikit
lebih tinggi dari wanita.
2. Dari data yang diperoleh, Hitung MBP (Mean Blood Pressure) masing-masing anggota, dan bahas
hasilnya!
MBP tidak dihitung dalam praktikum ini
3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi tekanan darah?
 RAAS (renin-angiotensin-aldosterone system), hormon natriuretik, resistensi insulin dan
hiperinsulinemia
 Resistensi perifer
 Mekanisme vasodilatasi dan vasokonstriksi
 Kesetimbangan elektrolit : Na, K, Ca
 Regulasi saraf simpatik dan parasimpatik
 Cardiac output
4. Bagaimana hubungan antara tekanan darah dengan perfusi jantung?

42
Perfusi jantung adalah banyak jumlah darah yang masuk ke dalam jantung baik dalam kondisi aktif
misal berolahraga maupun kondisi istirahat. Perfusi jantung dikaitkan dengan venous return/
jumlah darah yang kembali ke jantung permenitnya. Venous return mempengaruhi stroke volume
yang mempengaruhi cardiac output. Sementara tekanan darah dipengaruhi cardiac output dan
heart rate. Maka, perfusi jantung yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah.
5. Bagaimanakan pengaruh posisi tubuh dan aktivitas terhadap tekanan darah?
Postur tubuh dihubungkan dengan perubahan tekanan darah karena adanya gaya gravitasi. Pada
posisi berbaring, peredaran darah tidak melawan gaya gravitasi karena peredaran darah terjadi
dalam keadaan horizontal. Pada kondisi tegak, pembuluh darah di bawah jantung mendapat
beban tambahan karena perbedaan tinggi antara jantung dan pembuluh darah. Akibat
peningkatan tekanan ini, darah berkumpul dalam pembuluh pengumpul venosa di ekstremitas
bawah sehingga stroke volume berkurang. Darah juga berkumpul di ruang interstisium yang
menyebabkan edema. Kedua hal ini membuat jantung memompa lebih keras melawan gravitasi
sehingga denyut jantung meningkat.
6. Sebutkan 3 kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi hipertensi!
 ACE Inhibitor, CCB, Diuretik

7. Berikan juga contoh obat untuk mengatasi hipotensi!


 Adrenalin/Epinefrin
 Umumnya hipotensi tidak diatasi dengan terapi farmakologi, namun pada hipotensi
ortostatik parah, sering kali diresepkan flucocortison atau midodrine

8. Adakah pengaruh hormonal, makanan- minuman seperti alkohol, kopi, teh dan merokok
terhadap tekanan kecepatan denyut jantung?

 Pada kopi dan teh terdapat polifenol. Polifenol dapat menurunkan keaktifan platelet
darah (membantu mencegah penggumpalan darah) dengan mekanisme jantung
memompa darah dengan cepat dan meningkatkan denyut jantung.
 Rokok dan alkohol memiliki efek vasokonstriksi yang mengakibatkan kenaikan tekanan
darah.

43

You might also like