Prosiding SNTT 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 3 – ISSN: 2476-9983

PERANCANGAN RUMAH PENGERING IKAN

EFEK RUMAH KACA (ERK) HYBRID-LPG TIPE RAK

Rahbini1, Erry Ika Rhofita2

1,
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang
2
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Ampel Surabaya
2
erryikarhofita@rocketmail.com

Abstrak

Rumah pengering ikan ERK hybrid-LPG didesain dengan tujuan membantu mempercepat proses pengeringan
ikan dan hasil olahan laut komunitas nelayan Pesisir Kenjeran Kota Surabaya yang selama ini dilakukan secara
tradisional dan mempunyai banyak kekurangan yaitu tidak higienis dan bergantung pada kondisi cuaca. Sumber
energy rumah pengering ikan ERK hybrid-LPG berasal dari radiasi sinar matahari dan LPG. Sinar matahari
digunakan sebagai sumber energy saat siang hari dan/atau saat cuaca cerah, sedangkan sumber panas yang
berasal dari LPG digunakan pada saat malam hari dan/atau pada saat cuca tidak terdapat sinar matahari. Secara
struktural desain rumah pengering ikan ERK hybrid-LPG terdiri dari rumah utama pengering yang terbuat dari
tempered glass yang dilengkapi dengan solar panel, ruang pengering yang dilengkapi dengan rak pengering,
heat exchanger tipe cross flow, kipas axial, inlet dan outlet, dan kontrol panel.

Kata kunci : ERK hybrid, pengering ikan, perancangan, rumah ikan

1. Pendahuluan diawasi), 2) memungkinkan produk yang

Pengolahan dan perdagangan ikan mayoritas
dilakukan oleh masyarakat pesisir, salah satu banyak
dilakukan di Pesisir Kenjeran Kota Surabaya.
Pengolahan ikan yang dilakukan oleh masyarakat
bertujuan untuk mengatasi kelebihan peroduksi ikan,
mempertahankan kualitas ikan, memperpanjang
umur simpan ikan, dan diversifikasi pangan dari
olehan ikan; seperti pengeringan, pengasapan,
penggaraman, dan pengolahan menjadi produk
lainnya, Singh&Heldman, (2009). Usaha
pengawetan ikan yang paling banyak dilakukan
adalah pengeringan. Pada prinsipnya pengeringan
ikan merupakan sebuah metode untuk mengeluarkan
atau menghilangkan sebagian kadar air yang
terkandung dalam tubuh ikan dengan bantuan energi
panas seringa tidak memberi kesempatan pada
bakteri (mikroba) untuk hidup dan berkembang serta
menjadikan umur simpan ikan lebih lama,
Berhimpon dkk (2002) dan Tamba dkk (2015).
Hasil observesi awal yang dilakukan di
Pesisir Kenjeran Kota Surabaya, pengeringan ikan
dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan
tenaga matahari secara langsung. Pengeringan cara
ini biasanya dilakukan dengan cara meletakkan
produk di atas jaring ikan, tikar, serta hamparan
lantai semen atau anyaman bambu yang ditempatkan
dibawah sinar matahari secara langsung (Gambar 1).
Metode tradisional ini mempunyai kelemahan antara
lain: 1) tidak higienis (kebersihan sukar untuk
dikeringkan banyak kehilangan beratnya akibat
adanya gangguan atau dimakan serangga, burung,
kucing, atau hewan lainnya, 3) bergantung pada
kondisi cuaca, 4) kenaikan suhu tidak dapat diatur,
sehingga waktu penjemuran tidak dapat ditentukan
dengan tepat, dan 5) jumlah energi panas malahari
tidak tetap, Jain&Tiwari, (2003); Bintang, dkk
(2013). Kondisi tersebut menimbulkan gagasan
untuk melakukan penelitian pengeringan ikan
dengan menggabungkan Efek Rumah Kaca (ERK)
yang memanfaatkan sinar matahari dengan sumber
energi lain yang berupa LPG. Pemanfaatan sinar
matahari sebagai pemanas mampu mengguranggi
penggunaan bahan bakar fosil yang harganya terus
meningkat dan tingkat persediaannya semakin
menipis serta lebih ramah lingkungan, Muhlbauer,
(1986); Ekechukwu, (1999); Mujumdar, (2007);
Naibaho, (2011). Sedangkan penggunaan LPG
sebagai energi pembantu untuk memaksimalkan
proses pengeringan jika kondisi cuaca hujan.
Gambar 1. Pengeringan ikan dilakukan dengan
menggunakan sasak (papan) anyaman bambu

7
Prosiding SNTT 2017 – Politeknik Negeri Malang
Gambar 2. Lahan kosong yang digunakan warga
untuk menjemur ikan
Gambar 3. kondisi tempat penjemuran ikan yang
tidak higienis
Beberapa penelitian terdahulu yang menitik
beratkan pada penggunaan energi sinar matahari
sebagai sumber pemanas dalam pengeringan ikan
seperti yang dilakukan oleh Sharma et.al (1995),
Eckert (1998), Gallali et al (2000), Bala et al
(2001), Leon et al (2002), Sinha et al (2007),
Visavale (2009), Burlian dkk (2011), Komolafe et al
(2011), Yuliati&Santosa (2012), Numbing (2015),
Sulistiyanti dkk (2016), dan Basri (2017). Berbeda
dengan penelitian Santosa dan Yuliati (2012) yang
memanfaatkan efek rumah kaca (ERK) dari sinar
matahari untuk proses pengeringan ikan dan kerupuk
di Daerah Kenjeran Surabaya. Pengeringan
dilakukan dengan memanfaatkan energi matahari
jika kondisi cuaca panas, apabila kondisi hujan terus
menerus mesin pengering dapat dioperasikan dengan
pemanas gas (burner gas elpiji), hasil penelitan
menunjukkan bahwa proses pengeringan lebih
singkat 2 jam bila menggunakan mesin pengering
hasil perancangan dibandingkan dengan proses
pengeringan secara tradisional. Selain penelitian
yang dilakukan oelh Yulianti & Santoso (2012),
pemanfaatan ERK untuk pengeringan bahan pangan
juga dilakukan oleh Tiwari (2016), Naibaho (2011),
Bintang dkk (2013), Sahdev (2014), diperkuat oleh
penelitain Handoyo dkk (2011), mengeringkan ikan
dengan menggunakan sistem pengering surya jenis
solar dryer indirect system with forced ventilation
open circuit yang dilengkapi dengan 1) kolektor
surya plat datar, 2) ruang pengering dan 3) fan untuk
mengalirkan udara melalui semua komponen
tersebut. Hasil pengujian menunjukkan besarnya laju
8
Volume 3 – ISSN: 2476-9983
aliran udara pengering sebesar 640 m3/jam dengan
tekanan statis fan sebesar 120 Pa mampu
menurunkan kadar air 15 kg ikan dari 60%wb
menjadi 38%wb setelah dikeringkan selama 6 jam.
Fokus penelitian ini adalah mendesain mesin
pengering ikan tepat guna yang sesuai dengan
kondisi nelayan di Pesisir Kenjeran dengan
memanfaatkan LPG sebagai bahan alternatif apabila
kondisi cuaca tidak memungkinkan.
2. Metode
Perancangan rumah pengering ikan ERK
hybrid tipe rak dilakukan di Bengkel Mekanik
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang.
Metode pengumpulan data dalam perancangan
rumah pengering ikan ini melalui studi literatur
(kepustakaan), observasi lapangan untuk mengetahui
kebutuhan masyarakat dan Forum Group Discussion
(FGD). Tahapan perancangan rumah pengering ikan
secara terperinci ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4. Tahapan perancangan rumah pengering
ikan ERK hybrid-LPG Tipe Rak
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Konsep Desain Rumah Pengering Ikan
Penentuan konsep desain rumah pengering
ikan ERK hybrid-LPG tipe rak difokuskan pada
penggunaan solar panel menghasilkan ERKdan
sumber energi listrik untuk menggerakkan kipas
aksial. Energi matahari yang ditangkap oleh panel
surya dapat disimpan didalam baterai sehingga dapat
digunakan sebagai sumber listrik. Selain itu,
penggunaan bahan bakar LPG apabila kondisi cuaca
tidak terdapat sinar matahari. Proses pertukaran
panas dari LPG menggunakan penukar panas tipe
cross flow heat exchanger dan kipas axial untuk
mendistribusikan panas yang berasal dari heat
exchanger. Jika ditinjau dari jenis system
pengeringnya model desain rumah pengering ikan
ini termasuk pengering surya pasif dan aktif tipe
langsung. Menurut Sulistiyanti (2016), pengering
Prosiding SNTT 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 3 – ISSN: 2476-9983

tipe langsung menghasilkan panas yang berasal dari Tabel 2. Perhitungan dimensi rumah pengering ikan
penyerapan energi sinar matahari yang digunakan ERK hybrid-LPG
untuk mengeringkan produk dan memanaskan udara, Parameter Nilai Satuan
dimana pada system ini konveksi dilakukan secara Kapasitas rumah 100 Kg
paksa dengan bantuan kipas aksial atau blower. pengering ikan
Model desain nantinya akan digunakan untuk Densitas 700 Kg/m3
mengeringkan ikan teri hasil tangkapan nelayan Jumlah rak 5 Buah
Pesisir Kenjeran yang memiliki kadar air awal Tinggi tumpukan 0.01 m
sebesar 69%bk hingga kadar air akhir ikan teri
Luas total rak 1.42 m2
menurun menjadi lebih rendah 40%bk sesuai dengan
Luas per rak 0.284 m2
spesifikasi SNI 8273:(2016) tentang ikan asin
Lebar rak 0.406 m
kering, dengan suhu pengeringan berkisar antara 40-
70°C dan suhu lingkungan berkisar antara 28-35°C. Panjang rak 0.7 m
Rumah pengering ikan ini dapat diopersaikan selama Massa produk per rak 20 Kg/rak
24 jam baik siang atau malam dalam kondisi cuaca Jarak antar rak 0.20 m
apapun. Model rumah pengering ikan ini Jumlah ruang pengering 1 Buah
menggunakan energi sinar matahari yang ditangkap Tinggi ruang pengering 1.2 m
melalui solar panel dan LPG sebagai tambahan Lebar ruang pengering 1 m
pemanas bila kondisi cuaca hujan atau pada malam Panjang ruang pengering 1.3 m
hari, sumber penggerak kipas penghembus berasal
dari energi sinar matahari yang dikonversikan Hasil perhitungan dimensi dan gambaran
menjadi energi listrik. perencanaan awal rumah pengering ikan ERK
Berdasarkan spesifikasi yang harus dipenuhi hybrid-LPG, secara terperinci desain rumah
untuk membangun model rumah pengering ikan pengering ERK hybrid dideskripsikan pada Gambar
ERK hybrid-LPG diperlukan beberapa data awal 5.
yang secara terperinci ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Data awal perencanaan rumah pengering

ikan ERK hybrid-LPG
Parameter Nilai Satuan
Kapasitas rencana 100 Kg
Kadar air awal 69 %bk
Kadar air akhir 40 %bk
Suhu pemanas (LPG) 500 °C
Suhu ruang pengering 70 °C
Suhu lingkungan 33 °C
Gambar 5. Desain rumah pengering ikan ERK
Irradiasi termal 500 W/m2 hybrid-LPG

3.2 Perencanaan Dimensi Rumah Pengering 3.3 Rancangan Struktural dan Fungsional
Ikan Rumah Pengering Ikan

Berdasarkan kebutuhan konsep desain rumah
pengering ikan, maka dilakukan perhitungan
dimensi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi
utama dari pengering, dimana hasil perhitungan
perencanaan dimensi rumah pengering ikan
ditunjukkan oleh Tabel 2.
9
Secara fungsional desain rumah pengering
ikan ERK hybrid-LPG terdiri dari beberapa
komponen, antara lain:
1. Bagian utama ruamh pengering terbuat dari
tempered glass 8 mm sebagai bahan utama
pembuatan rumah pengeringing ikan mulai
dari atap, sisi penyangga dan alas. Pada
bagian atap rumah pengering ikan dipasang
panel surya dengan dimensi 0.6 m x 0.4 m.
Bagian atap dibuat membentuk sudut 17o
dengan tujuan untuk memaksimalkan energy
maksimal radiasi matahari. Menurut
Pangestuningtyas dkk (2015), panel surya
dapat menangkap energy sinar matahari
minimal pada sudut 10o, semakin besar sudut
kemiringan (slope) efisiensi panel surya akan
semakin berkurang. Energi sinar matahari
yang ditangkap oleh panel surya selanjutnya
Prosiding SNTT 2017 – Politeknik Negeri Malang
disimpan kedalam baterai untuk dapat diubah
menjadi tenaga listrik yang dapat digunakan
sebagai sumber energi kipas axial.
2. Ruang pengering
Ruang pengering berukuran 1.3 m x 1 m x
1.2 m yang dilengkapi dengan rak pengering.
Ruang pengering disusun dari besi hollow UNP 4
x 4cm. fungsi ruang pengering sebagai tempat
untuk mengeringkan ikan yang telah disusun
didalam rak pengering. Sumber panas dalam
ruang pengering berasal dari energy sinar
matahari pada saat siang hari atau cuaca panas
dan LPG pada malam hari atau pada saat tidak
terdapat energy sinar matahari.
3. Rak pengering
Rak pengering berfungsi sebagai tempat
untuk meletakkan ikan yang akan dikeringkan.
Rak pengering terbuat dari staninless steel 307
dengan ketebalan 5 mm. Dimensi rak pengering
0.406 m x 0.7 m, yang dilengkapi oleh lubang
dengan diameter 0.01 m.
4. Heat exchanger
Heat exchanger berfungsi sebagai penyalur
panas yang dihasilkan oleh LPG ke ruang
pengering dengan bantuan kipas axial. Tipe heat
exchanger yang digunakan yaitu tipe cross flow.
Diameter pipa bagian luar 0.033 m dan bagian
dalam 0.031 m.
5. Kipas axial
Jumlah kipas axial yang digunakan dalam
rumah pengering ikan ini sebanyak 2 (dua) buah
dengan daya masing-masing kipas sebesar 12
Watt. Kipas axial ini digunakan sebagai
penghembus panas yang berasal dari pemanas
LPG ke ruang pengering.
6. Inlet ruang pengering
Inlet ruang pengering berfungsi sebagai
tempat kipas axial yang akan menyalurkan udara
panas kedalam ruang pengering. Dimensi inlet
ruang pengering disesuaikan dengan dimensi
kipas axial yang digunakan dan diletakkan pada
bagian samping rumah pengering.
7. Outlet ruang pengering
Outlet ruang pengering ditempatkan di bagian
samping (1 sisi) rumah pengering ikan yang
digunakan sebagai sarana pengeluaran udara
panas yang tersisa dari proses pengeringan dan
banyak mengandung uap air. Outlet ruang
pengering terbuat dari pipa alumunium dengan
diameter pipa bagian luar 0.033 m dan bagian
dalam 0.031 m.
8. Kontrol panel
Kontrol panel pada rumah pengering ikan
digunakan untuk mengontrol kerja atau
proses pengeringan.
Rumah pengering ikan ERK hybrid-LPG
bekerja berdasarkan 2 (dua) prinsip perpindahan
panas, yaitu radiasi sinar matahari dan konveksi
10
Volume 3 – ISSN: 2476-9983
paksa. Radiasi sinar matahari dengan memanfaatkan
ERK sebagai sumber pemanas pengeringan ikan.
Menurut Manulu (1999), penggunaan ERK untuk
pengeringan mempunyai beberapa kekurangan yaitu
tidak kontinyu dan bergantung kepada kondisi cuaca
lokasi pengeringan, sehingga memerlukan panas
tambahan jika kondisi cuaca tidak terdapat sinar
matahari atau pada malam hari. Aida (2012)
menambahkan bahwa dengan memanfaatakan ERK
dalam proses pengeringan hasil pertanian memiliki
keuntungan seperti desain tidak rumit,
pengoperasian sederhana, bahan konstruksi mudah
diperoleh dan performasi pengeringan cukup baik
(>30%). Perpindahan panas secara konveksi paksa
dalam system rumah pengering ikan ini
menggunakan LPG sebagai bahan bakarnya.
Pembakaran antara LPG dengan oksigen
menyebabkan naiknya suhu dan udara panas yang
selanjutnya dalirkan kedalam ruang pengering
dengan bantuan hembusan udara yang berasal dari
kipas axial. Udara panas tersebut akan mengalir ke
seluruh bagian ruang pengering dan secara perlahan
akan menaikkan suhu ruang pengering. Sisa-sisa
udara panas pada ruang pengering berupa uap air
selanjutnya dialirkan ke luar ruang pengering
melalui outlet atau saluran pembuangan.
4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan
rumah pengering ikan ERK hybrid-LPG dapat
disimpulkan bahwa:
1. Rumah pengering ikan ERK hybrid-LPG
didesain dengan tujuan membantu
mempercepat proses pengeringan ikan dan
hasil olahan ikan laut komunitas nelayan
Pesisir Kenjeran Kota Surabaya yang selama
ini dilakukan secara tradisional dan
mempunyai banyak kekurangan;
2. Sumber energy rumah pengering ikan ERK
hybrid-LPG berasal dari radiasi sinar
matahari dan LPG. Sinar matahari digunakan
sebagai sumber energy saat siang hari
dan/atau saat cuaca cerah, sedangkan sumber
panas yang berasal dari LPG digunakan pada
saat malam hari dan/atau pada saat cuca tidak
terdapat sinar matahari;
3. Proses pertukaran panas dari LPG
menggunakan penukar panas tipe cross flow
heat exchanger dan kipas axial untuk
mendistribusikan panas yang berasal dari
heat exchanger.
Daftar Pustaka
Aida N., Kurniati LI., Gunawan S.,&Widjaja T.,
(2012): Pembuatan Mocaf (Modified Cassava
Flour) dengan Proses Fermentasi
Prosiding SNTT 2017 – Politeknik Negeri Malang
Menggunakan Lactobacillus planatarum,
Saccharomyses cerevisae, Dan Rhizopus
Oryzae. Jurnal Teknik POMITS vol.1 no.1,
pp.1-6.
Bala, B.K.&Mondol, M.R.A.,(2001): Experimental
Investigation On Solar Drying Of Fish Using
Solar Tunnel Dryer, Drying Technology
vol.19, pp.1532-1537.
Basri, (2017): Efisiensi Pengering Produk
Menggunakan Alat Pengering Surya Type
Down Draf, Kendari, Skripsi, Jurusan Teknik
Mesin, Univesritas Hau Oleo. Kendari
Berhimpon, S.; H. Dien; R. Montolalu, (2002):
Processing And The Prospect Of Kartoubushi
(Ikan Kayu) Of North Sulawesi Indonesia: A
Reviewfish Handling And Processing
Laboratory, Manado, Fakultas Perikanan dan
Kelautan universitas Sam Ratulanggi, Laporan
Penelitian.
Bintang, Younce M., Jangki P., Hens Onibala,
(2013): Konstruksi Dan Kapasitas Alat
Pengering Ikan Tenaga Surya Sistem
Bongkar-Pasang. Jurnal Media Teknologi
Hasil Perikanan vol.1 no.2
Burlian, Firmansyah&Aneka Firdaus, (2011):
Kajian Eksperimental Alat Penegering
Kerupuk Tenaga Surya Tipe Box
Menggunakan Konsentrator Cermin Datar.
Prosiding. Seminar Nasional AvoER Ke-3.
Universitas Sriwijaya. Palembang, pp.95-109.
D.L. Pangestuningtyas, Hermawan&Kartono,
(2015). Analisis Pengaruh Sudut Kemiringan
Panel Surya terhadap Radiasi Matahari yang
Diterima Oleh Panel Surya Tipe Array Tetap.
Semarang, Skripsi, Universitas Diponegoro.
Ekechukwu, O.V, (1999). Review of solar-energy
drying systems I: an overview of drying
principlesand theory. Energy Conversion and
Management, 40, pp. 593-613.
Gallali, Y.M., Abujnah Y.S.,&Bannani, F.K.,
(2000): Presvation Of Fruits And Vegetables
Using Solar Drier, Renewable Energi vol.19,
pp. 203-212.
HandoyoA, Ekadewi, P. Kristanto,&S.Alwi, (2011):
Desain dan Pengujian Sistem Pengering Ikan
Bertenaga Surya, Surabaya, Skripsi, Jurusan
Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra.
Jain&Tiwari, G.N., (2003): Thermal Aspects Of
Open Sun Drying Of Various Crops, Energy
vol. 28, pp. 37-54
11
Volume 3 – ISSN: 2476-9983
Komofale, C.A., I.O. Ogunlay E.&Adejumo,
A.O.D.,(2011): Design And Fabrication Of A
Convective Fish Dryer, The Pacific Journal
of Science and Technology vol.12, pp.89-97.
Leon, M.A&Kumar S., (2008): Design And
Performance Evaluation Of A Solar-Assisted
Biomass Drying System With Thermal
Storage, Dry Tecnol vol. 26, pp. 936-947.
Manulu LP., (1999): Pengering Energi Surya
Dengan Pengaduk Mekanis untuk Pengering
Kakao, Bogor, Tesis, Institut Pertanian
Bogor.
Mühlbauer, W., (1986): Present Status Of Solar
Crop Drying. Energy in Agriculture. 5, pp.
121-137
Mujumdar, A.S, (2007): Handbook Of Industrial
Drying, London, Taylor and Francis.
Naibaho, Novalina., (2011): Uji Performansi Mesin
Pengering (Dryer) Efek Rumah Kaca (ERK)
Hibrid Tipe Bak Untuk Pengeringan Jagung
Pipilan (Zea may. L.), Bogor, Institut Pertanian
Bogor, Skripsi.
Numbing, Mujau&Gaius, M., (2015): Construction
Of Domestic Solar Fish Dryer, Journal of
Apllied Physics vol.7 no.5, pp. 9-13.
Sahdev, R.K., (2014): Open Sun And Greenhouse
Drying Of Agricultural And Food Products:
A Review, International Journal of
Engineering Research and Technology vol.3
no.3, pp. 1053-1066.
Sharma, V.K., Colangelo, A.& Spagna, G., (1995):
Experimental Investigation Of Diffrent Solar
Driers Suitables For Fruits And Vegetable
Drying, Renewable Energy vol.6 no.4, pp.
413-424.
Singh R Paul&Heldman Dennis R, (2009):
Introduction of Food Engineering Fourth
Edition, London, Elsevier Inc.
Sinha, S., Sanjay Kumar, R. Coudhary, B. Kumar, S.
Kato&T. Kojima, (2007): Design And
Development Of Family Size Solar Dryer
Capable Of Single Day Aqua And
Holticulture Products Drying: Thermal
Modelling And Experimental Validation.
International Journal of Renewable Energy,
vol.2 no.1, pp. 9-18.
Sulistiyanti, Sri R., Mahrus Ali, Eko
Effendi,&Winarto, (2016): Pengeringan
Lapis Tipis (Thin Layer Drying/TLD) Ikan
Prosiding SNTT 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 3 – ISSN: 2476-9983

Teri Berbasis Tenaga Surya, Jurnal

pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Lampung vol.22 no.3, pp.110-113

Tamba, Mitrawijaya; Ainun Rohanah, AchwiPutra

Munir, (2015): Rancang Bangun Alat
Penegring Kabinet Untuk Ikan Pora-Pora
(Mystacoleucus pandangensis). Jurnal
Rekayasa Pangan dan Pertanian vol. 3 no.2,
pp. 255-260
Tiwari, A., (2016): A Review Solar Drying Of
Agriculture Produce, Journal of Food
Processing and Technology vol. 7 no 7, pp.1-
12.

Visavale, G.L., (2009): Design and characteristics

of industrial dryer systems, Mumbai, Institute
of Chemical Technology, Ph.D Thesis.

Yuliati&Santosa H., (2012): Rancang Bangun

Sistem Pengering Untuk Pengrajin Kerupuk
Ikan Di Kenjeran, Prosiding, Seminar
Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
(SNAST) Periode II,pp. B179-B184.

12