Professional Documents
Culture Documents
1, September 2014 : 57 - 66
57
Antibodi Poliklonal Anti Ekskretori Sekretori…(Samarang., dkk)
S
chistosomiasis adalah penyakit
pada manusia sebanyak 0,76 % di
zoonotik yang disebabkan oleh
Dataran Tinggi Lindu dan 1,44 % di
sejenis parasit cacing dari kelas
Napu6. Manusia yang terinfeksi S.
trematoda famili Schistosomatidae yang
japonicum akan memperlihatkan gejala
memiliki habitat pada pembuluh darah
umum seperti disentri, penurunan berat
di sekitar usus atau kandung kemih
badan, kurang nafsu makan, kurus yang
dengan penyebaran sangat luas di
berlebihan, dan lambatnya
daerah tropis maupun subtropis.1 Di
pertumbuhan badan bila penderita
Indonesia Schistosomiasis yang
masih tergolong anak-anak. Sedangkan
disebabkan oleh Schistosoma japonicum
pada penderita yang sudah kronis, akan
(S. japonicum) menginfkesi manusia
mengakibatkan pembengkakan hati
juga hewan mamalia lainnya dengan
yang akan berujung pada kematian.7
perantara keong Oncomelania hupensis
linduensis. Cacing jenis ini, hanya Program pengendalian yang
ditemukan endemik di tiga daerah di dilakukan hingga saat ini belum dapat
Sulawesi Tengah yaitu di Dataran menekan angka kejadian penyakit,
Tinggi Lembah Lindu, Napu, dan karena adanya reinfeksi dari berbagai
Bada.2 Dimana schistosomiasis pada reservoar termasuk hewan liar
manusia dan hewan masih merupakan diantaranya tikus, ternak masyarakat
masalah kesehatan, dengan prevalensi bahkan masyarakat sendiri sebagai
masih diatas 1%, dan untuk mendeteksi pembawa, sehingga schistosomiasis
penderita masih menggunakan metode sulit untuk dikendalikan.8 Deteksi dini
konvensional.3,4. Dilaporkan ada 13 pada masa pre paten untuk penderita
mamalia yang dapat terinfeksi oleh S. schistosomiasis di Sulawesi Tengah
japonicum antara lain sapi (Bos hingga kini belum dilakukan, sehingga
sundaicus), kerbau (Bubalus bubalis), penderita hanya dapat terdeteksi bila
kuda (Equus cabalus), anjing (Canis cacing dalam tubuh penderita telah
familiaris), babi (Sus sp), musang berproduksi (bertelur) melalui
(Vivera tangalunga), rusa (Carvus pemeriksaan tinja secara konvensional.3
timorensis), dan berbagai jenis tikus Deteksi dini infeksi cacing sebelum
(Rattus exulans, R. marmosurus, R menimbulkan perubahan patofisiologis
norvegicus, R palalla).5 Pada tahun dalam tubuh inang dapat dilakukan
2003 dilaporkan angka prevalensi dengan teknik imunologis dan
Schistosomiasis pada hewan yaitu molekuler yang menawarkan alternatif
anjing 6,0 %, babi 0,61%, dan tikus baru dalam diagnosa dini terhadap
58
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, September 2014 : 57 - 66
59
Antibodi Poliklonal Anti Ekskretori Sekretori…(Samarang., dkk)
60
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, September 2014 : 57 - 66
61
Antibodi Poliklonal Anti Ekskretori Sekretori…(Samarang., dkk)
Serum kambing
AgES S. japonicum
Garis presipitasi
62
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, September 2014 : 57 - 66
darah dan adanya penambahan adjuvant yang terbentuk disebut sebagai garis
menyebabkan antigen akan dilepas presipitasi.22 AGPT dapat digunakan
secara perlahan ke dalam peredaran untuk mendeteksi antigen yang berbeda
darah. Antigen yang terlepas secara dengan satu jenis antibodi ataupun
perlahan ke peredaran darah karena antibodi yang berbeda dengan satu jenis
antigen terperangkap ke dalam emulsi antigen yang terdapat pada sampel
adjuvant sehingga respon imun terjadi serum.23 Garis presipitasi yang
lama.18 Pembentukan antibodi dapat terbentuk merupakan bukti bahwa
bervariasi dan tergantung pada dalam serum darah kambing telah
imunogenitas, bentuk, stabilitas terbentuk antibody. Antibodi poliklonal
stimulant, spesies hewan, rute injeksi, adalah antibodi yang diproduksi dari
serta sensitivitas uji yang digunakan hasil hiperimunisasi. Antibodi
untuk mendeteksi antibodi.19 Pada poliklonal memiliki campuran
penelitian ini didapatkan antibodi kompleks antibodi dengan spesifitas,
terbentuk pada minggu ke 12 pasca- afinitas, dan isotipe yang berbeda.
imunisasi, sedangkan pada beberapa Antibodi poliklonal memiliki reaktivitas
hewan penggunaan eksretori/sekretori multipel yaitu bereaksi dengan sejumlah
L3 Haemonchus contortus sebagai epitop (antigen determinan) yang
antigen dapat meningkatkan respon berbeda pada antigen, dapat terjadi
immunoglobulin G anak domba,20 dan karena epitop yang sama dimiliki oleh
kerbau (Bubalus bubalis) respon antigen yang berbeda atau epitop yang
humoral dan selulernya meningkat secara struktur mirip atau memiliki
signifikan dua minggu setelah imunisasi keserupaan dengan epitop pembuat peka
dengan 400µg ekskretori/sekretori (priming epitop) yang dikenali oleh
Fasciola gigantica. Pada ayam petelur antibodi.24 Penelitian yang sama pernah
yang diimunisasi dengan dilakukan oleh Satrija dkk yaitu
ekskretori/sekretori larva Ascaridia produksi antibodi pada ayam (IgY)
galli mengalami peningkatan dari dalam pengembangan kit diagnostik
minggu ke dua hingga puncaknya pada koproantigen untuk mendeteksi infeksi
minggu ke 9 pascaimunisasi.21 cacing hati pada ternak ruminansia.25
Penelitian lain yaitu antibodi dalam
Konsentrasi antibodi terendah
kuning telur pada ayam (IgY) yang
mampu dideteksi menggunakan uji
dapat dipergunakan sebagai bahan
AGPT adalah 30 µg/ml,10 sedangkan
pengujian ELISA yang merupakan
menurut Kuby antibodi minimal dalam
antibodi alternatif pada mamalia juga
serum yang dapat dideteksi oleh uji
diteliti oleh Michael et all.26
AGPT sebesar 20 µg/ml.11 Antibodi
yang diproduksi secara visual dilakukan Teknik ELISA umum
melalui uji kualitas metode AGPT digunakan untuk mendeteksi
(Gambar 1). Presipitasi yang terbentuk keberadaan antibodi atau antigen dalam
mulai hitungan menit hingga jam sampel dan relatif sederhana.27 ELISA
terlihat sebagai suatu garis opaq dalam telah dikembangkan sejak tahun 1970,
suatu media agar semisolid. Garis opaq sebagai quality control dalam berbagai
63
Antibodi Poliklonal Anti Ekskretori Sekretori…(Samarang., dkk)
64
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, September 2014 : 57 - 66
65
Antibodi Poliklonal Anti Ekskretori Sekretori…(Samarang., dkk)
66