You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS

Oleh:

Anjas upi Rachmawati

PROGRAM S1 KEPEAWATAN

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2017/2018
SELULITIS

A. PENGERTIAN
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan
biasanyadisebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun
demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstrimitas
bawah (Tucker, 1998 : 633).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian Jaringan subkutan
(mansjoer, 2000; 82).
Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan
Suddarth, 2000 : 496).
Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus,
streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.

B. ETIOLOGI
Menurut Alpers Ann, (2006), penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup B,
Haemophylus influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus grup A.
Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab yang paling
sering dijumpai adalah Staphylococcus dan Streptococcus, (Medicastore, 2010).
Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama
celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan
pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy). Walaupun selulitis dapat
terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit
daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada anak-anak usia di bawah 6 tahun, bakteri
Hemophilus influenzae dapat menyebabkan selulitis, khususnya di daerah wajah dan lengan.
Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah resiko dari
perkembangan selulitis, antara lain :
1. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang
pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti
selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinka.
2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi.
Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat
pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
3. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun
tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada
ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
4. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri
penginfeksi.
5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri
penginfeksi masuk
7. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
9. Penyalahgunaan obat dan alkohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
10. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya
penyakit ini.

C. PATOFISIOLOGI
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi
hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tempat infeksi di tandai dengan pembengkakak dengan batas tidak tegas di setrai nyeri
tekan dan hangat. Infeksi dapat meluas ke jaringan yang lebih dalam atau menyebar secara
sistemik.
1. Reaksi local
a. Lesi dengan batas tidak jelas
b. Area selulit biasanya nyeri, merah dan hangat
c. Jaringan mengeras
2. Reaksi sistemik
a. Demam
b. Malaise menggigil
c. Garis merah sepanjang jalur drainase limfatik
d. Kelenjar getah bening membesar dan nyeri (Cecily,Lynn Betz.,2009)
Daerah yang terkena menadi eritema,terasa panas dan bengkak serta terdapat lepuhan-
lepuhan dan daerah nekrosis, pasien menjasu demam dan merasa tidak enak badan, bisa
terjadi kekakuan dan pada orang tua dapat terjadi penurunan kesadaran (Graham &
Robin.,2005)
Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik pada
kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus
subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya,
Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-
rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Kreatinin level
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi
beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak ada
tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan
tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti
kriteria yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata
klinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan
infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

F. KOMPLIKASI
 Bakteremia
 Nanah atau local Abscess
 Superinfeksi oleh bakteri gram negative
 Lymphangitis
 Trombophlebitis
 Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar
8%.
 Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

G. PENATALAKSANAAN
1) Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan.
2) Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
 Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota
besr perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak
dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin
sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam
3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga
cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam
plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis.

 Linkomisin dan Klindamisin


Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16
mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4
dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-
penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi
dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek
sampingnya lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh
adanya makanan dalam lambung.
 Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering memberi
rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3-4 dosis.
 Sefalosporin
Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk
kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.
Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m
sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
3) Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis. Obat
topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak
terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan
mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram. Neomisin, yang di
negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin
dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah.
Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim.

Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus
1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 x. yang
terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena
yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi
kulit.
4) Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta
memiliki gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi
pengangkatan pada jaringan yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse,
pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam jumlah yang banyak, dan dalam
beberapa kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi.

H. PENGKAJIAN KEPERAWTAN FOKUS


1. Biodata
Berisikan nama,tempat tanggall lahir , jenis kelamin, umur, alamt, suku bangsa, dan
penyakit ini dapat menyerang ssegala usia namun lebih sering menyerang usia lanjut
2. Keluhan utama
Pasien merasakan demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan badanya demam, malaise, disertai dengan nyer sendi dan menggigil
dan terjadi pada area yang robek pada kulit biasanya terjadi pada ekstremitas bawah
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini apakah pasien
alkoholisme dan malnutrisi
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang mengalami sakit yang sama sebelumnya, apakah keluarga ada
riwayat penyakit DM, dan malnutrisi
6. Kebiasaan sehari-hari
Biasanya selulitis ini timbul pada pasien yang higine atau kebersihan jelek
7. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran umum : cukup baik
b. Kesadaran : composmentis,lemah,pucat
c. Ttv:biasanya meningkat karena adanya proses infeksi
d. Kepala : rambut bersih tidak ada luka
e. Mata: konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
f. Hidung : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
g. Dada : I = datar, simetris umumnya tidak ada kelainan
Pa =ictus cordis tidak tampak
Pe= sonor tidak ada kelainan
A = tidak ada wheezing ronhi
h. Abdomen : I = supel datar tidak ada distensi abdomen
Pa = tidak ada nyeri tekan
Pe = tidaka da kelainan atau typani
A = bising usus normal atau tidak ada kelainan
i. Ektremitas atas : adakah luka pada ekstremitas serta oedem
j. Ektremitas bawah : adakah luka pad ektremitas bawah serta oedem
k. Genetalia : tidak ada kelainan
l. Integument :geja aawal berua kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak,
dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peaud’orange).pada kulit
yang terinfeksi bisa di temukan lepuhan kecil berisi caian (vsikel)atau lepuhan
besar berisi cairan (bula) yang bisa pecah
8. Diagnose keperawatan
1. Gangguaan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor
3. Resiko tinggi infeksi
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

9. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Ganggyan Setelahdi -Klien a. kaji intensitas nyeri
rasa nyaman berikan mengungkapkan menggunakan skala
nyeri asuhan nyeri berkurang atau nyeri
berhubungan keperawatan hilang b. pertahankan
dengan selama 5x 24 - klien dapat ekstremitas yang
inflamasi jam nyeri melakukan metode dipengaruhi dlam posisi
jaringan klien atau tindakan untuk yang ditemukan
diharapkan mengatasi atau c. berikan analgetik
berkurang mengurangi juka di perlukan, kaji
atau nyeri,pergerakan keefektifan
terkontrol klien bertambah luas d. ubah posisi sesering
- tidak ada keringan mungkin, pertahankan
dingin, tanda vital garis tubuh untuk
dalam batas normal mencegah penekanan
dan kelelahan
e. banatuan dan ajarkan
penanganan terhadap
nyeri penggunaan
imajinasi, relaksasi dan
lainnya
2. Kerusakan Setelah - Integritas a. Anjurkan
diberikan kulit yang baik pasien untuk
integritas
asuhan bisa menggunakan
kulit keperawatan dipertahankan pakaian yang
selama 5 x (sensasi, longgar
berhubungan
24 jam tidak elastisitas, b. Hindari
dengan terjadi temperatur, kerutan pada
kerusakan hidrasi, tempat tidur
perubahan
integritas pigmentasi) c. Jaga
turgor kulit atau - Tidak ada kebersihan kulit
integritas luka/lesi pada agar tetap bersih
kulit kulit dan kering
membaik - Perfusi d. Mobilisasi
jaringan baik pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua
jam sekali
e. Monitor kulit
akan adanya
kemerahan
f. Oleskan lotion
atau minyak/baby
oil pada derah
yang tertekan
g. Monitor
aktivitas dan
mobilisasi pasien
h. Monitor status
nutrisi pasien
i. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
j. Kaji
lingkungan dan
peralatan yang
menyebabkan
tekanan
k. Observasi luka
: lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
karakteristik,warna
cairan, granulasi,
jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi
lokal, formasi
traktus
l. Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka
m. Kolaburasi
ahli gizi pemberian
diae TKTP,
vitamin
n. Cegah
kontaminasi feses
dan urin
o. Lakukan
tehnik perawatan
luka dengan steril
p. Berikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada luka

3. Resiko Setelah - Klien bebas 1. Monitor


infeksi diberikan dari tanda dan karakteristik,
asuhan gejala infeksi warna, ukuran,
keperawatan - Menunjukka cairan dan bau luka
selama 5 x 24 n kemampuan
jam klien untuk mencegah 2. Bersihkan luka
tidak terjadi timbulnya dengan normal
infeksi infeksi salin
- Jumlah
leukosit dalam 3. Rawat luka
batas normal dengan konsep
steril

4. Ajarkan klien
dan keluarga untuk
melakukan
perawatan luka

5. Berikan penjelasan
kepada klien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala dari
infeksiKolaborasi
pemberian ant

4. Kurang Setelah Lesi mulai pulih dan a. Demonstasikan


pengetahuan dilakukan area bebas dari perawatan luka dan
berhubungan
tindakan infeksi lanjut, kulit balutan, ubah
dengan
kurangnya keperawatan bersih, kering dan prosedur, tekankan
informasi
2x24 jam area sekitar bebas pentingnya teknik
diharapkan dari edema, suhu aseptic.
pasien normal. b. Diskusikan
mengerti tentang
tentang mempertahankan
perawatan peninggian dan
dirumah imobilisasi
ekstrimitas yang
ditentukan
c. Dorong melakukan
aktivitas untuk
mentoleransi
penggunaan alat
penyokong.
d. Jelaskan tanda-
tanda dan gejala
untuk dilaporkan ke
dokter
e. Diskusikan jadwal
pengobatan
f. Tekankan
pentingnya diet
nutrisi.

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.


Kriteria hasil :pasien menampakkan ketenangan, ekspresi muka rileks
ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
m. Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
n. Pertahankan ekstrimitas yang dipengaruhidalam posisi yang ditemukan
o. Jelaskan kebutuhan akan imobilisasi 49 – 72 jam
p. Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan
q. Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah
penekanan dan kelelahan.
r. Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi,
relaksasi dan lainnya.
s. Tingkatkan aktivitas distraksi.
10. Kerusakan ingritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor.
Tujuan : menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil : Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit bersih,
kering dan area sekitar bebas dari edema, suhu normal.
Intervensi:
a. Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan
b. Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan
mobilitasasi.
c. Pertahankan teknik aseptic
d. Gunakan kompres dan balutan
e. Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan.
11.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan dirumah
Kriteria hasil : melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan tindakan
kewaspadaan aseptic yang tepat. Mengekspresikan pemahaman perkembangan
yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.
Intervensi:
g. Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya
teknik aseptic.
h. Diskusikan tentang mempertahankan peninggian dan imobilisasi ekstrimitas
yang ditentukan
i. Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong.
j. Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
k. Diskusikan jadwal pengobatan
l. Tekankan pentingnya diet nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC

Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Fitzpatrick. (2005). Clinical Dermatology hal 603-612.5th ed.

Fitzpatrick. (2007). Dermatology in general medicine hal 1893.6th ed.

You might also like