You are on page 1of 19

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem merupakan sistem ekologi yang dibentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dapat didefinisikan
sebagai suatu tatanan kesatuan utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup (faktor biotik dan faktor abiotik) yang saling memengaruhi. Salah
satu contoh ekosistem alam yaitu ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove
berfungsi sebagai perlindungan pantai secara alami untuk mengurnagi resiko
terhadap bahaya abrasi (Majid et al. 2016).

Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa. Ekosistem


mangrove berperan penting dalam pengembangan perikanan pantai. Karena
merupakan tempat berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi
beberapa jenis ikan, kerang, kepiting, dan udang. Pentingnya peranan mangrove
juga dalam mitigasi pemanasan global, menjadikan isyarat agar melakukan
konservasi terhadap ekosistem mangrove (Senoaji dan Muhammad, 2016).

Ekosistem mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil.


Kekomplekan ekosistem ini terlihat bahwa hutan mangrove menyumbangkan
konstribusi besar detritus organik yang mendukung jaring makanan dalam
ekosistem. Tingginya kelimpahan makanan dan tempat tinggal, serta rendahnya
tekanan predasi, menyebabkan ekosistem mangrove membentuk habitat yang ideal
untuk berbagai spesies satwa dan biota perairan, untuk sebagian atau seluruh siklus
hidup mereka. Bukti hubungan antara habitat mangrove dan perikanan lepas pantai
masih langka namun sangat diperlukan untuk tujuan pengelolaan dan konservasi.
Selain itu, Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan
muda yang mempunyai kandungan liat yang tinggi (Wardhani, 2011).

Vegetasi mangrove merupakan ekosistem yang lebih spesifik, jika


dibandingkan dengan ekosistem lainnya karena mempunyai vegetasi yang agak
seragam, serta mempunyai tajuk yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk dengan
bentuk yang khas. Vegetasi hutan mangrove secara khas dapat memperlihatkan
adanya suatu pola zonasi. Hal ini berkaitan dengan kondisi salinitas yang sangat
mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar
salinitas dengan cara yang berbeda-beda, beberapa di antaranya secara
selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara
beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada
daunnya (Majid et al. 2016).

Pelestarian hutan mangrove sangat penting dilakukan dalam mitigasi


perubahan iklim global, karena tumbuhan mangrove menyerap karbon dioksida
dan mengubahnya menjadi karbon organik yang disimpan dalam biomassa
tubuhnya, seperti akar, batang, daun, dan bagian lainnya. Bagian kanopi mangrove
pun merupakan habitat untuk berbagai jenis hewan darat, seperti monyet, serangga,
burung, dan kelelawar. Kayu pohon mangrove dapat digunakan sebagai kayu bakar,
bahan pembuatan arang kayu, bahan bagunan, dan bahan baku bubur kertas.
kandungan karbon tersimpan pada tegakan mangrove, didekati dengan menghitung
biomassa, yang terbentuk melalui fotosintesis. Semakin tua umur suatu tegakan,
akan semakin banyak cadangan karbonnya (Senoaji dan Muhammad, 2016).

Etanol (etil-alkohol) adalah bahan yang memiliki sifat yang tidak beracun,
banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan
minuman. Etanol merupakan pelarut polar yang mudah menguap, mudah terbakar,
tidak berwarna, dan tidak berasa tetapi memiliki bau yang khas. Etanol dapat
melarutkan senyawa alkaloida basa, minyak atsiri, glikosida, kurkumin, kumarin,
antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil. Selain itu, etanol dapat
mengendapkan bahan obat dan juga dapat menghambat kerja enzim. Keuntungan
dari etanol sebagai cairan pengekstrak adalah etanol bersifat lebih selektif, kapang
dan bakteri sulit tumbuh dalam etanol 20%, etanol bersifat tidak beracun, dapat
bercampur dengan air pada berbagai perbandingan (Yunianto et al. 2017).

Di Indonesia, kesehatan merupakan masalah yang cukup serius. Banyak


penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas, radikal bebas dapat mengoksidasi
asam nukleat, protein, lipid sehingga menginisiasi terjadinya degeneratif dan
kerusakan sel. Faktor lingkungan seperti polusi, intensitas sinar uv yang berlebih,
suhu, bahan kimia, dan kekurangan gizi dapat mengakibatkan tubuh manusia
terpapar radikal bebas, bila radikal bebas berlebihan, akan menciptakan
ketidakseimbangan antara molekul radikal bebas dan antioksidan endogen. Ketika
jumlah radikal bebas melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya, maka
terbentuk stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan struktur sel, jaringan dan
organ (Lung dan Dika, 2017).

Tubuh manusia membutuhkan substansi yang penting yaitu antioksidan dalam


jumlah yang cukup agar dapat meredam dampak negatif dari radikal bebas.
Antioksidan alami dihasilkan oleh tubuh manusia, baik berupa enzim-enzim
antioksidan maupun senyawa-senyawa yang juga bersifat antioksidan. Antioksidan
yang dihasilkan tidak cukup untuk melawan radikal bebas di dalam tubuh yang
berlebih, untuk itu diperlukan masukan antioksidan dari luar tubuh. Penggunaan
senyawa antioksidan kini semakin berkembang seiring berkembangnya teknologi
dan pengetahuan. Dunia kini telah mengenal antioksidan sintesis, antioksidan
sintesis memiliki efektivitas yang tinggi namun kurang aman bagi kesehatan
sehingga penggunaannya diawasi (Putri et al. 2013).

1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi, kegunaan dan jenis-jenis dari
mangrove.
2. Agar mahasiswa mengetahui definisi dan kegunaan dari ekstraksi.
3. Agar mahasiswa mengetahui definisi radikal bebas.
4. Agar mahasiswa mengetahui peran radikal bebas dalam keseharian.
5. Agar mahasiswa mengetahui hubungan radikal bebas dan antioksidan.
6. Agar mahasiswa mengetahui definisi dan kegunaan antioksidan.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapati adalah mengetahui definisi dari mangrove,
mengetahui peran dan kegunaan dari mangrove, mengetahui jenis – jenis mangrove,
mengetahui kegunaan dari masing – masing jenis mangrove, mengetahui definisi
dari ekstraksi, mengetahui kegunaan dari ekstraksi, mengetahui definisi dari radikal
bebas, mengetahui peran radikal bebas dalam keseharian, mengetahui hubungan
radikal bebas dan antioksidan, mengetahui definisi dari antioksidan, serta
mengetahui kegunaan antioksidan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangrove
Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut,
sehingga hutan mangrove dinamakan juga hutan pasang. mangrove dapat tumbuh
pada pantai karang, yaitu pada karang koral mati yang di atasnya ditumbuhi selapis
tipis pasir atau ditumbuhi lumpur atau pantai berlumpur. Mangrove terdapat
didaerah pantai yang terus menerus atau berurutan terendam dalam air laut dan
dipengaruhi pasang surut, tanahnya terdiri atas lumpur dan pasir (Majid et al. 2016).

Mangrove memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh topografi pantai baik


estuari atau muara sungai, dan daerah delta yang terlindung. Daerah tropis dan sub
tropis mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan.
Pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan
produktif. Secara karakteristik hutan mangrove mempunyai habitat dekat pantai.
hutan mangrove merupakan jenis maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di
daerah pasang surut. Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan
dan keragaman struktur tegakan yang berperan sebagai perangkap endapan dan
perlindungan terhadap erosi pantai (Wardhani, 2011).

Manfaat mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah sebagai


mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah yang ada
di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang (rob), tsunami,
penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan,
pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi penetralisir pencemaran
perairan pada batas tertentu. Manfaat lain dari mangrove ini adalah sebagai
obyek daya tarik wisata alam dan atraksi ekowisata dan sebagai sumber tanaman
obat (Senoaji dan Muhammad, 2016).

Kata mangrove berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada
daerah intertidal. Daerah intertidal adalah wilayah di bawah pengaruh pasang surut
sepanjang garis pantai, seperti laguna, estuarin, pantai dan river banks. Mangrove
merupakan ekosistem yang spesifik pada umumnya hanya dijumpai pada pantai
yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, disepanjang delta
dan estuaria yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan. Mangrove
mempunyai sejumlah bentuk khusus yang memungkinkan untuk hidup diperairan
yang dangkal yaitu berakar pendek, menyebar luas dengan akar penyangga, atau
ujung akarnya yang khusus tumbuh dari batang atau dahan (Majid et al. 2016).

Terkait dengan faktor-faktor penyebab kerusakan mangrove, ada tiga faktor


utama penyebab kerusakan mangrove, yaitu pertama pencemaran, kedua konversi
hutan mangrove yang kurang memperhatikan faktor lingkungan dan ketiga
penebangan yang berlebihan. Pencemaran seperti pencemaran minyak, logam berat.
Konversi lahan untuk budidaya perikanan (tambak), pertanian (sawah,
perkebunan), jalan raya, industri, produksi garam dan pemukiman, pertambangan
dan penggalian pasir. Pemulihan mangrove harus dilakukan karena beberapa
alasan. Pertama, kepentingan ekologis dan nilai-nilai lingkungan hutan mangrove
telah lama terabaikan. Dan kedua, tingginya subsistensi ketergantungan pada
sumberdaya alam hutan mangrove (Wardhani, 2011).

2.1.1 Jenis Mangrove Bruguiera


Jenis Brugueira gymnorrhiza yaitu berbentuk pohon dengan memiliki
karakteristik morfologi yaitu kulit kayu kasar berwarna abu-abu kehitaman. Daun
tunggal, permukaan atas daun hijau tua, permukaan bawah hijau kekuningan, daun
tebal, ujung runcing, bentuk elip sampai bulat panjang, ukuran panjang 8-15 cm,
lebar 4-6 cm. memiliki akar lutut dan akar tunjang kecil dengan Kemampuan
toleransi terhadap salinitas rendah. Jenis ini terdapat kehadiran biota meliputi;
Morula margariticola, Littorina scabra, Cerithium zonatus, Nerita axuvia,
Ceritidea obsuta, Monodanta labio dan, Chypomorus subrevicula.

Bruguiera memiliki karbohidrat yang tinggi dalam buahnya. Hal ini terbukti
dalam 100 gram buah lindur terkandung 371 kalori. Oleh karena itu potensi buah
lindur perlu dimanfaatkan secara optimal, salah satunya dalam pembuatan lempeng
Bruguiera. Keuntungan dari pemanfaatan Bruguiera dalam pembuatan lempeng
Bruguiera yaitu sumberdaya lokal yang terdapat di Indonesia dapat dimanfaatkan
dan bisa digunakan sebagai pangan alternatif untuk mengatasi masalah kerawanan
pangan (Rosyadi et al. 2014).
2.1.2 Jenis Mangrove Rhizophora
Jenis Rhizophora apiculata yaitu berbentuk pohon, dengan karakteristik
morfologi yaitu batang berkayu, kulit kasar, kulit luar batang berwarna putih sampai
dengan abu-abu. Daun: permukaan halus mengkilap, ujung runcing dengan duri,
bentuk lonjong, ukuran panjang 9-20 cm, lebar 9,5 cm. Permukaan atas daun hijau
tua, bawah hijau muda. Memiliki akar tunjang. Jenis ini memiliki habitat dengan
susbtrat lumpur berliat. Jenis mangrove ini ditemukan kehadiran biota meliputi;
Marsia hiantina, Crassostrea cucullata, Scylla serrata.

Jenis Rhizophoraceae khususnya Rhizophora apiculata tumbuh pada tanah


yang berlumpur, berpasir, dan tergenang. Rhizophora apiculata merupakan salah
satu jenis tumbuhan yang paling banyak pada kawasan pesisir pantai dengan
ketinggian pohon yang dapat mencapai 30 m dengan diameter pohon mencapai 50
cm3. Jamur endofit merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam sistem
jaringan tumbuhan seperti biji, daun, bunga, ranting, batang, dan akar. Jamur
endofit dapat diisolasi dari daun Rhizophora apiculata (Santoso et al. 2015).

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi atau pemisahan senyawa kimia dari sumber tanaman merupakan
awal proses isolasi senyawa bioaktif yang berada pada tumbuhan, baik pada biji,
biji, akar ataupun batang. Pada proses pemisahan senyawa bioaktif, pemilihan
metode pemisahan senyawa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan,
karena pada proses pemisahan ini akan ditentukan berapa besar rendemen yang
dihasilkan. Metode pemisahan pada ekstraksi pelarut menggunakan prinsip
kelarutan. Prinsip kelarutan adalah like dissolve like, yaitu pelarut polar akan
melarutkan senyawa polar dan pelarut non polarS akan melarutkan senyawa non
polar (Senja et al. 2014).

Beberapa pelarut organik yang sering digunakan sebagai ekstraktan seperti


benzena, toluena, petroleum eter, metilenklorida, klorofrom, karbon tetraklorida,
etil asetat dan dietil eter. Dalam pemilihan pelarut, hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah selektifitas, sifat racun dan kemudahannya untuk
diuapkan. Alkohol merupakan pelarut yang baik untuk ekstraksi pendahuluan.
Ekstraksi digunakan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia yang larut pada
pelarut. Ada beberapa macam ekstraksi yang biasa digunakan pada proses
pemisahan senyawa bioaktif dari tumbuhan dalam rangka mengetahui rendemen
yang akan dihasilkan, yakni ekstraksi cara dingin yang terdiri dari maserasi,
perkolasi dan sokletasi serta ekstraksi cara panas (Yunianto et al. 2017).

Ekstraksi merupakan salah satu metoda pemisahan zat terlarut dengan


pelarutnya berdasarkan titik didih pelarut. Metode ekstraksi terbagi atas 2 jenis
diantaranya ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-cair
dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan serta sampel yang akan di
ekstraksi, menimbang berat sampel, menghaluskan sampel dengan menggunakan
blender sedangkan Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan meyiapkan semua alat dan
bahan termasuk corong pisah yang digunakan untuk memisahkan antara partisi
metanol, n-heksan, dan etil asetat (Yulianingtyas dan Bambang, 2016).

2.3 Radikal Bebas


Dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan tidak dapat terbebas dari senyawa
radikal bebas. Asap rokok, makanan yang digoreng, dibakar, paparan sinar matahari
berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun dan polusi udara
merupakan beberapa sumber pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal bebas
merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.
Elektron-elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi
senyawa yang sangat reaktif terhadap lingkungan sekitar. Reaksi ini sering disebut
sebagai oksidasi (Umayah dan Moch, 2007).

DPPH merupakan salah satu contoh radikal bebas yang stabil dan tidak
membentuk dimer akibat delokalisasi dari elektron bebas pada seluruh molekul.
Delokalisasi elektron bebas ini juga mengakibatkan terbentuknya warna ungu pada
larutan DPPH, sehingga bisa diukur absorbansinya pada panjang gelombang sekitar
520 nm. Ketika larutan DPPH dicampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan
atom hidrogen, maka warna ungu dari larutan akan hilang seiring dengan
tereduksinya DPPH (Pramesti, 2013).

Metode peredaman radikal bebas DPPH didasarkan pada reduksi dari larutan
methanol radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambatan radikal bebas.
Ketika larutan DPPH yang berwarna ungu bertemu dengan bahan pendonor
elektron maka DPPH akan tereduksi, menyebabkan warna ungu akan memudar dan
digantikan warna kuning yang berasal dari gugus pikril. Uji kuantitatif metode
DPPH dengan metode spektrofotometri visible menggunakan parameter EC50 yaitu
konsentrasi yang efektif untuk menghambat atau meredam sebagian radikal bebas.
Metode spektrofotometri visible terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang
gelombang maksimal DPPH dan penentuan waktu reaksi (Maryam et al. 2016).

Jenis pelarut yang berbeda akan memberikan perbedaan jumlah senyawa


fenolik. Perbedaan tersebut juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk meredam
radikal bebas. Pengujian dengan metode DPPH memberikan nilai IC50 tiap jenis
hasil ekstrak. Efektivitas suatu sampel untuk menangkal radikal bebas dari metode
DPPH dinamakan dengan IC50 (Pramesti, 2013).

2.4 Antioksidan
Antioksidan memiliki kaitan dengan radikal bebas. Antioksidan alam telah
lama diketahui menguntungkan untuk digunakan dalam bahan pangan karena
umumnya derajat toksisitasnya rendah. Selain itu adanya kekhawatiran akan
kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan.
Antioksidan alami memiliki aktivitas penangkapan radikal DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil) ekstrak gambir lebih tinggi dibandingkan antioksidan sintetik Rutin
dan BHT (Diachanty et al. 2017).

Antioksidan alami adalah zat yang dapat mencegah atau menghambat proses
oksidasi sehingga membentuk senyawa yang lebih stabil. Antioksidan golongan
Polifenol adalah kelompok yang paling banyak terdapat dalam buah-buahan,
sayuran, tanaman polongan, biji-bijian, teh, rempah-rempah dan anggur.
Sedangkan Senyawa antioksidan sintetik (antioksidan sintetik) memiliki fungsi
menangkap radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai. berikut adalah contoh
antioksidan sintetik: Butylated hydroxyl anisole (BHA), Butylated
hydroxyrotoluene (BHT), Propyl gallate (PG) dan metal chelating agent (EDTA),
Tertiary butyl hydroquinone (TBHQ) (Adawiyah et al. 2015).

Produksi antioksidan terjadi secara alami untuk mengimbangi produksi radikal


bebas. Antioksidan tersebut kemudian berfungsi sebagai sistem pertahanan
terhadap radikal bebas, namun peningkatan produksi radikal bebas yang terbentuk
akibat faktor stress, radiasi UV, polusi udara dan lingkungan mengakibatkan sistem
pertahanan tersebut kurang memadai, sehingga diperlukan tambahan antioksidan
dari luar (Maryam et al. 2016).

Antioksidan dapat diperoleh dalam bentuk sintesis dan alami. Antioksidan


sintetis seperti buthylatedhydroxytoluene, buthylated hidroksianisol dan ters-
butylhydroquinone secara efektif dapat menghambat oksidasi. Namun, penggunaan
antioksidan sintetik dibatasi oleh aturan pemerintah karena, jika penggunaannya
melebihi batas justru dapat menyebabkan racun dan bersifat karsiogenik, sehingga
dibutuhkan antioksidan alami yang aman (Yanuarti et al. 2017).

Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi elektron


(electron donors) dan secara biologis antioksidan merupakan senyawa yang mampu
mengatasi dampak negatif oksidan dalam tubuh seperti kerusakan elemen vital sel
tubuh. Keseimbangan antara oksidan dan antioksidan sangat penting karena
berkaitan dengan kerja fungsi suatu sistem (Adawiyah et al. 2015).

Antioksidan berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal


bebas penyebab penyakit karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan dalam tubuh
manusia. jika dikaitkan dengan tubuh, Antioksidan diperlukan karena tubuh
manusia tidak memiliki sistem pertahanan antioksidan yang cukup, sehingga
apabila terjadi paparan radikal berlebihan, maka tubuh membutuhkan antioksidan
eksogen (berasal dari luar). Fungsi utama antioksidan adalah memperkecil
terjadinya proses oksidasi, memperkecil terjadinya proses kerusakan,
memperpanjang masa pemakaian, meningkatkan stabilitas serta mencegah
hilangnya kualitas (Pramesti, 2013).

Jenis antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan antioksidan
sintetik. Antioksidan alami banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran
dan buah-buahan, sedangkan yang termasuk dalam antioksidan sintetik yaitu butil
hidroksilanisol (BHA), butil hidroksittoluen (BHT), propilgallat, dan etoksiquin.
Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Salah satu senyawa
golongan polifenol dari gugus flavonoid yaitu katekin. Katekin merupakan senyawa
flavonoid yang dapat ditemukan pada teh hijau, teh hitam, gambir, anggur dan
tanaman pangan lainnya (Salamah dan Erlinda, 2015).

Beragam metode pengukuran telah dikembangkan untuk mengukur


karakteristik total antioksidan, tetapi tidak ada yang benar-benar ideal. Metode
pengukuran aktivitas antioksidan tersebut akan mendeteksi karakteristik yang
berbeda dari antioksidan dalam sampel, hal ini menjelaskan mengapa metode
pengukuran aktivitas yang berbeda akan mengacu pada pengamatan mekanisme
kerja antioksidan yang berbeda pula. Selain DPPH terdapat metode lain dalam
mengukur antioksidan. Metode ini dinamakan metode FRAP. metode FRAP adalah
metode yang digunakan untuk menguji antioksidan dalam tumbuh-tumbuhan.
Kelebihan metode FRAP ini yaitu metodenya murah, reagennya mudah disiapkan
dan cukup sederhana dan cepat (Maryam et al. 2016).
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum ini berlangsung pada Hari Jum’at, tanggal 2


November 2018, pada pukul 13.30 WIB sampai dengan selesai, bertempat di
Laboratorium Bioekologi Kelautan, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat yang digunakan :

No. Alat Fungsi


1. Pengaduk/spatula Untuk mengaduk sampel pada larutan
2. Toples Kaca Sebagai wadah penampung larutan
3. Kertas Saring Untuk memisahkan ampas sampel
4. Gelas Ukur Untuk menampung larutan yang telah
disaring
5. Corong Pemisah Untuk membantu dalam proses
penyaringan
6. Botol Sampel Sebagai wadah penampung hasil filtrat
7. Evaporator Alat yang digunakan untuk mengubah
sebagian atau keseluruhan sebuah
pelarut dari sebuah larutan dari bentuk
cair mnjadi uap
8. Spektrofotometer Alat yang digunakan untuk mengukur
nilai absorbansi
3.2.2 Bahan yang digunakan

No. Alat dan bahan Fungsi


1. Larutan Methanol Larutan yang digunakan
2. Karet Gelang Untuk mengeratkan aluminium foil pada
mulut botol
3. Serbuk sampel Sampel yang akan diolah
4. Tisu Gulung Untk mengeringkan alat
5. Aluminium Foil Sebagai penutup botol

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan menyiapkan semua alat dan bahan termasuk
corong pisah yang digunakan untuk memisahkan antara partisi metanol dengan
sampel. Maserasi dengan pelarut methanol ini sebanyak 2 kali. Ketiga ekstrak yang
diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator pada suhu 500 C sampai
diperoleh ekstrak pekat.

3.3.2 Uji Antioksidan


Sebelum dilakukan pengujian, disiapkan botol vial sebanyak 20 buah (5 buah
untuk kontrol sampel dan 15 untuk sampel dengan konsentrasi masing-masing).
Sampel yang sudah diekstrak disiapkan lalu ditimbang dengan neraca analitik
setelah ditimbang dimasukkan ke 15 botol tersebut. Kemudian beri label
konsentrasi pada masing – masing botol (1000 ppm, 750 ppm, 500 ppm, 250 ppm,
50 ppm) dengan 3x pengulangan tiap konsentrasi. Setelah itu lakukan pengenceran
dengan 5 konsentrasi tersebut sebanyak 3x pengulangan juga. Apabila telah selesai
ditahap larutan dilanjutkan ketahap inkubasi yang dimana melihat perubahan warna
pada sampel. Setelah inkubasi, sampel kemudian diukur dengan spektrofotometer
untuk mendapatkan nilai absorbansinya. Nilai yang telai didapati kemudian disusun
dan dihitung pada Microsoft Excel.

3.4 Analisa Data


1. Rumus pengenceran : C1M1= C2M2

1000 ppm = gr/L

Konsentrasi 750 ppm :


Konsentrasi 500 ppm :

Konsentrasi 250 ppm :

Konsentrasi 50 ppm :

2. Rumus % hambatan :
Keterangan :

A = Absorbansi kontrol negatif = 3 ml methanol + 0,75 ml DPPH

B = Absorbansi Blanko = 3,75 methanol

C = 3 ml sampel + 0,75 DPPH

D = 3 ml sampel + 0,75 ml methanol


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Mangrove

Gambar 1. Rhizophora Apiculata

Diambillah sebanyak 800 gram sampe daun mangrove Rhizophora untuk


dilakukan penanganan sampel. Pertama, siapkan dan pisahkan sampel untuk
mendapatkan sampel yang bagus, lalu sampel diamkan beberapa menit kemudian
ditimbang sebelum dihaluskan. Setelah itu, haluskan sampel. Sampel yang telah
dihaluskan kemudian dimasukkan ke toples kaca. Masukkan larutan etanol kedalam
toples sampal sampel terendam keseluruhan. Sampel diaduk selama 2 x 24 jam agar
sampel yang didapatkan teraduk sempurna. Lalu lakukan penyaringan pada sampel.
Dalam proses penyaringan dilakukan sebanyak 2x penyaringan lalu masukkkan
kedalam botol. Hasil dari penyaringan kemudian dilakukan pemisahan ekstrak
dengan alat rotary evaporator. Hasil akhir dari proses ini berupa ekstrak untuk
dilakukan ketahap pengujian lainnya.

4.2 Aktivitas Antioksidan


4.2.1 Secara Kualitatif

Secara Kualitatif, ketika pengjian antioksidan terlihat terjadi perubahan


warna dari luar, yang dimana didapatkan warna ungu menjadi warna kuning.
Perubahan ini terjadi pada semua jenis konsentrasi, maka dapat disimpulkan bahwa
pengujian antioksidan daun mangrove jenis rhizophora aktif pada keseluruhan
konsentrasi. Banyak yang terjadi dalam proses ini diantaranya pencampuran DPPH
yang tidak sesuai dan alat yang rusak.

4.2.2 Secara Kuantitatif


Secara Kuantitatif, dalam pengukuran uji antioksidan dapat dilihat dengan
pengukuran data (Perhitungan Excel).

absorbansi c
Sampel k(ppm) rerata c abs D % hambatan log K probit log ic 50(x) ic50(ppm)
i ii iii
50 1.872 2.023 1.988 1.9610 0.007 -48.11 1.70 -4.95
250 1.6230 1.991 1.836 1.8167 0.016 -36.48 2.40 -4.64
SIRL 1 500 1.380 1.715 1.270 1.4550 0.025 -8.39 2.70 -5.84 -1.9985866 0.0100326
750 0.965 0.9750 0.983 0.9743 0.037 28.95 2.88 4.42
1000 0.650 0.7240 0.714 0.6960 0.018 48.61 3.00 4.95
Adanya aktivitas antioksidan mengakibatkan terjadinya perubahan warna
pada larutan DPPH yang awalnya berwarna ungu menjadi warna kuning. Nilai
absorbansi yang didapatkan dari pengujian tersebut digunakan untuk menentukan
nilai persen inhibisinya. Persentase inhibisi tertinggi tentu terjadi pada konsentrasi
tertinggi sedangkan persentase inhibisi terendah tentu terjadi pada konsentrasi
terendah. Nilai absorbansi ini didapatkan dari hasil pengukuran dengan alat
spektrofotometer yang dimana dilakukan pada 5 konsentrasi yang berbeda.

Berikut nilai hasil absorbansi (a) kontrol negatif (b) blanko

A B
I 1.236 0.002
II 1.5110 0.004
III 1.2170 0
RERATA 1.3213 0.002
V KESIMPULAN

Adapun yang dapat disimpulkan diantaranya :

1. Mangrove dapat ditemui disekitaran daerah yang terendam dalam air laut
dan dipengaruhi pasang surut dikarenakan tanahnya yang terdiri atas lumpur
dan pasir.
2. Penyebab mangrove yang lebih dominan merusak mangrove ialah
pencemaran.
3. Beberapa pelarut organik yang sering digunakan sebagai ekstraktan
diantaranya benzena, toluena, petroleum eter, metilenklorida, klorofrom,
karbon tetraklorida, etil asetat dan dietil eter.
4. Radikal bebas mudah dijumpai disekeliling bahkan disekitar lingkungan.
5. Antioksidan memiliki ketergantungan dengan radikal bebas.
DAFTAR PUSTAKA

Adawiah, Dede Sukandar, dan Anna Muawanah. 2015. Aktivitas Antioksidan dan
Kandungan Komponen Bioaktif Sari Buah Namnam. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Ilmu Kimia. Vol 1(2): 130 – 136.

Diachanty S, Nurjanah, dan Asadatun Abdullah. 2017. Aktivitas Antioksidan


Berbagai Jenis Rumput Laut Coklat Dari Perairan Kepulauan Seribu.
JPHPI. Vol 20(2): 305 – 318.

Lung J.K.S, dan Dika Pramita Destiani. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin
A, C, E dengan metode DPPH. Farmaka Suplemen. Vol 15(1): 53 – 61.

Majid I, Mimien HIAM, Fachur R dan Istamar S. 2016. Konservasi Hutan


Mangrove Di Pesisir Pantai Kota Ternate Terintegrasi Dengan Kurikulum
Sekolah. Jurnal Bioedukasi. Vol.4(2): 488 - 496.

Maryam St, Muzakkir Baits, dan Ainun Nadia. 2016. Pengukuran Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam.)
Menggunakan Metode Frap (Ferric Reducing Antioxidant Power). Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. Vol 2(2): 115 – 118.

Pramesti R. 2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Caulerpa serrulata


Dengan Metode DPPH (1,1 difenil 2 pikrilhidrazil). Buletin Oseanografi
Marina. Vol 2(1): 7 – 15.

Putri I.J , Fauziyah dan Elfita. 2013. Aktivitas Antioksidan Daun dan Biji Buah
Nipah (Nypa fruticans) Asal Pesisir Banyuasin Sumatera Selatan Dengan
Metode DPPH. Maspari Journal. Vol 5(1): 16 – 21.

Rosyadi1 E, Simon Bambang Widjanarko, dan Dian Widya Ningtyas. 2014.


Pembuatan Lempeng Buah Lindur (Bruguiera Gymnorrhiza) Dengan
Penambahan Tepung Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz). Jurnal Pangan
dan Agroindustri. Vol.2(4): 10 – 17.

Salamah N dan Erlinda Widyasari. 2015. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol


Daun Kelengkeng (Euphoria Longan (L) Steud.) Dengan Metode
Penangkapan Radikal 2,2’-Difenil-1-Pikrilhidrazil. Pharmaciana. Vol 5(1):
25 – 34.

Santoso V.P, Jimmy Posangi, Henoch Awaloei, dan Robert Bara. 2015. Uji efek
antibakteri daun mangrove Rhizophora apiculata terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Jurnal e-Biomedik
(eBm). Vol.3(1): 399 – 405.

Senja R.Y, Elisa, Akhmad K.N dan Erna Prawita S. 2014. Perbandingan Metode
Ekstraksi Dan Variasi Pelarut Terhadap Rendemen Dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Kubis Ungu. Jurnal Trad.Med. Vol.19(1): 43 - 48.

Senoaji G dan Muhammad Fajrin H. 2016. Peranan Ekosistem Mangrove Di Pesisir


Kota Bengkulu Dalam Mitigasi Pemanasan Global Melalui Penyimpanan
Karbon. Jurnal Manusia Dan Lingkungan. Vol.23(3): 327-333.

Umayah U.E dan Moch. Amrun H.. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah
Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose). Jurnal Ilmu Dasar. Vol
8(1): 83 – 90.

Wardhani M.K. 2011. Kawasan Konservasi Mangrove: Suatu Potensi Ekowisata.


Jurnal Kelautan. Vol.4(1): 60 – 76.

Yanuarti R, Nurjanah, Effionora Anwar, dan Taufik Hidayat. 2017. Profil Fenolik
Dan Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak Rumput Laut Turbinaria Conoides
Dan Eucheuma Cottonii. JPHPI. Vol 20(2): 305 – 318.

Yunianto P, Nurhadi, Agus S. 2017. Isolasi, Validasi Metode dan Optimasi Awal
Proses Ekstraksi Senyawa Penanda Eurycomanon dari Akar Tanaman Pasak
Bumi (Eurycoma longifolia). Jurnal Chimica et Natura Acta. Vol.5(2):
70 - 76.

Yulianingtyas A dan Bambang K. 2016. Optimasi Volume Pelarut Dan Waktu


Maserasi Pengambilan Flavonoid Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
Bilimbi L.). Jurnal Teknik Kimia. Vol.10(2): 58 – 64.

You might also like