Professional Documents
Culture Documents
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI IV
PERCOBAAN IV
PENENTUAN BAKTERISID / BAKTERIOSTATIK
Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 7/A
I. Tujuan
1. Mengerjakan satu metode penetuan cara kerja antibiotika.
2. Melihat perubahan konsentrasi terhadap sifat bakterisid dan bakteriostatik.
II. Pendahuluan
2.3 Antibiotik
Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu organisme dan
dapat menghambat pertumbuhan organisme lain. Antibiotik juga dimanfaatkan
untuk bertahan hidup dan menghadapi organisme lain yang mengancam
keberadaannya. Antibiotik ini menunjukkan aktivitas toksisitas selektif dan
mungkin berbeda pada tiap organisme. Sebagian besar antibiotik yang digunakan
dalam beberapa decade terakhir murni berasal dari mikroba (Pathania & Brown
2008).
Zat antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnahkannya.
Zat desinfektan adalah suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai, dan pisau bedah.
Faktor yang mempengaruhi aktifitas antimikroba invitro antara lain adalah pH
lingkungan, komponen-komponen medium, takaran inokulum, lamanya inkubasi
dan aktifitas metabolisme organisme (Afrianto, 2008).
a. Ampisilin Na
Ampisilin termasuk antibiotik yang bersifat bakterisidal dan memiliki
mekanisme kerja yang secara umum menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri.
Mekanisme kerja ampicilin antara lain:
1. Penghambatan sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat transpeptidasi
sintesis peptidoglikan pada aksi enzim transpeptidase bakteri. Transpeptidase
merupakan enzim yang bekerja dalam proses cross-linking dari rantai peptida
dalam membentuk senyawa peptidoglikan yang terjadi pada tahap akhir
pembentukan dinding sel (Essack, 2001; Chamber, 2004). Proses Cross linking
tersebut digunakan dalam integritas struktur dinding sel bakteri.
2. Perlekatan obat pada protein spesifik pengikat penisilin atau Penicillin-Binding
Protein (PBP) yang berlaku sebagai reseptor obat pada bakteri.
3. Aktivasi enzim autolitik pada dinding sel akibat perlekatan obat pada PBP.
Aktivasi tersebut menyebabkan lisis dinding sel bakteri (Jawetz, 1997; Dzen et. al.,
2003).
b. Tetrasiklin HCl
Ampisilin memiliki spektrum kerja yang luas terhadap bakteri Gram negatif,
misalnya E. coli, H. Influenzae, Salmonella, dan beberapa genus Proteus. Namun
ampisilin tidak aktif terhadap Pseudomonas, Klebsiella, dan Enterococci
(Setiabudy dalam Ganiswarna, 1995). Ampisilin banyak digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi saluran pernafasan, saluran cerna dan saluran kemih
(Tan Hoan Tjay dan Raharja, 2002).
Alat Bahan
Cawan Petri
Labu Erlenmeyer
Pipet volume
Tabung Reaksi
IV. Prosedur
4.1 Prosedur Sterilisasi
A. Sterilisasi alat dan media pertumbuhan bakteri
Disterilisasi alat dan media pertumbuhan bakteri dilakukan dengan cara
panas lembab menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Dan untuk
alat-alat tertentu seperti jarum ose dapat disterilisasi dengan cara fiksasi pada nyala
api bunsen.
B. Penyiapan media pertumbuhan bakteri
Nutrient Broth (NB) ditimbang sebanyak 2,2 g dan dimasukan kedalam labu
Erlenmeyer dan ditambahkan sebanyak 275 mL aquadest kedalamnya. Lalu
dipanaskan di atas penangas air dan dimasukkan magnetic stirrer. Dibiarikan
hingga diperoleh larutan yang jernih.
C. Penyiapan bakteri uji
Bakteri uji S. Aureus dibiakkan pada media pertumbuhan nutrient broth
(NB) dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
D. Penyiapan perhitungan konsentrasi antibiotik
Disiapkan perhitunga untuk pengenceran tetrasiklin pada konsentrasi
50,100,200,300, dan 400 µg/ml. Tetrasiklin yang tersedia kapsul tetrasiklin yang
mengandung tetrasiklin 500mg.
0,00 0,01 0,01 0,02 0,03 0,06 0,07 0,08 0,12 0,17 0,13
1 7
3 0 2 5 7 6 6 3 5 9
0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01
2 4
8 2 3 3 7 2 6 4 2 5
0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00
3 2
6 6 0 8 6 5 7 6 2 1
0,01
0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,04 0,01 0,05 0,01
4 5
3 8 2 4 8 9 8 1 8 1
0,00
0,00 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 8
6 2 9 4 4 5 6 8 8 4
0,01
0,01 0,02 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,00 0,01
6 5
7 5 5 8 2 5 6 0 9 1
0,01
0,02 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01
7 1
0 7 6 9 6 4 6 5 2 0
Tabel 5.2 Data pengamatan pertumbuhan bakteri uji oleh pengaruh pemberian antibiotika
Ampisilin terhadap S. aureus
Kel. t0 t1 t2 t3 t4 t5
0,024
1 0,019 0,022 0,024 0,026 0,020
0,083
2 0,019 0,035 0,036 0,048 0,059
0,048
3 0,011 0,022 0,026 0,030 0,040
0,010
4 0,013 0,023 0,026 0,023 0,039
0,020
5 0,007 0,021 0,068 0,005 0,014
0,052
6 0,020 0,025 0,030 0,033 0,045
0,052
7 0,002 0,003 0,023 0,003 0,035
5.3. Grafik
Grafik 5.3 Data pengamatan pertumbuhan normal untuk kontrol (bakteri uji tanpa pemberian
antibiotika) terhadap S. aureus
Grafik 5.3 Data pengamatan pertumbuhan bakteri uji oleh pengaruh pemberian antibiotika
Tetrasiklin terhadap S. aureus
Grafik 5.3 Data pengamatan pertumbuhan bakteri uji oleh pengaruh pemberian antibiotika
Ampisilin terhadap S. aureus
VI. Pembahasan
Menurut (Waluyo, 2008), Nutrien agar suatu medium yang berbentuk padat,
dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar
sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya
yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam
sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef
dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein,
nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrien Agar (NA) merupakan medium
yang berwarna coklat muda yang memiliki Fungsi adalah untuk pengujian aktivitas
bakteri dan pada media Nutrien Agar mengandung nutrisi untuk pertumbuhan
bakteri.
Pada antibiotik Tetrasiklin HCl dengan bakteri uji yang digunakan adalah
S.aureus dengan konsentrasi antibiotik berbeda berturut turut adalah 0,01
µg/cakram kertas, 0,1 µg/cakram kertas, 0,5 µg/cakram kertas, 1 µg/cakram kertas,
2 µg/cakram kertas, dan 10 µg/cakram kertas menghasilkan diameter zona hambat
berturut turut adalah 1,25 cm; 1,94 cm; 1,42 cm; 3,24 cm; 3,26 cm; dan 2,75 cm.
Sedangkan pada bakteri E.coli dengan antibiotik Tetrasiklin HCl dan konsentrasi
yang sama menghasilkan diameter zona hambat berturut turut adalah 0 cm; 0 cm;
2cm; 3,08 cm; 2,16 cm; dan 3 cm. Dari hasil yang didapatkan antibiotik Tetrasiklin
HCl mempunyai spektrum kerja luas karena dapat menghambat pertumbuhan
S.aureus (gram positif) dan E.coli (gram negatif). Apabila hasil yang diperoleh
dibandingkan, maka antibiotik Tetrasiklin HCl sudah dapat bekerja menghambat
bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi yang lebih rendah dibanding pada
bakteri E.coli yaitu 0,01 µg/cakram kertas sedangkan pada bakteri E.coli ampisilin
baru dapat menghambat pertumbuhan pada konsentrasi 0,5 µg/cakram kertas. Hal
ini sudah sesuai dengan literture, yaitu menurut (Todar, 2002), antibiotik tetrasiklin
HCl termasuk ke dalam golongan obat antibiotik memiliki kerja dengan spektrum
luas yaitu antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan pada percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa: