Professional Documents
Culture Documents
Kombinasi obat dapat berupa satu sediaan obat yang mengandung sekurang-kurangnya
dua senyawa aktif dalam perbandingan yang tetap dan masing-masing senyawa aktif
mempunyai peranan pada keseluruhan efektivitas terapi. Penggunaan sekurang-kurangnya
dua sediaan obat dengan senyawa aktif yang berbeda untuk digunakan bersama-sama dan
masing-masing sediaan diharapkan memberikan efektivitas terapi tertentu menuju perbaikan
status klinis, tidak dikategorikan sebagai kombinasi obat dalam arti sesungguhnya. (Joke,
1991)
Pemilihan penggunaan kombinasi obat untuk terapi dan bukan obat tunggal sering
merupakan sesuatu yang kontroversial. Kelebihan kombinasi obat dibandingkan dengan
sediaan obat yang mengandung hanya satu senyawa aktif diharapkan berupa peningkatan
efek terapi, berkurangnya kemungkinan muncul reaksi yang merugikan atau mengganggu
pemakaian dan harga obat yang lebih murah.
Efek merugikan atau menggangu pemakai obat dapat dikurangi dengan sesuatu senyawa
aktif dalam kombinasi obat yang berperan sebagai antagonis terhadap efek yang tidak
dikehendaki dari senyawa aktif utama.
Kelemahan dari penggunaan kombinasi obat dibandingkan dengan sediaan yang
mengandung hanya satu senyawa aktif ilaha rasio dosis yang tidak dapat dikendalikan; dalam
kombinasi terdapat senyawa aktif dengan potensi yang rendah hanya sedikit atau tidak ada kf
ontribusinya kepada efek terapi.; atau dalam kombinasi terdapat senyawa aktif yang
sebenarnya menghambat efektivitas senyawa aktif utama.
B
Gambar 3. Kombinasi Antibiotik Efek Antagonis
Penggunaan kombinasi antibiotika yang tepat harus dapat mencapai sasaran sebagai berikut .
a. Kombinasi bekerja sinergik terhadap mikroba penyebab infeksi
Efek sinergis dari kombinasi antibiotik dapa muncul, bila antibiotik yang terdapat di
dalam kombinsi bekerja pada dua lokasi yang berbeda dalam organism yang mencakup rute
metabolic yang sama ataupun berlainan. Beberapa contoh dari kombinasi penisilin atau
sefalosporin, vankomsin, yang aktif bekerja menghambat sintesis dinding sel bakteri,
mempermudah antibiotik aminoglikosida memasuki sel mikroorganisme, berinteraksi dengan
ribosom dan menghambat sintesis protein mikroorganisme tersebut.
b. Kombinasi mencegah terjadi resistensi mikroba
Penggunaan kombinasi antibiotika untuk mencegah terjadinya resistensi pada
mikroorganisme yang digarap, didasarkan pertimbangan bahwa kemungkinan resistensi
mikroba pada pemakaian simultan dari dua antibiotika yang masing-masing memperlihatkan
resistensi mikroba dengan frekuensi tersendiri, maka kemungkinan resistensi pada pemakaian
simultan , berbanding terbalik dengan hasil kali frekuensi tersebut. Pencegahan resistensi
dengan kombinasi antimikroba, terutama dapat diharapkan pada infeksi oleh hanya satu
mikroba dengan kemampuan pengembangan resistensi lebuh cepat trhadap obat tunggal.
c. Kombinasi sebagai tindak awal pengangan infeksi, bertujuan mencapai sasaran
spectrum kerja luas pada infeksi yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme.
Penggunaan kombinasi untuk spectrum kerjanya dan menangani kasus seperti
septisemia bakteri, sering disalahgunaka. Kombinasi antibiotik tetap digunakan, meskipun
telah diketahui bahwa mikroorganisme yang dihadapi, peka hanya satu antibiotik. Seharusnya
mikroorganismr penyebab infeksi dipastikan secara cermat identitasnya dan dipilih antibiotik
yang tepat untuk menanganinya, karena pada dasarnya satu antibiotik yang digunakan
berdasarkan spectrum aktivitas yang cocok terhadap mikroba penginfeksi, dapat memadai
untuk mengatasi infeksi tersebut. Dengan demikian diperkecil pula toksisitas untuk pasien
karena penggunaan kombinasi berbagai obat dan ditekan pula kemungkinan seleksi muatan
mikroorganisme yang resisten untuk berbagai obat.
d. Kombinasi antibiotik digunakan untuk menangani beberapa infesi sekaligus.
Pada penanganan beberapa infeksi dengan kombinasi antibiotik ada kemungkinan
bahwa kombinasi tidak sinergik terhadap sesuatu mikroorganisme ataupun justru bersifat
antagonis terhadapnya.
Penggunaan kombinasi antibiotika untuk menanggulangi infeksi campuran oleh
berbagai mikroorganisme., perlu memperhitungkan kemungkinan bahwa kombinasi bersifat
antagonis terhadap mikroorganisme tersebut. Obat yang paling lemah aktivitasnya dalam
kombinasi harus secara mandiri aktif terhadap sesuatu mikroorganisme pathogen bila ada
kepekaan mikroorganise yang tumpang tindih.