You are on page 1of 4

BAB II

EPISTAKSIS

DEFINISI

Epistaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu epistazo, yang artinya perdarahan dari hidung
yang dapat berupa perdarahan anterior dan perdarahan posterior. Perdarahan dari hidung ini
dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik).

ETIOLOGI

Pada banyak kasus, tidak mudah untuk mencari penyebab terjadinya epistaksis. Etiologi
epistaksis dapat dari banyak faktor. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
faktor lokal dan faktor sistemik.

A. Faktor Lokal
Beberapa faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya epistaksis, antara lain :
 Trauma nasal
 Obat semprot hidung (nasal spray)
 Penggunaan obat semprot hidung secara terus menerus, terutama golongan
kortikosteroid, dapat menyebabkan epistaksis intermitten. Terdapat kerusakan epitel
pada septum nasi. Epitel ini akan mudah berdarah jika krusta terlepas. Pemakaian
fluticasone semprot hidung selama 4-6 bulan, belum menimbulkan efek samping pada
mukosa.
 Kelainan anatomi: adanya spina, krista dan deviasi septum.
 Tumor intranasal atau sinonasal.
 Sering ditandai dengan adanya riwayat epistaksis yang berulang.
 Iritasi zat kimia, obat-obatan atau narkotika. Seperti dekongestan topikal dan kokain.
 Iritasi karena pemakaian oksigen:
 Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
 Kelainan vaskuler  seperti kelainan yang dikenal dengan Wagener’s granulomatosis
(kelainan yang didapat)
 Infeksi lokal  infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma
spesifik,seperti lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis

B. Faktor Sistemik
Hipertensi tidak berhubungan secara langsung dengan epistaksis. Arteriosklerosis
pada pasien hipertensi membuat terjadinya penurunan kemampuan hemostasis dan
kekakuan pembuluh darah.Penyebab epistaksis yang bersifat sistemik antara lain:
 Sindrom Rendu Osler Weber (hereditary hemorrhagic telangectasia) merupakan
kelainan bawaan yang diturunkan secara autosom dominan. Trauma ringan pada
mukosa hidung akan menyebabkan perdarahan yang hebat. Hal ini disebabkan oleh
melemahnya gerakan kontraktilitas pembuluh darah serta terdapatnya fistula
arteriovenous
 Infeksi sistemik akut  Demam berdarah, demam typhoid, influenza, morbili,
demam tifoid.
 Efek sistemik obat-obatan golongan antikoagulansia (heparin, warfarin) dan
antiplatelets (aspirin, clopidogrel).
 Kegagalan fungsi organ seperti uremia dan sirosis hepatis
 Atheroslerosis, hipertensi dan alkohol.
 Kelainan hormonal.
 Seperti kelebihan hormon adrenokortikosteroid atau hormon mineralokortikoid,
pheochromocytoma, hyperthyroidism atau hypothyroidism, kelebihan hormon
pertumbuhan dan hyperparathyroidism

PATOFISIOLOGI

Rongga hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian depan, tepatnya
pada sekat yang membagi rongga hidung kita menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah
yang disebut pleksus Kiesselbach. Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak cabang-
cabang dari pembuluh darah yang cukup besar antara lain dari arteri sphenopalatina.
Rongga hidung mendapat aliran darah dari cabang arteri maksilaris (maksila=rahang atas)
interna yaitu arteri palatina (palatina=langit-langit) mayor dan arteri sfenopalatina. Bagian depan
hidung mendapat perdarahan dari arteri fasialis (fasial=muka). Bagian depan septum terdapat
anastomosis (gabungan) dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri
labialis superior dan arteri palatina mayor yang disebut sebagai pleksus kiesselbach (little’s
area).
Jika pembuluh darah tersebut luka atau rusak, darah akan mengalir keluar melalui dua
jalan, yaitu lewat depan melalui lubang hidung, dan lewat belakang masuk ke tenggorokan.

KLASIFIKASI
Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus
epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan berasal dari
pleksus kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga hidung posterior melalui
cabang a.sfenopalatina.
Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari lubang
hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas seperti mual,
muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior melibatkan pembuluh darah
besar sehingga perdarahan lebih hebat jarang berhenti spontan

ANAMNESIS
Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari bagian depan
dan belakang hidung. Perhatian ditujukan pada bagian hidung tempat awal
terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung yang terbanyak mengeluarkan darah. Pada
anamnesis harus ditanyakan secara spesifik mengenai beratnya perdarahan, frekuensi, lamanya
perdarahan, dan riwayat perdarahan hidung sebelumnya. Perlu ditanyakan juga mengenai
kelainan pada kepala dan leher yang berkaitan dengan gejala-gejala yang terjadi pada
hidung. Bila perlu, ditanyakan juga mengenai kondisi kesehatan pasien secara umum
yang berkaitan dengan perdarahan misalnya riwayat darah tinggi, arteriosclerosis,
koagulopati, riwayat perdarahan yang memanjang setelah dilakukan operasi kecil, riwayat
penggunaan obat-obatan seperti koumarin, NSAID, aspirin, warfarin, heparin,
ticlodipin, serta kebiasaan merokok dan minum-minuman keras.

PEMERIKSAAN FISIK

. Pada pemeriksaan fisik, epistaksis seringkali sulit dibedakan dengan


hemoptysis atau hematemesis untuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus
ditempatkan dalam posisi dan ketinggian yang memudahkan pemeriksa bekerja.
Harus cukup sesuai untuk mengobservasi atau mengeksplorasi sisi dalam hidung.
Dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat pengisap dibersihkan
s e m u a k o t o r a n d a l a m h i d u n g b a i k c a i r a n , s e k r e t m a u p u n d a r a h ya n g s u d a h
m e m b e k u ; sesudah dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari
tempat dan faktor-faktor penyebab perdarahan. Setelah hidung dibersihkan,
dimasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan anestesi lokal yaitu larutan
pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yang ditetesi larutan adre nalin 1/1000 ke
dalam hidung untuk m e n g h i l a n g k a n r a s a s a k i t d a n m e m b u a t v a s o k o n t r i k s i
p e m b u l u h d a r a h s e h i n g g a perdarahan dapat berhenti untuk sementara. Sesudah 10-15
menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.

You might also like