Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Tn Ashari
Usia : 71 Tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
2. Anamnesis
Keluhan Utama : BAB Hitam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS PKU Mayong Jepara diantar oleh istrinya
dengan keluhan bab hitam 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Bab
dirasakan lengket dan sedikit cair dengan frekuensi 2-3x perhari. Pasien
merasa setiap ingin bab merasa pusing dan saat bab perut terasa panas dan
mules. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati 2 minggu, kembung,
nyeri dada.
Riwayat mual muntah (+), lemas (+), nyeri kepala (+), batuk, pilek
disangkal. Bak normal jernih dan lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat opname : diakui
- Riwayat alergi : disangkal
2
- Riwayat ganti susu formula : disangkal
- Riwayat gastritis : diakui
- Riwayat HT : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
Riwayat Keluarga
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya, pasien sudah tidak bekerja, Ibu
sebagai Ibu Rumah Tangga, kesan Ekonomi cukup.Pasien mengaku
merokok sejak usia 15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari. Namun pasien
sudah berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Pasien jarang berolah raga,
makan 2x perhari namun tidak teratur dan pasien senang makan asam dan
pedas. Pasien sering minum jamu 1x/hari dan minum kopi setiap hari
setelah bekerja. Pasien juga memiliki riwayat minum alcohol namun
jarang tidak lebih dari 2x dalam 1 bulan.
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Tampak Lemah
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/70 mmHg
b. Nadi : 88 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 22 kali/menit
d. Suhu : 36,4 ºC
4. Status Generalis
a. Kepala
Mesosefal, simetris, ekspresi tampak lemas, warna rambut hitam, tidak
mudah dicabut, tanda trauma (-).
b. Mata
3
Bentuk normal, tampak cekung (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva
anemis (+/+), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+), kornea jernih
(+/+).
c. Hidung
Bagian luar hidung tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam
perabaan baik, nafas cuping hidung (-)
d. Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik, nyeri
tekan processus mastoideus (-)
e. Mulut
Stomatitis (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-),
atrofi papil (-), stomatitis (-), Tonsil T1-T1.
f. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
g. Dada
Bentuk normal, retraksi (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
h. Torax
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, gerak pernafasan
simetris tidak tampak pergerakan nafas yang tertinggal, tulang iga tidak
terlalu vertikal maupun horizontal, retraksi otot-otot pernapasana (-).
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan dada. Ictus cordis teraba
setinggi ICS 5 1 cm dari garis midclavicula kiri.Perkusi : Didapatkan
perkusi sonor pada kedua lapang paru.
- batas paru dengan hepar : setinggi ICS 5 linea midclavicula kanan
dengan suara redup
- batas paru dengan jantung kanan : setinggi ICS 3 hingga 5 linea
sternalis kanan dengan suara redup
- batas paru dengan jantung kiri : setinggi ICS 5 1 cm linea
midclavicula kiri dengan suara redup
- batas atas jantung : setinggi ICS 3 linea parasternal kiri dengan
suara redup
4
Auskultasi :
5
- MCHC 33,9 32 – 37 g/dL
Diff Count
- Eosinofil 0 2–4%
- Basofil 0 0–1%
- Neutrofil Batang 0 2–6%
- Neutrofil Segmen 53 50 – 70 %
- Limfosit 7 25 – 40 %
- Monosit 6 2–6%
Kimia Klinik
- GDS 102 70 – 150 mg/dl
1. Endoscopi
8. RESUME PEMERIKSAAN
9. DAFTAR MASALAH
- BAB Hitam
- Lemas
- Nyeri Ulu hati
- Gastritis erosif
6
10. DIAGNOSIS
Gastritis Erosif
Anemia
11. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. Asering/8 jam
2. Pantoprazole 1amp
3. Vit k 3x1
4. Kalnex 3x1
5. Transfusi 400 cc
6. Sucralfat 4x1 cth
7. Antasida 3x1 cth
b. Non medikamentosa
1. Istirahat yang cukup
2. Hindari faktor penyebab misalnya stress, penggunaan obat-obat pilkita,
alkohol, dapat meningkatkan asam lambung
3. Makanan lunak misalnya bubur saring, hindari makan makanan yang pedas
dan asam. Makan berprotein tinggi misalnya putih telur, tempe, segala jenis
ikan-ikan basah.
4. Hindari minuman yang merangsang asam lambung misalnya soft drink.
12. PROGNOSIS
7
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
- sesak - Paru : Sn
sudah vesikuler
berkurang +/+, ronki -
/-, wheezing
- pegal-
-/-
pegal
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani
Lab :
- Ureum
Creatinin
(N)
8
- Klorida 111
- Protein
total 5.1
g/dl
- Albumin
2.9 g/dl
- Globulin 2.2
g/dl
Hematologi
- Leukosit
2,3
- Eritrosit
3,3
- Hb 7,4
- Hematokrit
24
- Trombosit
49
- MCV
73,5
- MCH
22,6
- MCHC
30,7
- RDW
23,6
9
6/06/2014 - bab cair TD 110/70mmHg - Anemia PRC 200 cc
tapi sudah gravis ec
N 76x/menit Asering/8 jam
tidak hitam melena
RR 28x/menit dengan Vit k 3x1
- nyeri
perbaikan
perut S 38 oC Kalnex 3x1
- Susp
- kembung Mata : CA -/-, SI -/- Pantroprazole 1x1
PVO
- pusing Thx Ca glukonas 1x1
Hematologi
- Leukosit
3,3
- Eritrosit
4,3
- Hb
10,3
10
- Hematokrit
32
- Trombosit
46
- MCV
75,3
- MCH
24,2
- MCHC
32,1
- RDW
22,5
11
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani
- Paru : Sn
vesikuler
+/+, ronki -
/-, wheezing
-/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani
12
Hematologi
- Leukosit
3,8
- Eritrosit
4,3
- Hb
10,5
- Hematokrit
33
- Trombosit
49
- MCV
75,3
- MCH
24,4
- MCHC
32,1
- RDW
22,4
Faal hemostasis
- Waktu pendarahan
3.00 menit
- Waktu pembekuan
12.00 menit
13
10/06/2014 Sudah TD 110/70 mmHg - Anemia Asering/8 jam
tidak ada gravis ec
N 68x/menit Vit k 3x1
keluhan melena
RR 19x/menit dengan Kalnex 3x1
perbaikan
S 36,7oC Pantroprazole 1x1
- Paru : Sn
vesikuler
+/+, ronki -
/-, wheezing
-/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani
9/06/2014
Hematologi
- Leukosit
3,0
14
- Eritrosit
4,4
- Hb
10,0
- Hematokrit
33
- Trombosit
68
- MCV
75,3
- MCH
22,9
- MCHC
30,4
- RDW
22,5
Hematologi
- Leukosit
2,7
- Eritrosit
4,2
- Hb
10,2
- Hematokrit
32
- Trombosit
60
15
- MCV
75,9
- MCH
24,5
- MCHC
32,3
- RDW
22,1
Endoskopi
- Esofagus :
mukosa normal,
tak tampak
kelainan
- Gaster : Antrum
tampak erosi,
perdarahan
tidak ada, lain-
lain tak tampak
kelainan
- Duodenum :
mukosa normal,
tak tampak
ulkus ataupun
perdarahan.
• Kesan :
Gastritis
erosiva
ringan,
16
perdarahan
tidak ada.
17
BAB III
ANEMIA
2.1 Definisi
2.2 Kriteria
2.3 Klasifikasi
18
No Morfologi Sel Keterangan Jenis Anemia
2. GASTRITIS EROSIF
I. Definisi
19
Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan local.
Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alcohol, dan aspirin
merupakan pencetus yang lazim. Infeksi Helicobacter pylori lebih sering
dianggap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi
non steroid (OAINS), sulfonamide, steroid juga diketahui mengganggu
sawar mukosa lambung.
II. Epidemiologi
20
dyspepsia yang dilakukan endoskopi, ditemukan 86,41% penderita
mengalami dyspepsia fungsional. Data-data penelitian dari luar
negeri yang menunjukan angka yang tidak terlalu berbeda. 3
III. Etiologi
a. Obat-obatan: Asam asetil salisilat (terutama), indomethacin,
sulfonamide, OAINS dan steroid. Misal, aspirin dalam dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Alkohol
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar,
sepsis.
d. Mencerna asam atau alkali kuat, dll
e. Inflamasi lambung yang dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh Helicobacter pylori
IV. Patomekanisme
21
Zat kimia maupun makanan yg merangsang menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Fungsi mukus untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak
ikut tercerna. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus)dan pembuluh darah.
Diagnosis
22
Diagnosis gastritis erosive ditegakkan berdasarkan pengamatan
klinis, pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi), dan hasil
biopsy untuk pemeriksaan kuman Helicobacter pylori (Tarigan, P.,
2007).
Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosive.
Dengan endoskopi memungkinkan visualisasi dan dokumentasi
fotografik sifat ulkus, ukuran, bentuk dan lokasinya dapat menjadi dasar
referensi untuk penilaiian penyembuhan.
Pada pemeriksaan rediologi didapatkan gambaran niche atau crater.
Pemeriksaan tes CLO/PA untuk menunjukan apakah ada infeksi
Helicobacter pylori dalam rangka eredaksi kuman.
VI. Terapi
a. Non-medikamentosa
i. Istirahat
Stres dan kecemasan memegang peran penting dalam
peningkatan asam lambung. Sebaiknya pasien hidup tenang
dan menerima stress dengan wajar.
ii. Diet
b. Medikamentosa
i. Antasida
23
Pada saat ini sudah jarang digunakan, sering untuk
menghillangkan rasa sakit. Dosis: 3x1 tablet.
iii. Sukralfat
iv. Prostaglandin
24
2x400mg, Ranitidin 300mg/hari, Nizatidin 1x300mg,
Famotidin 1x40mg, Roksatidin 2x75mg.
1. Omeprazol 2x20mg
2. Lanzoprazol/Pantoprazol 2x40mg
vii. Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
1. Terapi tripel
a. PPI 2X1 + Amoksilin 2x1000 + Klaritromisin
2x500
b. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 +
Klaritromisin 2x500
c. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 + Amoksilin
2x1000
d. PPI 2X1 + Mertonidazol 3x500 + Tetrasiklin
4x500
2. Terapi Kuadrapel: jika gagal dengan terapi tripel.
Regimen terapinya yaitu: PPI 2X1. Bismuth 4x2,
metronidazole 4x250, tetrasiklin 4x500.
VII. Tindakan operasi
25
refrakter, darurat karena komplikasi perdarahan dan perforasi, dan sangka
keganasan. 4
ENDOSCOPI
Definisi
Endoscopi melihat kedalam, yang dalam hal ini berarti melihat kedalam tubuh
manusia untuk suatu alasan medis. Endoscopi adalah suatu alat yang
menggunakan sistem fiberoptik dengan sistem pencahayaan yang memungkinkan
visualisasi kedalam bagian tubuh tertentu.
Teknik Endoscopi
Teknik Endoscopi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu diagnostik dan
Terapeutik. Pemeriksaan Saluran Cerna Bagian Atas disebut esofago Gastro
Duodenoscopi (EGD) dan Saluran Cerna Bagian Bawah disebut kolonoscopi.
Esofagogastroduodenoscopi (EGD)
a. Diagnostik
Esofagogastroduodenoscopi (EGD) dan biopsy
b. Terapeutik
- Skleroterapi dan ligasi varises esofagus
- Skleroterapi histoacryl varises esofagus
- Pemasangan stent esofagus
- Pemasangan flowcare
- Pemasangan Percutaneus Endoscopic Gastrostomy(PEG)
- Dilatasi esophagus dengan busi Savary-Guillard
- Polipektomi polip esofagus, gaster dan duodenum
- Hemostatis endoscopi (perdarahan non varises : adrenalin + aethoxysclerol,
berryplast endoclip dll).
- Endoscopic Mucosal Resection(EMR)
- Terapi laser pada tumor, perdarahan dll.
c. Indikasi
- Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
26
- Dispepsia
- Disfagia
- Odinofagia
- Nyeri Epigastrium Kronis
- Kecurigaan Obsruksi Outlet
- Survey Endoscopi curiga keganasan
- Nyeri dada tak khas
d. Kontra Indikasi Absolut:
- Tidak kooperatif
- Psikopat
- Alergi obat premedikasi
- Syok
- Infark miokard akut
- Respiratori distress
- Perdarahan masif
e. Kontra indikasi Relatif
- Kelainan kolumna vertebralis
- Gagal jantung
- Sesak nafas
- Gangguan kesadaran
- Infeksi akut
- Aneurisma aorta torakalis
- Tumor Mediastinum
- Stenosis esofagus
- Gastritis korosif akut
- Gastritis flegmonosis
f. Persiapan Pasien
- Pendekatan dan motivasi pasien sekaligus “Informe Consent”, sambil
diterangkan mengenai kegunaan pemeriksaan, jenis pemeriksaan yang akan
dikerjakan, serta keadaan-keadaan yang mungkin dirasakan pada waktu diperiksa
seperti kembung, mual, sedikit rasa tak nyaman dsb. Diterangkan kemungkinan
27
terjadi komplikasi meskipun jarang.
- Hemoglobin >10 g/dl, Ht, Trombosit dalam batas normal. Pada pasien saat
dilakukan endoscopi Hb 10 g/dl, Ht 33%, dengan trombosit 68 ribu/ul dengan faal
hemostatis yang normal.
- Puasa tidak makan tetapi dapat minum obat yang diperlukan, paling tidak
6 jam sebelum pemeriksaan.
- Gigi palsu dan kacamata dilepas.
- Dilakukan penyuntikan xylocain spray pada tenggorokan.
- Bila perlu dilakukan penyuntikan obat.
- Cara menelan dan bernafas panjang diampilkan pada waktu pemeriksaan.
- Berbaring dengan posisi miring kekiri,tangan kiri dibawah bantal dan
tangan kanan diatas paha kanan.
g. Premedikasi
- Tidak selalu diberikan dan hanya diberikan pada pasien yang sensitif.
Sedasi diberikan diazepam 5-10mgiv/im atau midazolam 2,5mgiv Dapat juga
diberikan pethidin 0,5-1mg/kg bb iv 30 menit sebelum pemeriksaan
- Gascon 15cc peroral 5-10 menit sebelum tindakan
- Sprai xilocain 10% merata keseluruh faring,uvula dan hipofaring
- 5-10 menit sebelum pemeriksaan.
h. Penyulit
- Perforasi
- Perdarahan
- Gangguan kardio pulmoner
- Reaksi obat-obatan
- Penularan infeksi
- Pneumonia aspirasi
- Instrument Impaction
i. Perawatan Pasca Endoscopi
- Pasien boleh makan dan minum setelah 1-2jam pasca endoscopi untuk
menghindari aspirasi
- Bila pasien diberi sedasi diobservasi diruang pemulihan sampai sadar
28
- Pasien rawat jalan tidak boleh membawa kendaraan sendiri.
- Bila dilakukan biopsi,dianjurkan makan makanan cair atau bubur saring
selama beberapa waktu tergantung apa yang ditemuka dan berapa banyak biopsi
dilakukan. Bila ada perdarahan pasien diminta menghubungi dokter.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adamson WJ et al, 2005, Anemia and Polycythemia in Harrison’s Principles of
Internal Medicine 16th edition ; NewYork : McGraw Hill.
2. Supandiman I dan Fadjari H, 2006, Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV ; Jakarta : FKUI
3. Kuipers E, Blaser MJ. Acid peptic disease. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil
Medicine. 24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 141.
4. Lee EL, Feldman M. Gastritis and gastropathies. In: Feldman M, Friedman LS,
Brandt LJ, eds. Sleisenger and Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 9th
ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2010:chap 51.
5. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi Gastrointestinal. Jilid I. Jakarta: Salemba
Medika;2008.hlm. 51-52.69-72.
29