You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Tn Ashari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 71 Tahun

Suku Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Nalumsari, Jepara

Status : Menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Tanggal Masuk : 16 februari 2019

Tanggal Periksa : 18 februari 2019

2. Anamnesis
 Keluhan Utama : BAB Hitam
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS PKU Mayong Jepara diantar oleh istrinya
dengan keluhan bab hitam 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Bab
dirasakan lengket dan sedikit cair dengan frekuensi 2-3x perhari. Pasien
merasa setiap ingin bab merasa pusing dan saat bab perut terasa panas dan
mules. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati 2 minggu, kembung,
nyeri dada.
Riwayat mual muntah (+), lemas (+), nyeri kepala (+), batuk, pilek
disangkal. Bak normal jernih dan lancar.
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat opname : diakui
- Riwayat alergi : disangkal

2
- Riwayat ganti susu formula : disangkal
- Riwayat gastritis : diakui
- Riwayat HT : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Keluarga
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya, pasien sudah tidak bekerja, Ibu
sebagai Ibu Rumah Tangga, kesan Ekonomi cukup.Pasien mengaku
merokok sejak usia 15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari. Namun pasien
sudah berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Pasien jarang berolah raga,
makan 2x perhari namun tidak teratur dan pasien senang makan asam dan
pedas. Pasien sering minum jamu 1x/hari dan minum kopi setiap hari
setelah bekerja. Pasien juga memiliki riwayat minum alcohol namun
jarang tidak lebih dari 2x dalam 1 bulan.
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Tampak Lemah
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/70 mmHg
b. Nadi : 88 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 22 kali/menit
d. Suhu : 36,4 ºC
4. Status Generalis
a. Kepala
Mesosefal, simetris, ekspresi tampak lemas, warna rambut hitam, tidak
mudah dicabut, tanda trauma (-).
b. Mata

3
Bentuk normal, tampak cekung (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva
anemis (+/+), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+), kornea jernih
(+/+).
c. Hidung
Bagian luar hidung tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam
perabaan baik, nafas cuping hidung (-)
d. Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik, nyeri
tekan processus mastoideus (-)
e. Mulut
Stomatitis (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-),
atrofi papil (-), stomatitis (-), Tonsil T1-T1.
f. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
g. Dada
Bentuk normal, retraksi (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
h. Torax
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, gerak pernafasan
simetris tidak tampak pergerakan nafas yang tertinggal, tulang iga tidak
terlalu vertikal maupun horizontal, retraksi otot-otot pernapasana (-).
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan dada. Ictus cordis teraba
setinggi ICS 5 1 cm dari garis midclavicula kiri.Perkusi : Didapatkan
perkusi sonor pada kedua lapang paru.
- batas paru dengan hepar : setinggi ICS 5 linea midclavicula kanan
dengan suara redup
- batas paru dengan jantung kanan : setinggi ICS 3 hingga 5 linea
sternalis kanan dengan suara redup
- batas paru dengan jantung kiri : setinggi ICS 5 1 cm linea
midclavicula kiri dengan suara redup
- batas atas jantung : setinggi ICS 3 linea parasternal kiri dengan
suara redup

4
Auskultasi :

- Jantung : Bunyi jantung I & II regular murmur (-) gallop (-).


- Paru : Suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronki (-/-).
i. Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, perut buncit,
smiling umbilicus (-), hernia umbilikalis (-), pulsasi abnormal (-), spider
navy (-).
Auskultasi : BU (+) normal.
Perkusi : Didapatkan timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting
dullness (-).
Palpasi : Teraba kembung, tidak teraba massa , defence muscular (-),
nyeri tekan epigastrium. Nyeri lepas (-).
Hepar, lien tidak teraba, ballotemen (-).
j. Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, tidak tampak efloresensi yang bermakna, oedem
ekstremias superior (-/-), oedem ekstremitas inferior (-/-), palmar
eritema (-/-).
Palpasi : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. LABORATORIUM
Tanggal 16 februari 2019

Parameter Hasil Nilai Normal


Darah Rutin
- Hb 8,2 14.0 – 16.0 g/dl
- Leukosit 7.200 4.500 - 11.000 /mm3
- Trombosit 669.000 150.000 - 450.000 /mm3
- Eritrosit 2,56 4,0 – 5,1 jt/uL
- Hematokrit 24,3 37 – 43 %
- MCV 94,9 82 – 95 fl
- MCH 32 27 – 31 pg

5
- MCHC 33,9 32 – 37 g/dL
Diff Count
- Eosinofil 0 2–4%
- Basofil 0 0–1%
- Neutrofil Batang 0 2–6%
- Neutrofil Segmen 53 50 – 70 %
- Limfosit 7 25 – 40 %
- Monosit 6 2–6%
Kimia Klinik
- GDS 102 70 – 150 mg/dl

7. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Endoscopi

8. RESUME PEMERIKSAAN

Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang ke IGD RS PKU Mhamadiyah


Mayong dengan melena 3 hari SMRS, nyeri pada epigastrium, , maag, merokok
usia 15 tahun sebanyak 2-3 batang per hari, makan 2x perhari tidak teratur dan
pasien senang makan asam dan pedas, minum jamu 1x/hari dan minum kopi
setiap hari, riwayat minum alkohol. Pada pemeriksaan didapatkan takipnoe,
konjungtiva anemis. Perut kembung dan nyeri tekan epigastrium 2 minggu.

Pada pemeriksaan lab didapatkan anemia gravis yaitu penurunan hb


8,1g/dl, penurunan eritrosit dan hematokrit.

9. DAFTAR MASALAH

- BAB Hitam
- Lemas
- Nyeri Ulu hati
- Gastritis erosif

6
10. DIAGNOSIS
 Gastritis Erosif
 Anemia
11. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. Asering/8 jam
2. Pantoprazole 1amp
3. Vit k 3x1
4. Kalnex 3x1
5. Transfusi 400 cc
6. Sucralfat 4x1 cth
7. Antasida 3x1 cth
b. Non medikamentosa
1. Istirahat yang cukup
2. Hindari faktor penyebab misalnya stress, penggunaan obat-obat pilkita,
alkohol, dapat meningkatkan asam lambung
3. Makanan lunak misalnya bubur saring, hindari makan makanan yang pedas
dan asam. Makan berprotein tinggi misalnya putih telur, tempe, segala jenis
ikan-ikan basah.
4. Hindari minuman yang merangsang asam lambung misalnya soft drink.

12. PROGNOSIS

Qua ad Vitam : dubia ad bonam

Qua ad Sanam : dubia ad bonam

Qua ad Fungsionam : dubia ad bonam

7
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan

5/06/2014 - bab hitam TD 100/60mmHg - Anemia PRC 200 cc


dan lengket gravis ec
N 64x/menit Asering/8 jam
1x sore hari melena
RR 24x/menit Vit k 3x1
- nyeri - Susp
perut S 36,7 oC PVO Kalnex 3x1

- kembung Mata : CA -/-, SI -/- Pantoprazole 1x1

- pusing Thx Antacid 3x1 cth

- sesak - Paru : Sn
sudah vesikuler
berkurang +/+, ronki -
/-, wheezing
- pegal-
-/-
pegal
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani

Eks : akral hangat


(+/+)

Lab :

- Ureum
Creatinin
(N)

8
- Klorida 111
- Protein
total 5.1
g/dl
- Albumin
2.9 g/dl
- Globulin 2.2
g/dl
Hematologi

- Leukosit
2,3

- Eritrosit
3,3
- Hb 7,4
- Hematokrit
24
- Trombosit
49
- MCV
73,5
- MCH
22,6
- MCHC
30,7
- RDW
23,6

9
6/06/2014 - bab cair TD 110/70mmHg - Anemia PRC 200 cc
tapi sudah gravis ec
N 76x/menit Asering/8 jam
tidak hitam melena
RR 28x/menit dengan Vit k 3x1
- nyeri
perbaikan
perut S 38 oC Kalnex 3x1
- Susp
- kembung Mata : CA -/-, SI -/- Pantroprazole 1x1
PVO
- pusing Thx Ca glukonas 1x1

- sesak - Paru : Sn Antacid 3x1 cth


sudah vesikuler
berkurang +/+, ronki -
/-, wheezing
- pegal-
-/-
pegal
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani

Eks : akral hangat


(+/+)

Hematologi

- Leukosit
3,3

- Eritrosit
4,3
- Hb
10,3

10
- Hematokrit
32
- Trombosit
46
- MCV
75,3
- MCH
24,2
- MCHC
32,1
- RDW
22,5

7/06/2014 - bab cair TD 110/60 mmHg - Anemia Asering/8 jam


tapi sudah gravis ec
N 64x/menit Vit k 3x1
tidak hitam melena
RR 20x/menit dengan Kalnex 3x1
- nyeri
perbaikan
perut S 37,1oC Pantroprazole 1x1
- Susp
- sesak Mata : CA -/-, SI -/- Antacid 3x1 cth
PVO
sudah
Thx
berkurang - Susp ITP
- Paru : Sn
- sedikit
vesikuler
batuk
+/+, ronki -
/-, wheezing
-/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)

11
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani

Eks : akral hangat


(+/+)

8/06/2014 - bab cair TD 110/80 mmHg - Anemia Asering/8 jam


tapi sudah gravis ec
N 60x/menit Vit k 3x1
tidak hitam melena
RR 19x/menit dengan Kalnex 3x1
- perut
perbaikan
kembung S 36,1oC Pantroprazole 1x1
- Susp
Mata : CA -/-, SI -/- Antacid 3x1 cth
PVO
Thx Vitalzym 3x1

- Paru : Sn
vesikuler
+/+, ronki -
/-, wheezing
-/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani

Eks : akral hangat


(+/+)

12
Hematologi

- Leukosit
3,8

- Eritrosit
4,3
- Hb
10,5
- Hematokrit
33
- Trombosit
49
- MCV
75,3
- MCH
24,4
- MCHC
32,1
- RDW
22,4
Faal hemostasis

- Waktu pendarahan
3.00 menit

- Waktu pembekuan
12.00 menit

13
10/06/2014 Sudah TD 110/70 mmHg - Anemia Asering/8 jam
tidak ada gravis ec
N 68x/menit Vit k 3x1
keluhan melena
RR 19x/menit dengan Kalnex 3x1
perbaikan
S 36,7oC Pantroprazole 1x1

Mata : CA -/-, SI -/- Antacid 3x1 cth

Thx Vitalzym 3x1

- Paru : Sn
vesikuler
+/+, ronki -
/-, wheezing
-/-
- Jantung : S1
dan S2 reg,
M (-), G (-)
Abd : supel, NT
(+), NTE (+)
timpani

Eks : akral hangat


(+/+)

9/06/2014

Hematologi

- Leukosit
3,0

14
- Eritrosit
4,4
- Hb
10,0
- Hematokrit
33
- Trombosit
68
- MCV
75,3
- MCH
22,9
- MCHC
30,4
- RDW
22,5

Hematologi

- Leukosit
2,7

- Eritrosit
4,2
- Hb
10,2
- Hematokrit
32
- Trombosit
60

15
- MCV
75,9
- MCH
24,5
- MCHC
32,3
- RDW
22,1
Endoskopi

- Esofagus :
mukosa normal,
tak tampak
kelainan

- Gaster : Antrum
tampak erosi,
perdarahan
tidak ada, lain-
lain tak tampak
kelainan

- Duodenum :
mukosa normal,
tak tampak
ulkus ataupun
perdarahan.

• Kesan :
Gastritis
erosiva
ringan,

16
perdarahan
tidak ada.

17
BAB III

ANEMIA

2.1 Definisi

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa


eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Anemia gravis adalah kadar
Hb 5 - 6 g/dl. Keluhan anemia terjadi bila kadar Hb <8 g/dl berupa lemah, letih,
lesu, lunglai dan diperlukan transfusi darah jika kadar Hb <7 g/dl. 1

2.2 Kriteria

Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit


adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Harga
normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologis tergantung jenis kelamin,
usia, kehamilan dan ketinggian tempat tinggal.

Kriteria anemia menurut WHO adalah:

NO KELOMPOK KRITERIA ANEMIA

1. Laki-laki dewasa < 13 g/dl

2. Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl

3. Wanita hamil < 11 g/dl

2.3 Klasifikasi

Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologi.


Klasifikasi morfologi didasarkan pada ukuran dan kandungan hemoglobin.2

18
No Morfologi Sel Keterangan Jenis Anemia

1. Anemia Bentuk eritrosit yang - Anemia Pernisiosa


makrositik - besar dengan - Anemia defisiensi folat
normokromik konsentrasi
hemoglobin yang
normal

2. Anemia Bentuk eritrosit yang - Anemia defisiensi besi


mikrositik - kecil dengan - Anemia sideroblastik
hipokromik konsentrasi - Thalasemia
hemoglobin yang
menurun

3. Anemia Penghancuran atau - Anemia aplastik


normositik - penurunan jumlah - Anemia posthemoragik
normokromik eritrosit tanpa disertai - Anemia hemolitik
kelainan bentuk dan - Anemia Sickle Cell
konsentrasi - Anemia pada penyakit
hemoglobin kronis

2. GASTRITIS EROSIF

I. Definisi

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa


lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau local. Gastritis
erosive bila terjadi kerusakan mukosa lambung yang tidak meluas sampai
epitel.

19
Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan local.
Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alcohol, dan aspirin
merupakan pencetus yang lazim. Infeksi Helicobacter pylori lebih sering
dianggap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi
non steroid (OAINS), sulfonamide, steroid juga diketahui mengganggu
sawar mukosa lambung.

II. Epidemiologi

Adanya kasus gastritis di masyarakat:


a. Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record suatu Rumah
Sakit pada tahun 2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat
dengan penyakit infeksi pada saluran pencernaan adalah 55%
dengan diare, 34,5% dengan gastritis, 4% dengan infeksi usus, 3,5%
dengan peritonitis, dan 3% dengan penyakit infeksi lainnya.
b. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan
lambungnya, menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami
kenaikan grafik. Di penjuru dunia saat ini penderita gastritis
mencapai 1,7 miliar. Hasil penelitian riset Brain & Co dengan PT.
Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1645 perponden di Medan,
Jakarta, Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dai jumlah
responden menderita gastritis.
c. Menurut dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi
Gastroenterologi – Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo dari hasil penelitian yang
dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan
dyspepsia, didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan
organic lebih lanjut dengan menggunakan endoskopi. Suatu
penelitian lain dengan jumlah pasien yang cukup besar dan
melibatkan pusat endoskopi pada beberapa kota di Indonesia juga
menunjukkan tinggi penderita gastritis kronis. Dari 7092 kasus

20
dyspepsia yang dilakukan endoskopi, ditemukan 86,41% penderita
mengalami dyspepsia fungsional. Data-data penelitian dari luar
negeri yang menunjukan angka yang tidak terlalu berbeda. 3
III. Etiologi
a. Obat-obatan: Asam asetil salisilat (terutama), indomethacin,
sulfonamide, OAINS dan steroid. Misal, aspirin dalam dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Alkohol
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar,
sepsis.
d. Mencerna asam atau alkali kuat, dll
e. Inflamasi lambung yang dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh Helicobacter pylori

Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda.

a. Jika karena stress, erosi ditemukan pada


korpus dan fundus.
b. Jika karena OAINS, erosi terutama
ditemukan di daerah antrum, namun dapat
juga menyeluruh

Secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan


reaksi sel inflamasi neutrophil yang minimal.

IV. Patomekanisme

Gastritis bisa disebabkan karna stres, zat kimia misalnya obat-obatan


dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Ketika mengalami
stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis nervus vagus yang akan
meningkatkan HCl didalam lambung. HCl dilambung akan menimbulkan
mual muntah.

21
Zat kimia maupun makanan yg merangsang menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Fungsi mukus untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak
ikut tercerna. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus)dan pembuluh darah.

Vasodilatasi mukosa gaster menyebabkan produksi HCl meningkat.


Anoreksia menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ditimbulkan karena kontak
HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan
sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
mukosa akibat erosi memicu timbulnya sindrom dyspepsia.

V. Tanda dan Gejala

Secara umum pasien gastritis erosive mengeluh dyspepsia. Dyspepsia


adalah suatu sindrom/kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung,
nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa
kenyang. Secara umum dyspepsia dibagi menjadi empat yaitu: dyspepsia
akibat tukak, dyspepsia akibat motilitas, dyspepsia akibat refluks dan
dyspepsia tidak spesifik.

Pada dyspepsia gangguan motilitas, keluhan yang paling menonjol


adalah perasaan kembung, rasa penuh ulu hati setelah makan, cepat merasa
kenyang disertai sendawa. Pada dyspepsia akibat refluks, keluhan yang
menonjol berapa nyeri ulu hati dan rasa seperti terbakar, harus disingkirkan
adanya pasien kardiologi. Pasien tukak memberikan ciri seperti nyeri ulu
hati, rasa tidak nyaman, disertai muntah. Rasa sakit gastritis erosive timbul
setelah makan, berbeda dengan ulkus duodenum yang lebih enak setelah
makan. Walaupun demikian, rasa nyeri saja tidak cukup menegakkan
gastritis erosive, selain itu dapat terjadi juga perdarahan atau perforasi

Diagnosis

22
Diagnosis gastritis erosive ditegakkan berdasarkan pengamatan
klinis, pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi), dan hasil
biopsy untuk pemeriksaan kuman Helicobacter pylori (Tarigan, P.,
2007).
Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosive.
Dengan endoskopi memungkinkan visualisasi dan dokumentasi
fotografik sifat ulkus, ukuran, bentuk dan lokasinya dapat menjadi dasar
referensi untuk penilaiian penyembuhan.
Pada pemeriksaan rediologi didapatkan gambaran niche atau crater.
Pemeriksaan tes CLO/PA untuk menunjukan apakah ada infeksi
Helicobacter pylori dalam rangka eredaksi kuman.
VI. Terapi

Terapi pada gastritis erosive terdiri dari terapi non-medikamentosa,


medikamentosa dan operasi. Tujuan terapi adalah menghilangkan
keluhan, menyembuhkan atau memperbaiki erosi, mecegah
kekambuhan dan mencegah komplikasi.

a. Non-medikamentosa
i. Istirahat
Stres dan kecemasan memegang peran penting dalam
peningkatan asam lambung. Sebaiknya pasien hidup tenang
dan menerima stress dengan wajar.
ii. Diet

Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang


mengandung susu tidak lebih baik dari makanan biasa, karena
makanan halus dapat merangsang pengeluaran asam lambung.
Cabai, makanan merangsang, makanan mengandung asam
dapat menimbulkan rasa sakit.

b. Medikamentosa
i. Antasida

23
Pada saat ini sudah jarang digunakan, sering untuk
menghillangkan rasa sakit. Dosis: 3x1 tablet.

ii. Koloid Bismuth

Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan


membentuk lapisan penangkal bersama protein pada dasar
ulkus dan melindungi terhadap pengaruh asam dan pepsin.
Dosis: 2x2 sehari. Efek samping: tinja kehitaman sehinggaa
menimbulkan keraguan dengan perdarahan.

iii. Sukralfat

Mekanisme kerja kemungkinan melalui pelepasan


kutub alumunium hidroksida yang berkaitan dengan kutub
positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikall
pada dasar ulkus, yang melindungi dari asam dan pesin. Efek
lain membantu sintesis prostaglandin dan menambah sekresi
bikarbonat dan mukuss, meningkatkan daya pertahanan dan
perbaikan mukosa.

iv. Prostaglandin

Mekanisme kerja dengan mengurangi sekresi asam


lambung, menambah sekresi mucus, bikarbonat dan
menambah aliran darah muksa serta pertahanan dan
perbaikaan mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal
ulkus gaster pada pasien yang menggunakan OAINS.

v. Antagonis Reseptorr H2/ARH2

Struktur homolog dengan histamine. Mekanisme


kerjanya memblokir efek histamine pada sel parietal untuk
tidak memproduksi asam lambung. Dosis: Simetidin

24
2x400mg, Ranitidin 300mg/hari, Nizatidin 1x300mg,
Famotidin 1x40mg, Roksatidin 2x75mg.

vi. Proton Pump Inhibitor/PPI

Mekanisme kerja memblokir enzim K+H+ ATP ase


yang akan memecah K+H+ ATP menjadi energy yang
digunakan untuk mengeluarkan asam lambung. Penggunaan
jangka panjang dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah.
PPI mencegah pengeluaran asam lambung, menyebabkan
pengurangan rasa sakit, mengurangi factor agresif pepsin
dengan PH>4.

1. Omeprazol 2x20mg
2. Lanzoprazol/Pantoprazol 2x40mg
vii. Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
1. Terapi tripel
a. PPI 2X1 + Amoksilin 2x1000 + Klaritromisin
2x500
b. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 +
Klaritromisin 2x500
c. PPI 2X1 + Metronidazol 3x500 + Amoksilin
2x1000
d. PPI 2X1 + Mertonidazol 3x500 + Tetrasiklin
4x500
2. Terapi Kuadrapel: jika gagal dengan terapi tripel.
Regimen terapinya yaitu: PPI 2X1. Bismuth 4x2,
metronidazole 4x250, tetrasiklin 4x500.
VII. Tindakan operasi

Tindakan operasi saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi


medikamentosa. Prosedur operasi yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus

25
refrakter, darurat karena komplikasi perdarahan dan perforasi, dan sangka
keganasan. 4
ENDOSCOPI
Definisi
Endoscopi melihat kedalam, yang dalam hal ini berarti melihat kedalam tubuh
manusia untuk suatu alasan medis. Endoscopi adalah suatu alat yang
menggunakan sistem fiberoptik dengan sistem pencahayaan yang memungkinkan
visualisasi kedalam bagian tubuh tertentu.

Teknik Endoscopi
Teknik Endoscopi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu diagnostik dan
Terapeutik. Pemeriksaan Saluran Cerna Bagian Atas disebut esofago Gastro
Duodenoscopi (EGD) dan Saluran Cerna Bagian Bawah disebut kolonoscopi.

Esofagogastroduodenoscopi (EGD)
a. Diagnostik
Esofagogastroduodenoscopi (EGD) dan biopsy
b. Terapeutik
- Skleroterapi dan ligasi varises esofagus
- Skleroterapi histoacryl varises esofagus
- Pemasangan stent esofagus
- Pemasangan flowcare
- Pemasangan Percutaneus Endoscopic Gastrostomy(PEG)
- Dilatasi esophagus dengan busi Savary-Guillard
- Polipektomi polip esofagus, gaster dan duodenum
- Hemostatis endoscopi (perdarahan non varises : adrenalin + aethoxysclerol,
berryplast endoclip dll).
- Endoscopic Mucosal Resection(EMR)
- Terapi laser pada tumor, perdarahan dll.
c. Indikasi
- Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)

26
- Dispepsia
- Disfagia
- Odinofagia
- Nyeri Epigastrium Kronis
- Kecurigaan Obsruksi Outlet
- Survey Endoscopi curiga keganasan
- Nyeri dada tak khas
d. Kontra Indikasi Absolut:
- Tidak kooperatif
- Psikopat
- Alergi obat premedikasi
- Syok
- Infark miokard akut
- Respiratori distress
- Perdarahan masif
e. Kontra indikasi Relatif
- Kelainan kolumna vertebralis
- Gagal jantung
- Sesak nafas
- Gangguan kesadaran
- Infeksi akut
- Aneurisma aorta torakalis
- Tumor Mediastinum
- Stenosis esofagus
- Gastritis korosif akut
- Gastritis flegmonosis
f. Persiapan Pasien
- Pendekatan dan motivasi pasien sekaligus “Informe Consent”, sambil
diterangkan mengenai kegunaan pemeriksaan, jenis pemeriksaan yang akan
dikerjakan, serta keadaan-keadaan yang mungkin dirasakan pada waktu diperiksa
seperti kembung, mual, sedikit rasa tak nyaman dsb. Diterangkan kemungkinan

27
terjadi komplikasi meskipun jarang.
- Hemoglobin >10 g/dl, Ht, Trombosit dalam batas normal. Pada pasien saat
dilakukan endoscopi Hb 10 g/dl, Ht 33%, dengan trombosit 68 ribu/ul dengan faal
hemostatis yang normal.
- Puasa tidak makan tetapi dapat minum obat yang diperlukan, paling tidak
6 jam sebelum pemeriksaan.
- Gigi palsu dan kacamata dilepas.
- Dilakukan penyuntikan xylocain spray pada tenggorokan.
- Bila perlu dilakukan penyuntikan obat.
- Cara menelan dan bernafas panjang diampilkan pada waktu pemeriksaan.
- Berbaring dengan posisi miring kekiri,tangan kiri dibawah bantal dan
tangan kanan diatas paha kanan.
g. Premedikasi
- Tidak selalu diberikan dan hanya diberikan pada pasien yang sensitif.
Sedasi diberikan diazepam 5-10mgiv/im atau midazolam 2,5mgiv Dapat juga
diberikan pethidin 0,5-1mg/kg bb iv 30 menit sebelum pemeriksaan
- Gascon 15cc peroral 5-10 menit sebelum tindakan
- Sprai xilocain 10% merata keseluruh faring,uvula dan hipofaring
- 5-10 menit sebelum pemeriksaan.
h. Penyulit
- Perforasi
- Perdarahan
- Gangguan kardio pulmoner
- Reaksi obat-obatan
- Penularan infeksi
- Pneumonia aspirasi
- Instrument Impaction
i. Perawatan Pasca Endoscopi
- Pasien boleh makan dan minum setelah 1-2jam pasca endoscopi untuk
menghindari aspirasi
- Bila pasien diberi sedasi diobservasi diruang pemulihan sampai sadar

28
- Pasien rawat jalan tidak boleh membawa kendaraan sendiri.
- Bila dilakukan biopsi,dianjurkan makan makanan cair atau bubur saring
selama beberapa waktu tergantung apa yang ditemuka dan berapa banyak biopsi
dilakukan. Bila ada perdarahan pasien diminta menghubungi dokter.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adamson WJ et al, 2005, Anemia and Polycythemia in Harrison’s Principles of
Internal Medicine 16th edition ; NewYork : McGraw Hill.
2. Supandiman I dan Fadjari H, 2006, Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV ; Jakarta : FKUI
3. Kuipers E, Blaser MJ. Acid peptic disease. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil
Medicine. 24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 141.
4. Lee EL, Feldman M. Gastritis and gastropathies. In: Feldman M, Friedman LS,
Brandt LJ, eds. Sleisenger and Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 9th
ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2010:chap 51.
5. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi Gastrointestinal. Jilid I. Jakarta: Salemba
Medika;2008.hlm. 51-52.69-72.

29

You might also like