You are on page 1of 33

PANDUAN

PELAYANAN HIGH CARE UNIT

Disusun Oleh :

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MARDI WALOEJA RAMPAL MALANG


2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 3

1.1 Definisi 3
1.2 Latar Belakang 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran Pedoman 4
1.4 Ruang Lingkup Pelayanan 4
1.5 Batasan Operasional 4
1.6 Landasan Hukum 6
BAB II STANDAR KETENAGAAN 7
2.1 Struktur Ketenagaan 7
2.2 Kualifikasi SDM 7
2.3 Penghitungan Jumlah Ketenagaan 11

BAB III STANDAR FASILITAS 13


3.1 Kebutuhan Ruangan 13
3.2 Hubungan Antar Ruang 18
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN 26
4.1 Tata Laksana Layanan 26
4.2 Kebijakan / SOP dan Formulir 27
BAB V RESIKO, INSIDEN DAN KESELAMATAN KERJA 28
BAB VI MUTU 30
6.1 Standar / Sasaran Mutu 30
8.2 Laporan di Ruang HCU RSIA Mardi Waloeja Rampal 30
BAB VII PENUTUP 33
BAB I
PENDAHULUAN

Definisi
High Care Unit (HCU) adalah suatu ruangan perawatan khusus dengan staf dan
perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
Pelayanan H CU adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi
kritis diruang perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang
terlatih dan berpengalaman dibidang critical care. Pengelolaan pelayanan H CU
dilakukan secara khusus dengan mengutamakan keselamatan pasien (Patient
Safety), untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan.

HCU RSIA Mardi Waloeja Rampal Malanh dirancang dengan design ruang khusus,
didukung oleh staff yang kompeten serta sarana, prasarana dan peralatan
canggih khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
kompetensi staff medik, perawat dan staff lain yang berpengalaman dalam
pengelolaan keadaan - keadaan tersebut.

Latar Belakang

Sesuai dengan visi RSIA Mardi Waloeja Rampal Malang untuk menjangkau
pelayanan ke seluruh masyarakat Indonesia, termasuk didalamnya adalah
pelayanan HCU yang sama di setiap rumah sakit di seluruh Indonesia, maka
dipandang perlu untuk adanya suatu Pedoman Standar Pelayanan H CU yang
meliputi ruang, struktur, SOP, peralatan, sarana dan prasarana sebagai acuan
penyelenggaraan pelayanan HCU di RSIA Mardi Waloeja Rampal Malang.

Tujuan
Tujuan Umum:
Standarisasi pelayanan HCU RSIA Mardi Waloeja Rampal di Indonesia.
Tujuan Khusus:
a. Standarisasi ruang yang meliputi struktur, design, sarana dan prasarana
ruangan HCU.
b. Standarisasi ketenagaan struktur, kebutuhan dan kualifikasi sumber
daya manusia yang meliputi penghitungan kebutuhan, kualifikasi,
kompetensi dan lain-lain.
c. Standarisasi standar mutu pelayanan, pemantauan dan pelaporan.
d. Standarisasi sistem meliputi Kebijakan / SOP, UT dan lain-lain.

Sasaran Pedoman Pelayanan HCU RSIA Mardi Waloeja Rampal Malang


 Direktur SHI Tbk
 Direktur Unit RSIA Mardi Waloeja Rampal
 CEO Unit Hospitals
 Instalasi rawat intensif / HCU
 Tenaga medis dan Perawat
 Tenaga penunjang lainnya

Ruang lingkup Pelayanan HCU RSIA Mardi Waloeja Rampal


a. Pelayanan HCU Sekunder
Memberikan pelayanan keperawatan pada pasien dengan standar HCU umum
yang tinggi, bantuan ventilasi mekanik, dukungan atau bantuan hidup lain,
tetapi tidak terlalu kompleks.
b. Pelayanan Keperawatan HCU Tersier
Memberikan pelayanan keperawatan HCU rujukan tertinggi termasuk
dukungan / bantuan yang kompleks dalam jangka waktu yang tak terbatas,
memberikan bantuan ventilasi mekanis, bantuan renal ekstrakorporal dan
pemantauan kardioinvasif dalam jangka waktu yang terbatas.

Batasan Operasional
Pelayanan H CU diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit
kritis:
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan penangaan
dokter, perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan
berkelanjutan, serta pemantauan dan penanganan segera, terapi titrasi dan
dukungan alat.
2. Keadaan pasien dalam bahaya dan mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta intervensi
segera dan dukungan peralatan canggih untuk mencegah timbulnya penyulit
yang merugikan.

Pada keadaan permintaan layanan HCU lebih tinggi dari pada kapasitas atau sarana
dan prasarana maka kepala HCU harus menentukan prioritas sesuai indikasi.
Prioritas tersebut adalah:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini dengan kondisi sakit kritis, tidak stabil, memerlukan bantuan
ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat
kontinyu, misalnya pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan karena sangat berisiko bila tidak
mendapatkan terapi intensive dan pemantauan segera.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat
terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Pengelolaan pada pasien
golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi
mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
4. Pengecualian
Dengan pertimbangan dan persetujuan Kepala HCU, indikasi masuk pada
beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-
pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari H CU
agar fasilitas H CU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien
prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif / “DNR (Do Not Resuscitate)”.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien pasien
seperti itu dapat dimasukkan ke HCU untuk menunjang fungsi organ
hanya untuk kepentingan donor organ.
Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari HCU berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala HCU dan tim yang merawat pasien.
Landasan hukum
a. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
c. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
d. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 148 tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.161 tahun 2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 tahun 2013 tentang perubahan 148
ijin praktek keperawatan
j. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
k. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 971 Tahun 2009 tentang Standar
Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan
l. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia No
1778/MENKES/SK/XII/2010
m. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 519/Menkes/Per/III/2011 tentang Ruang
Lingkup Dokter Anastesi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Struktur Ketenagaan
Struktur internal tanya ke ICU

Division Head Division Head


Nursing AMA

ICU Coordinator

Doctors

Head Nurse

Clinical Nurse
Educator
Ward Clark

Nurses

Health Care
Assistance

Kualifikasi SDM
Untuk mendukung penanganan pasien di ruang intensive care dibutuhkan
pendidikan dan pelatihan khusus. Spesifikasi Pendidikan dan Pelatihan yang
terkait dengan layanan dan kompetensi adalah seperti pada tabel berikut:
No Jenis Strata/Klasifikasi Pelayanan
Tenaga Sekunder Tersier
1 Kepala Dokter intensives Dokter Anestesi Intensivis
ICU Dokter spesialis anestesiologi
(jika belum ada dokter
intensivis)
2 Tim Medis  Dokter spesialis (yang dapat  Dokter spesialis (yang dapat
memberikan pelayanan setiap memberikan pelayanan
diperlukan) setiap diperlukan).
 Dokter jaga 24 jam dengan  Dokter jaga 24 jam dengan.
kemampuan ALS/ACLS, dan Kemampuan ALS/ACLS,
FCCS dan FCCS
3 Perawat Minimal 40% dari jumlah Minimal 60% dari jumlah
seluruh perawat di ICU seluruh perawat di ICU
merupakan perawat terlatih dan merupakan perawat terlatih dan
bersertifikat ICU bersertifikat ICU
4 Tenaga Tenaga administrasi di ICU Tenaga administrasi di ICU
non (Ward clerk) (Ward clerk)
kesehatan HCA Tenaga kefarmasian
Housekeeping HCA, Housekeeping
Tenaga rekam medik
Tenaga untuk kepentingan
ilmiah dan penelitian.
Tabel 1. Spesifikasi Ketenagaan ICU

Dokter Anestesi Intensivis


Dokter Anestesi Intensivis yang dimaksud adalah Dokter Anestesi yang:
a. Bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine (KIC:
Konsultan Intensive Care).
b. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya
ICU secara efisien.
c. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan
ICU.
d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan
24 jam/hari, 7 hari/seminggu.
e. Mampu melakukan prosedur critical care
f. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer.
1) Melakukan diagnostik non-invasif fungsi kardiovaskuler dengan
echokardiografi.
2) Resusitasi jantung paru.
3) Pemasangan selang (WSD) / thoracostomy
Melaksanakan dua peran utama:
a. Mampu melakukan pengelolaan pasien sakit kritis
b. Mampu melakukan management unit

Keperawatan
a. Perencanaan tenaga perawat
Perencanaan tenaga keperawatan mengacu pada kapasitas tempat tidur
dan klasifikasi / stratifikasi pelayanan ICU serta kompetensi perawat
untuk mendukung terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas,
efektif dan efisien.
b. Kualifikasi perawat ICU adalah sebagai berikut:
1) Perawat Pelaksana: Minimal D3 Keperawatan, memiliki sertifikat
pelatihan ICU, dengan pengalaman klinik minimal 2 tahun di
lingkup keperawatan.
2) Ketua Tim (Penanggung Jawab Shift): Minimal D3 Keperawatan,
dengan pengalaman kerja di ICU minimal 3 tahun, memiliki
sertifikat ICU dan sertifikat pelatihan tambahan.
3) Perawat Kepala Ruangan ICU Primer dan Sekunder: Ners dengan
pengalaman sebagai ketua Tim ICU minimal 3 tahun dan memiliki
sertifikat manajemen kepala ruang. ICU Tersier : minimal Ners
atau S2 keperawatan, memiliki pengalaman sebagai ketua Tim
ICU minimal 3 tahun dan memiliki sertifikat manajemen kepala
ruang, serta sertifikat pelatihan ICU.
4) Adanya kebijakan pimpinan tentang kebutuhan perawat di ICU
dengan dasar perhitungan kebutuhan tenaga dengan memperhatikan
kapasitas tempat tidur, BOR dan tingkat ketergantungan pasien.
5) Semua perawat yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan
di ICU mempunyai SIP, SIK dan sertifikat pelatihan yang
berkaitan dengan ICU.

Kompetensi perawat ICU


ICU Primer
1. Memahami konsep keperawatan intensif
2. Memahami isu etik dan hukum
3. Mempergunakan ketrampilan komunikasi yang efektif
4. Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang didapat
5. Pengelolaan jalan nafas
6. Melakukan fisioterapi dada
7. Memberikan inhalasi
8. Memberikan terapi oksigen
9. Mengukur saturasi oksigen
10. Monitoring hemodinamik non-invasif
11. Melakukan BLS dan ALS
12. Merekam dan melakukan interpretasi EKG
13. Melakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
14. Mengetahui dan dapat menginterpretasi hasil Analisa Gas Darah
(AGD)
15. Mempersiapkan dan asistensi pemasangan drainase toraks
16. Mempersiapkan dan melakukan pemberian terapi secara titrasi
17. Melakukan pengelolaan nutrisi pada pasien kritis
18. Pengelolaan pemberian terapi cairan dan elektrolit intra vena
19. Melakukan pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial
20. Mampu mengkaji dan mendukung mekanisme koping pasien yang
efektif.
ICU Sekunder
Kompetensi ICU Primer di tambah:
1. Pengelolaan pasien dengan ventilasi mekanik,
2. Pengelolaan pasien dengan drainase toraks,
3. Mempersiapkan pemasangan monitoring invasif (tekanan vena sentral,
tekanan arteri sistemik dan pulmonal),
4. Melakukan pengukuran tekanan vena sentral dan arteri,
5. Melakukan pengelolaan terapi trombolitik,
6. Melakukan persiapan Renal Replacement Therapy.
ICU Tersier
Kompetensi ICU Sekunder ditambah:
1. Mengetahui persiapan pemasangan Intraaortic Artery Balloon Pump
(IABP)
2. Melakukan persiapan Continous Renal Replacement Therapy (CRRT )

Kompetensi Ketua tim di ICU (Penanggung jawab Shift) Kompetensi Ketua


Tim ICU ( penanggung jawab shift) antara lain : Kompetensi perawat ICU primer
+ kemampuan leadership.

Kompetensi Kepala Ruangan ICU


Kompetensi Ketua Tim + Kompetensi managerial
Tugas dan Tanggung Jawab
Uraian tugas Head Nurse, Perawat Incharge, Perawat Pelaksana dan
Health Care Assisstance masing – masing tercantum dalam : UT – LVNUR
– 003, UT – LVNUR – 011, UT – LVNUR – 012, UT – LVNUR – 018
( lampiran : .....)

Penghitungan Jumlah Ketenagaan


Kebutuhan perawat di ICU didasarkan pada kapasitas tempat tidur, BOR dan
tingkat ketergantungan pasien.
Ada kebijakan pimpinan rumah sakit tentang rasio perawat setiap jaga (shift):
a. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU Primer adalah 1 perawat : 2-3
pasien,
b. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU Sekunder adalah 1 perawat : 1- 2
pasien,
c. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU Tersier adalah 1-2 perawat : 1
pasien,
d. Perbandingan perawat dengan pasien berdasarkan pada kompleksitas
masalah pasien.: perbandingan perawat : pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik adalah 1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang
tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.
Formulasi penghitungan tenaga perawat tersebut diatur dalam KRS ST 196
(lampiran …………)
BAB III
STANDAR FASILITAS

Kebutuhan Ruang
Standar kebutuhan alat untuk ICU umum untuk kapasitas 10 tempat tidur + ruang
isolasi.
ICU universal 10 bed capacity + 2 isolasi

Alat yang harus ada / Jumlah


No Ruangan Fungsi Ukuran / Luas ruangan
1 Ruangan Untuk perawatan 12 - 16 m2 /tt 1
pasien pasien Bed patient
Bedside monitor 1
Infuse pump 1
Syring pump 1
Standar infus 1
Regulator suction 1
Thorasic Suction 1
Regulator
IV Stand 1
Tempat sampah 2
Tensimeter dinding 1
Keranjang alat: 1
• Apron
• Glove non steril
Bracket handrub 1
Tray airway: 1
• Ambubag 1
• Mask 1
• O2 tubing 1
• Oropharingeal 1
airway
Acrilic suction 1
catheter
Bracket botol sution 2
Over bed table 1
Lemari Alkes dan 1
Obat:
Thermometer 1
Senter 1
Stetocope 1
2 Ruangan Untuk perawatan 12-16 m2
Isolasi pasien dengan Alat - alat ruangan
penyakit infeksius pasien ditambah :
Ventilator 1
X-ray viewer 1
3 Nurse Serah terima antar 8 - 16 m2 1
station shift File Cabinet
Melakukan 1
pendokumentasian Form cabinet
Telepone 1
Input pemakaian Fax 1
Pemantauan Komputer 1
pasien Meja panjang 1
Kursi 3
Emergency trolley 1

Tensimeter mobile 1
Stetoscope 3
Glukotest 1
X-ray viewer (2 1
view)
X-ray film rack 1
Diagnostic test 1
Hummer 1

Pneumatic tube 1
Central monitor 1
Portable X - ray 1
4 Storage Untuk menyimpan 16 m 2 Almari / rak alat …
(10 bed alat - alat medis Dressing trolley 1
capacity) yang sudah
dibersihkan dan O2 tank
siap pakai Transport monitor 1
Suction botle 9
Infus pump 5
Syring pump 5
O2 regulator 2
Suction regulator 2
Ripple bed matress 2
Blanketroll 2
Pad slide 1
Light, Exam, mobile 1
IV stand 5
Ventilator:
• Ventilator adult 3
• Ventilator Baby log 1
• Ventilator universal 1
Air warmer Machine 1
IABP Machine 1
CVVH Machine 1
Generator pace maker 1
Portable suction 1
machine
Lift, Patient, C - Base 1

Transpot monitor 1
Humidifier chamber 6

Blood warmer 1
Ekg machine 1
Wheel chair 2
5 Clean Untuk menyimpan 9 m 2 Hamper, Linen, 1
Utility alat - alat tenun Mobile, w/Lid
bersih Linen shelving 1
Gliserin spuit 1

Dresing trolley 1
6 Dirty Untuk 8-9 m2 1
utility membersikkan Bedpan washer
ala- alay kotor Bedpan rack 1
srtelah digunakan Comod 1
Bedpan 6
Urinal 6
Housekeeping chart 1
Hamper, Linen, 1
Mobile, w/Lid
Basin 12
Stand, Dual Basin 6
Waste bins harps 2
container
Sharps container 1
7 Storage Menyimpan stock 9-12 m2 1
Alkes & Alkes Rak almari obat
Obat Menyimpan stock Rak almari alkes 1
obat – obatan Almari controll drugs 1
Kulkas obat 1
Hygrometer 1
Trolley dressing 1
dingklik 2
Wastafel 1

8 Pantry Untuk 6-9 m2 Meja 1


menghangatkan
makanan pasien
Tempat minum Kursi 5
karyawan Dispenser 1
Microwafe
Almari rak 1
Zing
9 Ruang Tempat konsultasi 6-9 m2
dokter keluarga dengan 1
okter Meja kantor
Kursi kantor 3
Tempat dokter Komputer 1
membaca dan File Cabinet
menulis
Telephone 1
Rak Buku
10 Ruangan Tempat konsultasi 6-9 m2 1
HN keperawatan Meja kantor
Kursi kantor 3
Tempat HN 1
mengerjakan Komputer
tugasnya File Cabinet 1
Telephone
Tempat
melakukan PA Rak Buku
11 Ruang Tempat dokter 2 Tempat tidur
9m
Istirahat jaga instirahat Sofa
dokter
Meja
Almari / Locker
Telephone
TV
12 Locker Untuk ganti 4-6 m2 Shower 1
pria dan pakaian Wastafel 1
locker
Toilet 1
wanita
Locker
Cermin 1
13 Ruang 2 TV 1
25-30 m
tunggu Kursi penunggu 24
pasien
Locker penunggu 12
Hubungan Antar Ruang
Hubungan antar ruang di dalam bangunan Ruang Perawatan Intensif, ditunjukkan
pada gambar sebagai berikut :

Loker
Perawat Dokter

Loudy & CSSD

ED
Ruang Ruang Alat Gudabg
Ruang Dokter
Perawat Medis Bersih
OPD

OT Ruang Perawatan ICU Gudang Kotor


Nurse Station & Central Monitor

GW

Rujukan RS Lain

Rawat Inap Kamar Jenazah


Alur Petugas (Dokter/Perawat/Staf)
1) Ganti pakaian di ruang ganti (Loker).
2) Masuk daerah rawat pasien
3) Keluar melalui alur yang sama.

Alur Pasien
1) Pasien masuk ICU berasal dari Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Bedah, OPD.
2) Pasien ke luar dari ICU menuju:
a) Ruang rawat inap bila memerlukan perawatan lanjut, atau
b) Pulang ke rumah, bila dianggap sudah sehat.
c) Ke ruang jenazah bila pasien meninggal dunia.
d) Pindah rumah sakit atas permintaan keluarga atau pertimbangan medis
(ketersediaan alat dan / layanan).
e) Alur Pengunjung

Alur Alat/Material
1) Alat / Material kotor dikeluarkan dari ruang rawat pasien ke ruang utilitas
kotor.
2) Sampah / limbah padat medis dikirim ke Incinerator. Sampah / limbah padat
non medis domestik dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
rumah sakit.
3) Linen kotor dikirim ke ruang cuci/ laundry dan kemudian dikirim ke CSSD
(Central Sterilized Support Departement).
4) Instrumen / peralatan bekas pakai dari ruang rawat dibersihkan dan
disterilkan di Instalasi CSSD.
5) Instrumen / linen / bahan perbekalan yang telah steril disimpan di ruang
utilitas bersih.
Alur Pasien

ED Indentifikasi Informed consent Serah terima ke


indikasi oleh KIC HCU

RWI
Penangana HCU RWI

OT

Pulang/pindah RS
OPD

Kamar Jenasah
RS Lain

Pasien ICU bisa dari ED, OPD, OT, ruang rawat inap atau rujukan rumah sakit
lain. Sebelum pasien masuk ke ICU, pasien dan atau keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta tindakan medis yang harus
dilakukan dan mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di ICU.
Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala ICU atau dokter yang bertugas. Atas
penjelasan tersebut pasien dan/atau keluarganya dapat menerima/menyatakan
persetujuan untuk dirawat di ICU. Persetujuan dinyatakan dengan
menandatangani formulir informed consent.

Komponen Dan Bahan Bangunan


Komponen Ruang Perawatan Intensif memerlukan beberapa persyaratan, antara
lain :
1) Komponen penutup lantai.
Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan
porositas yang tinggi yang dapat menyimpan debu.
b. Mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.
c. Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
d. Pada daerah dengan kemiringan kurang dari 7 derajat penutup lantai
harusndari lapisan permukaan yang tidak licin (walaupun dalam
kondisi basah).
e. Hubungan / pertemuan antara lantai dengan dinding harus
menggunakan bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untuk
memudahkan pembersihan lantai (Hospital plint).
f. Disarankan menggunakan bahan vinil khusus yang dipakai untuk
lantai Ruang Rawat Pasien ICU.
2) Komponen dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
b. Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung
pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.
c. Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
d. Hubungan/pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku,
tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan.

3) Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap
air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, serta
tidak berjamur.
b. Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori)
sehingga tidak menyimpan debu.
c. Berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.

Sarana Dan Prasarana


1) Lokasi
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan
atau mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat Darurat, laboratorium
dan radiologi.
2) Desain
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan
ICU dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.

DISAIN ICU Sekunder ICU Tersier


Area Pasien : 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan
Unit terbuka 12–16 m2 tiap 2 tempat tidur tiap 2 tempat tidur

Unit tertutup 16-20 m2 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan


tiap tiap
1 tempat tidur 1 tempat tidur
Medical collum dengan: Medical collum dengan:
• Stop kontak 10 - 16 • Stop kontak 16 - 20
• Sumber udara tekan 1 • Sumber udara tekan 1
• Sumber gas Oksigen 2 • Sumber gas Oksigen 2
• Vacum 3 • Vacum 3

Lampu tindakan 0 Lampu tindakan 1


Area kerja
Lingkungan Air Conditioned Air Conditioned
Suhu 23-25 ºC 23-25 ºC
Humiditas 50 – 70 % 50 – 70 %

Ketentuan bangunan ICU adalah sebagai berikut :


1) Terisolasi / terpisah dari ruangan lainnya
2) Mempunyai standar tertentu terhadap :
a) Bahaya api
b) Ventilasi
c) AC
d) Exhaust fan
e) Pipa air
f) Komunikasi
g) Bakteriologis
h) Kabel monitor

3) Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata.


Ruangan ICU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri dari:
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu
kelancaran pelayanan. Uraian peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU
dapat dilihat pada tabel 3. Berikut ini adalah ketentuan umum mengenai
peralatan :
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi
ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar
yang berlaku.
b. Terdapat jadwl pemeriksaan berkala untuk kesiapan alat.
c. Terdapat jadwal kalibrasi berkala untuk keamanan alat
d. Terdapat petunjuk penggunaan alat.
e. Peralatan dasar meliputi:
1) Ventilasi mekanik.
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas.
3) Alat hisap.
4) Peralatan akses vaskuler.
5) Peralatan monitor invasif dan non-invasif.
6) Defibrilator dan alat pacu jantung.
7) Alat pengatur suhu pasien.
8) Peralatan drain thorax.
9) Pompa infus dan pompa syringe.
10) Peralatan portable untuk transportasi.
11) Tempat tidur khusus.
12) Lampu untuk tindakan.
13) Continous Renal Replacement Therapy.
f. Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk prosedur
diagnostik dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada
indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.
g. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia
untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi
apabila terjadi malfungsi.

Tabel 3. Peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.

Peralatan ICU Sekunder ICU Tersier


Ventilasi mekanik Canggih Canggih
Alat ventilasi manual dan alat + +
penunjang jalan nafas
Peralatan akses vaskuler + +
Peralatan monitor :
Invasif :
- Monitor tekanan darah
+ +
invasif
- Tekanan vena sentral
- Tekanan baji a.
Pulmonalis (Swan
Ganz + +

Non invasif : - +
- Tekanan darah
+ +
- EKG dan laju jantung
+ +
- Saturasi oksigen
+ +
(pulse oxymeter)
+ +
- Kapnograf
Suhu + +
EEG + +
Defibrilator dan alat pacu + +
Jantung
Alat pengatur suhu pasien + +
Peralatan drain toraks + +
Pompa infus dan pompa + +
Syringe
Bronchoscopy + +
Echokardiografi + +
Peralatan portable untuk + +
transportasi
Tempat tidur khusus + +
Lampu untuk tindakan + +
Hemodialisis + +
CRRT + +
BAB IV
TATA LAKSANA LAYANAN

Tata Laksana Layanan


Tata laksana layanan ICU Siloam Sriwijaya dibagi menjadi 2 klasifikasi
pelayanan yaitu:
1. Close ICU
Pada closed ICU, jika dokter yang merawat pasien sudah memutuskan dan /
mengindikasikan pasien harus mendapat perawatan intensive, maka dokter
yang merawat atau dokter jaga saat itu harus melaporkan kepada Dokter
Intensivist ICU. Dokter ICU akan mengkaji indikasi tersebut melalui telephone.
Setelah menerima jawaban dari dokter intensivist dokter yang merawat pasien /
dokter jaga segera memberitahukan ke HN / incharge untuk pemindakan pasien.
HN / Incharge segera menghubungi HC dan HN/Incharge ICU untuk rencana
pemindahan pasien.
HN / Incharge ICU akan mengkaji diagnose, dokter yang merawat, kondisi
pasien, informed cosent, tindakan yang sudah dilakukan, tindakan yang akan
dilakukan, alat – alat yang dipasang obat – obatan / infuse yang diberikan.
Informasi tersebut kemudian diteruskan ke perawat yang akan merawat pasien
tersebut dan persiapan ruangan untuk pasien baru. Dalam waktu < 30 menit
pasien sudah boleh di antar ke ICU.
Penanganan pasien selama di ICU sepenuhnya dibawah tanggung jawab dokter
intensivist. Dokter intensivist akan berkoordinasi dengan berbagai disiplin
untuk penanganan pasien. Semua keputusan dan instruksi dari dokter
intensivist, termasuk rencana dan / pemindahan pasien jika kondisi pasien
sudah stabil dan tidak memerlukan penanganan di ICU lagi

2. Open ICU
Pada Layanan Open ICU, dokter yang merawat pasien yang menentukan dan
memutuskan pasien harus dirawat di ICU. Selama perawatan di ICU akan
dikonsultasikan kepada dokter anestesi atau intensivist yang bertugas untuk
airway managemen, berhubungan dengan kedaruratan, pemasangan alat – alat
invasive, pemberian obat – obat anestesi dll namun coordinator dan segala
instruksi diputuskan oleh dokter yang merawat. Dokter yang merawat akan
berkoordinasi dengan berbagai disiplin lain untuk merawat pasien tersebut.
Kebijakan / SOP Dan Formulir

NO NO DOK JUDUL DOK


1 PT-01 Penerimaan Pasien Baru di ICU HCCU v08
2 PT-02 Perawatan Pasien dengan Ventilator v08
3 PT-03 Laporan Pergantian Shift di HCCU - CCU v07
6 PT-06 Pemasangan Kateter Vena Sentral v06
7 PT-07 Pengambilan Contoh Darah Dari Selang Arteri v07
8 PT-08 Pemasangan ETT atau Intubasi (asisten) v08
9 PT-09 Ekstubasi (asisten) v07
11 PT-11 Perawatan Pasien Pasca Operasi Jantung v05
13 PT-13 Perawatan Pasien dengan Selang Intra Arteri v07
14 PT-14 Pencabutan Selang Intra Arteri v07
15 PT-15 Perawatan Pasien dengan Temporary Pace Maker v06
17 PT-17 Nutrisi Parenteral Total v08
18 PT-18 Penatalaksanaan Pasien dengan IABP v06
21 PT-21 Pencabutan Kateter Vena Sentral v07
23 PT-23 Pencabutan Elektroda Paceemaker v04
25 PT-25 Pemasangan Selang Intra Arteri v04
26 PT-26 Cara Penggunaan dan Pemeliharaan Blanket Roll v06
27 PT-27 Penggantian Selang Ventilator v06
28 PT-28 Monitoring Intravaskular v04
29 PT-29 Suction Tracheobronchial v07
30 PT-30 Mengeluarkan Sheath v05
31 PT-31 Perawatan Defibrilator v03
32 PT-32 Cara Pemakaian dan Pemeliharaan Bedside Monitor v06
33 PT-33 Cara Pemakaian dan Pemeliharaan Central Monitor v05
34 PT-34 Cara Pemakaian dan Pemeliharaan Transport Monitor v05
35 PT-35 Penggunaan dan Pemeliharaan Tempat Tidur HCU v06
39 PT-39 Penggunaan dan Pemeliharaan EKG 12 Lead di HCU v06
Penggunaan dan Pemeliharaan Penghangat Udara Warm Airv06
40 PT-40
42 PT-42 Cara Penggunaan Monitor Transport (M3 Agilent) v05
44 PT-44 Penggunaan dan Pemeliharaan Mesin CWH (Aquarius) v05
Penggunaan dan Pemeliharaaan Alat Penimbang Berat Badan
45 PT-45 Cardinal Detect v05
46 PT-46 Penggunaan dan Pemeliharaan Ventilator Servo 300 A v04
Penanganan Alat Medik Non Medik Sebelum Dekontaminasi dan
50 PT-50 Pembersihan v05
51 PT-51 Kriteria Pasien Pindah ke Ruang HCU Ruangan v05
52 PT-52 Protokol Aritmia v05
53 PT-53 Merujuk Pasien ke Rumah Sakit Lain v04
Standar Perawatan Pemasangan CVC dan Dialysis
54 PT-54 Catheter v05
55 PT-55 Protokol Asistol v05
56 PT-56 Kanulasi Arterial v05
57 PT-57 Intubasi Endotracheal v05
58 PT-58 Ekstubasi Endotracheal Tube v05
59 PT-59 Algortime VF / VT
60 PT-60 Algortime Bradikardia
61 PT-61 Algoritme SVT v05
63 PT-63 Penatalaksanaan Pasien dengan Nutrisi Parenteral v05
64 PT-64 Tracheostomy
65 PT-65 Penanganan Syok Anafilaktik v05
66 PT-66 Perawatan Pasien dengan Permanen Pace Maker v03
67 PT-67 Cara Penggunaan dan Pemeliharaan Galileo v05
68 PT-68 Cara Penggunaan Heartstrart XL Defibrilator M4735A v04
BAB V
RISIKO, INSIDEN DAN KESELAMATAN KERJA

Risiko
Untuk mencegah suatu kejadian yang merugikan atau membahayakan maka ICU
RSUPP Betun melakukan suatu strategi manajemen resiko (risk management).
Stratergi yang dilakukan adalah dengan menerapkan IPSG 1-6.

Tindakan Koreksi / Pencegahan Insiden


Untuk melakukan pencegahan maupun koreksi terhadap suatu insiden dilakukan
tindakan pencegahan / koreksi yang meliputi menentukan masalah/potensial
masalah, tindakan yang dilakukan segera dan mencari akar masalah, tindak lanjut
/ pencegahan dan data monitoring.

Keselamatan kerja

• Standard Precautions : Mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan (PP-


SHPL-001)
• Kewaspadaan Needle stick Injury. Alur pelaksanaan PP-SHPL-9 dan 10
• Ergonomi bekerja:
• Perawat, staff admin dari K3, dr. .........
• Fire Safety Knowledge dari K3, dr. ............
• Jalur Evakuasi
• Letak dan Penggunaan APAR dan Hydran
• Pemeriksaan kesehatan Karyawan
• Alat pelindung tubuh
• Paparan bahan dan cairang tubuh pasien
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Goggles
Paparan Radiasi
1. Thermo Luminisence Dosimetry 3bl
2. Apron
3. Tyriod Shield
4. Gonad Shield
5. Mobile Shield
BAB VI
MUTU

Standar / sasaran mutu


Sasaran mutu ICU adalah
“75% Asuhan Keperawatan Pasien Baru Akan dilengkapi dalam waktu 24 jam”
Kriteria :
Dilakukan pada semua pasien baru kecuali pasien pindahan tentang pengkajian,
NCP dan SBAR
Action Plan:
1. Sosialisasi kontnyu kebijakan Nursing yang mengatur tentang standar praktek
keperawatan pada semua staff baru maupun lama (KRS-SGNUR-00-002)
2. Sosialisasi tentang konsep standar praktek keperawatan / proses keperawatan
3. Selalu mengingatkan staff tentang pentingnya [erencanaan askep yang
sistimatis dan terintegrasi serta pendokumentasian dalam keperawatan.
4. Meningkatkan peran HN dan incharge dalam melakukan supervise setiap
rekam medic dan keperawatan pasien setiap hari.
5. Memberikan pembinaan pada staff yang belum melakukan perencanaan askep
dan pendokumentasian dengan benar.
Monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap bulan, didokumentasikan dan
dilaporkan dalam laporan bulanan (monthly repport).

Laporan di Ruang ICU RSUPP Betun


1. Laporan Harian
Laporan harian ditulis setiap shift oleh perawat pelaksana yang merawat pasien
tersebut dan oleh perawat incharge / HN yang merawat dan mengelola ruangan
secara keseluruhan pada shift tersebut.
Laporan inidividu pasien terdiri dari data hasil pemantauan pasien pada flow
chart, proses perawatan,data – data penunjang hasil pemeriksaan, pengobatan
serta tindakan yang akan dilakukan dan pada file pasien. Perawat juga harus
melaporkan kepada incharge segala kendala atau masalah yang dihadapi pasien
dan / keluarga seperti pembiayaan, asuransi dan lain – lain.
Laporan HN/Incahge, ditulis oleh incharge / HN pada shift tersebut yang berisi
Laporan pasien secara keseluruhan, ketenagaan, fasilitas dan peralatan, masalah
– masalah yang ada dan pemecahannya, rencana tindakan dan lain – lain.
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan dibuat oleh HN setiap akhir bulan bulan tersebut atau awal
bulan berikutnya. Komponen laporan bulanan adalah: operational volume,
patient days/BOR, pencapaian sasaran mutu, revenue, FTE dan jam lembur, staff
cuti, Training dan Pendidikan, pengadaan dan penggunaan peralatan, kasu
terbanyak, dan angka kematian.
3. Laporan Tahunan.
Laporan tahunan dibuat oleh HN setiap tahun yang terdiri dari 5 bagian yaitu:
a. Pencapaian unit of service ( mulai dari pasien masuk, jumlah hari rawt,
BOR, mortalitas dan jumlah kasus terbanyak)
b. Ketenagaan
c. Peralatan
d. Pengendalian mutu
e. Serta masalah yang ada sepanjang tahun yang yang lewat.
BAB VII
PENUTUP

Pedoman Pelayanan ICU RSUPP Betun ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi
seluruh RSUPP Betun yang menyelenggarakan pelayanan ICU. Pelayanan ICU
RSUPP Betun dibagi menjadi tiga klasifikasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit meliputi sumber daya, sarana, prasarana dan peralatan. Oleh
karena itu, setiap rumah sakit hendaknya dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang
ada dalam pedoman ini dan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan
kondisi yang kondusif bagi setiap rumah sakit. Pedoman Pelayanan ICU RSUPP
Betun, selanjutnya perlu dijabarkan dalam prosedur tetap di setiap rumah sakit guna
kelancaran pelaksanaannya.

You might also like