You are on page 1of 20

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


STASIUN METEOROLOGI MARITIM TANJUNG PRIOK

OLEH :
1. Nama : Fikri Farhan Arrasyid 6. Nama : Maulida Apriana
NPT : 41.16.0042 NPT : 41.16.0047
2. Nama : Grandhista Septya I.P 7. Nama : M. Fariz Arief Fadhilah
NPT : 41.16.0043 NPT : 41.16.0048
3. Nama : Hanif Cahyo Romadhon 8. Nama : M. Fahreza A.
NPT : 41.16.0044 NPT : 41.16.0049
4. Nama : Leo Gumalto Butar butar 9. Nama : M. Hidayaturrahmani
NPT : 41.16.0045 NPT : 41.16.0050
5. Nama : Martha Maranata P 10. Nama : Muhammad Nur Huda
NPT : 41.16.0046 NPT : 41.16.0051

PROGRAM STUDI INSTRUMENTASI


PROGRAM DIPLOMA IV
SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
JAKARTA
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN

STASIUN METEOROLOGI MARITIM KLAS I TJ. PRIOK


Komplek Pelabuhan Tanjung Priok Jl. Padamarang No. 4A, Jakarta 14310

Identitas Peserta PKL:


11. Nama : Fikri Farhan Arrasyid 16. Nama : Maulida Apriana
NPT : 41.16.0042 NPT : 41.16.0047
12. Nama : Grandhista Septya I.P 17. Nama : M. Fariz Arief Fadhilah
NPT : 41.16.0043 NPT : 41.16.0048
13. Nama : Hanif Cahyo Romadhon 18. Nama : M. Fahreza A.
NPT : 41.16.0044 NPT : 41.16.0049
14. Nama : Leo Gumalto Butar butar 19. Nama : M. Hidayaturrahmani
NPT : 41.16.0045 NPT : 41.16.0050
15. Nama : Martha Maranata P 20. Nama : Muhammad Nur Huda
NPT : 41.16.0046 NPT : 41.16.0051
…………………….. ……………………..
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

(…………………………..) (…………………………..)
NIP. …………………....... NIP. ………………………
Mengetahui,
Ketua Program Studi

(…………………………)
NIP. ……………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan kesehatan dan juga
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan Kerja Lapangan dengan baik dan tepat
waktu.
Laporan Kerja Lapangan ini disusun berdasarkan hasil yang diperoleh dari kesempatan yang kami
dapatkan untuk kerja praktek langsung di Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok.
Kerja praktek ini telah kami laksanakan dengan baik dan sesuai dengan arahan dari pihak – pihak
yang bekerja di Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok serta dosen penmbimbing
lapangan.
Laporan ini merupakan sebuah tugas yang wajib diselesaikan oleh Taruna/I Program Studi D4
Instrumentasi STMKG, Jakarta guna memantapkan teori dan praktek yang sebelumnya sudah
dipelajari di kampus, serta dapat diselesaikan aplikasi di lapangan.
Dalam pembuatan laporan praktek ini, kami mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang
telah memberikan dukungan dan doa sejak awal hingga penulis bisa menyelesaikan laporan
praktek ini. Tak lupa kami juga mengucapkan terimah kasih kepada rekan rekan Taruna STMKG.
Kami juga mengucapkan segala hormat dan terimah kasih kepada para dosen yang ada di STMKG,
Jakarta sehingga penulis dapat menerapkan ilmu yang telah diberikan dan menerapkannya di
lapangan.
Ucapan terimah kasih ini juga kami ucapkan kepada :
Bapak Agus Tri Sutanto, selaku Ketua Prodi Instrumentasi.
Ibu Astri selaku dosen pembimbing lapangan
Bapak Sugarin, selaku Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok
Bapak Laksana, Mbak Nazaria, dan Mbak selaku pemateri
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan laporan ini masih belum bisa dikatakan mencapai
kesempurnaan karena tentunya kesempurnaan hanya milik Tuhan YME. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar kami dapat memperbaikinya dikemudian
hari. Semoga laporan ini bisa dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memberi wawasan baru
yang berkaitan dengan PKL atau Praktek Kerja Lapangan.
Tangerang Selatan, 11 Maret 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ........................................................................................ 2

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 4

BAB I .............................................................................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 5

1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................................... 6

1.3 Tujuan PKL ...................................................................................................................... 6

1.4 Manfaat PKL .................................................................................................................... 7

BAB II............................................................................................................................................. 7

2.1 Sejarah Tempat PKL ........................................................................................................ 8

2.2 Struktur Organisasi ......................................................................................................... 10

2.3 Jenis Pelayanan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ............................................ 10

BAB III ......................................................................................................................................... 12

3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................................................... 12

3.2 Materi Kegiatan .............................................................................................................. 12

BAB IV ......................................................................................................................................... 13

BAB V .......................................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) adalah sebuah sekolah
kedinasan yang berada di bawah naungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG), yang lulusannya akan menjadi insan BMKG. BMKG adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Salah satu tugas BMKG adalah melakukan
penyelenggaraan pengamatan, pengumpulan, dan penyebaran, pengolahan, dan analisis serta
pelayanan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, BMKG terdapat empat kedeputian yaitu deputi bidang Meteorologi; deputi bidang
Klimatologi; deputi bidang Geofisika; dan deputi bidang Instrumentasi, kalibrasi, rekayasa dan
jaringan komunikasi yang saling bekerja sama dalam mewujudkan pelayanan BMKG terhadap
penyajian data, informasi pelayanan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika
yang akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sehingga diharapkan taruna/I STMKG dapat mencetak sumber daya yang kompeten untuk
menjalankan tugas yang dilaksanakan BMKG. Selain itu Taruna/I juga diharapkan untuk dapat
mengikuti perkembangan peralatan atau instrumentasi di bidang meteorologi, klimatologi dan
geofisika, karena pesatnya perkembangan teknologi telah memasuki berbagai aspek dalam
kehidupan manusia termasuk BMKG. Beberapa peralatan konvensional mulai ditinggalkan di
berbagai aspek, karena sudah tergantikan dengan sistem digital. Banyak kelebihan dari sistem
digital misalnya dapat membuat instrumen lebih mudah digunakan untuk pengukuran, mudah
disimpan dan lebih fleksibel.
Hal ini merupakan tugas dari Taruna/I Jurusan Instrumentasi yang ada di STMKG yang jurusannya
yang berhubungan secara langsung dengan alat MKG kedepannya, oleh karena itu sangatlah
penting bagi jurusan Taruna/I Instrumentasi untuk mengetahui dan mengerti mengenai peralatan-
peralatan MKG baik peralatan yang masih konvensional atau pun alat yang sudah digital. Sehingga
diperlukannya sebuah kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi taruna/I untuk dapat melihat
langsung kondisi peralatan yang ada di BMKG, baik dari stasiun meteorologi, klimatologi, dan
geofisika, agar dapat membentuk taruna/I yang siap untuk ditempatkan di mana saja. Selain idari
segi peralatan, taruna/I instrumentasi juga harus mempersiapkan diri untuk mengetahui berbagai
aspek dari MKG, pada PKL 2019 ini taruna/I diberi kesempatan terjun langsung untuk menerapkan
dan menambah ilmu yang sudah dipelajari.
Kegiatan PKL 2019 dilaksanakan di berbagai jenis stasiun BMKG, salah satunya Stasiun
Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok, yang memberikan sosialisasi kepada Taruna/I
instrumentasi tentang peralatan dan aspek meteorologi maritim yang diperlukan di BMKG.

1.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan laporan ini adalah :
1. Bagaimana peran bidang meteorologi dan instrumentasi pada pelayanan data maritim BMKG?
2. Bagaimana pelayanan informasi cuaca gelombang yang diberikan oleh Stasiun Meteorologi
Maritim Klas I Tanjung Priok?
3. Bagaimana pemahaman masyarakat khususnya nelayan untuk data yang diberikan?
4. Bagaimana monitoring Jaringan Komunikasi bidang meteorologi maritim yang tersebar
disetiap stasiun seluruh wilayah Indonesia?
5. Bagaimana memberikan layanan Informasi kemaritiman yang cepat, tepat, akurat?
6. Bagaimana permasalahan yang sering dihadapi dan cara mengatasi permasalahan tersebut baik
segi peralatan dan komunikasi data?

1.3 Tujuan PKL


Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan PKL ini adalah :
1. Taruna/I mengetahui dan memahami peran bidang meteorologi dan instrumentasi pada
pelayanan data maritim BMKG.
2. Taruna/I mengetahui dan memahami pelayanan informasi cuaca gelombang yang diberikan
oleh Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok.
3. Taruna/I mengetahui pemahaman masyarakat khususnya nelayan untuk data yang diberikan.
4. Taruna/I mengetahui dan memahami monitoring Jaringan Komunikasi bidang meteorologi
maritim yang tersebar disetiap stasiun seluruh wilayah Indonesia.
5. Taruna/I mengetahui dan memahami cara memberikan layanan Informasi kemaritiman yang
cepat, tepat, akurat.
6. Taruna/I dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemukan baik dari segi peralatan dan
komunikasi data.

1.4 Manfaat PKL


Manfaat dari kegiatan PKL ini adalah:
1. Taruna memiliki referensi ilmu tentang meteorologi maritime dan peralatan meteorologi
maritim, Jaringan Komunikasi Data, Prediksi Cuaca Berbasis Dampak dan Peralatan
Pengamatan meteorologi maritim untuk Layanan Publik.
2. Taruna mengetahui isu-isu terkini terkait bidang Meteorologi Maritim Indonesia.
3. Taruna dapat lebih mengetahui tantangan yang akan dihadapi kedepannya dalam dunia kerja.
4. Taruna dapat mengetahui langkah memberikan layanan informasi dan cara mengatasi
permasalahannya.
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL

2.1 Sejarah Tempat KL


Nama : Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok
No. Stasiun :
Koordinat :
Lintang :
Bujur :
Elevasi :
Lintang :
Bujur :
Elevasi :
Telepon : 62-21-43901650
Facsimile : 62-21-4351366
Website : www.meteomaritimtanjungpriok.net
Email : stamar.tanjungpriok@bmkg.go.id
Alamat : Komplek Pelabuhan Tanjung Priok Jl. Padamarang No. 4A, Jakarta
: 14310
Sejarah

Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali
dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di
Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data
hasil pengamatan cuaca dan geofisika.

Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda
diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch
Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.

Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada
tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan
gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf
Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan
sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.

Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi
dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi
dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi
Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta
dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Tenaga.

Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah
Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada
juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia,
kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.

Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda,
Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah
Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara
resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization
atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of
Indonesia with WMO.

Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga
Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya
dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan
Udara.

Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya
tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara.Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan
Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat
eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi
suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan
kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.Pada tahun 2002, dengan keputusan
Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.

Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika
berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status
tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. (unduh
Penjelasan UU RI Nomor 31 Tahun 2009)
2.2 Struktur Organisasi

2.3 Jenis Pelayanan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika


2.4 Tupoksi

Berdasarkan Lampiran Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nomor
KEP.09 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja BMKG, Stasiun Meteorologi Maritim Klas
I Tanjung Priok mempunyai tugas dan fungsi sebagaimana di bawah ini.

a. Tugas

Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok mempunyai tugas melaksanakan


pengamatan synoptik dan udara atas, pengumpulan dan penyebaran data, pengolahan dan analisa
data di wilayahnya, pemeliharaan peralatan teknis, pelayanan jasa meteorologi Maritim,
melaksanakan tugas administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, rumah
tangga, penyusunan program kerja serta menjalin kemitraan dengan stake holder pemerintah
dilingkungan pelabuhan untuk memberikan informasi cuaca maritim guna pengurangan risiko
bencana pelayaran.

b. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut, Stasiun Meteorologi Maritim Klas I


Tanjung Priok menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis observasi serta pengelolaan data dan informasi di bidang
Meteorologi Maritim yang berkenaan dengan pasang surut air laut, Tinggi Gelombang,
arus laut, dan Upwelling;
b. Pembinaan dan pengendalian pengelolaan observasi di bidang Meteorologi Maritim yang
berkenaan dengan pasang surut air laut, Tinggi Gelombang, arus laut, dan Upwelling;
c. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian pengelolaan data dan informasi di bidang
Meteorologi Maritim yang berkenaan dengan pasang surut air laut, Tinggi Gelombang,
arus laut, dan Upwelling;
d. Koordinasi dan kerjasama observasi serta pengelolaan data dan informasi di bidang
Meteorologi Maritim yang berkenaan dengan pasang surut air laut, Tinggi Gelombang,
arus laut, dan Upwelling;
e. Pelayanan data dan informasi di bidang Meteorologi Maritim yang berkenaan dengan
pasang surut air laut, Tinggi Gelombang, arus laut, dan Upwelling
f. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan kondisi, kejadian dan/atau potensi pasang surut air laut,
Tinggi Gelombang, arus laut, dan Upwelling;
g. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang Meteorologi Maritim;
h. Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan di
bidang Meteorologi Maritim;
i. Koordinasi dan kerjasama penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
Meteorologi Maritim;
j. Pelaksanaan diseminasi hasil penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
Meteorologi Maritim.
BAB III
PELAKSANAAN PKL
3.1 Waktu dan Tempat
Hari, Tanggal : Jumat, 08 Maret 2019
Waktu : 07.30 – 15.50
Tempat : Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok

3.2 Materi Kegiatan


3.2.1 Pemaparan dari Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok oleh Bapak
Sugarin, S.Si
3.2.2 Pengamatan Cuaca pada Taman Alat Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok
3.3.3 Pengisian Data Cuaca di Ruangan Observatorium Stasiun Meteorologi Maritim
Tanjung Priok
3.3.4 Kunjungan pada bagian Forecaster Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok
BAB IV
HASIL KERJA
4.1 Ruang Rapat Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok

Gambar 4.1. Ruang Rapat Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok

4.2 Taman Alat

Gambar 4.2. Taman Alat Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok

Menurut Peraturan Kepala Badan Meteorologi Dan Geofisika Nomor: KEP. 006
Tahun 2008 Tentang Standar Stasiun Meteorologi Pasal 1 Bahwa Taman alat meteorologi
yang selanjutnya disebut Taman alat adalah sebidang tanah pada dataran terbuka dan datar
yang merupakan tempat kedudukan sensor-sensor meteorologi.
Menurut Peraturan Kepala Badan Meteorologi Dan Geofisika Nomor: KEP. 006
Tahun 2008 Tentang Standar Stasiun Meteorologi Pasal 9, bahwa persyaratan taman alat
meteorologi meliputi :
a. Terletak di daerah terbuka dan datar, jarak antara taman dengan bangunan maupun
pepohonan disekitarnya paling sedikit 10 (sepuluh) kali tinggi bangunan atau
pepohonan disekitarnya.
b. Luas taman alat paling sedikit 20 m x 20 m (dua puluh meter kali dua puluh meter)
persegi.
c. Berpagar pembatas dengan tinggi 120 cm (seratus dua puluh sentimeter).
d. Tinggi rumput dalam taman alat dijaga tidak lebih dari 10 cm (sepuluh sentimeter).
e. Tidak berkedudukan di sebelah timur atau di sebelah barat dari bangunan atau
pepohonan disekitarnya.
f. Tidak berada di lokasi yang mudah tergenang.
Dalam taman alat pada Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok terdapat beberapa
alat yang digunakan sebagai alat untuk pengamatan cuaca pada daerah tersebut, diantaranya
adalah :
4.2.1 Sangkar Meteorologi
Sangkar meteo merupakan bangunan berbentuk rumah yang terbuat dari kayu
yang berfungsi untuk menyimpan alat termometer maksimum, termometer
minimum, termometer bola kering dan termometer bola basah.Dalam pengukuran
suhu udara, suhu yang diukur bukanlah suhu yang disebabkan oleh radiasi matahari
secara langsung, melainkan suhu rata-rata permukaan tanpa terkena radiasi matahari
secara langsung. Oleh karena itu termometer diletakkan di dalam sangkar alat.
Sangkar alat ini memiliki ketentuan tersendiri untuk mendapatkan data yang valid.
Ketentuan dari sangkar alat :
 Terbuat dari kayu yang di cat putih, warna putih akan memantulkan kembali
radiasi dari matahari sehingga tidak mengenai termometer secara langsung.
 Pintu menghadap utara dan selatan. Hal ini dilakukan karena gerak semu matahari
adalah dari Timur-Barat, jadi saat dilakukan pengamatan cuaca, pintu yang
digunakan adalah bagian utara atau selatan. Sehingga radiasi cahaya matahari
tidak terkena langsung terhadap termometer.
 Terdapat lubang-lubang di dalam sangkar. Hal ini bertujuan untuk melancarkan
aliran udara di sekitar sangkar, sehingga suhu yang diperoleh termometer di dalam
sangkar alat akan mewakili suhu daerah tersebut.
 Memiliki tinggi + 1,2 meter.

4.2.2 Penakar Hujan Observatorium (Obs)


Berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan. Alat ini dipasang diatas tonggak
kayu yang dibeton dengan ketinggian 120 cm daripermukaan tanah sampai mulut
corong penakar, luas penampang corong yaitu 100 cm2 dengan kapasitas
menampung curah hujan ± 5 liter, dan ditengah corong penakar dipasang kran.
Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan melalui kran dan ditakar
dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20 mm. Waktu pengamatan :
pengamatan dilakukan jam 07.00 WIB dengan membuka kran dan menampung air
hujan dalam gelas penakar kemudian dibaca skala yang menunjukkan jumlah curah
hujan yang terjadi selama 24 jam.
4.2.3 Penakar Hujan Hellmann
Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya
hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai ke corong
penakar dan luas penampang corong 200 cm2. Pada alat ini terdapat sebuah silinder
jam sebagai tempat pemasangan pias, sehingga akan dapat diketahui curah hujan
maksimum dan minimum serta waktu terjadinya. Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan
masuk melalui corong kemudian akan terkumpul dalam tabung. Dalam tabung ini
terdapat pelampung yang dihubungkan dengan tangkai pena, sehingga air yang
masuk kedalam tabung akan menekan pelampung, maka pelampung akan naik dan
tangkai pena turut bergerak keatas. Gerakan pena tersebut akan mencatat pada pias
yang dipasang pada silinder jam, jika gerakan pena mencapai skala 10 mm pada pias
maka secara otomatis air akan turun melalui pipa siphon dan jatuh kedalam bejana
plastik. Air dalam tabung terkuras habis sehingga tangkai pena turut bergerak turun
sampai pena menunjuk skala nol, jika hujan masih turun pena akan naik lagi,
demikian seterusnya. Waktu pengamatan : pengamatan dilakukan selama 24 jam dan
penggantian pias dilakukan pada jam 07.00 WIB.

4.2.4 Open Pan Evaporimeter / Panci Penguapan


Berfungsi untuk mengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu tertentu.
Alat ini berupa sebuah panci bundar besar terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti
karat dengan garis tengah/diameter 122 cm dan tinggi 25.4 cm. Panci ini ditempatkan
diatas tanah berumput pendek dan tanah gundul, dimana alat tersebut diletakkan
diatas pondasi terbuat dari kayu yang bagian atas kayu dicat warna putih gunanya
untuk mengurangi penyerapan radiasi. Tinggi air dari bibir panci ± 5 cm, bila air
berkurang harus segera ditambah agar besarnya penguapan sesuai. Waktu
pengamatan : pengamatan I, II, III ( Jam 07.30, 13.30, 17.30 WIB. Penguapan Panci
Terbuka pada tanah berumput pendek dilengkapi dengan alat Hook Gauge, Still Well
dan Thermometer Air Penguapan Panci Terbuka pada tanah gundul dilengkapi
dengan alat Hook Gauge, Still Well, Thermometer Air, Flaoting Thermometer
maksimum/ minimum dan Cup Counter Anemometer. Alat pengukur penguapan
tersebut diatas dilengkapi dengan :
 Hook Gauge
Yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci,
terdiri dari sebuah batang yang berskala dan sebuah skrup berada pada batang
tersebut yang digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing sampai
tepat menyentuh pada permukaan air panci. Besarnya perubahan volume air dapat
dihitung dengan membaca skala milimeter pada batang mikrometer, dan skala
seperseratus milimeter dibaca dari mur yang mengelilingi batang mikrometer.
Perhitungan dilakukan dengan rumus dimana :
Eo = Jumlah air yang dievaporasikan
Po = Pembacaan awal dari permukaan air yang ditunjukkan oleh micrometer
P1 = Pembacaan akhir setelah terjadi evaporasi
CH = Curah Hujan
 Still Well
Berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan
mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat sebuah skrup untuk menyetel/
mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar bejana terdapat
sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan
air dalam panci. Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga
membuat air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan air pada panci,
sehingga penyetelan ujung pancing dapat lebih mudah dilakukan.
 Termometer Air
Termometer air ini adalah thermometer air raksa yang dipasang tegak lurus
dengan menggunakan klem, letak bola termometer dibawah permukaan air, sehingga
suhu air dapat dibaca pada saat dilakukan pengamatan.
 Floating Thermometer Maksimum dan Minimum (Termometer Apung)
Thermometer ini merupakan bagian/ kelengkapan dari alat evaporasi panci
terbuka. Alat ini digunakan untuk mencatat suhu maksimum dan minimum air yang
terjadi selama 24 jam. Pada umumnya alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang
berbentuk U dengan dua buah bola pada ujungnya, yaitu thermometer maksimum
(thermometer air raksa) dan thermometer minimum (thermometer alcohol).
Thermometer dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung sedikit
dibawah permukaan air oleh pelampung alumunium. Suhu maksimum ditunjukkan
oleh ujung kanan indeks dalam thermometer atas dan suhu minimum ditunjukkan
oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah. Suhu rata-rata air didapat dengan
menambahkan suhu maksimum dan minimum, kemudian dibagi dua. Setelah
dilakukan pembacaan, perlu untuk menyetel kedudukan indeks kembali ke suhu
actual menggunakan magnet batang.
 Cup Counter Anemometer 0.5m
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin selama periode waktu tertentu. Alat
ini dipasang disebelah selatan dekat pusat panci, dengan ketinggian 0,5 meter dari
permukaan tanah. Alat ini terdiri dari 3 buah cup yang akan berputar bila tertiup
angin, dimana bagian bawah cup terdapat angka counter yang mencatat perputaran
cup tersebut. Prinsip kerja alat ini seperti gerakan Speedometer pada sepeda motor
dalam satuan km/jam. Kecepatan angin rata-rata harian selisih pembacaan angka
dibagi 24 jam.
Untuk mengetahui kecepatan angin pada periode waktu tertentu dilakukan
dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat pengamatan dengan
hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan periode waktu pengamatan.

4.2.5 Campbell Stokes


Alat ini berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari. Alat ini berupa
bola kaca masif dengan garis tengah/diameter 10 - 15 cm, berfungsi sebagai lensa
cembung (konvex) yang dapat mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik api
(fokus), dan alat ini dipasang di tempat terbuka diatas pondasi beton dengan
ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Lamanya penyinaran matahari dicatat
dengan jalan memfokuskan sinar matahari tepat mengenai kertas pias yang khusus
dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada pias akanterlihat bagian yang terbakar,
panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan lamanya penyinaran matahari.
4.3 Ruang Observer

Gambar 4.3. Ruang Observer Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok

4.4 Ruang Forecaster

Gambar 4.4. Ruang Forecaster Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok


Berdasarkan kunjungan pada stasiun terkait, kami mendapati beberapa permasalahan yang
terjadi pada stasiun yang bersangkutan. Masalah-masalah tersebut akan dijabarkan berikut ini.
1. Masalah pertama, yaitu verifikasi dari prakiraan gelombang masih belum akurat. Hal ini
dikarenakan kurang memadainya alat pemantau ketinggian gelombang yang dipasang pada
sekitar stasiun. Alat yang digunakan sebagian besar masih alat konvensional.
2. Masalah kedua, yaitu pengukuran visibility yang subjektif. Pada saat pengamatan synop,
masih terdapat data yang dimasukkan dengan cara mengira-ngira. Tentunya apabila hal
seperti ini dibiarkan terus-menerus, maka tingkat keakuratan keluaran data prakiraan akan
semakin berkurang, sehingga kinerja pegawai stasiun terkait akan terus disorot.
3. Masalah ketiga, yaitu pemantauan cuaca jauh dari standar karena lingkungan di sekitar alat
terdapat banyak obstacle. Lokasi stasiun yang berdekatan dengan pelabuhan kapal dan
diapit banyak bangunan menjadi penyebab utama buruknya standar pengamatan cuaca di
sini.
4. Masalah keempat, yaitu pemeliharaan peralatan masih belum baik. Hal ini terlihat jelas
pada alat-alat pengamatan yang terdapat di taman alat. Beberapa alat masih terdapat debu,
seperti kurang terawat.
5. Masalah kelima, yaitu kurangnya alat pemantauan dari segi oseanografi. Sampai saat ini,
instrument yang dimiliki oleh stasiun terkait hanyalah sebatas alat pemantau ketinggian
permukaan air yang terpasang di sekitar pelabuhan. Belum ada alat yang memantau
parameter maritime di samudera yang yang dibiarkan lepas, lalu terkoneksi dengan stasiun
terkait.
6. Masalah keenam, yaitu sistem keamanan dari alat yang dipasang di laut. Sampai saat ini,
stasiun terkait belum memiliki peralatan meteorologi maritime yang dilepas di lautan.
Maka dari itu, sistem keamanannya pun belum bisa dikembangkan.
BAB V
PENUTUP

Gambar 1

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Setelah mendapati berbagai masalah tersebut, maka kami pun juga merangkum
berbagai saran untuk mengatasi permasalahan tersebut di bawah ini.
1. Penambahan pegawai agar tugas lebih terarah.
Pada stasiun ini, jumlah pegawai yang tercatat tergolong sedikit. Belum lagi pergantian
shift pegawai untuk waktu pagi dan sore, yang notabene membutuhkan tenaga lebih. Selain
itu, tujuan lainnya agar tugas yang diberikan kepada pegawai sesuai dengan keahliannya
masing-masing. Contohnya seorang teknisi cukup fokus pada pekerjaanya sebagai teknisi,
tidak perlu menyambi pekerjaan pengamatan yang dilakukan oleh seorang pengamat.
2. Melakukan pemeliharaan alat secara berkala.
Seperti alat-alat pada umumnya, peralatan meteorology maritime pun juga perlu dirawat
secara berkala, misalnya dicek selama seminggu sekali, sebulan sekali, dsb. Hal ini
dilakukan agar standar pengukuran pada alat tersebut bisa terjaga.
3. Melakukan perbaikan kepada peralatan yang rusak.
Jika ada alat yang rusak, maka perlu dilakukan perbaikan atau bahkan pergantian.
Perbaikan hanya boleh dilakukan saat alat mengalami kerusakan ringan, sedangkan
pergantian alat dilakukan ketika alat mengalami kerusakan berat. Pergantian alat ini
dilakukan dengan cara mengindikasi masalahnya apa, lalu jika sudah diketahui segera
menghubungi teknisi BMKG Pusat agar segera diperbaiki.
4. Membangun kerja sama dengan TNI AL dalam menjaga keamanan peralatan yang
terpasang di tengah laut.
Peralatan meteorologi maritime yang dilepas di lautan perlu diberi penjagaan. Hal ini
dilakukan mengingat harga peralatan tersebut sangatlah mahal. Alat -alat seperti BUOY,
sea glider, wave glider, atau ADCP, ditaksir memiliki harga yang mencapai ratusan juta.
Tentu sangat disayangkan apabila barang-barang milik negara ini hilang dan
disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Di sinilah peran TNI AL
dibutuhkan. Mereka bisa bertugas untuk mengawasi dan menjaga peralatan-peralatan
tersebut.
5. Mencari lokasi baru untuk taman alat yang bebas obstacle.
Kondisi lingkungan sekitar pada taman alat di stasiun ini cukup memprihatinkan. Hal ini
dilihat pada letak stasiun yang berdekatan dengan bangunan-bangunan tinggi, sehingga
tidak cocok untuk dilakukan pengamatan visibility. Sebaiknya, taman alat dipindah ke
lokasi yang terbuka dan jauh dari obstacle.
6. Penambahan alat yang memadai untuk pengamatan maritime.
Sejauh ini, peralatan yang digunakan pada stasiun terkait kebanyakan masih konvensional,
meskipun terdapat alat yang sudah digital. Dengan adanya alat pengamatan maritime yang
lebih modern, diharapkan hasil pengukuran tersebut bisa lebih akurat dan pengamat tidak
perlu bersusah payah lagi dalam mengoperasikannya.

You might also like