You are on page 1of 14

ARTIKEL ILMIAH

PERENGKAHAN TERMAL (THERMAL CRACKING) CAMPURAN SAMPAH


PLASTIK JENIS POLIPROPILENA (PP) DAN MINYAK PELUMAS
(OLI) BEKAS UNTUK MENGHASILKAN
BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

Oleh
Lisa Purnama
A1C112014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
JULI 2017
1
PERENGKAHAN TERMAL (THERMAL CRACKING) CAMPURAN SAMPAH
PLASTIK JENIS POLIPROPILENA (PP) DAN MINYAK PELUMAS
(OLI) BEKAS UNTUK MENGHASILKAN
BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
Oleh
Lisa Purnama1, Nazarudin2, M. Naswir2

1
Alumni Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi
2
Staf Pengajar Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi
email : lisapurnama06@gmail.com

ABSTRAK

Sampah plastik jenis polipropilena (PP) dan minyak pelumas (oli) bekas
diketahui dapat menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) melalui reaksi perengkahan
(cracking). Sehingga timbul gagasan baru mengenai perengkahan termal terhadap
campuran keduanya menghasilkan BBM. Tujuan dari penelitian ini adalah
menghasilkan BBM dari perengkahan termal campuran sampah plastik polipropilena
dan oli bekas dan mengetahui pengaruh rasio dan temperatur terhadap konversi cairan
hasil perengkahan (CHP) termal. Perengkahan termal dilakukan dengan tiga variasi
rasio sampel sampah plastik polipropilena dan oli bekas yaitu 0,5:1, 1:1, dan 1,5:1
serta tiga variasi temperatur yaitu 400 oC, 450 oC, dan 500 oC. Analisa dilakukan
secara gravimetri, GC-MS, dan metode permukaan respon. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa perengkahan termal campuran sampah plastik polipropilena dan
oli bekas dapat menghasilkan senyawa dengan jumlah karbon <10 (kecil dari sepuluh)
yang terdiri dari 85,7% 1-octanamine, N-methyl (C9H21N) dan carbamic acid
(CH3NO2) , dan Acetic acid (C2H4O2). Dimana 1-octanamine, N-methyl (C9H21N)
merupakan bahan bakar minyak fraksi kerosin. Sedangkan perengkahan
menggunakan katalis H-USY menghasilkan 48,6 % fraksi bensin (C7-C12) dan 11,4 %
fraksi kerosin (C13-C16). Konversi CHP termal tertinggi adalah 42,95% diperoleh pada
rasio 0,5:1 dan temperatur 500 oC. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perengkahan
termal dan katalitik campuran sampah plastik polipropilena dan oli bekas berpotensi
untuk menghasilkan bahan bakar minyak jenis bensin dan kerosin serta bahan kimia
lainnya. Sebagai pemanfaatan hasil penelitian, dapat dihasilkan bahan ajar pada mata
kuliah kinetika kimia pada materi mekanisme dan kinetika reaksi perengkahan termal
dalam bentuk handout.

Kata Kunci: Perengkahan termal, sampah plastik, oli bekas, BBM.

2
PENDAHULUAN
Selanjutnya perengkahan terhadap
Berbagai penelitian telah diantaranya pernah dilakukan oleh
dilakukan dalam upaya meningkatkan Trisunaryati dkk (2008) , yaitu dengan
kesejahteraan umat manusia dan merengkah secara termal dan katalitik
memperkaya ilmu pengetahuan. terhadap oli bekas pada temperatur
Penelitian tentang reaksi perengkahan 450 oC sehingga menghasilkan produk
(cracking) bahan-bahan bekas yang rengkah dengan kandungan fraksi
mengandung senyawa hidrokarbon bensin dan diesel. Kemudian, Wijaya
tinggi seperti sampah plastik dan Rahardjo (2009) memperkuat
polipropilena dan oli bekas diketahui hasil dengan melakukan perengkahan
sudah dapat menghasilkan bahan terhadap oli bekas sehingga
bakar minyak (BBM). menghasilkan bahan bakar cair dengan
Reaksi perengkahan (cracking) komposisi mirip bahan bakar
adalah reaksi memecah senyawa komersial premium.
hidrokarbon yang memiliki berat Melalui hasil-hasil penelitian
molekul besar dan rantai panjang diatas maka memperkuat kenyataan
menjadi senyawa hidrokarbon dengan bahwa sampah plastik polipropilena
berat molekul yang lebih kecil dan dan oli bekas memang dapat
rantai yang lebih pendek (Nazarudin, menghasilkan bahan bakar minyak
2000). Ada dua jenis reaksi melalui reaksi perengkahan. Maka dari
perengkahan yang umum dikenal yaitu hal ini timbul satu gagasan baru yang
reaksi perengkahan menggunakan menarik untuk diteliti yaitu mengenai
temperatur tinggi yang dikenal dengan perengkahan terhadap campuran
perengkahan termal (thermal sampah plastik polipropilena dan
cracking) dan reaksi perengkahan minyak pelumas (oli) bekas untuk
yang menggunakan katalis yang menghasilkan bahan bakar minyak
dikenal dengan perengkahan katalitik (BBM). Sehingga melalui hal ini
(catalytic cracking). tentunya akan dapat meningkatkan
Ishak (2014) melakukan efisiensi pengolahan sampah plastik
penelitian dengan merengkah secara polipropilena dan minyak pelumas
termal 20 gram sampah plastik (oli) bekas.
polipropilena (PP) dan diketahui dapat
menghasilkan cairan hasil METODE PENELITIAN
perengkahan (CHP) sebanyak 12,08
gram (60,4%) dan terdapat 10,51 % Sampel yang digunakan adalah
fraksi bensin. Sedangkan perengkahan limbah oli bekas dari mobil Toyota
secara katalitik menggunakan katalis Avanza dengan jarak tempuh 9.000
H-USY dapat meningkatkan konversi km dan sampah plastik polipropilena
bensin menjadi 20,73%. Kemudian, yang digunakan diambil dari gelas
Kadir (2012) melakukan penelitian plastik air mineral dengan nama
sebanyak 500 gram sampah kantong dagang “VIR”. Kedua sampel ini
kresek plastik polipropilena dapat dicampurkan untuk kemudian
Lestary (2014) mempelajari direngkah.
perengkahan katalitik terhadap plastik
polipropilena dan terbukti dapat Proses perengkahan termal
menghasilkan bahan bakar minyak dilakukan pada tiga variasi temperatur
jenis bensin. yaitu 400 oC, 450 oC, dan 500 oC. dan

3
tiga variasi rasio sampel campuran
sampah plastik dan oli bekas yaitu
0,5:1, 1:1, dan 1,5:1.
Secara lebih lengkap desain
perengkahan termal dari variasi rasio
sampel dan temperatur reaksi
perengkahan termal ditampilkan pada
tujuh kondisi perengkahan yang dapat
diamati pada tabel 1. Proses
perengkahan termal ini dilakukan
selama 30 menit reaksi, kemudian
diberikan aliran gas nitrogen sebanyak
5 mL/min selama berlangsungnya Gambar 1. Skema alat perengkahan beserta
proses perengkahan. selanjutnya hasil bagian-bagiannya
perengkahan termal akan diamati pada
setiap 5 menit reaksi. Keterangan :
a = thermocouple e = reaktor
Table 1. desain penelitian perengkahan termal b = tabung N2 f = furnace
c = thermocontrol g = wadah CHP
Kondisi X1 X2
reaksi
d = flowmeter h = kondensor
ke
1 -1 -1 Sebagai perbandingan terhadap
2 -1 1 perengkahan termal, dilakukan juga
3 1 -1 perengkahan katalitik menggunakan 1
4 1 1 gram H-USY sebagai katalis.
5 0 0 Perengkahan katalitik ini dilakukan
6 0 0 pada kondisi perengkahan termal yang
7 0 0
menghasilkan cairan hasil
perengkahan tertinggi.
Keterangan :
X1 = rasio plastik : oli (0.5:1, 1:1, 1.5:1)
X2 = temperatur (400 oC, 450 oC, 500 oC) HASIL DAN PEMBAHASAN

Perengkahan termal campuran Konversi hasil perengkahan termal.


sampah plastik polipropilena dan oli
bekas dilakukan menggunakan reaktor Berdasarkan hasil penelitian maka
semibatch. Skema alat penelitian lebih diketahui bahwa perengkahan termal
lengkap dapat diamati pada gambar.1. campuran sampel sampah plastik
polipropilena dan oli bekas dapat
Untuk menentukan konversi hasil menghasilkan produk berupa cairan,
perengkahan dilakukan analisa secara padatan, dan gas. Dimana produk
gravimetri. Kemudian untuk utama yang diamati dalam penelitian
mengetahui senyawa yang terkandung ini adalah cairan hasil perengkahan
didalam oli bekas dan cairan hasil (CHP). Adapun cairan hasil
perengkahan dianalisa secara GC-MS. perengkahan termal yang diperoleh
Pengaruh rasio dan temperatur dapat dilihat pada gambar 2.
terhadap hasil perengkahan dilihat
menggunakan metode permukaan
respon.

4
50
45

konversi CHP (%)


40 1
35
2
30
25 3
20 4
15
10 5
5 6
0
0 5 10 15 20 25 30 7
waktu (menit)
Gambar 2. CHP termal

Berdasarkan gambar 2. Dapat Gambar 4. Konversi komulatif CHP termal


dilihat bahwa CHP termal memiliki pada setiap 5 menit reaksi.
warna kuning dan kecoklatan yang
menyerupai warna bahan bakar
minyak, berbau menyengat, dan Pada gambar 4 dapat dilihat
mudah menguap jika dibiarkan bahwa grafik konversi komulatif CHP
terpapar lama diudara terbuka. termal pada kondisi reaksi kedua
(0,5:1, 500 oC) terlihat lebih tinggi
dan lebih cepat mencapai titik
50 pucaknya. Dalam waktu 5 menit reaksi
grafik yang diperoleh sudah terlihat
Konversi CHP (%)

40
menanjak tajam, kemudian pada
30 waktu 10 menit sudah tercapai
20
konversi total. Dalam hal ini
menandakan hanya 10 menit waktu
10 yang dibutuhkan untuk melakukan
0 perengkahan. Sehingga berdasarkan
1 2 3 4 5 6 7 grafik konversi komulatif CHP termal,
Kondisi reaksi ke maka kondisi reaksi terbaik dalam
perengkahan termal campuran sampah
Gambar 3. Grafik konversi CHP termal plastik polipropilena dan minyak
pelumas (oli) bekas adalah kondisi
Dari gambar 3 dapat dilihat reaksi kedua yaitu pada rasio 0,5:1 dan
bahwa konversi CHP termal temperatur 500 oC.
meningkat seiring dengan
meningkatnya temperatur. Konversi Selain cairan hasil
CHP termal tertinggi diperoleh pada perengkahan, reaksi perengkahan
kondisi reaksi kedua sebanyak 42,95% termal juga menghasilkan produk
yang dilakukan pada proses berupa padatan dan gas. Dimana
perengkahan dengan rasio sampah konversi gas hasil perengkahan termal
plastik polipropilena dan oli bekas pada setiap kondisi reaksi dapat dilihat
0.5:1 dan temperatur 500 oC. Dimana pada gambar 5. Pada gambar 5 dapat
konversi komulatif pada setiap kondisi dilihat bahwa konversi gas yang
reaksi perengkahan termal dapat diperoleh pada setiap kondisi reaksi
diamati pada gambar 4. pada umumnya cukup tinggi.

5
80

konversi gas (%)


80

konversi padatan (%)


60
60
40
20 40

0 20
1 2 3 4 5 6 7
kondisi reaksi ke 0
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 5. Konversi gas hasil kondisi reaksi ke
perengkahan termal
Kemudian , untuk produk yang Gambar 6. Konversi padatan (kokas
berupa padatan terdapat berupa kokas atau sisa reaksi)
dan sisa reaksi perengkahan. Padatan
yang berwarna hitam merupakan Berdasarkan gambar 6 dapat
padatan yang berupa kokas hasil dilihat bahwa konversi padatan
perengkahan termal. Kokas tertinggi diperoleh pada kondisi reaksi
merupakan bahan hitam keabuan dan pertama (0,5:1, 400 oC). Berat padatan
keras yang dapat dihasilkan dari bahan yang diperoleh adalah 10,84 gram atau
karbon atau hidrokarbon yang dengan konversi 70,4%. Konversi
dipanaskan tanpa udara. Kokas padatan terendah diperoleh pada
memiliki pori-pori dan mengandung kondisi reaksi kedua (0,5:1, 500 oC)
87-89 % atom karbon. Adapun kondisi yaitu dengan berat 0,07 gram atau
reaksi yang menghasilkan kokas yaitu dengan konversi 0,05 %. Berdasarkan
pada reaksi kedua, keempat, kelima grafik tersebut dapat disimpulkan
dan ketujuh. bahwa pada temperatur yang lebih
Sedangkan Padatan yang tinggi dapat menurunkan konversi
berwarna kuning kecoklatan (gambar padatan.
4.8) merupakan sisa reaksi, yaitu Untuk mengetahui kondisi
sampel yang tidak habis terengkah perengkahan paling efisien maka
selama 30 menit reaksi. Padatan yang kemudian dihitung dan dibuat grafik
berupa sisa reaksi ini diperoleh pada efisiensi perengkahan (EP) termal.
kondisi reaksi pertama, ketiga, dan Nazarudin (2000) menjelaskan bahwa
keenam umumnya pada temperatur efisiensi perengkahan dapat ditentukan
yang rendah (400 oC). dengan membandingkan konversi total
CHP dan gas dengan konversi kokas
Secara lebih jelas konversi atau konversi sisa reaksi, secara
padatan (kokas atau sisa reaksi) pada matematika dapat dijelaskan sebagai
setiap kondisi reaksi perengkahan berikut :
termal dapat dilihat pada gambar 6.
konversi (CHP+gas)
EP =
konversi kokas

Dengan memplot nilai EP pada


setiap kondisi reaksi, maka didapat
grafik yang ditunjukkan pada gambar
4.11.

6
200

150
EP

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7
kondisi reaksi ke
Gambar 4.8 CHP katalitik
Gambar 7. Efisiensi perengkahan
termal Perbandingan Konversi Hasil
Perengkahan Termal Dan Katalitik

Berdasarkan gambar 7 dapat Perbandingan konversi CHP, gas,


diketahui bahwa nilai efisiensi dan padatan hasil perengkahan termal
perengkahan termal tertinggi diperoleh dan katalitik secara keseluruhan dapat
pada kondisi reaksi kedua (0,5:1, 500 dilihat pada tabel 2.
o
C). Sehingga dengan hal ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi reaksi Tabel 2 Perbandingan konversi hasil
kedua merupakan kondisi perengkahan termal dan katalitik
perengkahan paling efektif untuk Kondisi % CHP % kokas % gas
melakukan perengkahan termal Ternal 42.95 0.5 56.55
terhadap campuran sampah plastik Katalis 52.01 0.15 47.47
polipopilena dan oli bekas.
Berdasarkan tabel 2 dapat
Konversi hasil perengkahan dilihat bahwa konversi CHP katalitik
katalitik adalah 52,01 %, sedangkan konversi
CHP termal adalah 42,95%. Sehingga
Sebagai perbandingan terhadap
dapat diamati bahwa perengkahan
perengkahan termal yang telah
katalitik dapat menghasilkan konversi
dilakukan dilakukan juga perengkahan
CHP yang lebih tinggi dibandingkan
katalitik menggunakan H-USY
perengkahan termal. Begitu juga
sebagai katalis. Adapun hasil
dengan konversi padatan. Namun
penelitian menunjukkan bahwa
konversi gas pada perengkahan
perengkahan katalitik menghasilkan
katalitik diperoleh lebih rendah dari
konversi CHP 52,01 %. Konversi ini
pada perengkahan termal. Kemudian,
lebih tinggi dibandingkan konversi
perbandingan konversi komulatif CHP
CHP termal.
termal dan katalitik pada setiap 5
menit reaksi dapat dilihat pada
gambar.9.

7
60

Konversi (%)
50
40
30
CHP
20
termal 2
10 CHP
0 katalitik
0 5 10 15 20 25 30
waktu (menit)
Gambar 10. Kromatogram oli bekas.
Gambar 9 Grafik perbandingan konversi
komulatif CHP termal dan katalitik Pada Untuk mengetahui senyawa yang
setiap 5 menit reaksi terkandung didalam CHP termal,
maka dilakukan analisa secara GC-
MS. Adapun hasil analisa
Berdasarkan gambar 9 dapat menunjukkan bahwa didalam CHP
dilihat bahwa baik pada perengkahan termal terdiri dari senyawa dengan
termal maupun katalitik yang jumlah karbon <10 (kecil dari
dilakukan pada kondisi reaksi kedua sepuluh) yang terdiri dari 85,7% 1-
(0,5:1, 500 oC) dapat menghasilkan octanamine, N-methyl (C9H21N) yang
CHP total hanya dalam 10 menit diprediksi merupakan fraksi kerosin,
reaksi. Kemudian berdasarkan analisa dan senyawa lain seperti carbamic
terhadap konversi komulatif CHP acid (CH3NO2) dan Acetic acid
katalitik pada setiap 5 menit reaksi, (C2H4O2).
maka dapat diketahui bahwa dengan
menggunakan katalis H-USY pada
proses perengkahan dapat
menghasilkan produk yang lebih
tinggi dan dalam waktu reaksi yang
cepat.

Hasil analisa GC-MS


Sebelum dilakukan perengkahan,
maka terlebih dahulu dilakukan
analisa terhadap oli bekas yang
digunakan dalam penelitian secara Gambar 11. kromatoram CHP termal
GC-MS. Adapun hasil analisa
menunjukkan bahwa didalam oli bekar Kemudian, pada CHP katalitik
terkandung senyawa-senyawa dengan juga dilakukan analisa secara GC-MS.
jumlah karbon C1 hingga C25. Dan Maka berdasarkan hasil analisa
diketahui bahwa oli bekas tidak hanya diketahui bahwa didalam CHP
terdiri dari senyawa dengan atom C katalitik terdapat senyawa dengan
dan H, namun juga atom-atom lain jumlah karbon C3 hingga C24 yang
seperti N, O, dan S. terdiri dari 48,6 % fraksi bensin (C7-
C12) dan 11,4 % fraksi kerosin (C13-
C16).

8
Gambar 12. Kromatogram CHP katalitik
Gambar 13 Grafik permukaan konversi CHP
Hasil analisa permukaan respon termal

Analisa permukaan respon Grafik permukaan (Gambar 13)


dilakukan untuk melihat sejauh mana yang diperoleh berbentuk bidang datar
pengaruh variabel bebas (rasio dan mendaki. Hal ini menunjukkan belum
temperatur) terhadap variabel terikat ditemukannya titik optimum
(konversi CHP). Dalam hal ini, maka perengkahan. Namun dapat dilihat
nilai konversi CHP dijadikan variabel bahwa variabel temperature ternyata
terikat (Y), sedangkan rasio berat lebih sensitif dibandingkan rasio
sampel dan temperatur reaksi sampel.
dijadikan variabel bebas (X). Analisa
metode permukaan respon dilakukan Selain analisa terhadap
dengan menggunakan aplikasi konversi CHP, dilakukan juga analisa
komputer matlab. Dari hasil analisa metode permukaan respon terhadap
yang telah dilakukan maka dapat konversi gas hasil perengkahan termal.
diperoleh persamaan matematika : Dimana gas hasil perengkahan termal
dijadikan sebagai variabel terikat (Y),
Y= 26,1071 - 3,1050X1 + 15,3950 X2 sedangkan rasio dan temperatur adalah
sebagai variabel bebas (X). Dari hasil
Berdasarkan hasil analisa maka analisa metode permukaan respon
diperoleh nilai koefisien determinasi terhadap konversi gas hasil
(R2) yaitu 0,69. Nilai ini menunjukkan perengkahan termal diperoleh
bahwa secara umum antara variabel Y persamaan matematika :
dengan variabel X mempunyai
korelasi yang rendah. Kemudian F Y= 58,4029 +13,5550 X1+ 7,4050 X2
hitung simpangan model (3,79) yang
diperoleh yang lebih kecil dari F tabel Harga koefisien determinasi
simpangan model baik pada taraf α (R2) adalah 0,68, maka dapat
5% (19) ataupun 1% (99). Dengan dikatakan bahwa variabel bebas dan
melihat kecilnya F hitung ini, maka variabel terikat mempunyai hubungan
persamaan matematika yang diperoleh (korelasi) yang rendah. Kemudian,
adalah tepat sebagai persamaan untuk F hitung (21,31) simpangan
polinominal ordo pertama dan dapat model yang diperoleh adalah lebih
digunakan untuk memprediksi nilai besar dari F tabel (19) simpangan
optimum. model maka persamaan matematika
yang diperoleh tidak dapat digunakan
untuk memprediksi nilai optimum
kondisi reaksi terhadap konversi gas.

9
Sehingga analisa metode permukaan Y = 85.2900+11,8750 X1 +21,6250 X2
respon terhadap konversi gas hanya
menghasilkan persamaan matematika, Harga koefisien determinasi
2
namun tidak dapat digunakan untuk (R ) yang diperoleh adalah 0,64
memprediksi nilai optimum. sehingga dapat dikatakan variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y)
memiliki korelasi yang rendah.
Selanjutnya F hitung simpangan
model (43,14) lebih besar dari pada F
tabel simpangan model pada taraf α
5% (19). Sehingga hasil analisa hanya
menghasilkan persamaan matematika,
namun tidak dapat digunakan untuk
memprediksi nilai optimum.

Gambar 14 Grafik permukaan konversi gas


hasil perengkahan termal

Grafik permukaan konversi gas


(gambar 14) yang diperoleh dari
analisa permukaan respon berbentuk
bidang datar mendaki. Hal ini
dikarenakan belum ditemukan titik
pucak dari konversi gas. Kemudian Gambar 15 Grafik permukaan konversi
berdasarkan grafik permukaan CHP+gas
konversi gas juga dapat diamati bahwa
kondisi optimum variabel rasio dan Dari grafik permukaan gambar
temperatur perengkahan terhadap gas 15 terlihat bahwa kondisi optimum
tidak dapat ditentukan. Namun variabel rasio dan temperatur
dibandingkan temperatur, variabel perengkahan termal menghasilkan
rasio sampel terlihat lebih sensitif CHP+gas belum dapat ditentukan. Hal
terhadap konversi gas yang dihasilkan ini berdasarkan bentuk grafik yang
dari perengkahan termal. diperoleh masih dalam bentuk bidang
datar yang mendaki yang dikarenakan
Pada analisa metode belum ditemukannya puncak
permukaan respon melihat pengaruh optimum.
rasio dan temperatur terhadap konversi
CHP+gas dihasilkan grafik permukaan Untuk mengetahui Efisiensi
pada gambar 15. Dimana konversi perengkahan yang baik, maka
CHP+gas dijadikan variabel terikat Efisiensi perengkahan (EP) variabel
(Y), sedangkan rasio dan temperatur terikat (Y), sedangkan rasio dan
adalah sebagai variabel bebas (X). temperatur reaksi dijadikan variabel
Hasil analisa metode permukaan bebas (X). Hasil analisa metode
respon dengan bantuan aplikasi matlab permukaan respon menghasilkan
menghasilkan persamaan matematika: grafik permukaan pada gambar 4.23.
Berdasarkan hasil analisa metode

10
permukaan respon diperoleh KESIMPULAN
Persamaan matematika sebagai
berikut: Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perengkahan termal dan katalitik
Y= 68,7643 – 42,3 X1 + 55,99 X2 campuran sampah plastik
polipropilena dan oli bekas berpotensi
Harga koefisien determinasi untuk dapat menghasilkan bahan
2
(R ) yang diperoleh adalah 0,54. bakar minyak fraksi bensin dan
Harga ini menunjukkan bahwa kerosin serta bahan kimia lainnya.
variabel bebas dan variabel terikat Konversi CHP termal tertinggi adalah
memiliki korelasi yang rendah. 42,95% diperoleh pada rasio 0,5:1 dan
Analisa metode permukaan respon temperatur 500 oC. Kemudian Sebagai
dapat menghasil persamaan pemanfaatan hasil penelitian, dapat
matematika yang dapat digunakan dihasilkan bahan ajar pada mata
untuk memprediksi nilai optimum. kuliah kinetika kimia pada materi
Hal ini diketahui berdasarkan hasil mekanisme dan kinetika reaksi
analisa yang menyatakan F hitung perengkahan termal dalam bentuk
simpangam model (1,09) adalah lebih handout.
kecil dari F tabel simpangan model
pada taraf α adalah 5% (19). DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, V., 1995. Teknik Analisis
Dalam Penelitian Percobaan.
Bandung: Penerbit Tarsito.
Ishak, P.M., 2014. Perengkahan
Katalitik Sampah Plastik Jenis
Polipropilena (PP) Untuk
Menghasilkan Bensin Dengan
Menggunakan katalis H-USY Dan
Cr-USY Hasil Modifikasi,
Skripsi, Universitas Jambi, Jambi.
Kadir, 2012. Kajian Pemanfaatan
Sampah Plastik Sebagai Sumber
Bahan Bakar Cair, Dinamika
Gambar 16 Grafik permukaan Efisiensi Jurnal Ilmiah Teknik Mesin,
perengkahan termal 3(02):223-228.
Lestary, E.W., 2014. Perengkahan
Berdasarkan grafik permukaan
Katalitik Sampah Plastik Jenis
efisiensi perengkahan (gambar 16)
Polipropilen (PP) Menggunakan
terlihat bahwa grafik yang diperoleh
Katalis H-Usy Dan Cr-Usy Hasil
berbentuk bidang datar yang mendaki,
Regenerasi Untuk Menghasilkan
hal ini dikarenakan belum
Bensin, Skripsi, Universitas
ditemukaannya titik puncak dari
Jambi, Jambi.
efisiensi perengkahan yang
Nazarudin.2000. Optimasi Kondisi
menunjukkan titik optimumnya.
Reaksi Perengkahan Katalitik
Sehingga dari grafik tersebut dapat
Fraksi Berat Minyak Bumi
dikatakan bahwa nilai optimum tidak
Dengan Katalis Cr-Zeolit Alam
dapat ditentukan.
Dan Ni-Zeolit Alam, tesis,

11
Yogyakarta : Program pascsarjana
UGM.
Trisunaryati,W., Suryo,P., dan Arista,
P., 2008. Hidrorengkah Katalitik
Oli Bekas Menjadi Fraksi Bahan
Bakar Cair Menggunakan Zno,
Nb2O5, Zeolit Alam Aktif Dan
Modifikasinya, Indo.J.chem,
8(3):342-347.
Wijaya, A., dan Raharjo, D.W.P.P.
Diakses pada 3 Desember 2015.
Pemanfaatan Oli Bekas Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bahan
Bakar Cair (BBC) Dengan
Metode Catalytic Cracking
Menggunakan Katalis Modernite,
http://eprints.undip.ac.id

12
13

You might also like