You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN (LB3) DI RSUD Dr. SOEDRIMAN KABUPATEN SEMARANG

Elisa Maharani*, Tri Joko**, Hanan Lanang Dangiran**


*) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
**) Dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang 50239, Indonesia
*) Email: elisamaharani111@gmail.com

ABSTRACT

Regional General Hospital Dr. Soedirman Kebumen is one of the Government’s


assests that provide health services in Kebumen Regency area. A wide range of
health services provided have an impact on the high hospital waste is generated.
One of the hospital waste is hazardous materials and toxic waste (LB3).
Hazardous materials and toxic waste (LB3) that are not managed properly will
cause the impact of environmental pollution, work accident as well as the
transmission of the disease. The purpose of this research was to evaluate the
management of hazardous materials and toxic waste on sorting, storage, and
transport based on the regulation of the Minister of Environment and Foresty
Number 56 Year 2015 of Ordinances and Technical Requirements of Waste
Management Hazardous Materials and Toxic from Healthcare Facilities. The
method of this research is descriptive research with cross sectional approach
using kualitatif analysis. The object of this research is the management of
hazardous materials and toxic waste (LB3) stage of sorting, storage, and
transport. The results showed that most of management of hazardous materials
and toxic waste (LB3) were in accordance with the standards eztablished. The
requirements have not been met on the stage of sorting, storage and transport is
not yet the presence of labeling and symbol on the pastic bag waste, waste
pharmaceutical and chemical wastes are categorized using the pastic bag brown,
storage of waste that is stored for more than 2 days in a polling station, a
temporay storage area that does not yet have an alaarm alerting and first aid
facilities, still found the presence of compaction or emphasis on waste using feet,
and negligence of the officers against the use of protective tools myself in the
process of transporting the waste.

Keywords : Waste management B3, Regional General Hospital Dr. Soedirman


Kebumen

PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai sarana rawat jalan, rawat inap, pelayanan
upaya kesehatan yang gawat darurat, pelayanan medik,
menyelenggarakan upaya pelayanan dan non medik yang dalam
kesehatan yang meliputi pelayanan melakukan proses kegiatan tersebut
599
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

akan menimbulkan dampak positif dan/atau konsentrasinya dan/atau


dan negatif. Oleh karenanya perlu jumlahnya, baik secara langsung
adanya upaya penyehatan maupun tidak langsung, dapat
lingkungan rumah sakit yang mencemarkan dan/atau merusak
bertujuan untuk melindungi lingkungan hidup dan/atau dapat
masyarakat dan petugas rumah sakit membahayakan lingkungan hidup,
akan bahaya pencemaran kesehatan, keberlangsungan hidup
lingkungan yang bersumber dari manusia serta makhluk hidup
limbah rumah sakit.1 lainnya.2
Dalam pelaksanaan kegiatan
di rumah sakit tentunya akan Limbah medis disamakan dengan
menghasilkan limbah medis yang limbah non medis. Masih banyak
merupakan salah satu jenis limbah rumah sakit yang bahkan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). mencampur limbah medisnya
Limbah Bahan Berbahaya dan dengan limbah non medis, lalu
Beracun (Limbah B3) ialah sisa membuangnya ke tempat
suatu usaha dan atau kegiatan yang pembuangan akhir sampah pada
mengandung bahan berbahaya umumnya.
dan/atau beracun karena sifat
Limbah medis rumah sakit lingkungan. Oleh karena itum limbah
dikategorikan sebagai limbah bahan medis tidak boleh dibuang secara
berbahaya dan beracun (B3) seperti langsung ke dalam media
disebutkan dalam lampiran I lingkungan hidup tanpa adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 101 pengolahan terlebih dahulu.5
Tahun 2014 dimana yang masuk ke Berdasarkan pada Profil
dalam limbah B3 di dalam rumah Kesehatan Indonesia tahun 2015,
sakit dan fasilitas pelayanan cakupan rumah sakit yang
kesehatan diantaranya limbah klinis melakukan pengelolaan limbah
yang memiliki karakteristik infeksius, medis sesuai standar tahun 2015 di
produk farmasi kadaluarsa, bahan Indonesia mencapai 10,2 %.
kimia kadaluarsa, peralatan Provinsi yang belum melakukan
laboratorium terkontaminasi B3, pengelolaan limbah medis sesuai
peralatan medis mengandung logam standar terdiri dari provinsi Papua,
berat, termasuk merkuri (Hg), Papua Barat, Sulawesi Barat,
kadmium (Cd), dan sejenisnya, Sulawesi Tengah, Sulawesi
kemasan produk farmasi serta Tenggara, Sulawesi Utara,
Sludge IPAL.3 Kalimantan Utara, Kalimantan Barat,
Limbah medis yang NTT, NTB dan Bengkulu.6
dihasilkan oleh rumah sakit Pengelolaan limbah rumah
diantaranya limbah radioaktif, limbah sakit di Indonesia masih dalam
infeksius,patologi dan anatomi, kategori belum baik. Limbah rumah
limbah sitotoksis, limbah kimia dan sakit khususnya limbah B3 jenis
farmasi.4 Pengelolaan limbah B3 infeksius belum dikelola dengan
merupakan salah satu masalah yang baik. Sebagian besar pengelolaan
paling serius di fasilitas kesehatan Penelitian ini bertujuan untuk
dikarenakan limbah medis terutama mengevaluasi mengenai
limbah infeksius sangat potensial pengelolaan limbah B3 pada aspek
dalam transmisi penyakit menular pemilahan, penyimpanan, dan
baik melalui kontak langsung atau pengangkutan limbah B3
tidak langsung melalui media berdasarkan pada Peraturan Menteri

600
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Lingkungan Hidup dan Kehutanan dokumen yang terkait dalam


Republik Indonesia Nomor : pengelolaan limbah B3 di rumah
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang sakit. Telaah dokumen dilakukan
Tatat Cara dan Persyaratan Teknis pada data yang berkaitan dengen
Pengelolaan Limbah Bahan pengelolaan limbah yang berasal
Berbahaya dan Beracun dari dari rumah sakit, pedoman umum
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. pengelolaan limbah, dan prosedur
kerja pengelolaan limbah B3.
METODE PENELITIAN Teknik Pengumpulan data
Penelitian ini merupakan yang dilakukan dengan pengamatan
penelitian deskriptif dengan (observasi), wawancara serta
pendekatan cross-sectional dokumentasi.
menggunakan analisis kualitatif.7
Informan yang terlibat dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah Kepala Higiene
Sanitasi (1 orang), Kepala Ruang Sumber Limbah Bahan Berbahaya
Rawat Jalan (1 orang), Kepala dan Beracun (LB3)
Ruang Rawat inap (1 orang), Kepala Sumber limbah bahan
Instalasi Bedah Sentral ( 1 orang), berbahaya dan beracun (B3) yang
Kepala Ruang Radiologi (1 orang), dihasilkan di rumah sakit berasal
Kepala Instalasi Farmasi (1 orang), dari 8 pelayanan utama rumah sakit
Kepala Instalasi Gawat Darurat (1 yang terdiri dari pelayanan rawat
orang), Kepala Ruang Hemodialisa jalan, pelayanan rawat inap,
(1 orang), Kepala Laboratorium, pelayanan instalasi bedah sentral
Penanggung Jawab Sanitasi (1 (IBS), pelayanan radiologi,
orang) dan Petugas Kebersihan (10 pelayanan farmasi, pelayanan
orang). Objek penelitian dalam instalasi gawat darurat (IGD),
penelitian ini adalah jenis, sumber pelayanan hemodialisa (HD), serta
dan volume produksi limbah B3 yang pelayanan laboratorium.
dihasilkan dan disimpan, dan Kepala Higiene Sanitasi RSUD Dr.
pengelolaan limbah B3 berupa Soedirman Kebumen:
pemilahan, penyimpanan serta “Kalo dirumah sakit ini si sumber ya
pengangkutan pada bagian ruang bisa dari ruang perawatan, ruang
rawat inap, rawat jalan, Instalasi bedah itu lumayan banyak, ruang
Bedah Sentral, radiologi, farmasi, HD ya pokoknya ruangan yang bisa
Instalasi Gawat Darurat, menghasilkan limbah.”
Hemodialisa dan Laboratorium. Penanggung Jawab Sanitasi
Sumber data penelitian terdiri RSUD Dr. Soedirman Kebumen:
dari sumber data primer dan “B3 itu kan ada dua jenis to, yang
sekunder. Data primer yang didapat medis sama non medis, kalo B3
dalam penelitian ini bersumber dari medis ya dihasilkan dari ruangan-
hasil observasi dan wawancara ruangan kayak laboratorium, rawat
terhadap pengelolaan limbah dan inap, ruangan operasi juga. Non
petugas pengangkut limbah. Data medis sendiri itu ya biasa dari kantor
tersebut meliputi proses pengelolaan itu kayak bekas-bekas lampu.”
limbah B3 rumah sakit (pemilahan,
penyimpanan dan pengangkutan) Jenis Limbah Bahan Berbahaya
serta jumlah limbah B3 yang dan Beracun (LB3)
dihasilkan dan disimpan. Data Selama proses kegiatan
sekunder diperoleh melalui telaah pelayanan kesehatan menghasilkan
berbagai jenis limbah bahan
601
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berbahaya dan beracun (LB3) baik cairan tubuh.


medis maupun non medis. Limbah Hemodialisa Jarum suntik, selang
(HD) (arteri dan vena), kapas
bahan berbahaya dan beracun (LB3) bekas, masker
medis meliputi selang infus, ampul, disposable, sarung
bekas botol metro, bekas botol infus, tangan disposable,
kapas bekas terkontaminasi, masker kassa bekas.
Laboratorium Jarum suntik,
disposable, sarung tangan tabung/botol bekas
disposable, jarum suntik, selang reagen kimia,
kateter, pembalut bekas darah, tabung/botol bekas
kantong darah, jaringan tubuh serta darah, kapas bekas,
cairan tubuh. Sedangkan untuk kassa bekas, alkohol
swab, masker
limbah bahan berbahaya dan disposable, sarung
beracun (LB3) non medis yang tangan disposable,
dihasilkan diantaranya lampu TL, kertas saring.
bohlam, aki, neon, serta sludge
IPAL. Berdasarkan tabel 1. Dapat
dilihat bahwa unit yang menjadi
Tabel 1. Jenis Limbah Bahan sumber penghasil limbah bahan
Berbahaya dan Beracun (LB3) berbahaya dan beracun (LB3) medis
Berdasarkan Sumbernya di RSUD Dr. berupa limbah infeksius yaitu Rawat
Soedirman Kebumen Jalan, Rawat Inap, Instalasi Bedah
Jenis Limbah Bahan
Sumber Berbahaya dan Beracun
Sentral (IBS), Radiologi, Instalasi
(LB3) Medis Gawat Darurat (IGD), Hemodialisa
Rawat Jalan Sarung tangan (HD), serta Laboratorium. Limbah
disposable, masker bahan berbahaya dan beracun
disposable, jarum suntik, berupa limbah patoloi berasal dari
spuit, kassa, alkohol,
kapas bekas darah, botol Instalasi Bedah Sentral serta
obat Laboratorium. Limbah kimia berasal
Rawat Inap Selang infus, plabot dari unit Laboratorium. Limbah
infus, kassa bekas, farmasi berasal dari unit farmasi.
kapas bekas, jarum
Limbah bahan berbahaya dan
suntik, spuit, masker
disposable, sarung beracun berupa benda tajam hampir
tangan disposable, bersumber dari seluruh ruangan
alkoho swab. yang melakukan kegiatan pelayanan
Instalasi Bedah Gunting atau pisau, kesehatan kecuali ruang farmasi.
Sentral (IBS) jarum suntik, kassa
bekas, kapas bekas,
sarung tangan Jumlah atau Volume Limbah
disposable, masker Bahan Berbahaya dan Beracun
disposable, selang infus, (LB3)
plabot infus, pembalut
Limbah Bahan Berbahaya
bekas.
Radiologi Jarum suntik, kapas dan Beracun (LB3) di RSUD Dr.
bekas, reagen kimia. Soedirman Kebumen terbagi
Farmasi Sisa racikan obat, obat- menjadi dua yaitu Limbah B3 medis
obatan kadaluarsa, pipet dan Limbah B3 non medis.
Instalasi Gawat Jarum suntik, spuit,
Darurat (IGD) selang infus, plabot
infus, selang kateter,
masker disposable, Untuk limbah B3 medis selalu
sarung tangan dilakukan penimbangan sebelum
disposable, ampul, kasa, diangkut oleh pihak ketiga untuk
pembalut bekas, kapas mengetahui volume limbah B3 medis
yang terkena darah atau
yang dihasilkan. Sementara itu,
602
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

untuk limbah B3 non medis biasanya dan untuk pihak ketiganya sendiri
akan diletakkan di Tempat juga mencatat di manifest limbah B3.
Penyimpanan Sementara (TPS) dan Berikut ini merupakan data volume
diambil pada akhir tahun menunggu limbah B3 pada Bulan Mei 2017 :
hingga sampahnya penuh. Limbah
B3 yang telah ditimbang kemudian
akan dicatat volumennya di logbook
Tabel 2. Volume Limbah B3 RSUD Dr. Soedirman Kebumen Mei 2017
No. Hari Tgl-Bln-Thn Volume (kg) Rata-rata
per hari (kg)
1. Rabu 3 Mei 2017 387 193,5
2. Sabtu 6 Mei 2017 524 174,7
3. Rabu 10 Mei 2017 543 135,75
4. Sabtu 13 Mei 2017 631 126,2
5. Rabu 17 Mei 2017 572 143
6. Sabtu 20 Mei 2017 426 142
7. Rabu 24 Mei 2017 721 180,25
8. Sabtu 27 Mei 2017 358 119,3
9. Rabu 31 Mei 2017 642 160,5
Total Rata-rata per hari (kg) 1375,2
Total rata-rata per hari bulan mei (kg) 152,8
Sumber : RSUD Dr. Soedirman Kebumen, 2017

Berdasarkan tabel 2. Volume limbah dan limbah farmasi dimasukkan


B3 selama bulan Mei 2017 adalah menjadi satu dengan limbah
1375,2 kg dengan rata-rata per infeksius. Hal tersebut belum sesuai
harinya 152,8 kg. Data volume dengan Permen LHK Nomor 56
limbah B3 didapat dari manifest Tahun 2015 yang mengatakan
pihak ketiga yang kemudian dicatat limbah farmasi dan kimia
ke dalam logbook atau buku catatan seharusnya dikategorikan sendiri
volume limbah petugas pengelolaan dengan adanya kantong plastik
limbah B3 RSUD Dr. Soedirman berwarna cokelat.
Kebumen. Pada setiap tempat sampah
yang ada di RSUD Dr. Soedirman
Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 Kebumen telah dilengkapi dengan
Berdasarkan Aspek Pemilahan, keterangan simbol infeksius. Simbol
Penyimpanan dan Pengangkutan ini dipasang pada bagian atas
Limbah tempat sampah yang dilengkapi
1. Pemilahan Limbah Bahan dengan keterangan sampah jenis
Berbahaya dan Beracun (LB3) apa saja yang boleh dimasukkan di
RSUD Dr. Soedirman tempat sampah tersebut.
Kebumen melakukan Wadah atau kemasan yang
pengelompokkan limbah B3 dengan digunakan untuk menampung limbah
cara pemilahan limbah mulai dari B3 adalah tempat sampah. Tempat
sumber penghasil limbah. Pemilahan sampah yang ada dilengkapi dengan
yang dilakukan terbagi menjadi 3 kantong plastik berwarna kuning
yaitu limbah infeksius, limbah benda untuk limbah infeksius dan hitam
tajam dan limbah non infeksius. untuk limbah non infeksius. limbah
Sementara itu untuk limbah kimia benda tajam sendiri dimasukkan ke

603
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dalam safety box yang mana tahan 2. Penyimpanan Limbah Bahan


terhadap goresan dan dilengkapi Berbahaya dan Beracun (LB3)
dengan penutup. Penggunaan Penyimpanan limbah
kantong plastik sangat disarankan dilakukan di TPS (Tempat
karena membantu menampung Penyimpanan Sementara) limbah B3
limbah pada saat pengangkutan. yang berjarak 100 meter dari gedung
Jika tidak adanya kantong plastik rumah sakit. Letak Tempat
memungkinkan terjadinya ceceran Penyimpanan Sementara sendiri
limbah saat pemindahan dari tempat berada di bagian paling belakang
sampah ke troli dan menyebabkan rumah sakit. Lokasi Penyimpanan
tempat sampah menjadi kotor yang merupakan daerah bebas banjir dan
dapat mengundang vektor penyakit tidak rawan terhadap bencana alam.
untuk tinggal dan berkembang biak.8 Berdasarkan penelitian,
kondisi sarana dan prasarana dari
Kepala Ruang Rawat Inap RSUD TPS Limbah B3 sendiri diantaranya
Dr. Soedirman Kebumen: adalah ada simbol infeksius di
“Ya kalo masalah pencampuran dinding TPS, lantai terbuat dari
limbah itu pastinya ada, kadang kan semen yang kemudian di atasnya
keluarga pasien dateng, ya makanya dilapisi papan kayu sebelum
setiap pasien yang baru dateng digunakan untuk penyimpanan
dikasih tau biar tidak terjadi. Awal limbah, dindingnya terbuat dari bata
itu ada assesment jadi yang disemen, atap menggunakan
pemberitahuan kayak misal toilet di asbes yang tahan terhadap sinar
sebelah sini, tempat sampah matahari, adanya kran air untuk
infeksius yang ini, domestik yang ini, pembersihan, memiliki pintu depan
gitu mba, biar ngga ada kekeliruan dan belakang yang dapat dikunci
lagi.” untuk keamanan, lokasi TPS yang
Pelabelan hanya diberikan mudah diakses oleh kendaraan
pada tempat sampah saja, pengangkut limbah, adanya ventilasi
sedangkan kantong plastik tidak yang dilengkapi dengan kawat kasa,
terdapat keterangan simbol atau pun pencahayaan yang cukup,
label. Hal tersebut belum sesuai tersedianya Alat Pemadam Api
dengan ketentuan di dalam Permen Ringan (APAR), peralatan
LHK No. 56 Tahun 2015 karenanya komunikasi darurat, Standar
untuk menghindari kesalahan dalam Operasional Prosedur, dan kode
pemakaian kantong plastik, darurat. Fasilitas yang belum ada di
sebaiknya terdapat simbol atau label TPS limbah B3 sendiri adalah alarm
pada kantong plastik. tanda bahaya serta fasilitas
Tempat sampah yang telah pertolongan pertama yang mana
diambil limbahnya tidak segera fasilitas tersebut seharusnya ada di
disinfeksi setelah dibersihkan. Hal dalam TPS limbah B3 sesuai
tersebut tidak sesuai dengan dengan persyaratan di dalam
peraturan pemerintah yang Permen LHK No. 56 Tahun 2015.
menyatakan bahwa tempat sampah
didesinfeksi setelah tempat sampah Penanggung Jawab Sanitasi
tersebut dikosongkan minimal 1 RSUD Dr. Soedirman Kebumen:
(satu) kali dalam sehari. “Fasilitas si kita sudah
menyesuaikan seperti yang sudah
dianjurkan kan mba, kayak ada SOP
nya, kode daruratnya, pemadam api

604
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ringannya gitu, tapi kalo untuk yang Permen LHK No.56 Tahun 2015
lain si kita belum ada, ya nanti yang menyebutkan bahwa Limbah
kedepannya bakalan dilengkapi mba infeksius, benda tajam, dan/atau
biar TPS nya makin bagus kan patologis tidak boleh disimpan lebih
mba.” dari 2 (dua) hari untuk menghindari
TPS tersebut dapat diakses pertumbuhan bakteri, putrekasi, dan
oleh hewan, serangga maupun bau. Apabila disimpan lebih dari 2
burung. Hal ini karenakan ketika (dua) hari, limbah harus dilakukan
siang hari Tempat Penyimpanan desinfeksi kimiawi atau disimpan
Sementara dibiarkan dalam keadaan dalam refrigerator atau pendingin
terbuka dan tidak terkunci dari luar. pada suhu 0 oC (nol derajat celsius)
Dapat dilihat pula bahwa kondisi atau lebih rendah.
Tempat Penyimpanan Sementara Pada saat penyimpanan
yang kurang terawat dan tidak terlihat adanya penumpukan volume
dilakukan pembersihan setiap limbah yang melebihi wadah
harinya. Oleh karenanya sehingga wadah tidak bisa ditutup.
pemantauan dari pihak sanitasi dan Pada saat penyimpanan juga
petugas keamanan rumah sakit ditemukan adanya pemadatan atau
perlu ditingkatkan kembali. Pada penekanan limbah dalam wadah
penelitian Wulandari (2012) menggunakan kaki. Hal tersebut
mengatakan bahwa TPS medis tidak bertentangan dengan Permen LHK
tertutup rapat dan dibiarkan terbuka No 56 Tahun 2015 karena adanya
begitu saja, sehingga orang yang pelarangan pemadatan atau
tidak berkepentingan dapat masuk penekanan limbah dengan kaki.
dengan mudah. Untuk itu adanya
cover atau penutup untuk 3. Pengangkutan Limbah Bahan
membatasi akses sehingga hanya Berbahaya dan Beracun (LB3)
orang yang berkepentingan saja Dalam hal ini pengangkutan
yang dapat memasuki area TPS limbah dilakukan oleh masing-
medis.9 masing petugas kebersihan yang
Tata Cara penyimpanannya
telah ditugaskan di ruangan
untuk limbah infeksius yang telah
diambil dari masing-masing ruangan penghasil limbah. Waktu
kemudian disimpan ke dalam troli pengangkutan limbah sendiri
sebelum diangkut oleh pihak ketiga. berbeda-beda tergantung dari
Untuk benda tajam sendiri petugas kebersihannya, ada yang
dimasukkan ke dalam jerigen karena jadwal nya setiap pagi dan sore
lebih kuat dan tahan terhadap benda serta ada yang pengangkutan
tajam, sementara untuk limbah B3
limbah setiap pagi, siang dan sore.
berupa non infeksius seperti lampu
TL, sisa oli, dan neon disimpan di
TPS menunggu akhir tahun untuk Petugas Kebersihan RSUD Dr.
diambil pihak ketiga. Soedirman Kebumen:
Penyimpanan limbah medis “Kalo HD mba, 4 kali buangnya. Pagi
B3 sendiri berupa limbah infeksius jam 7, siang jam 1, sore jam 6 sama
dan benda tajam berlangsung malem sekitar jam 9.”
selama 3 hari sebelum akhirnya “Ngangkutnya kalo pagi sekitar pukul
diangkut oleh pihak ketiga PT. Jasa 9 atau setengah 10, kalo sore jam 4
Medivest setiap hari Rabu dan atau setengah 5.”
Sabtu. Hal ini tidak sesuai dengan Alat pengangkutan yang
digunakan untuk mengangkut limbah
605
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menggunakan wadah berupa troli Alat Pelindung Diri yang telah


khusus yang mana berwarna hijau disediakan oleh rumah sakit seperti
untuk limbah infeksius dan abu-abu sarung tangan, masker, sepatu,
untuk limbah non infeksius/domestik. helm, dan kacamata safety. Namun,
Kemudian untuk di dalam TPS dalam prakteknya masih adanya
limbahnya dipindahkan ke dalam bin kelalaian bagi petugas kebersihan
berwarna kuning. Menurut Pruss dalam penggunaan Alat pelindung
2005 kereta atau troli yang diri. Penggunaan APD sangat
digunakan untuk transportasi penting dilakukan agar petugas
sampah medis didesain sedemikian terhindar dari transmisi penularan
sehingga permukaan harus licin, rata penyakit. Faktor bahaya jika tidak
dan tidak mudah tembus, tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
menjadi sarang serangga, mudah pada saat menangani limbah adalah
dibersihan dan dikeringkan, sampah tertularnya petugas oleh penyakit
tidak menempel pada alat angkut, atau infeksi yang sedang diderita
sampah mudah diisikan, diikat dan pasien. Penularan tersebut dapat
dituang kembali.9 terjadi melalui berbagai macam cara,
Mengenai Jalur seperti: tertu;ar virus dari pasien
pengangkutan limbah, di RSUD Dr. melalui udara yang terhirup, tertusuk
Soedirman Kebumen sendiri tidak jarum suntik yang terinfeksi penyakit
menggunakan jalur khusus. Hal ini pasien, melalui sisa darah pada
dikarenakan sudah mendapat perban yang habis digunakan untuk
persetujuan dari Pencegahan dan membalut luka pasien, dan melalui
Pengendalian Infeksi (PPI) bahwa linen kotor bekas pasien yang
pengangkutan limbah B3 boleh ditempeli kotoran pasien seperti
melewati jalur biasa asalkan dalam darah dan cairan tubuh lainnya.
keadaan tertutup dan tidak Pemakaian APD harus menjadi
menimbulkan bahaya bagi pasien. kewajiban dan kebiasaan petugas
Maka dari itu pengangkutan sebagai perlindungan terakhir dalam
dilakukan melewati jalur samping kiri upaya pencegahan kecelakaan dan
dan samping kanan rumah sakit penyakit akibat kerja (PAK).
yang mana tidak melewati jalur Pemakaian APD tersebut dapat
pasien kemudian langsung menuju mengurangi risiko paparan
TPS. Tidak adanya jalur khusus penularan penyakit kepada
pengangkutan limbah bertentangan petugas.1
dengan Permen LHK No. 56 Tahun
2015. Namun demikian perlu adanya KESIMPULAN
penetapan jalur pengangkutan
khusus yang mana diketahui oleh 1. Sumber limbah bahan berbahaya
semua petugas kebersihan yang dan beracun (LB3) medis berasal
akan mengangkut limbah sehingga dari 8 pelayanan utama rumah
dapat memudahkan proses sakit yaitu pelayanan rawat jalan,
pengangkutan dan mengecilkan pelayanan rawat inap, pelayanan
risiko penularan penyakit. instalasi gawat darurat (IGD),
Petugas kebersihan sendiri pelayanan farmasi, pelayanan
nantinya akan mengambil limbah radiologi, pelayanan instalasi
yang berada di ruangan masing- bedah sentral (IBS), pelayanan
masing kemudian diangkut ke hemodialisa, dan pelayanan
Tempat Penyimpanan Sementara. laboratorium.
Petugas kebersihan menggunakan

606
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

2. Jenis limbah bahan berbahaya penekanan pada limbah


dan beracun (LB3) medis yang menggunakan kaki.
dihasilkan diantaranya jarum c. Pada tahap pengangkutan
suntik, masker disposable, sarung sebagian besar telah
tangan disposable, botol infus, memenuhi persyaratan
pisau bedah, kapas dalam Permen LHK No. 56
terkontaminasi, kassa Tahun 2015, yang belum
terkontaminasi, botol obat, selang memenuhi persyaratan
infus, selang kateter, ampul, adalah belum adanya jalur
pembalut bekas darah, verban khusus pengangkutan dan
terkontaminasi, kantong darah, kelalaian petugas terhadap
strip terkontaminasi, jaringan penggunaan alat pelindung
tubuh serta cairan tubuh. diri dalam proses
3. Jumlah limbah bahan berbahaya pengangkutan limbah.
dan beracun (LB3) pada bulan
Mei 2017 adalah 1375,2 kg yang DAFTAR PUSTAKA
diangkut ke pihak ketiga. 1. Darmadi. Infeksi Nosokomial
4. Evaluasi Pengelolaan Limbah Problematika dan
Bahan Berbahaya dan Beracun Pencegahannya, Jakarta:
(LB3) Pada Tahap Pemilahan, Salemba Medika, 2008.
Penyimpanan dan Pengangkutan 2. Peraturan Pemerintah
: Republik Indonesia Nomor
a. Pada tahap pemilahan 101 tahun 2014 Tentang
sebagian besar telah Pengelolaan Limbah Bahan
memenuhi persyaratan Berbahaya dan Beracun.
dalam Permen LHK No. 56 3. Lampiran I Peraturan
Tahun 2015, yang belum Pemerintah Republik
memenuhi persyaratan Indonesia Nomor 101 tahun
adalah belum adanya 2014 Tentang Pengelolaan
pelabelan dan simbol pada Limbah Bahan Berbahaya
kantong plastik limbah serta dan Beracun.
limbah farmasi dan limbah 4. Keputusan Menteri
kimia yang belum Kesehatan Republik
dikategorikan menggunakan Indonesia Nomor
kantong plastik berwarna 1204/MENKES/SK/X/2004
cokelat. tentang Persyaratan
b. Pada tahap penyimpanan Kesehatan Lingkungan
sebagian besar telah Rumah Sakit. Jakarta, 2004.
memenuhi persyaratan 5. Arifin, Pengaruh Limbah
dalam Permen LHK No. 56 Rumah Sakit terhadap
Tahun 2015, yang belum Kesehatan. Jakarta : EGC,
memenuhi persyaratan 2008
adalah penyimpanan limbah 6. Kementerian Kesehatan RI.
yang disimpan lebih dari 2 Profil Kesehatan Indonesia
hari dalam TPS, Tempat Tahun 2015. Jakarta:
Penyimpanan Sementara Kementerian Indonesia,
yang belum memiliki alarm 2016.
tanda bahaya dan fasilitas 7. Swarjana, I Ketut. Metodologi
P3K, serta masih ditemukan Penelitian Kesehatan.
adanya pemadatan atau

607
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Yogyakarta : CV. Andi Offset,


2012.
8. Departemen Kesehatan RI.
Pedoman Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah Padat
dan Limbah Cair di Rumah
Sakit. Jakarta : Direktorat
Jenderal PPM & PPL dan
Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, 2006.
9. Wulandari. Upaya
Minimalisasi dan
Pengelolaan Limbah Medis di ‘
Rumah Sakit Haji Jakarta
Tahun 2011.Jakarta : UI,
2012

608

You might also like