You are on page 1of 20

CASE I

SEORANG LAKI-LAKI DATANG DENGAN KELUHAN HIDUNG


TERSUMBAT

Pembimbing:
Dr .Bambang A. Soe, Sp.THT

Nama Penulis:
Angelia Elisabeth Mambu, S.ked 030.09.019
Ibrahim Achmad, S.ked 030.09.117
Yohanes Satrya Wibawa, S.ked 030.09.275

KEPANITERAAN KLINIK THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
26 AGUSTUS – 28 SEPTEMBER 2013
SEMARANG

0
BAB I
PENDAHULUAN

Pada kasus didapatkan bahwa pasien mengeluh hidung tersumbat dimana hidung
tersumbat tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa kelainan seperti misalnya kelainan
septum, polip hidung dan rhinitis alergi, rhinitis medikamentosa dan rhinitis vasomotor.
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fiisik maupun penunjang, kasus pada pasien
ini lebih mengarah ke Polip hidung yang disebabkan oleh Pemeriksaan dan riwayat
sebelumnya.
Polip hidung adalah suatu massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam
rongga hidung, berwarna putih keabu – abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa baik
yang disebabkan oleh infeksi ataupun oleh suatu infeksi.Polip dapat timbul pada usia lanjut,
dewasa maupun anak – anak baik laki – laki ataupun perempuan. Bila ditemukan suatu polip
pada anak yang berusia dibawah 2 tahun maka harus disingkirkan kemungkinan meningokel
atau meningoensefalokel.
Dahulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau
penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang mengemukakan berbagai teori dan para
ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi belum diketahui secara pasti.

BAB II
1
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN:
Nama : Tn. L
Usia : 30 tahunan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :-
Kewarganegaraan: WNI
Pekerjaan : Pekerja kantoran
Pendidikan :-

B. ANAMNESIS
a. Keluhan utama: Hidung kiri terasa tersumbat
b. Riwayat penyakit sekarang:
Seorang pasien, Tn.L, datang dengan keluhan hidung tersumbat sebelah
kiri sejak kurang lebih 2 bulan lalu. Tersumbat hanya dirasakan pada hidung
sebelah kiri sedangkan kanannya tidak, tersumbat dirasakan perlahan, makin
lama makin terasa tersumbat dan penuh, tidak enak bernafas melalui
hidung,tersumbat dirasakan menetap , tidak hilang timbul, dan makin lama
makin terasa. Tidak hilang dengan obat-obat warung, tidak ada hubungan
dengan posisi. Pasien mengaku tidak ada pengaruh dalam pembauan, tetapi
akan sedikit bau pada hidung yang kiri.
pasien tidak mengeluh ada nya demam, sakit kepala, bersin-bersin,
maupun batuk. Beberapa hari lalu pasien mengaku hidung sebelah kiri nya suka
mengeluarkan darah atau mimisan. Pasien mengaku tidak ada ingus atau lendir
yang keluar, dan kalau pun ada hanya sedikit, dan terutama ketika pagi suka
menelan dahak.

c. Riwayat penyakit dahulu:

2
Pasien mengaku pernah seperti ini, kurang lebih 3 tahun yang lalu,
dengan gelaja yang hampir mirip dengan ini, dan waktu itu datang berobat ke
dokter THT dan dioperasi, pasien mangatakan ada polip hidung. Dan setelah
dioperasi gejala ilang sama sekali.
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi, dan tidak pula suka bersin-
bersin sejak dahulu. Tidak ada riwayat asma, dan tidak pula memiliki alergi
terhadap obat . tetapi hanya sering flu – flu biasa, dan jika flu banyak lendir dan
makin terasa bau.
d. Riwayat penyakit keluarga: keluarga pasien tidak pernah ada yang seperti ini
e. Riwayat pengobatan: -
f. Riwayat kebiasaan: pasien mengaku tidak merokok, dan pekerjaan pasien sebagai
karyawan kantoran, dan tidak berdebu ataupun kotor.

Tabel Masalah dan Anamnesis


Masalah dari Anamnesis Hipotesis
Hidung kiri tersumbat - Ada massa di hidung (polip, tumor, ca, hematoma
septum, abses septum)
- Deviasi septum nasi
- Ada secret akibat infeksi (sinusitis, influenza)
- Rhinitis (vasomotor, alergika, medikamentosa)

Keluhan dirasakan adanya sejak ± Penyakitnya sudah kronik dan bersifat progresif hingga
2 bulan yang lalu, mula-mula kini terjadi obstruksi total pada hidung yang
ringan dan makin lama makin mengakibatkan kompensasi pasien bernapas dengan
bertambah berat dan bersifat mulut.  Rhinitis alergika, polip, ca di hidung
menetap, tidak hilang timbul.
Keluhan ini mengganggu
kenyamanan hidupnya sehari-
hari. Karena bernapas dengan
lubang hidung sulit
Sering flu dan nafas berbau Rhinitis, sinusitis
pernah mengalami perdarahan Perdarahan (+)  kemungkinan keganasan / Ca
hidung dan tidak ada trauma Trauma (-)  menyingkirkan hematoma hidung
hidung.

3
Daftar Masalah Hasil Anamnesis:

Masalah Dasar Masalah Hipotesis


kedua hidung tersumbat Anamnesis : - Polip nasi
- Hidung kiri terasa - Rhinitis alergi
tersumbat. - Deviasi septum
- Sumbatan semakin - Rhinitis vasomotor
lama semakin berat
sehingga
mengganggu
kenyaman hidupnya.
- Bernafas dengan
mulut

Sumbatan menetap Anamnesis : - Polip nasi


Keluhan  sejak 2 bulan lalu
mula-mula ringan dan
bertambah berat serta
bersifat menetap.
Sering pilek dan nafas Anamnesis : - ISPA
berbau Sering flu dan nafas - Rhinitis alergi
berbau - Sinusitis
Mimisan sering akhir-akhir pernah mengalami
ini perdarahan hidung dan tidak
- keganasan
ada trauma hidung.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil status generalis dan status lokalis
sebagai berikut:
a. Status Generalis(tidak dilakukan)
4
b. Status Lokalis
i. Telinga
- ADS (auricular dextra sinistra)
- LT (liang telinga) lapang tenang
- MT (membrane timpani) intak tenang
Dari hasil pemeriksaan telinga di atas didapatkan telinga dalam batas normal.
ii. Hidung
Hidung luar tenang, simetris. Rongga hidung kiri terlihat massa bening
mengkilat berwarna sedikit abu-abu berbentuk lonjong bulat, bisa digerakkan(?),
tidak ada rasa nyeri, ada sedikit sekret hijau menempel pada masa, tidak ada
darah. Nyeri tekan sinus paranasal(-)
Hasil pemeriksaan hidung di atas menunjukkan hidung dari luar tampak
tenang, berarti tidak adanya deformitas hidung akibat polip nasi yang massif.
Pada kedua rongga hidung didapatkan massa bening pucat yang dapat dicurigai
sebagai polip nasi. Warna polip pucat dikarenakan mengandung banyak cairan
dan sedikitnya aliran darah ke polip. Polip biasanya tidak sensitive (tidak nyeri)
dan dapat digerakkan.
iii. Tenggorok
Tonsil besar T1/T1, tenang. Dinding faring tenang. Hasil pemeriksaan
tenggorok didapatkan tonsil T1/T1 yang berarti normal, yaitu besar tonsil tidak
mencapai setengah garis tengah daripada uvula.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG(menunggu hasil)

a. Pemeriksaan radiologi(menunggu hasil)

b. Prick test(tidak dilakukan)


Skin Prick Test merupakan salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis
yang banyak digunakan untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel
mastosit kulit. Terikatnya IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya histamin dan

5
mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah akibatnya timbul flare/kemerahan dan wheal/bentol
pada kulit tersebut. Tes ini biasa dilakukan di lengan bawah, dan dapat untuk
menentukan alergi oleh karena alergen inhalan, makanan atau bisa serangga.

c. Pemeriksaan Anjuran
- Naso-endoskopi. Pemeriksaan ini sangat membantu diagnosis kasus polip yang
baru. Dengan peemriksaan ini polip stadium 1 dan 2 yang tidak dapat terlihat
dengan rinoskopi anterior, akan tampak dengan pemeriksaan endoskopi.
E. DIAGNOSIS
Berdasarkan data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang maka diagnosis untuk kasus ini adalah :

“Polip Nasi sinistra Stadium I ”


ALERGI(Teori))
Riwayat Alergi: Rinitis, asthma ,dll

Sedangkan untuk stadium polip sendiri ditentukan melalui pembagian stadium polip
Growth Factor(Stem
menurut MackayCell
danFactor/SCF):
Lund (1977)c-Kit
1
: Ligand Mediator Inflamasi
Merupakan sebuah mediator/sitokin, akibat perangsangan dari reaksi alergi. IL-5
GM-SCF
Stadium I Polip masih terbatas di meatus medius IL-3,dll
Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga
Stadium II
hidung tapi belum memenuhi rongga hidung
Stadium III Polip yang masif
Poliferasi dari Mast cell Eosinofilia
Bertambahnya jumlah sel mast pada epitel mukosa hidung Memiliki efek toxic dan merusak epitel
Diagnosis Banding :
1. Rhinitis Alergi
Pembentukan Epitel Baru
2.Sekresi
RhinitisHistamin
Vasomotor
sekresi Histamin lebih banyak/makin banyak
3. Keganasan pada hidung
4. Angiofibroma Nasofaring Juvenil
5. Efek Histamin:
Septum Deviasi
↑ Permeabilitas Pembuluh darah
F. PATOFISIOLOGI
Edema,dll

POLIP HIDUNG
a. Teori/Hipotesis(Polip Hidung)6,7
Edema → Obstruksi Vena

Neutrofilia 6
IgA & IgE
Merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan Polip hidung. Dan biasa nya disertai penyakit lain: sistisis Fibrosis,dll

Faktor Lain
b. Perjalanan Penyakit Pasien5,6,7

Riwayat polip 3 tahun lalu dan flu

POLIP HIDUNG
Tidak terlihat septum dan konka 7
Polip bertangkai dan pucat

Sedikit saraf/ujung saraf: Tidak nyeri


Vakularisai sedikit: Pucat
Post Nasal Drip(PND) Hidung Tersumbat

Hipersekresi dari Mukosa hidung (reaksi alergi) →mukus turun melalui nasofaring
Polip menutup jalan nafas
Obstruksi pada nasal →mukus turun melalui nasofaring

Fungsi Penciuman Hilang/Menurun(udara tidak dapat lewat)

Kecil KS topikal (spray)


Polip

Besar

Polipektomi Etmoidektomi
(Bedah Sinus Endoskopi Fungsional)

G. PENATALAKSANAAN
a. Polip

Terapi Kombinasi

Antibiotik Antihistamin/Kortikosteroid 8

Hanya jika didapatkan infeksi


i. Operatif2
Berdasarkan hasil diagnosis pada pasien, maka penatalaksanaan Bapak
Dana tidak bisa dilakukan dengan menggunakan konservatif/medikamentosa.
Yang bisa dilakukan untuk pasien saat ini hanya dengan menggunakan
pembedahan. Kriteria pembedahan adalah sebagai berikut :
- Polip dengan ukuran besar;
- Polip yang menghalangi saluran pernapasan;
- Polip yang menghalangi drainage dari sinus sehingga sering kali
mengalami infeksi pada sinus;
- Pada anak-anak dengan multipel polip atau kronik rhinosinusitis yang
gagal pengobatan maksimum dengan obat-obatan.

Untuk teknik pembedahannya dapat ditawarkan dua jenis pembedahan pada


kasus :
- Polipektomi2
o Tindakan pengangkatan polip dengan menggunakan senar polip
dan bantuan dari anestesi lokal.
o Kategori polip yang diangkat adalah : polip yang besar namun
belum memadati seluruh rongga hidung.

9
- Etmoidektomi2
o Bedah sinus endoskopi fungsional, merupakan tindakan
pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Merupakan teknik yang
lebih baik yang tidak hanya membuang polip tapi juga membuka
celah di meatus media yang merupakan tempat asal polip yang
tersering sehingga akan membantu mengurangi angka
kekambuhan.
o Kriteria polip yang diangkat adalah : polip yang sangat besar,
berulang dan jelas terdapat kelainan pada kompleks osteomeatal.

ii. Terapi Kombinasi3


Untuk mencegah terjadinya kekambuhan, maka dapat diberikan terapi
kombinasi tambahan, terutama setelah operasi. Terdiri dari :
- Antibiotika sebagai terapi kombinasi pada polip hidung. Dapat diberikan
sebelum maupun sesudah operasi.
Pemberian : Hanya bila ada tanda infeksi atau sebagai profilaksis pasca
operasi.
- Antihistamin atau Kortikosteroid
Diberikan sebagai profilaksis pasca operasi, dimana antihistamin
terutama berfungsi untuk menjaga agar histamin tidak bebas dan selalu
terikat pada heparin sehingga akan mencegah terjadinya reaksi alergi.
Contoh : desloratadine dan fexofenadine.3

H. KOMPLIKASI
Polip Nasi atau tonjolan daging yang jinak pada rongga hidung ternyata memiliki
cukup banyak penyakit komplikasi yang mengikutinya. Tak hanya akan mengakibatkan
peradangan sinus atau sinusitis, hingga bisa merusak struktur tulang penderitanya.
Keberadaan polip Nasi yang tak segera diatasi bisa mengakibatkan sinusitis atau
peradangan sinus yakni rongga pada area hidung dan sekitar mata. Peradangan tersebut

10
cukup berbahaya dan bisa berdampak pada kerusakan mata serta radang otak atau
meningitis
Sinusitis sebagai akibat munculnya polip pada hidung itu sendiri terjadi karena
sekret atau cairan tak bisa keluar dari rongga hidung dan justru tertahan di dalamnya.
Endapan sekret itu kemudian menjadi area yang bagus berkembangnya kuman penyakit.
Hal itulah yang mengakibatkan terjadinya peradangan pada sinus atau sinusitis.
Berdampak pada kerusakan mata dan peradangan otak, saat diikuti sinusitis
keberadaan polip juga akan menyebabkan kerusakan struktur tulang penderitanya. Yakni
merupakan dampak tekanan tonjolan pada tulang penderitanya. Jika tekanan terjadi
secara terus menerus, lama kelamaan akan merusak struktur tulang.
Selain bisa mengakibatkan munculnya sinusitis, polip itu sendiri juga bisa muncul
karena seseorang sebelumnya telah menderita sinusitis. Yakni polip tumbuh karena
adanya pembengkakan akibat infeksi. Itu karena dalam area hidung kita ada bagian yang
sempit. Jika terjadi tekanan negatif pada daerah itu bisa mengakibatkan pembengkakan.
Karena letaknya yang berada di rongga hidung, polip yang memiliki bentuk bertangkai
atau berkaki ini akan menyebabkan penyumbatan hidung. Sehingga, penderita
seringkali mengeluhkan adanya penurunan fungsi indera penciuman.
Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari
sinus ke hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus.
Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya
terjadi sinusitis.

I. PROGNOSIS
- Ad Vitam : Bonam
- Ad fungtionam: dubia ad bonaam
- Ad sanationam : malam
-
Polip nasi tidak akan menyebabkan akibat yang fatal pada nyawa pasien, tetapi
dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih tetap berlanjut. Rekurensi dari polip
umumnya terjadi bila adanya polip yang multipel. Polip tunggal yang besar seperti polip
antral-koanal jarang terjadi relaps.
11
Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu
ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada rinitis
alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi.

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

1. POLIP NASAL
a. Definisi
adalah kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal terutama
kompleksosteomeatal (KOM) di meatus nasi medius berupa massa lunak yang
bertangkai, bentuk bulatatau lonjong,berwarna putih keabu-abuan. Permukaannya
licin dan agak bening karena banyak mengandung cairan.Sering bilateral dan
multipel. Polip merupakan manifestasi dari berbagai penyakit dan sering
12
dihubungkan dengan sinusitis, rinitis alergi, asma, dan lain-lain .Polip Hidung adalah
suatu pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang bersifat jinak.
b. Etiologi
Etiologi polip hidung belum diketahui secara pasti. Namun ada 3 faktor yang
berperan dalamterjadinya polip nasi, yaitu:
1) Peradangan. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang kronik
dan berulang
2) Vasomotor. Gangguan keseimbangan vasomotor.
3) Edema. Peningkatan tekanan cairan interstitial sehingga timbul edema
mukosa hidung.Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena
Bernoulli.Fenomena Bernoulli yaitu udara yang mengalir melalui tempat
yang sempit akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya
sehingga jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif
tersebut. Akibatnya timbullah edema mukosa.Keadaan ini terus
berlangsung hingga terjadilah polip hidung. Ada juga bentuk variasi polip
hidung yang disebut polip koana(polip antrum koana). Polip koana (polip
antrum koana) adalah polip yang besar dalam nasofaring dan berasal dari
antrum sinus maksila. Polip ini keluar melalui ostium sinus maksila dan
ostium asesorisnya lalu masuk ke dalam rongga hidung kemudian lanjut
ke koana dan membesar dalam nasofaring.
Penyebab terjadinya polip tidak diketahui, tetapi beberapa polip tumbuh
karena adanya pembengkakan akibat infeksi.Polip sering ditemukan pada penderita:
- Rinitis alergika
- Asma
- Sinusitis kronis
- Fibrosis kistik
c. Gejala
Polip biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat
penimbunan cairan,seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung.Ketika
baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan jika telah matang,
bentuknyamenyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan.Polip menyebabkan
penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali mengeluhkan
13
adanya penurunan fungsi indera penciuman.Karena indera perasa berhubungan
dengan indera penciuman, maka penderita juga bisamengalami penurunan fungsi
indera perasa dan penciuman.Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan
pada drainase
lendir dari sinus ke hidung.Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya
lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami
infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis.Penderita anak-anak sering bersuara sengau dan
bernafas melalui mulutnya.
d. Diagnosis
Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu :
1) Anamnesis.
- Hidung tersumbat.
- Terasa ada massa didalam hidung.
- Sukar membuang ingus.
- Gangguan penciuman : anosmia & hiposmia.
- Gejala sekunder. Bila disertai kelainan jaringan & organ di
sekitarnya seperti post nasal drip,sakit kepala, nyeri muka, suara
nasal (bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur, gangguan
tidur dan penurunan kualitas hidup.
2) Pemeriksaan fisik. Terlihat deformitas hidung luar.
3) Rinoskopi anterior. Mudah melihat polip yang sudah masuk ke dalam
rongga hidung
4) Endoskopi. Untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari
kompleksosteomeatal.
5) Foto polos rontgen &CT-scan. Untuk mendeteksi sinusitis.
6) Biopsi.Biopsi kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien
berusia lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis
dan ada gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.
7) Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik

e. Pengobatan

14
Obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid kadang bisa
memperkecil ukuran polipatau bahkan menghilangkan polip.Pembedahan dilakukan
jika:
1) Polip menghalangi saluran pernafasan
2) Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi
sinus
3) Polip berhubungan dengan tumor.
Polip cenderung tumbuh kembali jika penyebabnya (alergi maupun infeksi)
tidak terkontrol.Pemakaian obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid
bisa memperlambat ataumencegah kekambuhan. Tetapi jika kekambuhan ini sifatnya
berat, sebaiknya dilakukan pembedahan untuk memperbaiki drainase sinus dan
membuang bahan-bahan yang terinfeksi.Bila anda mengalami hidung tersumbat yang
menetap dan semakin lama semakin berat ditambahdengan ingus yang selalu
menetes serta gangguan fungsi penciuman, kemungkinan besar andamenderita polip
hidung.
Polip hidung terjadi karena munculnya jaringan lunak pada ronggahidung
yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan
matatelanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung.Polip
hidung biasanya menyerang orang dewasa yang kemungkinan disebabkan oleh
karenareaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang berlangsung
lama. Beberapafaktor lain yang meningkatkan kemungkinan terkena polip hidung
antara lain sinusitis (radang sinus) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh
karena kelainan anatomi dan adanya pembesaran pada konka
Prinsip pengobatan dari polip hidung yaitu mengatasi polipnya dan
menghindari penyebab ataufaktor faktor yang mendorong terjadinya polip. Bila polip
kecil dilakukan pengobatan denganobat obatan oral dan penyemprotan dengan obat
semprot hidung. Namun bila polip besar dantidak dimungkinan dengan pengobatan
oral atau semprot maka harus dilakukan operasi pengangkatan polip.Sayangnya bila
faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi maka polip hidung inirawan
untuk kambuh kembali demikian berulang ulang. Oleh sebab itu sangat
diharapkankepatuhan pasien untuk menghindari hal hal yang menyebabkan alergi
yang bisa menjurus untuk terjadinya polip hidung.
15
2. RINITIS ALERGI
a. Etiologi
- Reaksi alergi pada pasien atopi
Hipersensitivitas tipe I
- Klasifikasi Rinitis Alergika
1) Rinitis alergi intermitten (kadang-kadang). < 4 hari/minggu atau < 4
minggu.
2) Rinitis alergi persisten (menetap). Gejalanya > 4 hari/minggu atau > 4
minggu.
3) Rinitis alergi ringan. Tidak mengganggu aktivitas harian
4) Rinitis alergi sedang & berat. mengganggu aktivitas harian.

b. Anamnesis
- Bersin patologis (berulang lebih 5 kali setiap serangan)
- Rinore
- Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat.
- Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
- Allergic shiner:Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah
mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung.
- Allergic salute: Perilaku anak suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa
gatal.
- Allergic crease: garis melintang 1/3 bawah dorsum nasi akibat menggosok
hidung.
- Alergen tertentu seperti mislanya : debu rumah, tungau, jamur, bulu binatang,
makanan seperti misalnya : susu, telur, ikan laut, coklat
- Riwayat alergi dalam keluarga
- Bahan iritan pada tempat kerja
c. Pemeriksaan Fisik
Lakrimasi berlebihan, sklera dan konjungtiva yang merah, daerah gelap
periorbita (matabiru alergi), pembengkakan sedang sampai nyata dari konka nasalis

16
yang berwarna kepucatan keunguan, sekret hidung encer jernih, keriput lateral pada
krista hidung,gambaran allergic salute, lipatan hidung transversal, lipatan infraorbita

d. Pemeriksaan Penunjang
- Eosinofil meninggi dlm sekret hidung dan darah tepi, peningkatan kadar
serum IgE.
- Sitologi hidung
banyak eosinofil (menunjukkan alergi inhalan), basofil 5 sel/lap(menunjukkan
alergi ingestan), dan sel PMN/Polimorfonuklear (menunjukkan infeksi
bakteri).radio immunosorbent test (RAST) & enzyme linked immunosorbent
assay (ELISA) ,Uji kulit (Prick Test).

e. Penatalaksanaan
- Menghindari alergen penyebabTerapi simptomatik dengan obat-
obatanAntihistamin oral, dekongestan (dapatdiberikan tunggal atau kombinasi
dengan antihistamin H1 lokal atau peroral),Kortikosteroid (sistemik atau
intranasal)
- Injeksi alergen, imunoterapi, atau hiposensitisasi
Bila cara-cara konservatif tidak berhasil, maka injeksi alergen dapat
diindikasikan.penyuntikkan bertahap menginduksi toleransi penderita alergi.
- Penatalaksanaan komplikasi atau faktor-faktor yang memperburuk
- Terapi bedah
Pembedahan biasa dilakukan pada polip hidung dan sinusitis berkaitan
dengan faktorinfeksi jika terapi obat-obatan

f. Komplikasi
- Otitis media
- Disfungsi tuba eustachius
- Sinusitis akut
- Sinusitis kronik

17
BAB V
KESIMPULAN

Pada kasus ini pasien menderita suatu polip hidung (nasi) yang tidak diketahui
sebabnya. Dari anamnesis, hanya terdapat keluhan tersumbat dan pernah ada polip pada
hidung nya, sedangkan tidak ditemukan penyebab dari hal tersebut. Dan terapi defitif dari
polip adalah dengang membuang dan untuk kedepaanya denga pencegahan.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunkusumo E, Retno SW. Polip Hidung. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N,


Basiruddin J, Restuti RD editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala, dan Leher. Ed. VI. Jakarta : Balai Penerbit FK UI; 2010. p. 124.
2. Refarat Penatalaksanaan Polip Nasi. http://www.scribd.com/doc/27156548/Refrat-
THT-Polip-Nasi-Lengkap. Accesed on : 25 Maret 2012.
3. Antihistamin. http://learnpharmacia.blogspot.com/2011/09/pilihan-
antihistamin.html. Accesed on : 26 Maret 2012.
4. Rusmanjono, Efiaty AS. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Dalam : Soepardi
EA, Iskandar N, Basiruddin J, Restuti RD editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Ed. VI. Jakarta : Balai Penerbit FK UI; 2010. p.
218
5. Metin Ö.T. Diagnosis In otorhinolaryngology. New York: Spiringer; 2009.p.87.
18
6. Kramer M.F, Rasp G. Nasal Polyposis: eosinophils and interleukin-5.Blackwell
Munksgaard. 1999; 59: 669-80.
7. Kowalski M.L. Association of stem cell factor expression in nasal polyp epithelial cells
with aspirin sensitivity and asthma. Blackwell Munksgaard. 2005; 60:631-7.

19

You might also like