Professional Documents
Culture Documents
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh sebutan Ahli Madya
Disusun Oleh :
ANNISSA RACHMAWATI
NIM : 1611E2051
BANDUNG
2018
PENGARUH STERILISASI TABUNG REAKSI DENGAN SERUM
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh sebutan Ahli Madya
Disusun Oleh :
ANNISSA RACHMAWATI
NIM : 1611E2051
Pembimbing
NIK : 01.06.103
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul pengaruh sterilisasi
tabung reaksi dengan serum ikterik terhadap kadar pemeriksaan sgot sepenuhnya
karya saya sendiri. Tidak ada di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang
lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
peryataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
(Annissa Racmawati)
PENGARUH STERILISASI TABUNG REAKSI DENGAN SERUM
IKTERIK TERHADAP KADAR PEMERIKSAAN SGOT
NIM : 1611E2051
ABSTRAK
NIM : 1611E2051
ABSTRAC
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan inayah, sholawat serta salam kepada junjungan kita Baginda
Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-nya, sehingga penulis dapat
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat menempuh ujian sidang Diploma III (DIII) Jurusan Analis Kesehatan
Penulis menyadari bahwa terselesaikan tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
1. Bapak S. Tanuwidjaja Drs, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Analis Bakti
Asih Bandung.
3. Ibu Ana Bina Sari, M.Si,Med selaku penguji I yang telah banyak memberikan
masukkan dan saran yang bermanfaat dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan pnulis, semoga krya
tulis ilmiah ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi rekan-rekan
analis dan umumnya bagi seluruh pembaca serta pihak yang memerlukan.
Annissa Rachmawati
JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISTILAH............................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
2.2 Sterilisasi.......................................................................................... 10
2.3.1 Hepar....................................................................................... 18
2.4 Ikterik................................................................................................ 21
3.2.1Populasi.................................................................................... 24
3.2.2 Sampel..................................................................................... 25
3.3.1 Waktu....................................................................................... 26
3.3.2 Tempat..................................................................................... 26
3.4.1 Alat.......................................................................................... 26
3.4.2 Bahan....................................................................................... 27
3.5.3Pemeriksaan SGOT.................................................................. 28
4.3 Pembahasan....................................................................................... 39
5.1 kesimpulan........................................................................................ 41
5.2 Saran.................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
1. Sterilisasi oven adalah oven atau drying oven merupakan alat yang
kering. Alat sterilisasi ini dipakai unuk mensterilkan alat-alat gelas seperti
mengunignya kulit dan seklera (bagian putih pada bola mata). Ikterus
terjadi ketika ada kadar bilirubin yang berlebihan dihasilkan oleh hati
ketika mengeluarkan bilirubin tersebut dari dalam darah atau ketika terjadi
3. Enzim SGOT adalah suatu langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati
enzim hati tertentu dalam darah. Dibawah kerusakan enzim enzim ini di
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Hasil pemeriksaan pengaruh sterilisasi tabung dari sampel ikterik
PENDAHULUAN
progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu
setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan
tepat.
Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting,
yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering
diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang
lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang
mendapat perhatian.
Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari
pasca analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-
1
Dalam proses pemeriksaan laboratorium ada 3 tahapan penting, yaitu:
Persiapan pasien
1. Pemberian identitas spesimen
2. Pengambilan spesimen
3. Pengolahan spesimen
4. Penyimpanan spesimen
5. Pengiriman spesimen ke laboratorium
Analitik, tahap-tahap pemeriksaan analitik meliputi: kegiatan
dan ketepatan.
Pasca Analitik, tahap-tahap pemeriksaan pasca analitik meliputi: kegiatan
sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
Serum ikterik, atau umum dikenal sebagai penyakit kuning dapat terjadi
kuning yang diproduksi oleh hati dan disimpan oleh kandung empedu) pada
darah dan jaringan kulit. Penyakit kuning ini dapat terjadi jika ada masalah pada
organ hati, kandung atau saluran empedu dan darah. Jika terjadi peradangan di
hati, sumbatan saluran empedu atau pemecahan sel darah merah berlebihan
fisik lengkap dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Salah satu penyakit
1
demikian, sakit kuning ini tidak selalu disebabkan oleh hepatitis. Beberapa
kondisi lain seperti batu saluran empedu, pengaruh alkohol dan obat- obatan
untuk mengetahui pengaruh tabung dengan serum ikterik pada saat pencucian
penelitian adalah :
laboratorium
1
2. Menambah pengetahuan dan keahlian peneliti dalam
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang
teliti, cepat dan tepat. Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada
tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada
umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap
analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi,
sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian. Kesalahan pada proses
laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
5
6
A. PERSIAPAN PASIEN
memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari
tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang
diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru
bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi
klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan
instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap
penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila
keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.
sebagai berikut :
a. Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
b. Volume mencukupi
c. Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna,
Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor
rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah
7
identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil
spesimen.
Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa.
minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada
C. Peralatan
volume spesimen
D. Antikoagulan
jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.
diperlukan, seperti :
a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena
cephalic, atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus
tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada
diperhatikan.
F. IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan
karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian
spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat
nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus
masing pemeriksaan.
b. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang
lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan
sudah sama.
d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman
perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam
pemeriksaan
H. PENANGANAN SPESIMEN
a. Identifikasi dan registrasi spesimen
b. Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
c. Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
d. Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
e. Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli
label
f. Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan
10
1.2 Sterillisasi
Sterilisasi istilah "steril" adalah keadaan dimana suatu objek atau benda
menimbulkan penyakit) dari bakteri, zat kimia atau material yang akan merugikan
semua jenis organisme hidup, dalam hal ini dapat berarti untuk menghilangkan
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang ada pada suatu
benda. Dalam proses Sterilisasi desain untuk bisa membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme yang fungsinya untuk menjaga kebersihan suatu benda atau objek
suatu sistem bakteri atau virus. Dekontaminasi adalah proses menghilangkan atau
spora-sporanya.
b. Desinfeksi : metode untuk memusnahkan atau menghancurkan
mikroorganisme patogen.
11
kimia, seperti : bakteri vegetatif, jamur, dan virus yang mengandung lipida relatif
mengandung lipida dan bakteri berlapis lilin memiliki tingkat resistensi tinggi.
konsentrasi dari zat aktif, lamanya kontak, pH, suhu, kelembapan, dan kehadiran
1. Target mikroorganisme.
5. Tipe permukaan dari target seperti : padat, berpori atau mudah diterbangkan
udara.
tersebut.
Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup
Metode yang biasa digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan pengujian
mikrobiologI adalah metode sterilisasi uap (panas lembab) dan metode sterilisasi
panas kering.
tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1
atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air
disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume
Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada
temperatur yang lebih rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme
penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi
13
adalah :
dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan
terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas,
pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastik, dan media untuk pekerjaan
mikrobiologi.
dibandingkan dengan sterilisasi uap. Metode ini memerlukan temperatur yang lebih
tinggi dan waktu yang lebih panjang, sterilisasi panas kering biasanya ditetapkan
pada temperatur 160-170 ℃ dengan waktu 1-2 jam. Umumnya digunakan untuk
senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti
minyak lemak, minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly,
lilin, wax, dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk
Karena tingginya suhu yang diterapkan dalam sterilisasi panas kering, maka
metode ini dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan.
Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik. Kondisi yang dibutuhkan
yang termolabil, penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak
dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan
terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam
melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas
dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari
mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil
15
ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak tahan
terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. Teknologi
3. Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme
yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi
pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan
oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50% kelembaban relatif
dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan
sterilisasi 2-3 jam. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas
atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta
antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-
NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami
konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran
bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas,
penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus
yang peka terhadap panas (termolabil) dan jika residu etilen oksida tidak
diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis radiasi, yang tidak berhubungan dengan
suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi radiasi selama dengan
waktu radiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat sederhana, tetapi kehati-hatian
akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi. Prinsip sterilisasi radiasi
adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel
sehingga mikroba mengalami mutasi. Ada dua macam radiasi yang digunakan
yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α
dan β)
SGPT dan SGOT merupakan enzim-enzim pada hati yang akan meningkat
jumlahnya di dalam tubuh jika hati mengalami kerusakan baik kerusakan fungsi
yang terdapat di dalam sel hati. Ketika sel hati mengalami kerusakan, akan
terjadi pengeluaran enzim SGPT dari dalam sel hati ke sirkulasi darah dan
SGOT merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati.
SGOT akan meningkat kadanya di dalam darah jika terdapat kerusakan sel
hati. Namun SGOT tidak spesifik hanya terdapat di dalam hati. SGOT juga
dapat ditemukan di sel darah, sel jantung dan sel otot, karena itu
Nilai normal SGOT adalah 3-45 u/L, sedangkan nilai normal SGPT adalah
0-35 u/L (terdapat sedikit variasi dari nilai normal dan sangat tergantung dari
laboratorium tempat pemeriksaan). Namun hasil SGOT dan SGPT yang normal
belum tentu menandakan bahwa Anda bebas dari penyakit hati. Pada kasus
penyakit hati yang kronik (menahun), misal akibat hepatitis B kronik atau hepatitis
C kronik, dapat ditemukan kadar enzim SGOT dan SGPT yang normal atau sedikit
meningkat. Pada infeksi hati yang kronik (menahun), sel hati secara perlahan-lahan
mengalami kerusakan dan hal ini tidak dapat diketahui hanya dari pemeriksaan
SGOT dan SGPT merupakan enzim yang dapat ditemukan pada sel-sel hati.
Karena itu jika terjadi kerusakan (nekrosis) sel-sel hati, seperti yang terjadi pada
infeksi akut virus hepatitis, enzim-enzim tersebut keluar dari sel hati dan masuk ke
dalam darah. Semakin banyak sel-sel hati yang rusak, semakin tinggi pula kadar
hati pada hepatitis akut didapati adanya peninggian SGOT dan SGPT sampai 20-50
kali normal dengan SGPT lebih tinggi SGOT daripada SGPT (SGOT/SGPT < 0,7)
1.3.1 Hepar
Hepar (hati) adalah salah satu organ kelenjar terbesar dalam tubuh
manusia. Hati terletak pada bagian atas kanan rongga perut (abdomen). Warnanya
merah gelap kecoklatan dan merupakan organ yang memiliki banyak fungsi dalam
terdiri atas 2 bagian utama, yaitu belahan hati kanan yang disebut lobus
kanan, dan belahan hati kiri yang disebut lobus kiri. Lobus kanan dan kiri
dipisahkan oleh fissura yang terbentuk dari gabungan beberapa ligamen. Setiap
lobus disusun oleh unit fungsional berbentuk heksagonal yang disebut lobulus.
Pada bagian tengah lobulus terdapat pembuluh dari vena yaitu vena sentralis.
Setiap vena sentralis kemudian akan bergabung membentuk pembuluh darah vena
hepatika yang merupakan pembuluh darah vena utama pada hati. Struktur yang
memisahkan antar satu lobulus dengan lobulus lain disebut lakuna. Jika diamati
lebih lanjut, maka jaringan lobolus hati disusun oleh sel hepatosit. Antar sel
jantung sama seperti organ organ lainnya. Namun jika diamati lebih lanjut, aliran
darah ke hati sedikit berbeda. Hati menerima darah dari dua sumber utama,
yaitu arteri hepatika dan vena porta hepatik. Arteri Hepatik membawa darah yang
kaya oksigen dan nutrisi dari jantung dan mensuplai sekitar 20% darah hepar.
Sedangkan vena porta hepatik membawa darah yang berasal dari sistem
Vena porta menyuplai sekitar 80% darah hati. Kemudian darah akan keluar
dari vena sentralis menuju vena hepatika dan vena kava inferior.
1.4 Ikterik
cukup bulan dan pada bayi 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19 %
menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi bersifat patologik yang dapat
dengan ikterus yang ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila
mengalami ikterus fathologis, dan bila kadar bilirubin > 5mg/dl, ikterus akan
terlihat dengan kasat mata. Proses hemolisis darah, infeksi berat ikterus yang ber-
langsung lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan kemungkinan adanya ikterus
penumpukan bilirubin
b. Ikterus fisiologis Yaitu ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
merupakan hasil dari penguraian sel darah merah mengalami gangguan sehingga
bertumpuk di dalam darah dan jaringan tubuh. Penyakit kuning atau biasa disebut
a. Pre-hepatik (sebelum bilirubin dirombak oleh sel hati) Pada kasus ini
bilirubin dari dalam darah. Contoh dari kondisi ini adalah: malaria, anemia
autoimun.
b. Hepatik (gangguan proses di dalam organ hati) Sakit kuning dalam hal ini
hati.
c. Post-hepatik (setelah bilirubin dibuang oleh hati) Penyakit kuning
(misalnya cacing), dan kehamilan. Selain itu, bayi baru lahir biasanya
mengalami kuning pada usia 2-3 hari dan bisa berlangsung hingga usia 7-
14 hari. Hal ini karena terjadinya pemecahan sel darah merah bayi untuk
diganti dengan sel darah merah yang baru. Penyakit kuning yang muncul
di luar dari periode waktu ini sering kali tidak normal dan perlu mendapat
METODE PENELITIAN
desain, metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan jenis desain One
mengetahui adanya pengaruh cara perawatan tabung reaksi kaca bekas pakai
3.2.1 polulasi
23
3.2.2 Sampel
dalam penelitian ini maka dapat digunakan rumus Gomez & Gomez (1995)
yaitu :
(t-1) (r-1) ≥ 15
Dimana :
t = Jumlah perlakuan
r = Jumlah sampel penelitian
15 = Faktor nilai derajat keasaman Jumlah perlakuan dalam penelitian adalah dua
perlakuan, maka :
(t-1) (r-1) ≥ 15
(3-1) (r-1) ≥15
2 r – 1 ≥ 15
2 r ≥ 15 + 1
2 r ≥ 16
r ≥ 16 / 2
r≥8
3.3.1 Waktu
3.3.2 Tempat
24
Waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus 2018 sampai dengan
September 2018
4.1.1 Alat
a. reaksi kaca
b. Rak tabung
c. Spektofotometer
d. Mikropipet
e. Jarum suntik sekali pakai 5cc
f. Tourniquet
g. Plester
h. Kapas alcohol 70 %
i. Tip biru
j. Tip kuning
k. Tisu
l. Label
m. Sikat pembersih tabung
n. Oven oven
4.1.2 Bahan
a. Serum
b. Empu lele
c. Aquadest
d. Reagen SGOT
diambil darahnya.
25
b. Dibersihkan tempat yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70 % dan
dibiarkan kering.
c. Dilakukan penusukkan pada vena dengan jarum suntik menghadap ke
dahulu.
d. Setelah didapatkan sampel yang dibutuhkan, lepaskan tourniquet, lalu
dicabut.
e. Dipasang plester pada luka tusukan
f. Darah yang ada tadi ambil di masukkan ke dalam tabung yang sudah
disiapkan.
g. Darah didalam tabung tersebut didiamkan 20 menit supaya membeku.
h. Diputar tabung yang berisi darah dengan sentrifuge pada kecepatan
3000 rpm selama 15 menit, maka akan didapat serum yang jernih di
dibilas beberapa kali dengan air mengalir, kemudian ditiriskan, tunggu hingga
26
keringkan. Tutup mulut tabung reaksi dengan kapas atau kasa, tabung reaksi
diperlukan tergantung pada suhu yang digunakan, yaitu 170o C selama 1 jam.
Cara cuci dengan Air Sabun
Tabung reaksi kaca dicuci dengan Air Sabun, sikat bagian dalam
Blanko Sampel
Serum - 50 µl
27
Memberi gambaran hasil pengaruh cara perawatan tabung reaksi kaca bekas
28
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabung Reaksi
G Pemeriksaan
sgot
Hasil
Kesimpulan
29
BAB IV
Dari Hasil penelitian, didapat kadar sgot yang diperiksa pada serum dan
dikerjakan menggunakan tabung reaksi yang sudah di bersihkan dengan cara cuci
Table 4.1 Hasil pemeriksaan pengaruh sterilisasi tabung dari sampel ikterik terhadap
pemeriksaan sgot.
Perlakuan SGOT
Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
1 2 3 4 5 6 7 8
Cuci Air 19 16 24 22 24 24 23 24
Cucu Air 28 22 24 28 27 26 28 26
Sabun
Sterilisasi 18 30 28 26 29 30 29 29
Oven
30
31
sterilisasi dan cuci air mengalir didapatkan hasil yang sedikit meningkat
dengan sgot menggunakan tabung yang dicuci air sabun didapatkan hasil yang
stabil
32
Uji deskriptif
KadarSGOT
perlakuan yang berbeda, yaitu menggunakan tabung steril didapat hasil rata rata
22,00 , hasil minimum 16 dan hasil maksimum 24, tabung yang dicuci dengan air
sabun di dapat hasil rata rata 26,13, hasil minimum 22 dan hasil maksimum 28,
tabung yang dicuci dengan air didapat rata rata 27,38, hasil minimum 18 dan hasil
maksimum 30.
Uji Normalitas
Shapiro-Wilk Keterangan
Statistik df Sig.
KadarSGOT ,921 24 ,061 Data Normal
nilai p>0,05 untuk kadar sgot sehingga data dinyatakan berdistribusi normal
homogenitas.
Uji Homogenitas
KadarSGOT
Statistik
Leve
Nilai p uji levene didapat nilai sig 0,586 Nilai p> 0,05 maka data dinyatakan data
homogen
Karena hasil uji normalitas dan homogenitas didapat data terdistribusi normal dan
UJI ANOVA
34
KadarSGOT
Jumlah
Dalam Grup
206,750 21 9,845
Total 333,333 23
Nilai p uji anova didapat nilai sig 0,07 Nilai p> 0,05 sehingga terdapat perbedaan
Multiple Comparisons
Bonferroni
berarti
(I) Perlakuan (J) Perlakuan ( I – J) Std. Error Sig. Batas bawah Batas Atas
Cuci Steril Cuci Air
-4,125(*) 1,569 ,047 -8,21 -,04
Sabun
Cuci Air
-5,375(*) 1,569 ,008 -9,46 -1,29
Cuci Air
1,250 1,569 1,000 -2,83 5,33
Sabun
* Perbedaan rata-rata adalah signifikan pada level 0,05.
Dari uji post hoc dapat dilihat dimana saja terdapat perbedaan signifikan dari ketiga
perlakuan
A. Sampel dengan cuci steril dan cuci Air sabun menunjukkan hasil
signifikan dengan nilai sig 0,047 dimana nilai p<0,05 sehingga terdapat
B. Sampel dengan cuci steril dan cuci air juga menunjukkan hasil signifikan
dengan nilai sig 0,008 dimana nilai p<0,05 sehingga terdapat perbedaan
(bermakna)
D. Sampel dengan cuci air dan cuci air sabun menunjukan hasil signifikan
dengan nilai sig 1,000 dimana nilai p <0,05 sehingga tidak terdapat
dengan nilai sig 0,008 dimana nilai p <0,05 sehingga terdapat perbedaan
signifikan (bermakna)
F. Sampel dengan cuci air dengan air sabun menunjukan hasil signifikan
dengan nilai sig 1,000 dimana nilai p <0,05 sehingga tidak terdapat
4.3 Pembahasan
diberikan empedu lele yang mana empedu lele digunakan sebagai pengganti serum
ikterik dengan perlakuan yaitu dengan perlakuan pertama dengan tabung yang di
sterilisasi, yang kedua dicuci dengan air sabun dan perlakuan yang terakir dengan
jumlah sampel 8. Pada hasil yang didapat dengan perlakuan tabun yang di
37
sterilisai dan cuci air mengalir didapatkan hasil yang sedikit meningkat meskipun
masih dalam batas normal sedangkan hasil yang didapat dari pencucian air sabun
Dengan dilakukan data statistik maka pada hasil uji deskriptif pemeriksaan
rata rata 22,00, pemeriksaan dengan perlakuan tabung cuci air sabun diperoleh
hasil dengan rata rata 26,13, dan pemeriksaan dengan perlakuan tabun cuci air
mengalir didapatkan dengan rat rata 27,38. kemudian uji normalitas didapatkan
data dengan signifikan 0,061 pada tes shapiro wilk karena didapatkan hasil yang
signifikan (karna sampel kurang dari 50) diamana p >0,05 (derajat kepercayaan
95% dimana 5% atau 0.5 adalah batas eror yang masih bisa diterima) maka data
pada uji homogenitas ini mengunakan uji levenve. Didapatkan Nilai signifikan
0,586 dimana Nilai p> 0,05 maka data yang didapatkan dinyatakan data homogen
Karena didapatkan hasil dengan data normal dan homogen dilanjutkan dengan
uji statistik selanjutnya yaitu dengan uji anova pada uji ini didapatkan hasil
yang signifikan 0,07 < 0,05 sehingga kesimpulan yang didapat adalah ada
uji ppost Hoc . pada hasil yang didapat dari uji post Hoc didapatkan hasil yang
tidak menunjukan perbedaan yang signifikan adalah pada tabung steril dengan
tabun yang cuci air sabun dan air mengalir, tabung cuci air sabun dengan
38
steririlisasi dan cuci air, tabung cuci air dengan tabung steril dan cuci air sabun
Apabila alat yang digunakan tidak bersih maka akan didapatkan hasil yang
tidak sesuai. Contohnya jika pada alat alat tersebut masih tersisasa zat kimia
atau sisa sisa serum dari pemeriksaan sebelumnya maka zat tersebut bereaksi
5.1 Kesimpulan
uji data statistik anova, menunjukkan hasil adanya perbedaan yang signifikan,
maka dilanjutkan dengan post hoc tes Pada post hoc tes ini didapat hasil yang
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan adalah pada tabung yang cuci air
dengan tabung yang dicuci dengan air sabun, selanjutnya pada perlakuan tabung
cuci ditambah air sabun dengan tabung cuci air. Sedangkan untuk hasil yang
menunjukkan perbedaan yang signifikan adalah hasil dari perlakuan tabung steril
dengan tabung cuci air sabun, lalu pada perlakuan tabung steril dengan tabung
cuci air biasa, dan pada perlakuan tabung cuci air sabun dengan tabung steril, juga
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh sterilisasi
tabung reaksi dari serum ikterik dengan penambahan empedu lele sebagai penganti
a. Pembersihan alat laboratorium harus lebih diperhatikan cara yang baik dan
benar, salah satunya tabung reaksi, karena sifatnya yang dipakai berulang
kali.
39
40
karena faktor keterbatasan alat dan sebagainya, penggunaan air sabun dan
Nikku, “ Sterilisasi alat dan bahan pada pengujian mikrobiologi “ 21 oktober 2010
Ilmu dasar, “ pengertian struktur fungsi bagian hati hepar “ April 2016