You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi beresiko (Population at Risk) merupakan kumpulan orang – orang

yang dengan masalah kesehatan memiliki kemapuan untuk berkembang lebih

buruk karena adanya faktor resiko yang mempengaruhi (Allender dan Rector

2011). Karaktersitik populasi beresiko meliputi biologi dan terkait usia

(biologi and age- related risk) resiko lingkungan (environmental risk) dan

resiko perilaku atau gaya hidup (behavioral/lif style risk) (Fatimah,2016).

Orang dewasa termasuk kedalam populasi beresiko karena memiliki masalah

kesehatan yang dapat berkembang akibat berbagai faktor resiko (Stanhope dan

Lancaster, 2016). Orang dewasa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi

yang memiliki kematangan konsep menuju ke kemandirian. Kematangan

psikologi bagi orang dewasa sebagai pribadi mampu untuk mengarahan diri

sendiri dan mendorong keinginan untuk dipandang dan diperlakukan secara

baik oleh orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan

diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Apabila orang dewasa

mengahadapi situasi yang tidak menguntungkan untuk dirinya maka dia akan

merasa tertekan dan tidak senang (Hurloc, 2011).

1
2

Masa dewasa kemudian dibagi dalam tiga periode, yaitu masa dewasa awal

yang berumur dari 18 – 40 tahun, dewasa pertengahan atau madya yang

berumur antara40- 60 tahun dan dewasa akhir atau usia lanjut > 60 tahunMasa

dewasa tengah biasa disebut masa paruh baya. Masa dewasa tengah tampak

lebih awal di usia 30 tahun tetapi pada beberapa titik di usia 40 tahun.

Menurut Hurloc (2011 ), usia 52 tahun berada pada rentang dewasa madya

yaitu antara usia 40 – 60 tahun. Masa dewasa madya merupakan rentang yang

sangat lama dalam rentang hidup. Berbagai kemunduran dan daya ingat terjadi

pada usia pertengahan, kekurangan yang lebih besar terjadi dalam memori

jangka panjang dari pada memori jangka pendek. Buruknya kesehatan dan

sikap – sikap yang negatif dapat memperparah penurunan daya ingat dan akan

berdampak pada kondisi kesehatan seperti terjadinya penyakit hipertensi

(Hurloc,2011).

Gaya hidup pada orang dewasa merupakan penyebab penyakit kronik antara

lain penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, cedera dan diabetes

mellitus (Allender, Rector & Warner, 2014). Berbagai faktor resiko dari gaya

hidup yang diketahui memiliki hubungan dengan penyakit kronik seperti

penggunaan tembakau, kadar kolesterol yang tinggi, obesitas dan kurangnya

aktifitas, Stanhope dan Lancaster(2014) mengatakan bahwa populasi orang

dewasa memiliki resiko paling buruk dalam kesehatan terhadap jantung.

Berbagai faktor resiko pada orang dewasa adalah gaya hidup, stress dan
3

riwayat keluarga yang dapat menyebabkan penyakit diantaranya hipertensi

(Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013).

Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler dan merupakan masalah kesehatan

yang penting didalam kesehatan masyarakat karena menjadi kontributor yang

utama dalam menyebabkan kematian di Amerika Serikat namun keadaan

tersebut dapat dicegah (Fahey, Schoeder, Ebrahim, Townsen & Anderson,

2015). Joint national committee on prevention detection, evaluation, and

treatment of high pressure VII (2013) atau JNC-7 mengartikan bahwa

hipertensi pada orang dewasa adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik

140 mmHg ke atas dan tekanan diastolnya 90 mmHg keatas. Hipertensi dapat

terjadi dari berbagai faktor diantaranya faktor genetic dan gaya hidup seperti

keturunan, usia , obesitas, diet tinggi natrium, konsumsi alkohol berlebihan

dan kurangnya aktifitas fisik (Townsend dan Anderson 2015 dalam Fatimah,

2016).

Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,

diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi.

Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi

dan komplikasi. Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di

dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis

menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat

(WHO,2015).
4

Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di

Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung

(30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%). Sementara itu, data Survei

Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan

peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar

32,4% (Riskesdas, 2013).

Riskesdas tahun 2018 merilis prevalensi Hipertensi berdasarkan diagnosis

dokter, diagnosis dokter atau minum obat, dan hasil pengukuran pada

penduduk umur > 18 tahun mengalami peningkatan dari tahun 2013 (25,8%)

selanjutnya kemudian di tahun 2018 ini mengalami peningkatan menjadi 34,1

%, jika kita melihat antara selama lima tahun ini terjadi peningkatan yang

signifikan dengan selisih 8,3 %, angka ini cukup menghawatirkan

(Riskesdas,2018).

Prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat

antihipertensi pada penduduk umur ≥ 18 menempatkan Propinsi Sulawesi

Selatan berada di urutan ke 25 sedangkan pengukuran berdasarkan pada

penduduk umur ≥ 18 tahun menurut provinsi menempatkan Sulawesi Selatan

berada pada urutan ke 14 dari 34 Propinsi yang ada di Indonesia. Bila melihat

hal tersebu Prevalensi Hipertensi di Sulawesi Selatan cukup tinggi (Riskesdas

2018).
5

Berdasarkan survey awal yang kami lakukan di Puskesmas Ponre Kec.

Gantarang Kab.Bulukumba didapatkan Data Jumlah penyebab utama

kematian tahun 2017, dimana Hipertensi merupakan penyebab kematian

keempat sebanyak 20 orang atau sebesar 11,63 % setelah Diabetes mellitus

dan stroke, selain itu pada tahun 2016 jumlah kasus Hipertensi sebanyak 2029

kasus dan tahun 2017 sebanyak 7421 kasus. Tahun 2017 hipertensi menempati

peringkat pertama penyebab angka kesakitan pada pasien yang berkunjung di

Puskesmas Ponre yaitu sebesar 7421 orang atau (26,95%) angka ini belum

termasuk masyarakat yang belum memeriksakan kesehatannnya di Puskesmas.

Bila kita melihat angka tersebut antara tahun 2016 – 2017 terjadi peningkatan

kasus sebesar 5391 kasus atau (72,66%) kondisi ini merupakan hal yang

sangat memprihatinkan (Laporan Tahunan PPKM Ponre, 2017). Berdasarkan

wawancara yang dilakukan pada petugas puskesmas Ponre bagian perawatan

kesehatan masyarakat bahwa pelatihan kader posbindu untuk wilayah Kerja

Puskesmas Ponre belum pernah dilakukan akan tetapi sudah terbentuk kader

Posbindu yang telah dibentuk oleh bapak kepala desa setempat yaitu

Khususnya Desa Bialo Kec.Gantarang Kab.Bulukumba, akan tetapi

pelaksanaan daripada posbindu tersebut belum berjalan optimal seperti yang

telah kita harapkan.

Di Indonesia, program penyakit tidak menular seperti Hipertensi telah

dilakukan sejak tahun 2011 dengan program Pos Pembinaan Terpadu

(Posbindu) PTM. Posbindu merupakan wujud peran serta masyarakat dalam


6

melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko, serta tindak

lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan

Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat

terhadap faktor risiko, sehingga peningkatan kasus dapat dicegah. Sikap

mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang

lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada

saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat (Kemenkes, 2014).

Program ini merupakan kegiatan yang berbasis masyarakat yaitu melibatkan

masyarakat seperti kader dalam kegiatan tersebut agar tercipta kesadaran

dalam melakukan deteksi dini. Monitoring, dan tindak lanjut dari faktor resiko

seperti hipertensi agar secara mandiri dan berkesinambungan, dimana sasaran

yang ditujukan adalah kelompok masyarakat sehat, masyarakat beresiko yang

berusia 15 tahun ke atas akan teteapi program ini belum begitu berjalan dan

memiliki kendala dari berbagai faktor diantaranya adalah tidak adanya

penyuluhan kesehatan dan kurangnya pengetahuan dan keterampilan kader

dalam melaksanakan kegiatan posbindu di tengah - tengah masyarakat,

(Kemenkes, 2014).

Sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup pada usia dewasa, diperlukan

kualitas sumber daya manusia yang memadai dan memiliki kemampuan dalam

mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat seperti hipertensi.

Pelatihan kader posbindu merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai


7

upaya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, karena kader

merupakan perpanjangan tangan dari petugas kesehatan dimana kegiatan

tersebut merupakan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKMB) dan

merupakan perwujudan peran serta masyarakat (Kemenkes, 2014).

Seorang kader harus memiliki citra dan kemampuan berkomunikasi yang baik

dengan masyarakat, oleh sebab itu kader harus memiliki dan memperhatikan

beberapa hal yaitu meningkatkan kualitas diri, sebagai masyarakat yang

dianggap mampu menjelaskan tentang kesehatan, melengkapi dirinya

keterampilan dalam pelayanan di posbindu, membuat kesan yang baik di

masyarakat dan memperhatikan citra yang positif, memperhatikan lebih

cermat apa yang dibutuhkan masyarakat terkait kesehatan, memperkenalkan

dirinya sebagai bagian dari masyarakat dan memberikan motivasi kepada

masyarakat untuk selalu datang ke posyandu memeriksakan diri (Pratiwi,

2012).

Penyelenggaraan kegiatan posbindu oleh dan untuk masyarakat, peran kader

posbindu dalam melaksanakan kegiatan di masyarakat sangat banyak karena

petugas kesehatan yang ada cukup terbatas dan hanya sebagai pendamping

dan penerima rujukan sehingga kader perlu dibekali pengetahuan, sikap dan

tindakan atau keahlian serta keterampilan dalam melakukan kegiatan posbindu

salah satunya adalah kemampuan dalam melakukan deteksi dini hipertensi

guna membekali diri mereka dalam menjawab permasalahan yang ada dan
8

kondisi penyakit yang semakin kompleks sehingga masyarakat mampu

berperilaku dengan baik dalam melakukan pencegahan bahkan mampu

melakukan pengobatan secara mandiri (Fatma,2012).

Perilaku atau usaha – usaha seseorang untuk memelihara dan menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit,

sehingga dapat melakukan perawatan untuk mempertahankan kesehatan yang

optimal. Sebuah teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green tahun 1980

dalam Notoatmojo 2012 mengemukakan bahwa terdapat 3 faktor utama yang

mempengaruhi perilaku seseorang dan mempermudah untuk melakukan

perubahan salah satu diantaranya adalah faktor predisposisi yaitu

pengetahuan, sikap, umur, status ekonomi, kepercayaan, dan nilai yang

dianutnya. Faktor tersebut diatas merupakan faktor yang yang memilki

peranan yang dominan untuk merubah perilaku. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Dalyoko di Puskesmas Boyolali tahun 2010 mengatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahun, sikap,

psikomotor, terhadap perubahan perilaku sebagai upaya untuk mengendalikan

terjadinya hipertensi.

Health Promotion model (HPM) merupakan model keperawatan yang telah di

perkenalkan oleh Nola J.Pender pada tahun 1991 dan mampu merubah

perilaku manusia dalam melakukan promosi kesehatannya, model tersebut

memiliki komponen yang lengkap terutama dalam merubah perilaku manusia.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmi tahun 2017 di Kota
9

Banda Aceh mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

penggunaan HPM terhadap kepatuhan dalam Diet Hipertensi dimana nilai

sigifikan yang diperoleh sebesar 0,026. Hasil penelitian yang sama dilakukan

oleh Abdel tahun 2018 di Negara India mengatakan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pelatihan pada petugas kesehatan tentang tingkat pengetahuan

sebelum dan setelah dilakukan intervensi, dimana skor rata – rata pengetahuan

sebelumnya yaitu 46 % kemudian mengalami peningkatan setelah intervensi

yaitu sebesar 76 %.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdel tahun 2018 di Negara India

mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pelatihan pada petugas

kesehatan tentang tingkat pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan

intervensi, dimana skor rata – rata pengetahuan sebelumnya yaitu 46 %

kemudian mengalami peningkatan setelah intervensi yaitu sebesar 76 %. Hasil

penelitian yang sama pun dilakukan oleh Rinawati tahun 2016 di Kabupaten

Sleman Yogyakarta tentang peningkatan Kompetensi Kader dalam melakukan

Screening penyakit tidak menular, hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbuahan tingkat pengetahuan dan keterampilan sebelum

mendapatkan perlakuan, rata – rata tingkat pengetahuan sebelumnya 71,05 %

kemudian mengalami peningkatan menjadi 88, 07 %, in menujukkan bahwa

sangat penting untuk diakukannya Pelatihan pada kader Posbindu.


10

Berdasarkan hal – hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Pengaruh Pelatihan Kader Posbindu terhadap

Perilaku Deteksi Dini Hipertensi pada Usia Dewasa di Wilayah Kerja

Puskesmas Ponre Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019”.

B. Perumusan Masalah

Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,

diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi.

Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi

dan komplikasi. Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di

dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis

menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat

(WHO,2015). Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013, prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka

Belitung (30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%). Sementara itu, data

Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan

peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar

32,4%. Berdasarkan survey awal yang kami lakukan di Puskesmas Ponre Kec.

Gantarang Kab.Bulukumba didapatkan Data Jumlah penyebab utama

kematian tahun 2017, dimana Hipertensi merupakan penyebab kematian

keempat sebanyak 20 orang atau sebesar 11,63 % setelah Dibates mellitus dan

stroke, selain itu pada tahun 2016 jumlah kasus Hipertensi sebanyak 2029

kasus dan tahun 2017 sebanyak 7421 kasus. Tahun 2017 hipertensi menempati
11

peringkat pertama penyebab angka kesakitan pada pasien yang berkunjung di

Puskesmas Ponre yaitu sebesar 7421 orang atau (26,95%) angka ini belum

termasuk masyarakat yang belum memeriksakan kesehatannnya di Puskesmas.

Bila kita melihat angka tersebut antara tahun 2016 – 2017 terjadi peningkatan

kasus sebesar 5391 kasus atau (72,66%) kondisi ini merupakan hal yang

sangat memprihatinkan (Laporan Tahunan PPKM Ponre, 2017).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada petugas puskesmas Ponre

bagian perawatan kesehatan masyarakat bahwa pelatihan kader posbindu

untuk wilayah Kerja Puskesmas Ponre belum pernah dilakukan akan tetapi

sudah terbentuk kader Posbindu yang telah dibentuk oleh bapak kepala desa

setempat yaitu Khususnya Desa Bialo Kec.Gantarang Kab.Bulukumba, akan

tetapi pelaksanaan daripada posbindu tersebut belum berjalan optimal seperti

yang telah kita harapkan. Diperlukan pelatihan kader secara

berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas dirinya dan membekali diri

terhadap kondisi da semakin kompleksnya permasalahan penyakit yang ada di

masyarakat. Berdasaran perumusan masalah diatas penulis ingin meneliti

tetang pelatihan kader sebagai wujud dalam penigkatan kulaitas sumber daya

manusia yang ada di masyarakat.


12

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pengaruh pelatihan kader Posbindu terhadap

Perilaku Deteksi Dini Hipertensi pada Usia Dewasa di Wilayah Kerja

Puskesmas Ponre Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi perilaku deteksi dini Hipertensi pada usia

dewasa sebelum dilakukan intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Ponre Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.

b. Untuk mengidentifikasi perilaku deteksi dini Hipertensi pada usia

dewasa setelah dilakukan intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Ponre Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.

c. Untuk mengidentifikasi pengaruh Pelatihan Kader Posbindu terhadap

perilaku deteksi dini Hipertensi pada usia dewasa di Wilayah Kerja

Puskesmas Ponre Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.

d. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden berdasarakan usia,

jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi pada usia dewasa di

Wilayah Kerja Puskesmas Ponre Kec.Gantarang Kab.Bulukumba

Tahun 2019.

e. Untuk mengetahui hubungan usia terhadap perilaku deteksi dini

Hipertensi pada usia dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Ponre

Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.


13

f. Untuk mengetahui hubungan Jenis Kelamin terhadap perilaku deteksi

dini Hipertensi pada usia dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Ponre

Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.

g. Untuk mengetahui hubungan pendidikan terhadap perilaku deteksi dini

Hipertensi pada usia dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Ponre

Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.

h. Untuk mengetahui hubungan Status Ekonomi terhadap perilaku deteksi

dini Hipertensi pada usia dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Ponre

Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.

i. Untuk mengetahui karakteristik yang berhubungan paling dominan

terhadap perilaku deteksi dini Hipertensi pada usia dewasa di Wilayah

Kerja Puskesmas Ponre Kec.Gantarang Kab.Bulukumba Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat pada Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat

untuk merubah perilakunya dalam melakukan deteksi dini hipertensi dan

mengenal lebih awal tanda dan gejala hipertensi serta masyarakat mampu

melakukan pencegahan sedini mungkin.

2. Manfaat pada Kader

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu dan peningkatan

kompetensi kader dalam melakukan deteksi dini Hipertensi serta


14

menambah wawasan, sehingga mampu mengatasi terhadap kondisi

kesehatan di masyarakat yang semakin kompleks.

3. Bagi Instansi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan terutama

Puskesmas Ponre untuk menjadikan kegiatan ini sebagai program yang

sangat penting dan menjadi agenda rutin setiap tahunnya untuk melatih

kader dalam pengingkatan kualitas sumber daya manusia.

4. Bagi peneliti

Dapat dijadikan sumber referesi untuk semakin meningkatkan kualitas

ilmu dan dapat menjadi bahan bacaan serta mejadi referensi bagi peneliti

berikutnya.

You might also like