You are on page 1of 13

APRISIA HIDAYANI, AMKL

NIP.19870409201001 2 015
Disampaikan Oleh FORMAYOZA,SKM,MKM
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT
BAPELKES, 26 S/D 27 MARET 2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah salah satu tempat kerja beresiko
tinggi banyak bahaya fisik, biologi, kimia. Bahaya di
Puskesmas dapat mengenai petugas Puskesmas, pasien,
pengunjung, lingkungan.

1.2 Tujuan Umum


Diterapkannya Keselamatan & Kesehatan (K3) di
Puskesmas dalam rangka memberikan perlindungan bagi
petugas puskesmas, fasilitas penunjang dan lingkungan
puskesmas.

1.3 Tujuan Khusus


1. Diperoleh komitmen dan kebijakan
2. Teridentifikasi bahaya/risiko dan pengendaliannya
3. Terbentuknya Pokja dan Penanggung jawab K3
4. Tersusunnya rencana kerja
5. Terlaksananya kegiatan K3
6. Terlaksananya monev kegiatan K3
7. Terlaksananya tinjauan ulang manajemen K3
Puskesmas
8. Tersedianya bahan pembinaan dan pengawasan
penerapan K3 di Puskesmas
9. Tersedianya bahan acuan bagi pengelola dalam
pelaksanaan K3 di Puskesmas

1.4 Manfaat
Memberikan perlindungan bagi petugas puskesmas,
fasilitas penunjang dan lingkungan puskesmas.

1.5 Ruang Lingkup


a. Fasilitas Fisik
b. peralatan medis
c. keamanan dan keselamatan pasien, pengunjung dan staf
d. pengendalian dan pencegahan infeksi
e. limbah dan bahan berbahaya
f. staf.

BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Kesehatan dan keselamatan kerja di puskemas adalah Upaya
terpadu seluruh karyawan Puskesmas, untuk menciptakan
lingkungan kerja, proses kerja, tempat kerja Puskesmas yang
sehat, aman dan nyaman termasuk pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit dan masyarakat lingkungan
Puskesmas
2.2 Landasan Hukum
 UU No.36/2009 ttg Kesehatan
 UU No.1 /1970 ttg Keslamatan Kerja
 UU No.13/2003 ttg Ketenagakerjaan
 PP 32/1996 ttg Tenaga Kesehatan
 Keppres No.22/1993 ttg PAK/PAHK
 Kepmenkes No.128/2004 ttg Kebijakan Dasar Puskesmas
 Kepmenkes No. 1758/2003 ttg Standar Yankesja dasar.
2.3 Manajemen K3 di Puskesmas
Manajemen K3 merupakan bagian manajemen
Puskesmas secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang sehat,
aman, efisien dan produktif.
2.4 5 (Lima) Prinsip Penerapan SMK3
1. Komitmen dan Kebijakan
2. Perencanaan SMK3
3. Penerapan SMK3
4. Pengukuran dan Evaluasi
5. Peninjauan Ulang dan peningkatan manajemen
6. Peningkatan berkelanjutan

2.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan K3 Puskesmas


a. Tahap Persiapan
b. Tahap Perencanaan
c. Tahap Pelaksanaan/Penerapan
d. Tahap Monitoring dan Evaluasi
e. Tahap Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh pihak
manajemen

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Prog. K3 wajib diselenggarakan di setiap tempat
kerja termasuk Puskesmas
 Pelaksanaan K-3 Puskesmas à perlu adanya komitmen
Kepala Puskesmas
 Terlaksananya K-3 à terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien & produktif à menjamin keamanan pasien, pekerja
& pengunjung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan isi dari Millennium Development Goals
(MDGs) 2015 goals 4 dan 5 yang bunyinya ;
Goal 4. Mengurangi tingkat kematian anak
Goal 5. Meningkatkan kesehatan ibu
Maka dibuat suatu komitmen salah satunya dengan
Deklarasi Innocenti -à Setiap negara harus memberikan
perlindungan dan dorongan kepada Ibu agar berhasil
memberikan ASI secara ekslusif kepada bayinya

1.2 Tujuan
Meningkatkan Cakupan ASI eksklusif pada ibu Bekerja
dengan penyediaan fasilitas menyusui bayi, Memerah,
Menyimpan dan Membawa Air Susu Ibu
1.3 Manfaat
Bayi mendapatkan Asi Ekslusif yang cukup

BAB II
ISI
2.1 Dasar Pelaksanaan
•UU NO. 13 Tahun 2003 pasal 76 ayat (3) à pengusaha
yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara
pukul 23.00 – pukul 07.00 wajib memberikan makanan
dan minuman bergizi
•Pasal 83 -à pekerja perempuan yang anaknya masih
menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk
menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama
waktu kerja
• UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 128
(1) Setiap bayi berhak mendapat air susu ibu ekslusif
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,kecuali atas
indikasi medis.
(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak kelauarga,
pemerintah, pemda dan masyarakat harus mendukung
ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan
fasilitas khusus
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat
sarana umum
Pasal 129
(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan
kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk
mendapatkan Air Susu Ibu Secara Eksklusif.
(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2.2 Konsep Dasar
a. Tempat Menyusui
• Bayi memungkinkan dibawa
• Tpa
b. Tempat memerah menyimpan
• Bayi tidak memungkinkan di bawa ke tempat kerja
• Ibu diberikan kesempatan memerah ASI di tempat
khusus ( setiap 2-3 jam)
• ASI di simpan di refrigerator dan diberi nama dan
tanda urutan
• ASI perah dibawa pulang dg cooler bag/termos dg es

Ruang Asi adalah Ruang atau tempat yang disediakan di


tempat kerja, dimana perempuan dapat memerah dan
menyimpan ASI untuk kemudian diberikan kepada
bayinya ketika bekerja keesok harinya, atau memberikan
ASI kepada bayinya selama bekerja

2.3 Kebutuhan sarana dan prasarana


a. Bangunan/Ruangan
• Tersedia ruangan khusus dengan ukuran sekitar 3 x 4
meter ( tergantung sikon)
• Ada pintu yang dapat dikunci
• Memiliki ventilasi
• Lantai keramik, semen, kayu, karpet
• Bebas polusi
b. Alat Memerah, Menyimpan Dan Membawa Asi
 Botol untuk menyimpan ASI hasil perahan
 Pompa untuk memerah ASI
 Sterilisator botol ASI
 Lemari Pendingin untuk menyimpan ASI
(REFRIGERATOR)
 Gelas untuk menampung ASI hasil perahan
 Konseling Kit
 Tas untuk membawa botol ASI
 Ice Pack
c. Pendukung
 Meja dan Kursi
 Lemari penyimpan alat
 Dispenser dingin dan panas
 Sarana air dan wastafel
 Tempat sampah dengan penutup
 Pendingin ruangan ( AC/Kipas angin)
 Radio tape/cd player
d. SDM (Sumber Daya Manusia)
 Tersedia tenaga fasilitator atau konselor yang sudah
dilatih
 Dari pegawai setempat
 Pembinaan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
• Melalui “Pilot Project” diharapkan pencapaian Cakupan ASI
eksklusif meningkat
• Daerah “Pilot Project “ dapat menjadi Model khususnya di
perkantoran, fasilitas kesehatan dan sarana umum
• Sarana dan Prasarana pendukung ASI di daerah
percontohan agar dapat dicatat dan dilaporkan dengan
baik dalam SIMAK BMN

You might also like