Professional Documents
Culture Documents
Dalam bab V ini menjelaskan dari hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dari hasil pengumpulan data. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
pengambilan data dengan cara memberikan beberapa kauisioner kepada responden yang
mengalami hipertensi pada kelompok usia lansia sesuai dengan kreteria inklusi dan
Hasil penelitian ini meliputi karakteristik sampel dan analisa data tentang
hubungan antara hipertensi terhadap tingkat depresi lansia dengan melibatkan sebanyak
51 lansia yang melakukan kunjungan pada bulan September 2018 di puskesmas Cisadea
kota Malang. Adapun variabel penelitian ini antara lain variabel independen yaitu hipertensi
pada lansia (X) dan variabel dependen yaitu tingkat depresi lansia (Y). Hasil penelitian yang
kemudian diolah menggunakan pengujian hipotesis dengan uji korelasi Spearman Rank
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Data
yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Penyajian hasil penelitian
diperoleh data karakteristik responden meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, dan berapa lama menderita hipertensi serta analisa hubungan antara hipertensi
terhadap tingkat depresi lansia. Adapun hasil penelitian tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
5.1 Karakteristik Responden
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang karakteristik responden
yang terdiri dari karakteristik usia, jenis kelamin dan status pendidikan terakhir. Hasil
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar responden masuk dalam
kategori dengan usia elderly (60-74 tahun) dan berdasarkan persesntase jenis kelamin,
laki-laki, selain itu banyak diantara mereka yang hanya menempuh pendidikan terakhir
Pada bagian ini dipaparkan hasil penelitian tentang hipertensi yang dialami lansia
dipuskesmas Cisadea kota Malang dengan kriteria lama mengalami hipertensi dan
klasifikasi hipertensi yang dialami sesponden. Identifikasi hipertensi pada lansia dapat
Pada tabel 5.2 didapatkan data terkait lama mengalami hipertensi lebih banyak
pada responden dengan riwayat hipertensi selama 3 tahun dan kalsifikasi hipertensi pada
lansia terbanyak pada klasifikasi hipertensi stage 2 dan stage 2 yang didapat saat melakukan
pengambilan data.
Pada bagian ini dijelaskan terkait temuan depresi yang dialami lansia dipuskesmas
Tabel 5.3 Tingkat Depresi Pada Lansia di Puskesmas Cisadea Kota Malang Pada
Bulan September 2018 (n=51)
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa depresi pada lansia hipertensi yang diukur
menggunakan kuesioner GDS (Geriatrik Depression Scale) didapatkan hampir separuh dari
tingkat depresi lansia di puskesmas Cisadea kota Malang pada bulan September 2018
yang dianalisis menggunakan Spearman Rank dan di jabarkan dalam bentuk tabel sebagai
berikut.
Tabel 5.4 Crostabs Antara Stage Hipertensi Dengan Tingkat Depresi Lansia di
Puskesmas Cisadea Kota Malang Pada Bulan September 2018 (n=51)
Tingkat depresi
Kategori Total
Normal Ringan Sedang Berat
Count 8 8 3 1 20
Grade 1 % of
15,7% 15,7% 5,9% 2,0% 39,2%
Total
Count 8 10 2 0 20
Hipertensi Grade 2 % of
15,7% 19,6% 3,9% 0% 39,2%
Total
Count 0 5 6 0 11
Grade 3 % of
0% 9,8% 11,8% 0% 21,6%
Total
Count 16 23 11 1 51
Jumlah % of
31,4% 45,1% 21,6% 2,0% 100%
Total
Pada tabel crosstabs 5.4 menunjukan adanya suatu hubungan antara stage
hipertensi yang dialami lansia dengan kejadian depresi pada lansia, dimana tingkat depresi
yang dialami lansia cendrung lebih banyak pada tingkatan depresi ringan dan pada
Grade
Tingkat depresi
hipertensi
Correlation
1.000 .288
Grade Coefficient
hipertensi Sig. (2-tailed) .041
N 51 51
Spreman Rank
Correlation
.288 1.000
Coefficient
Tingkat dperesi
Sig. (2tailed) .041
N 51 51
Dari tabel 5.5 menunjukan adanya hubungan antara stage hipertensi dengan
tingkat depresi lansia tetapi masih dalam kategori lemah dimana hubungan tersebut
bersifat positif (+) atau linier yang artinya semakin tinggi stage hipertensi maka semakin
tinggi tingkat depresi terjadi dan juga memiliki taraf yang signifikan <0,05 yaitu 0,41.
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan hasil dari penelitian tentang Hubungan antara
hipertensi terhadap tingkat depresi lansia di puskesmas Cisadea kota Malang pada bulan
september. Pembahasan dalam bab ini meliputi hipertensi pada lansia yang
Dalam data yang didapatkan diketehui bahwa elderly (60-74 tahun) lebih banyak
mengalami hipertensi selain itu juga banyak diantara mereka mengalami hipertensi selama
3 tahun dengan rata-rata hipertensi stage 1 dan 2 pada tabel 5.2, sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa kejadian hipertensi yang lama dipengaruhi oleh peningkatan dari
usia individu. Homsten et al (2016), mengatakan bahwa Peningkatan usia seseorang juga
dikaitkan dengan adanya peningkatan tekana darah yang diakibatkan karena penurunan
dari elastisitas pembuluh darah dan penurunan dari berbagai fungsi organ dalam,
sehingga semakin meningkat usia seseorang maka semakin beresiko terjadi peningkatan
tekanan darah dikarenakan adanya proses degenerasi. Writes (2017), juga mengatakan
bahwa mengapa orang yang semakin tua atau lansia lebih beresiko mengalami hipertensi
dikarenakan terjadinya pengerasan pada pembuluh darah secara alami seiring dengan
bertambahnya usia seseorang dan juga akan mengalami kehilangan elastisitas dari
pembulu darah tersebut. Sehingga dari hasil yang didapat berbanding lurus dengan teori
yang menunjukkan bahwa kejadian hipertensi berkaitan dengan meningkatnya usia dari
bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami hipertensi (n=29, 57%) di
puskesmas Cisadea kota Malang pada bulan September 2018 dibandingkan dengan jenis
berkembang dan pada kelompok usia lansia dengan jenis kelamin perempuan. Penelitian
lain juga dilakukan oleh Goswami et al (2017), didapatkan bahwa kejadian hipertensi juga
tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, tetapi kejadian hipertensi pada
lansia perempuan akan terus mengalami peningkatan dengan usia >75 tahun. Oleh
karena itu hasil yang menunjukkan kejadian hipertensi lebih banyak pada perempuan
Dalam hal lain peneliti juga berpendapat bahwa hipertensi yang dialami lansia
juga dipengaruhi oleh status pendidikan lansia itu sendiri dikarenakan jumlah responden
yang hanya berluluskan SMP lebih banyak dari lulusan lainnya (tabel 5.1). Hal ini
dijelaskan juga oleh Mendes et al (2013), mengatakan bahwa kejadian hipertensi pada
lansia juga dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan, yang mana tingkat pendidikan
rendah mempengaruhi prilaku lansia dalam memahami gejala hipertensi yang dialami.
yang relativ kurang terkait makanan yang sehat dan olahraga yang baik. Penelitian yang
pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap gaya hidup tidak sehat seperti merokok,
konsumsi alkohol, kurangnya aktifitas fisik dan juga kurang pengetahuan terkait
hipertensi yang dialami. Berdasarkan hasil terkait hipertensi yang terjadi pada lansia
dengan status pendidikan rendah berbanding lurus dengan teori yang ada.
Pada data yang didapatkan hampir setengah dari responden mengalami depresi
ringan (n=23, 45,1%) yang diukur menggunakan kuesioner GDS (Geriatrik Depression
Scale) dimana terdapat 2 item pertanyaan dalam instrument tersebut sangat dominan dan
sering mendapatkan poin 1 yaitu pada nomor pertanyaan 6 dan 9 dengan parameter
tentang “ketakutan” dan “isolasi sosial” oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa lansia
yang mengalami depresi sering mengalami perasaan takut yang mengakibatkan rasa
kesepian sehingga lansia lebih banyak melakukan aktifitas didalam ruamah daripada harus
keluar melakukan sosialisasi, dimana perasaan takut dan kesepian tersebut biasanya
diakibatkan oleh ancaman atau perasaan khawatir tentang bahaya dari kesehatan yang
Adapun gangguan perasaan takut yang di alami lansia sebagian besar dari mereka
tidak terditeksi dan tidak terobati bahkan perasaan takut yang dialami lansia sering
bersifat kronis dan terjadi pada onset awal kehidupan mereka, sehingga seringkali
ketakukan yang di alami lansia tidak dikenali sebagai sebuah penyebab dari gangguan
depresi bahkan bisa beresiko pada kematian pada kelompok usia lansia, sedangkan
mekanisme ketakutan pada orang yang lebih tua berbeda dengan orang dewasa muda
yang biasanya dikaitkan oleh adanya faktor kesehatan dan isolasi sosial yang menonjol
pada akhir kehidupan mereka (Andreescu & Varon, 2015). ketakutan pada lansia yang
juga dikaitkan dengan kejadian depresi terjadi pada kondisi dimana lansia mengalami
hipertensi yang merupakan sebuah kondisi medis dan sering dialami oleh lansia, lansia
dengan hipertensi mengalami banyak emosi yang mendalam terkait akan masalah
kesehatan dan meningkatkan resiko dari perasaan takut yang dialami sehingga rentan
Dalam hal lain seiring dengan meningkatnya jumlah lansia maka angka kesepian
juga semakin besar sehingga sering terjadi isolasi sosial dalam kehidupan mereka dan
ketergantungan pada orang lain. Selain itu isolasi sosial juga merupakan faktor resiko
utama bagi lansia yang mana kurangnya hubungan dalam kehidupan lansia yang beresiko
pada keadaan terisolir sehingga dapat menyebabkan timbulnya perasaan hampa dan
Kejadian depresi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah lebih banyak pada
lansia perempuan dibandingkan dengan lansia laik-laki. Hal ini juga dikemukakan oleh
Nakulan et al (2015), mengatakan bahwa depresi terjadi dua kali lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki, hal ini mungkin terjadi karena tingkatan harapan
hidup mereka yang semakin meningkat, pengaruh dari dukungan sosial yang buruk dan
adanya paparan stress psikososial. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Stanetic et al
(2017), pada 200 lansia dengan hipertensi, 79 diantaranya lansia laki-laki dan 121 lansia
perempuan, hasil yang didapat menunjukan bahwa kejadian depresi pada lansia
hipertensi lebih dominan pada jenis kelamin perempuan dan juga ditemukan sebanyak 58
mengalami depresi ringan, sehingga peneliti berasumsi bahwa kejadian depresi ringan
pada lansia hipertensi dipengaruhi oleh adanya faktor motivasi yang kuat. Zinchenko et al
(2013), mengatakan bahwa para lansia dengan motivasi yang kurang cenderung
lansia yang memiliki motivasi kuat lebih dominan dalam mengatasi masalah terkait efek
depresi pada lansia dalam kategori ringan dengan hipertensi grade 2, yang mana hubungan
antara grade hipertensi dengan tingkat depresi lansia bersifat positif (+) atau linier pada
tabel 5.5, sehingga peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkatan hipertensi lansia
maka semakin tinggi juga tingkat depresi yang dialami oleh lansia.
diakibatkan oleh peningkatan dari klasifikasi hipertensi yang dialami sehingga jika terjadi
peningkatan dalam klasifikasi hipertensi maka kejadian depresi pada lansia juga akan
meningkat, hal ini dikarenakan keadaan suasana hati yang tertekan dan perasaan takut
terhadap masalah kesehatan yang memburuk yang kemudian bisa menyebabkan dan
mempengeruhi dari gangguan mood (depresi) pada lansia dengan hipertensi yang lebih
tinggi. Pan et al (2015), juga mengatakan bahwa hipertensi merupakan masalah yang
multifaktoral dimana terdapat banyak faktor lain yang mempengaruhi dari hipertensi,
sedangkan lansia yang mengalami peningkatan pada hipertensi memilihi resiko terjadinya
depresi juga semakin ada, hal ini berbanding lurus dengan konsep teori yang ada.
Pada penelitian ini ada beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti, sehingga
bias.
2. Peneliti maupun asisten peneliti berasal dari luar pulau jawa sehingga
ketika ada responden yang hanya bisa menggunakan bahasa daerah dalam
menjadi bias.
penderita.
komunikasi dengan peneliti seperti batuk, sakit mata dan pusing sehingga
peneliti berasumsi adanya keluhan lain yang mengakibatkan lansia
mengalami depresi dan mengakibatkan data yang diperoleh bisa jadi bias.
tingkat depresi lansia di puskesmas Cisadea kota Malang, sehingga hasil penelitian ini
dapat dijadikan dasar bagi keperawatan dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama
pada lansia hipertensi agar bisa mengontrol dari kejadian depresi yang akan dialami
lansia. Penelitian ini juga sebagai tambahan wawasan bagi masyarakat luas terkait depresi
yang dialami lansia karena masalah hipertensi kronis yang terjadi dikehidupan lansia.
Hasil penelitian ini juga bisa digunakan sebagai dasar bagi peneliti selanjutnya terkait
PENUTUPAN
7.1 Kesimpulan
hubungan antara hipertensi terhadap tingkat depresi lansia di puskesmas Cisadea kota
2. Depresi pada lansia hipertensi masih dalam kategori depresi yang ringan
3. Terdapat hubungan bahwa semakin tinggi tingkat hipertensi maka semakin tinggi
7.2 Saran
menambah pengetahuan mengenai tanda-tanda depresi yang dialami oleh lansia dikaitkan
masyarakat khususnya lansia yang mengalami depresi karena hipertensi yang dialami.
yang sama dengan sampel yang lebih banyak dan diperluas variabel independen ataupun
dependen dengan menganalisis faktor-faktor lain juga yang berhubungan dengan depresi
pada kelompok usia lansia. Selain itu diharapkan juga bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian dari rumah ke rumah agar bisa mendapatkan data dengan
menyeluruh dan disarankan juga untuk melakukan penelitian dengan asisten yang barasal
dari daerah responden berada untuk memudahkan dalam melakukan komunikasi serta
memberikan kriteria inklusi dan eksklusi yang lebih spesifikasi pada penelitian
selanjutnya.
Lampiran. Dokumentasi